Anda di halaman 1dari 7

1

RESUME VIII VALIDASI PTK


VALIDASI PTK
Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil
yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi
dilakukan bila ada perubahan yang mempengarui produk secara langsung (major modification), produk baru
atau produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product. Validasi metode analisis bertujuan untuk
memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya.
Tahap verifikasi inilah kesulitan pokok, terutama kita sebagai bangsa Indonesia. Apakah kita sudah
terbiasa menyampaikan kekurangan secara terbuka, menunjukkan kebaikan secara bebas, atau justru kita sering
berbasa-basi tentang komentar kita, akibatnya kita tidak pernah mendapatkan verifikasi yang sebenar-benarnya.
Para peneliti AR tidak mempromosikan “context-free-knowledge”. Kredibilitas, validitas (keteralihan) dan
realibilitas (kebergantungan) maupun objektivitas diukur melalui kesiapan para stakeholders untuk bertindak
terhadap hasil AR dan sampai seberapa kredibilitas hasil tersebut sesuai dengan harapannya.
Seperti halnya dalam tradisi paradigma kualitatif, AR juga menempatkan empat kriteria keabsahan data,
yakni kredibilitas, keteralihan, kebergantungan dan kepastian.
Kredibilitas. Keabsahan atau kesahihan data menjadi tolok ukur, apakah simpulan dari penelitian ini
dapat dipercaya atau tidak ?
Keteralihan (validitas). Data yang diperoleh hendaknya absah, karena akan terkait dengan bagaimana
hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi lain yang relatif sama, dilihat dari kesamaan karakteristik latar
dan konteksnya.
Kebergantungan (realibilitas). Data yang diperoleh hendaknya reliabel (baca istilah pada paradigma
kuantitatif). Artinya, bagaimana peneliti dapat mengakses data secara konsisten dari waktu ke waktu.
Konsistensi ini menunjuk pada fokus yang menjadi perhatian utama, dari teknik dan cara-cara yang digunakan
serta kaidah-kaidah berfikir dalam melakukan interpretasi data.
Kepastian (objektivitas). Kepastian data indentik dengan makna objektivitas. Objektif berarti sesuai
dengan fakta apa adanya, bukan data rekaan dan bukan interpretasi yang melanggar kaidah intersubjektivitas.
Penelitian tindakan adalah upaya mencari perubahan dan meningkatkan. Peneliti bukanlah orang luar,
peneliti adalah partisipan atau agen pembaharu, artinya kita tidak dapat menyerahkan pelaksanaan tindakan
kepada orang lain (karena kitalah yang sedang me dan di tingkatkan). Apakah hasil dapat diterapkan di tempat
lain, jawabannya tidak. Penelitian yang mencari perubahan dan peningkatan layanan tidak dapat diterapkan di
tempat lain. Penelitian ini untuk mencari perubahan dan peningkatan situasi (latar peneltian jadi tidak bisa
dipindah). Apakah telah terjadi perubahan dan peningkatan? Maka verifikasi akan menentukan, karena
kesepakatan/consensus seluruh pihak yang terlibat yang akan memutuskan tingkat keberhasilan. Jika guru dan
siswa tanpa pihak lain, maka guru dan siswalah yang memeriksa tingkat keberhasilan itu. Jika ada kepala
sekolah, maka consensus ditambah kepala sekolah.
A. Pengertian Validasi
Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil
yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi
2

dilakukan bila ada perubahan yang mempengarui produk secara langsung (major modification), produk baru
atau produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product.
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap
tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau
memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis
tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi,
triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak
ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu
dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan
melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
B. Peryaratan Pelaksanaan Validasi
Persyaratan yang harus dilakukan dalam melaksanakan validasi adalah:
1 validasi harus sudah tersedia dan telah diapprov
2. Validation studies harus sesuai dengan protoko
3. Data validasi dari studies harus dikumpulkan, dicatat dan disimpulka
4. Validation report harus direview oleh tiap departemen terkait dan diapprove oleh quality unit
5. Data validasi harus terdokumentasi dengan bai
6. Jika terdapat perubahan pada proses yang divalidasi harus dilaporkan
C. Macam-macam Validitas
Salah satu langkah dalam prosedur untuk mendapatkan derajat kepercayaan ialah melalui validasi, yang
dalam penelitian kualitatif disukai dengan istilah verifikasi. Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian
tindakan mengacu pada kredibilitas dan derajat kepercayaan dari hasil penelitian. Menurut Borg dan Gall (2003)
terdapat lima validitas, yaitu:
 Validitas hasil
Yaitu sejauh mana tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya
penelitian tindakan. Perhatian tidak hanya tertuju pada penyelesaian masalah semata, melainkan juga kepada
bagaimana menyusun kerangka pemikiran dalam menyajikan masalah baru dan pertanyaan baru, Jadi kriteria ini
mencakup sifat mengulang pada siklus-siklus penelitian tindakan, dan pada dua tahap penting pada bagian akhir
yaitu refleksi dan menentukan tindakan lanjutan atau tindakan modifikasi dalam siklus baru.
 Validitas proses
Yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam berbagai fase penelitian; bagaimana
permasalahan disusun dan bagaimana penyelesaiannya Triangulasi data/sumber dan metode tepat untuk
validitas ini.
Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan
menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK ?
Misalnya, apakah dan kolaborator mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, dan kolaborator
secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat
3

kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif
yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau
‘rancu’?
 Validitas demokratis
Yaitu sejauh mana penelitian tindakan berlangsung secara kolaboratf dengan para mitra peneliti.
Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai suara.
Dalam PTK, idealnya guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid masing-masing diberi kesempatan
menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Pertanyaan
kunci mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator,
mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas memberikan manfaat
kepada mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas? Semua pemangku
kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya
setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan
pembelajaran kelas, yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi
pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan
penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau
didorong untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi pembelajaran bahasa
Inggris di sekolah terkait
 Validitas katalis
Yaitu sejauh mana peneltian berupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan, dan
memberi semangat untuk membuka diri terhadap transformasi visi mereka dalam menghadapi kenyataan kondisi
praktek mengajar mereka sehari-hari.
Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan kelas Anda dan
cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran
masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.
 Validitas dialog
Yaitu merujuk pada dialog yang dilakukan dengan teman sejawat peneliti dalam menyusun dan mereview
hasil penelitian beserta penafsirannya.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian akademik.
Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal
akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain,
bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya
dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
 Validasi Metode Analsis
Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut
sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan
dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM, dan
4

lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium tertentu, biasanya tidak
perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter
yang dilakukan tidak selengkap validasi.
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai
berikut:
1. Accuracy (Kecermatan)
2. Precision (keseksamaan)
Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui
penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang
diambil dari campuran yang homogen.
Presicion diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Precision dapat
dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan).
Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh
analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Repeatability dinilai melalui
pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama,
jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal.
Reproducibility adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Biasanya analisis
dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis
yang berbeda pula. Analisis dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari batch
yang sama. Reproducibility dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang sama dengan menggunakan
peralatan, pereaksi, dan analis yang berbeda.
Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi
(CV) 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa,
jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Dari penelitian dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan
menurunnya kadar analit yang dianalisis.
5. Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quatification)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan
respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang
masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu menggunakan
instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan
mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat
dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan
formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan
Q = (k x Sb)/Sl
Q= LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi
k= 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitas
5

Sb= simpangan baku respon analitik dari blangk


Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan
garis y = a+bx)
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi.
Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku
blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x.)
a. Batas deteksi (LoD)
Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
LoD = (3 Sy/x)/ Sl
b. Batas kuantitasi (LoQ)
Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
LoQ = (10 Sy/x)/Sl
Cara lain untuk menentukan batas deteksi dan kuantitasi adalah melalui penentuan rasio S/N (signal to
noise ratio). Nilai simpangan baku blanko ditentukan dengan cara menghitung tinggi derau pada pengukuran
blanko sebanyak 20 kali pada titik analit memberikan respon. Simpangan baku blanko juga dihitung dari tinggi
derau puncak ke puncak, jika diambil dari tinggi puncak derau atas dan bawah (Np-p) maka s0 = Np-p/5
sedangkan kalau dari puncak derau bawah saja (puncak negatif) maka s0 = Np/2, selanjutnya perhitungan
seperti tersebut di atas.
6. Ketangguhan metode (ruggedness)
Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama
dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang
berbeda, dll. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau
lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi
normal antara lab dan antar analis.
Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis beningan suatu lot sampel yang homogen dalam lab
yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan yang
berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama.
Derajat ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan. Ketertiruan dapat
dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi normal untuk mendapatkan ukuran
ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan secara statistik menggunakan ANOVA pada kajian kolaboratif
yang disusun oleh Youden dan Stainer.
7. Kekuatan (Robustness)
Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus
menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang
dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan
komposisi organik fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 – 3° C).
Kreadibilitas Data dan Validasi Data dalam PTK, Langkah-Langkah Validasinya dan
Dampak PTK terhadap Kelangsungan Kinerja Guru, Sekolah dan Di Duni
6

Dalam memaham Kredibilitas dan derajat keterpercayaan penelitian, maka tahap yang dilakukan
adalah mengkaji dan mengimplementasikan berbagai langkah validasi. Standar kualitas penelitian kualitatif
sangat ditentukan oleh kategori untuk menguji definisi, interprestasi dan evaluasi, yang berlangsung secara
terus menerus dan berkelanjutan selama pengumpulan data, analisis, dan penulisan laporan dilakukan,
demikian pendapat Peshkin dalam Creswell.
Sedangkan liconn dan Guba (1985) menyatakan bahwa standar yang harus dipegang dalam penelitian
kualitati adalah pentingnya memiliki tradisi sendiri yang tegar dan komunikatif melalui konsensus, di
samping pengakuandan penghormatan terhadap suara dan pandangan para mitra atau partisipan penelitian
yang harus didengar dan tidak boleh di diamkanatau disingkirkan, kecuali itu perlunya kesadaran akan
kondisi subjektif-kritis dari peneliti secara psikologis sebelum, selama, dan sesudah penelitian berlangsung,
serta pengakuan terhadap karakter kolaboratif dan egalitarian diantara sesame mitra peneliti mengenai
bentuk-bentuk validasi dalam penelitian kuantitatif seperti validitas dan reliabilitas yang baku, akan tetapi
ada juga pendapat yang tidak setuju, karena akan mengaburkan konsep-konsep prinsipil dalam penelitian
kualitatif. Pendapat liconn dan Guba lebih cenderung untuk memakai alternative lain dalam validasi,
seperti memakai perpanjangan waktu di lapangan, triangulasi data, metode, ddan investor, serta
menggunakan dependabilitas dan konfirmabilitas sebagai pengganti reliabilitas. Borg dan Gall (2003)
menganjurkan dipakainya validasi proses, validasi demokratik, validasi katalitik, dan validasi dialog. Mereka
juga mengakui kemungkinan bentuk validasi lain yang ditetapkan oleh para peneliti sendiri. Sedangkan
Hopkins (1993) mengajukan bentuk-bentuk validasi member check, triangulasi, saturasi, eksplanasi saingan
atau kasus negative, audit trail, expert opinion, dan key respondents review. Dengan semakin
meningkatnya laporan penelitian tindakan, yang dalam kajian kita adalah penelitian tindakan kelas, dalam
literature kajian penelitian semakin meningkat juga kepedulian mengenai validitasnya. Konsep validitas
dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat keterpercayaan dari
hasil penelitian. Borg dan Gall (2003) merujuk kepada Anderson dan Herr untuk lima tahap kriteria
validitas, sebagai berikut:
a) Validitas hasil, yang peduli dengan sejauh man tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah dam
mendorong dilakukannya penelitian tindakan atau dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan dapat
dicapai.
b) Validitas proses, yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam berbagai fase penelitian
tindakan. Misalnya, bagaimana permasalahan disusun kerangka pemikirannya dan bagiman
menyelesaikannya, sedemikian rupa sehingga peneliti didalam menghadapinya mendapat kesempatan
belajar sesuatu yang baru
7

c) Validitas demokratis, yaitu merujuk kepada sejauhmana penelitian tindakan secara kolaboratif dengan
para mitra peneliti.
d) Validitas katalitik, yakni sejauhman peneliti berupaya mendorong partisipasipan
mereorientasikan,memfokuskan dan member semangat untuk membuka diri terhadap transpormasi visi
merwka dalam menghadapi kenyataan kondisi praktek mengajar mereka sehari-hari.
e) Validitas dialog,yakni merujuk kepada dialog yang dilakukan dengan sebaya mitra peneliti dalam
menyusun dan mereview hasil penelitian beserta penafsirannya.

Anda mungkin juga menyukai