Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Kredibilitas merupakan suatu keabsahan data yang berkenaan dengan


derajat kekonsistenan dan stabilitas data atau temuan. Sebuah penelitian akan
mendapatkan kepercayaan sesama para pengkaji dan peneliti apabila mengikuti
semua langkah dalam penelitian sesuai dengan prosedur. Suatu penelitian
termasuk PTK yang baik dan terpercaya adalah penelitian yang dilakukan dengan
mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dan metodologi yang sesuai dengan standar
ilmiah. Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan suatu penelitian adalah
dengan melihat validitas, yang dalam penelitian kualitatif lebih dikenal dengan
istilah verifikasi dan reliabilitas penelitian.
Para pakar penelitian sering mempertanyakan validitas dan reliabilitas
penelitian seperti Penelitian Tindakan Kelas yang merujuk pada tradisi kualitatif,
yang karena sifatnya deskriptif dan naratif, sehingga mempunyai cara-cara sendiri
dalam menegakkan derajat kepercayaannya. Validitas dalam PTK lebih
ditekankan pada keajekan alat ukur sebagai instrumen penelitian. Dalam hal ini
kriteria validitas untuk PTK adalah makna langsung yang dibatasi oleh sudut
pandang peneliti itu sendiri terhadap proses penelitian. Sedangkan reliabilitas
menunjuk sejauh mana kajian dapat direplikasi. Artinya, apakah seorang peneliti
dengan menggunakan metode yang sama akan mendapatkan hasil yang sama
seperti kajian terdahulu.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas, agar data yang diperoleh dapat
dipercaya, akurat dan benar diperlukan standar kualitas dan pendekatan ke arah
verifikasi, yaitu kapan verifikasi dilakukan dan berakhir. Pada makalah ini,
penulis akan membahas mengenai derajat keterpercayaan yang meliputi validitas
dan reliabilitas data Penelitian Tindakan Kelas serta prosedur dalam pelaksanaan
validasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A; Standar dalam Penelitian Tindakan Kelas

Sebuah penelitian kualitatif seperti halnya Penelitian Tindakan Kelas


haruslah akurat, dapat dipercaya dan benar. Linchlon (1985) mengemukakan
bahwa diperlukan standar kualitas dalam penelitian kualitatif, pada
pendekatan ke arah verifikasi, dalam pengertian kapan verifikasi dimulai dan
berakhir. Peshkin dan Creswell (1998) menganggap verifikasi dalam
penelitian kualitatif adalah kategori yang ditegakkan dalam definisi kerja.
verifikasi adalah sebuah proses yang berlangsung sepanjang pengumpulan
data dilakukan, analisis dan penulisan laporan penelitian. Sedangkan standar
adalah kriteria yang ditentukan oleh peneliti sendiri dan para mitranya setelah
kajian penelitian selesai.
Howe dan Eisenhardt (1990) dalam Rochiati Wiriaadmadja
mengemukakan lima standar, antara lain:
1; Penilaian kajian, terutama diarahkan kepada apakah pertanyaan penelitian
mendorong dilakukannya pengumpulan data dan analisisnya, bukan
sebaliknya.
2; Penilaian ditujukan kepada apakah pengumpulan data dan analisisnya
secara teknis dilakukan dengan kompeten.
3; Penilaian mempertanyakan apakah peneliti menyusun asumsi-asumsinya
secara eksplisit, termasuk subjektivitas peneliti.
4; Penilaian juga perlu diarahkan kepada apakah kajian itu cukup kuat,
dengan menggunakan eksplanasi yang berdasar kepada teori-teori yang
diakui, serta mendiskusikan eksplanasi mengapa teori-teori tersebut
ditolak.
5; Penilaian seharusnya memiliki nilai, baik dalam memberikan informasi
baru maupun dalam meningkatkan keterampilan meneliti, baik dalam
melindungi hal-hal yang berhubungan dengan privasi seseorang maupun
dalam memegang kebenaran dari semua partisipan penelitian (masalah
etika penelitian).

Seperti yang telah dikemukakan di awal, dengan komitmen terhadap


hubungan baik dengan responden, terhadap prinsip-prinsip dan terhadap visi
penelitian, maka Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa masalah
kriteria kualitas dijabarkan dalam ukuran-ukuran atau kriteria yang muncul
(emerged criteria) yang memiliki standar, meliputi:
1; Standar dalam penelitian atau komunitas inkuiri (inquiry community),
yang telah memiliki tradisinya sendiri dalam ketegaran, komunikasi dan
cara untuk mencapai konsensus. Dengan standar inilah pengetahuan
penelitian dan penelitian ilmu-ilmu sosial ditolak atau dilegitimasi.
2; Standar dalam pedoman memposisikan penelitian kualitatif atau
interpretatif, terutama mengenai epistemologi pandangan, dalam
pengertian bahwa penelitian harus menampilkan kejujuran, kemurnian
3;

4;

5;

6;
7;
8;

B;

atau otentisitas dalam sikap dan posisi peneliti.


Standar bahwa penelitian hendaknya dilakukan dalam komunitas,
ditujukan kepada komunitas dan untuk diabadikan bagi kepentingan
masyarakat yang bersangkutan.
Penelitian kualitatif harus memberikan tempat atau perhatian bagi
pendapat atau suara para partisipan penelitian serta tidak disingkirkan atau
didiamkan saja, termasuk pendapat alternatif dan suara banyak lainnya.
Standar subjektif-kritis, dalam arti peneliti sadar atau memahami akan
kondisi emosi dan psikologi dirinya sebelum, selama dan sesudah
pengalaman meneliti.
Standar resiprositas, yaitu antara peneliti dengan yang diteliti. Ini berarti
berbagi perhatian, kepercayaan dan keberadaan.
Standar peneliti yang menghormati hubungan-hubungan penelitian dan
tindakan, yakni dalam kaitan aspek-aspek kolaboratif penelitian.
Standar dalam berbagi dalam penelitian kualitatif, dalam arti peneliti
berbagi kehormatan atau reward penelitian dengan para partisipan
penelitian yang kehidupannya dipotretkan dalam penelitian tersebut.

Validitas dalam Penelitian Tindakan Kelas


Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu
kepada kredibilitas dan derajat keterpercayaan dari hasil penelitian. Makna
dasar validitas untuk penelitian tindakan condong ke makna dasar validitas

dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan lokal dari tindakan
sebatas sudut pandang peserta penelitiannya
Borg dan Gall (2003) merujuk kepada Anderson dan Herr untuk lima
tahap kriteria validitas, sebagai berikut.
1; Validitas hasil

Yaitu kepedulian sejauh mana tindakan dilakukan untuk


memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya tindakan atau dengan
kata lain, seberapa jauh keberhasilan dapat dicapai. Dalam penelitian yang
dilakukan para praktisi, perhatian tidak hanya tertuju kepada penyelesaian
masalah semata, melainkan juga kepada bagaimana menyusun kerangka
pemikiran dalam menyajikan masalah yang kompleks yang seringkali
memicu munculnya masalah baru dan pertanyaan baru. Oleh karena itu,
validitas hasil juga ditandai dengan munculnya masalah baru setelah
terselesaikan suatu masalah yang menjadi fokus penelitian.
Jadi, kriteria ini mencakup juga sifat mengulang pada siklus-siklus
penelitian tindakan dan pada dua tahap penting pada bagian akhirnya yakni
pada refleksi dan pada saat menentukan tindakan lanjutan atau tindakan
modifikasi dalam siklus baru. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sangat
menekankan pada perbaikan proses pembelajaran untuk menghasilkan
pencapaian tujuan yang lebih maksimal.
Contoh:
Seorang guru yang tadinya hanya ingin mengubah posisi bangku belajar
siswa dan melihat dampaknya, ternyata bahwa para siswa menyukai
penataan bangku yang baru, akan tetapi memberikan dampak negatif yaitu
siswa lebih banyak berbicara yang bukan bahan pelajaran dan tidak
mendorong mereka melakukan kerjasama. Pengetahuan baru ini
mendorongnya kepada tindakan-tindakan lain dalam rangka penelitian,
dengan mengumpulkan data yang diperlukan. Setiap tindakan memberikan
hasil baru dan informasi untuk tindakan selanjutnya. Pada setiap tindakan,
guru berbagi refleksi dengan para mitra penelitinya dan di dalam laporan
penelitiannya. Pada langkah berikutnya, berdasarkan pengalaman ini, guru
merencanakan penelitian tindakan baru mengenai pemberian tugas kepada
siswa yang mendorong mereka untuk belajar lebih kooperatif. Guru
tersebut kemudian menyatakan kepuasannya melakukan penelitian

tindakan, yang
mengajarnya.

dianggapnya

telah

meningkatkan

keterampilan

2; Validitas proses

Yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam


berbagai fase penelitian tindakan. Validitas ini berhubungan dengan proses
tindakan yang dilakukan oleh guru. Misalnya bagaimana permasalahan
disusun kerangka pemikirannya dan bagaimana penyelesaiannya,
sedemikian rupa sehingga peneliti di dalam menghadapinya mendapat
kesempatan untuk terus belajar sesuatu yang baru. Triangulasi data,
perspektif yang majemuk dan keragaman sumber data merupakan
sumbangan kepada validitas proses. Sebelum melaksanakan tindakan, guru
perlu mengkaji konsep-konsep baik secara teoritis maupun secara praktis
yang berkaitan dengan alternatif tindakan. Kemampuan guru dalam proses
pengumpulan dan analisis data, misalnya kemampuan melakukan
observasi, kemampuan membuat catatan lapangan, kemampuan
mendeskripsikan dan memetakan data yang terkumpul akan
mempengaruhi proses dan kualitas penelitian.
Bentuk naratif dalam inkuiri adakalanya digunakan dalam laporan
penelitian tindakan kelas. Laporan naratif merupakan representasi atau
penjelasan dari kenyataan yang dikomunikasikan melalui berbagai bentuk
cerita, seperti anekdot. Dalam menentukan kredibilitas atau derajat
keterpercayaan narasi ini, haruslah setia kepada gambaran yang akurat dari
apa yang sebenarnya terjadi dan bukan kisah subjektif atau dilebihlebihkan agar menarik.
Contoh:
Seorang guru mencoba memfokuskan observasi kepada sebuah kelompok,
namun segera memodifikasinya untuk mendapat informasi penting. Ia juga
tidak membatasi narasinya kepada pernyataan-pernyataan umum saja, akan
tetapi memberikan juga contoh-contoh kesulitan dan keberhasilan dalam
pembelajaran dan perilaku para siswanya. Misalnya, tadinya guru tersebut
memfokuskan kepada observasi kelompok tiga orang siswa putri, yang
dikiranya bekerja sama dengan baik. Guru tersebut berhasil memberikan
informasi yang lebih spesifik, yaitu bahwa setiap siswa memberikan
kontribusi yang berbeda kepada kelompok. Yang satu mencatatkan segala

sesuatu yang dibicarakan, yang kedua mengingatkan apa yang dikerjakan


kelompok selanjutnya, yang lainnya memeriksa informasi yang diberikan
kedua temannya tersebut. Detail yang diberikan seperti ini dalam laporan
penelitian memberikan sumbangan terhadap validitas proses.
3; Validitas demokratis

Yaitu merujuk kepada sejauh mana penelitian tindakan berlangsung


secara kolaboratif dengan para mitra peneliti, dengan perspektif yang
beragam dan perhatian terhadap bahan yang dikaji. Pada kesempatan ini
suara-suara yang majemuk tidak berfungsi sebagai triangulasi sumber data
dalam proses validasi, melainkan sebagai isu etika dan keadilan sosial.
Salah satu syarat untuk timbulnya validitas demokratis adalah
keterbukaan dari guru sebagai pelaksana PTK. Guru perlu menerima
berbagai masukan dan saran yang diberikan oleh setiap orang yang
terlibat. Lebih dari itu, guru perlu mendorong agar setiap orang bicara
mengemukakan pandangan dan penilaiannya secara bebas. Melalui
keterbukaan dari setiap orang yang terlibat, memungkinkan keajekan
proses penelitian akan terjamin.
Contoh:
Seorang guru yang selama berlangsungnya penelitian ia melibatkan para
siswanya untuk mendapatkan kerjasama mereka dalam pengumpulan dan
penafsiran data misalnya. Dalam refleksinya, guru tersebut mencatat,
bahwa berbagi apa yang ia lakukan di kelas dalam rangka penelitiannya
menyebabkan mereka merasa sebagai bagian dari apa yang sedang terjadi
dan mereka mempunyai andil dalam suara mereka, karena guru selalu
bertanya apa pendapat mereka dalam berbagai aspek penelitian. Ini
merupakan upaya untuk memperkuat validitas demokratis dalam
Penelitian Tindakan Kelas.
4; Validitas katalitik

Yaitu sejauh mana penelitian berupaya mendorong partisipan


mereorientasikan, memfokuskan dan memberi semangat untuk membuka
diri terhadap transformasi visi mereka dalam mengahadapi kenyataan
kondisi praktek mengajar mereka sehari-hari. Validitas dalam aspek ini
ditunjukkan misalnya oleh catatan dalam jurnal yang dibuat oleh peneliti

dan mitra peneliti, yang dalam tahap refleksi akan menunjukkan proses
perubahan dalam dinamika pembelajaran di kelas yang menjadi latar sosial
(social setting) dari penelitian. Kriteria ini menonjolkan potensi
emansipatoris dari penelitian yang dilakukan guru/ dosen, yang menjadi
kepedulian dan harapan para pembaharu pendidikan.
Validitas katalitik ditentukan oleh setiap orang yang terlibat untuk
terus-menerus memperdalam pemahamannya baik secara teoritis maupun
praktis yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru atau
peneliti. Validitas katalitik sangat diperlukan dalam PTK. Hal ini
sehubungan dengan perlunya penerapan hal-hal baru dalam proses
pembelajaran.
5; Validitas dialog

Yaitu merujuk kepada dialog yang dilakukan dengan sebaya mitra


peneliti dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta
penafsirannya. Dialog ini bisa dilaksanakan secara kolaboratif dalam
merefleksi dengan para mitra peneliti, dengan pakar peneliti di luar
penelitian kita atau dengan sejawat yang kritis tempat kita mendiskusikan
berbagai aspek penelitian terutama dalam penjelasan data penelitian.
Validitas dialog ini berkaitan dengan upaya untuk meminimalisir
unsur subjektivitas baik dalam proses maupun hasil penelitian. Validitas ini
ditentukan oleh kemampuan guru sebagai peneliti untuk melakukan dialog
secara kritis khususnya dengan teman sejawat. Teman sejawat dapat
memberikan kritikan terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh guru
atau peneliti.
Contoh:
Seorang guru dalam penelitian tindakan kelasnya ternyata melakukan
banyak dialog dengan teman-teman kuliahnya di universitas. Ia
menyatakan bahwa kawan-kawan kuliahnya di universitas tempatnya
melanjutkan studi keguruan banyak membantu dalam melahirkan gagasangagasan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dan menyadarkan
dirinya tentang betapa pentingnya menjadi anggota komunitas guru
peneliti.

Borg dan Gall (2003) dalam kesimpulannya mengakui bahwa kriteria


untuk menguji kredibilitas dan derajat keterpercayaan penelitian tindakan
menguji aspek-aspek hasil, proses dan kualitas-kualitas demokratis dan
katalitisnya Penelitian Tindakan Kelas. Namun demikian tidak terbatas
kemungkinan adanya kriteria lain, karena para guru peneliti dan mitranya
dapat saja menentukan kriteria lain untuk diaplikasikan dalam menguji
validitas penelitian mereka dan bukan hanya para pakar akademikus saja yang
boleh menentukan atau menguji validitas penelitian mereka.
Untuk meningkatkan validitas PTK dapat dilakukan dengan
meminimalkan subjektivitas melalui triangulasi. Adapun bentuk-bentuk
triangulasi yang dapat dilakukan antara lain:
1; Triangulasi waktu

Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam


waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu tindakan
dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek
perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang
proses pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat
dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang berbeda dan
jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali.
2; Triangulasi peneliti
Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang sama
oleh beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan.
Misalnya, dua atau tiga peserta penelitian dapat mengamati proses
pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula.
3; Triangulasi ruang
Triangulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama
di tempat yang berbeda. Contohnya dalam proses pembelajaran bahasa
Inggris, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang penelitian yang sama
dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut.
4; Triangulasi teoritis
Triangulasi teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku
tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait.
Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan motivasi dapat ditinjau dari

teori motivasi aliran yang berbeda seperti aliran behavioristik, kognitif


dan konstruktivis.

C;

Reliabilitas Penelitian Tindakan Kelas


Seperti halnya penelitian formal, salah satu kriteria PTK adalah
memiliki tingkat reliabilitas. Dalam penelitian formal seperti penelitian
kuantitatif, tingkat reliabilitas ditentukan oleh sejauh mana peneliti dapat
mengontrol setiap variabel penelitian yang dapt berpengaruh terhadap hasil
penelitian. Penentuan tingkat reliabilitas semacam ini tidak mungkin dapat
dilakukan pada PTK sebagai penelitian yang bersifat situasional dan
kondisional.
Reliabilitas data PTK Anda secara hakiki adalah rendah. Hal ini terjadi
karena situasi PTK terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa
kendali apapun (alami) sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang
tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai dengan
mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel).
Hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK karena akan
bertentangan dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah
satunya adalah kontekstual/ situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan
yang menjadi tujuannya.
Untuk menjaga tingkat reliabilitas hasil penelitian dalam PTK, peneliti
bisa menyajikan data apa adanya. Misalnya dengan menyajikan rekaman
tentang pembelajaran yang berlangsung dan membandingkannya dengan data
yang dikumpulkan melalui instrumen yang berbeda, catatan lapangan (bila
hasil penelitian dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data
untuk mendapatkan data yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang
lain yang relevan.

D; Prosedur dan Pelaksanaan Validasi

Setelah mempelajari berbagai kriteria validasi, langkah berikutnya yang


dilakukan adalah mengkaji suatu bentuk validasi yang akan dilakukan

terhadap hipotesis, konstruk atau kategori dalam Penelitian Tindakan Kelas.


Ada beberapa bentuk validasi yang dilakukan untuk menguji derajat
keterpercayaan atau derajat kebenaran dari penelitian yang dilakukan.
Menurut Hopkins dan kawan-kawan beberapa bentuk validasi yang
dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:
1; Melakukan validasi dengan melakukan member check

Yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang


diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, siapa pun
juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai
administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain). Apakah berupa
keterangan atau informasi maupun penjelasan yang sifatnya tetap atau
tidak berubah sehingga dapat dipastikan keabsahannya dan data itu
terperiksa kebenarannya.
2; Melakukan validasi dengan triangulasi
Yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang
ditimbulkan sendiri dan membandingkannya dengan hasil orang lain,
misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang
sama.
Menurut Elliot, triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang
yaitu, sudut pandang guru, sudut pandang siswa dan sudut pandang yang
melakukan pengamatan/ observasi (peneliti).
Setiap sudut pandang mempunyai posisi epistemologis yang unik.
Guru berada di posisi terbaik untuk melakukan instropeksi diri terhadap
kinerjanya sendiri dalam sasaran dan tujuan pembelajaran. Para siswa
berada pada posisi terbaik untuk menjelaskan, bagaimana pengaruh
tindakan guru terhadap respon yang mereka berikan pada waktu
pembelajaran berlangsung. Sedangkan pengamat berada pada posisi
terbaik untuk mengumpulkan data hasil observasi dari interaksi guru
dengan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung.
Dengan membandingkan satu dengan sudut pandang yang lain dalam
segitiga itu, terbukalah kesempatan untuk menguji kebenarannya dan
kemungkinan-kemungkinan untuk mengubahnya dengan berdasarkan data
lain yang baru dan lebih lengkap dan diperlukan.
10

3; Melakukan validasi dengan menggunakan saturasi

4;

5;

6;

7;

Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh atau tidak ada lagi
data lain yang berhasil dikumpulkan. Menurut Glaser dan Strauss, apabila
sudah tidak ada tambahan data baru, berarti sudah tercapai kejenuhan yang
disebut saturasi.
Melakukan validasi dengan menggunakan pembanding atau dengan
eksplanasi saingan.
Peneliti tidaklah melakukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan
kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang akan
mendukungnya. Apabila peneliti tidak berhasil menemukannya, maka hal
ini mendukung kepercayaan terhadap hipotesis, konstruk, atau kategori
dalam penelitian peneliti sendiri pada awalnya.
Melakukan validasi dengan menggunakan audit trail
Dengan menggunakan audit trail, yang biasa dilakukan untuk mengaudit
keuangan, maka dapat diperiksa kesalahan-kesalahan di dalam metode
atau prosedur yang dipakai peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan.
Audit trail juga memeriksa catatan catatan yang ditulis peneliti.
Melakukan validasi dengan meminta nasehat kepada pakar (expert
opinion)
Dalam hal ini mungkin dilakukan oleh pembimbing peneliti. Pakar atau
pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan dari penelitian dan
memberikan arahan terhadap masalah-masalah yang dikemukakan peneliti.
Dengan demikian akan meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian.
Melakukan validasi dengan melakukan key respondents review
Yakni meminta salah seorang atau beberapa mitra peneliti yang banyak
mengetahui tentang Penelitian Tindakan Kelas, untuk membaca draft awal
laporan penelitian dan meminta pendapatnya.

Berbagai cara validasi ini dilakukan agar dapat memunculkan secara


dasar tentang hipotesis, konstruk, kategori bahkan untuk mendapatkan
kemungkinan derajat keterpercayaan yang tinggi, sehingga peneliti merasa

11

percaya diri akan penelitiannya. Aplikasi dari teori ini menjanjikan kontribusi
perbaikan sesuai dengan derajat temuan yang:
1; Merefleksikan kondisi yang aktual hadir dalam upaya perubahan (internal

validity)
2; Kondisi tipikal secara aktual hadir dalam upaya perubahan (external
validity)
3; Kontribusi berbagai konsep baru melalui komparasi informasi yang terusmenerus/ berkelanjutan dengan menggunakan berbagai metode
(reflexivity)
4; Meningkatkan
pengertian
diantara
kelompok-kelompok
yang
menggunakan kerangka referensi yang berbeda

12

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah tersebut maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1;

2;

3;

4;

5;

Standar kualitas Penelitian Tindakan Kelas sangat ditentukan oleh kategori


untuk menguji definisi, interpretasi dan evaluasi yang berlangsung terusmenerus dan berkelanjutan selama pengumpulan data, analisis dan penulisan
laporan dilakukan.
Kriteria untuk menguji kredibilitas dan derajat keterpercayaan penelitian
tindakan meliputi aspek-aspek hasil, proses, dialog, kualitas-kualitas
demokratis dan katalitis dalam Penelitian Tindakan Kelas.
Para guru peneliti dan mitranya dapat saja menentukan kriteria lain untuk
diaplikasikan dalam menguji validitas penelitian mereka dan bukan hanya
para pakar akademikus saja yang boleh menentukan atau menguji validitas
penelitian mereka.
Penentuan tingkat reliabilitas seperti dalam penelitian kuantitatif tidak
mungkin dapat dilakukan pada PTK karena PTK bersifat situasional dan
kondisional.
Bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, antara
lain member check, triangulasi, saturasi, eksplanasi saingan, audit trail,
expert opinion dan key respondent review.

13

Anda mungkin juga menyukai