Anda di halaman 1dari 6

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

(VALIDITAS DAN REABILITAS)

Tanggal : 05 November 2022


Dosen : Dr. apt. Sri Wahyuningsih, Dra., MS.
Mahasiswa : Ariaci Mandala Putri
Nim Mahasiswa : 8711221015

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
VALIDITAS DAN REALIBILITAS

Teknik pengujian validitas dan reliabilitas tidak terpisahkan dari desain dan metode penelitian
1. Validitas Dan Reliabilitas Dalam Konteks Penelitian Kualitatif

Salah satu definisi yang telah dikutip secara luas ialah konsep yang dikemukakan oleh Maxwell
(1996, h.87) bahwa “validity is the correctness or credibility of a description, conclusion,
explanation”. Konsep ini menekankan validitas sebagai suatu ketepatan atau kredibilitas suatu
deskripsi, kesimpulan, penjelasan dan interpretasi hasil penelitian.

Mareceki (2009) menjelaskan validitas sebagai “evaluation of an extent to which the research
evidence supports or justifies the interpretations and conclusions that are based on it”. Dalam
konsep ini, validitas dilihat sebagai evaluasi untuk menentukan apakah interpretasi dan
kesimpulan penelitian didukung oleh bukti-bukti atau data yang ada. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa validitas dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan ketepatan prosedur
melakukan penelitian sehingga hasil penelitian dan kesimpulan penelitian tersebut dapat
dipercaya sebagai suatu kebenaran umum (Budiastuti, 2018).

Kredibilitas penelitian merupakan validitas internal penelitian yang terfokus pada apa yang
dilaporkan oleh peneliti (lewis, 2009), artinya peneliti tidak hanya bertanggungjawab untuk
melaporkan apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan alasan-alasan mengapa terjadi. Berbeda
dengan konsep validitas pada periode tradisional yang menitikberatkan validitas pada desain
awal penelitian (Budiastuti, 2018).

Teknik Pencapaian Validitas


A. Kredibilitas (Validitas Internal)
Kredibel berarti peneliti dipercaya telah mengumpulkan data yang real di lapangan serta
menginterpretasi data autentik tersebut dengan akurat. Berikut ini merupakan teknik-teknik
yang dapat kita lakukan untuk mencapai penelitian yang kredibel baik pada tahap prosedur
sebelum pengumpulan data maupun selama pengumpulan data maupun selama proses
analisis data.
1) Triangulasi
Triangulasi terdiri atas (a) triangulasi teknik pengumpulan data; (b) triangulasi sumber
data; (c) triangulasi teori; dan (d) triangulasi peneliti. Berkaitan dengan triangulasi
teknik pengumpulan data, peneliti sebaiknya menggabungkan tiga teknik pengumpulan
data yang telah diyakini mampu menghasilkan data yang mendalam dan mendetail,
yakni wawancara, FGDs, dan observasi.
2) Feedback
Feedback sangat penting untuk mengurangi bias personal peneliti. Untuk itu, peneliti
kualitatif perlu mendapatkan masukan dari orang-orang yang familiar dengan masalah
penelitian dan orang-orang lain yang asing dengan masalah penelitian tersebut.
Masingmasing feedback yang diberikan dari kedua kelompok tersebut tentu berbeda,
tetapi semua itu akan bernilai untuk validitas penelitian. Member Check Dalam konteks
ini, peneliti kualitatif perlu mendapatkan masukan dari orang-orang yang telah diteliti.
3) Member Check
Dalam konteks ini, peneliti kualitatif perlu mendapatkan masukan dari orang- orang
yang telah diteliti. Masukan mereka sangat signifikan untuk mengukur apakah analisis
sesuai dengan harapan dan kenyataan yang mereka alami. Dalam praktik, member
check ini dapat diperoleh peneliti dengan meminta informan kunci penelitian untuk
memberikan masukan terhadap laporan penelitian yang telah dilakukan.
4) Perbandingan Hasil Penelitian
Studi-studi kualitatif yang berasal dari lingkungan yang berbeda (multi-site studies) dan
kasus-kasus yang banyak (multi-case studies) perlu dibandingkan untuk meningkatkan
validitas keutuhan studi tersebut. Kasus-kasus yang diteliti juga perlu dibandingkan
dengan studi-studi lain yang pernah dilakukan orang lain dalam konteks yang berbeda,
sehingga dengan membandingkannya, peneliti dapat memberikan informasi dan hasil
analisis data yang khas sesuai dengan kasus yang dialaminya.
5) Pernyataan Kesediaan Informan
Dalam meningkatkan kredibilitas proses dan hasil penelitian kualitatif, sangat penting
bagi peneliti untuk menyediakan format surat pernyataan tersebut (consent form),
peneliti harus menyatakan beberapa kesepakatan yang berkaitan dengan peran
partisipan dalam penelitian. Pertama-tama, peneliti perlu menjelaskan siapa peneliti
dan untuk apa penelitian dilakukan. Peneliti juga perlu menyatakan bahwa
keikutsertaan partisipan dalam penelitian ialah bersifat sukarela dan dia berhak
mengundurkan diri tanpa paksaan selama proses pengumpulan data berlangsung.
6) Memahami Setting Penelitian
Peneliti kualitatif disarankan perlu mengenal setting penelitian dengan baik sebelum
melakukan penelitian sehingga proses pengumpulan data dapat dilakukan dengan baik.
Karena itu, peneliti dituntut untuk melakukan kontak awal dengan para informan kunci
dalam komunitas atau organisasi yang hendak diteliti. Pengalaman pada kontak awal
ini dapat dijadikan dasar perkiraan peneliti akan hasil yang diperoleh. Jika pada
komunikasi awal setting penelitian tidak bersedia atau tidak terbuka dengan kehadiran
peneliti, sebaiknya jangan dipaksakan untuk meneliti di setting penelitian tersebut.
7) ‘Thick Description’ berdasarkan ‘Rich Data’
Kedua istilah tersebut mengacu pada proses analisis data yang mendetail dan
mendalam. Proses analisis seperti ini hanya bisa dilakukan jika peneliti memiliki
informasi yang memadai tentang masalah penelitian yang diteliti dan dengan
penggunakan multi-teknik, peneliti dapat memiliki informasi dari berbagai sumber.
Dalam penjelasan yang mendalam dan mendetail tersebut, peneliti harus menjelaskan
peristiwa-peristiwa, perilaku-perilaku, sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang aktual.
8) Pertanyaan Iteratif
Salah satu keahlian yang dituntut bagi seorang peneliti kualitatif ialah kemampuannya
mengajukan pertanyaan-pertanyaan feedback berdasarkan alur tema diskusi atau
wawancara. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan untuk mengkonfi rmasi apa yang
telah disampaikan informan selama proses wawancara atau FGDs.
9) Kualifikasi dan Pengalaman Peneliti
Kredibilitas penelitian kualitatif juga dapat ditentukan oleh latar belakang pendidikan,
kualifikasi, dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian. Karena itu, perlu
diperhatikan bahwa penelitian pada dasarnya bertujuan memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu atau demi inovasi kebijakan
dan perbaikan praktik yang sedang berkembang. Dengan demikian, dalam menentukan
topik penelitian, peneliti perlu memperhatikan apakah topik dan masalah penelitian
telah sesuai dengan kualifi kasi dan pengalaman peneliti.
10) Temuan yang Beda dengan Kajian Literatur Agar hasil analisis data memiliki
validitas internal yang baik, peneliti perlu juga mencantumkan tema-tema utama yang
muncul dari lapangan penelitian, tetapi tidak sesuai dengan kajian literatur atau
kerangka teoretis. Yang perlu dijelaskan peneliti di sini ialah mengapa data-data
tersebut muncul dalam setting penelitian dan bagaimana situasi nyata tema-tema
tersebut.

B. Transferabilitas (Validitas Eksternal)


Secara khusus diartikan bahwa transferabilitas berkaitan dengan sejauh mana hasil
analisis data penelitian dapat diaplikasikan pada setting penelitian yang lain (Denzin &
Lincoln, 2005). Shenton (2004) menjelaskan bahwa untuk mencapai validitas eksternal
penelitian kualitatif, peneliti perlu secara mendetail menjelaskan:
a. konteks organisasi/komunitas yang diteliti (mengapa organisasi tersebut dipilih dan
berapa jumlah organisasi yang terlibat);
b. persyaratan menjadi informan penelitian (apa kriteria-kriteria utama memilih
informan penelitian);
c. jumlah partisipan yang berpartisipasi;
d. alasan penggunaan metode penelitian tertentu (mengapa tidak menggunakan
metode yang lain);
e. waktu yang dibutuhkan untuk wawancara/FGDs/observasi; dan
f. waktu yang dibutuhkan keseluruhan penelitian tersebut.

2. Konsep Validitas Penelitian Kuantitatif


Secara khusus, validitas penelitian kuantitatif berakar pada pandangan empirisme yang
menekankan pada bukti, objektivitas, kebenaran, deduksi, nalar, fakta dan data numerik
(Golafshani, 2003). Alat pengukuran yang umum dipakai ialah kuesioner dan tes. Dalam
konteks ini, alat ukur kuesioner tersebut perlu disusun sedemikian rupa agar dapat dijadikan
instrumen yang tepat untuk mendapatkan, menemukan, mendeskripsikan, mengeksplorasi,
dan/atau membandingkan berbagai informasi, topik, dan variabel penelitian.
A. Jenis-jenis Validitas Penelitian Kuantitatif
1) Criterion Validity
Criterion Validity Criterion validity berkaitan dengan apakah alat pengukuran
yang baru sudah tepat sesuai dengan instrumen pengukuran lainnya yang dianggap
sebagai model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu tertentu. Dalam
konteks ini, peneliti perlu membandingkan instrumen penelitian yang baru dengan
instrumen penelitian lainnya. Dalam bidang psikologi misalnya, hasil tes dengan
menggunakan alat pengukuran kecerdasan yang baru dikorelasikan dengan alat
pengukuran kecerdasan yang telah dipakai secara luas, yakni Stanford-Binet.
2) Content Validity
Validisi berkaitan dengan apakah butir-butir pernyataan (item-item) yang tersusun
dalam kuesioner atau tes sudah mencakup semua materi yang hendak diukur.
Misalnya, hendak meneliti tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Untuk tujuan tersebut, Anda melakukan
kajian literatur (literature review) tentang gaya-gaya kepemimpinan kepala sekolah
dalam era MBS.
DAFTAR PUSTAKA

Budiastuti D., & Bandur A. 2018. Validitas dan Reliabilitas Penelitian. Bandung: Mitra
Wacana Media

Denzin, N. K., & Lincoln, Y. . (2005). Th e Discipline and Practice of Qualitative Research. In
Handbook of qualitative research (3rd Ed., pp. 1–32). Th ousand Oaks, CA: SAGE
Publications.

Lewis, J. (2009). Redefi ning Qualitative Methods: Believability in the fi th moment.


International Journal of Qualitative Methods, 8(2), 1–13.

Maxwell, J. A. (1996). Qualitative Research Design: An interactive approach. London: SAGE


Publications.

Anda mungkin juga menyukai