PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktek pendidikan. Setelah berjalannya kurikulum di sekolah maka akan adanya
evaluasi kurikulum pada akhirnya. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting
baik dalam penentuan kebuijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada
pengambilan keputusan dalam kurikulum.Perubahan dalam kurikulum berpengaruh
pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan memberi warna pada
pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis,
dan prosesnya berlangsung secara evolusioner.
Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat
sangat informal sampai dengan yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat
informal evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang
perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang
lebih formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data,
sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk
kemajuan ke arah tujuan yang telah ditentukan.
Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program
evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan dan
proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum dan
kemampuan pendidik, kemampuan dan kemajuan peserta didik, fasilitas dan sumbersumber belajar dan lain-lain.Luas dan sempitnya suatu program evaluasi kurikulum
sebenarnya ditentukan oleh tujuannya. Suatu evaluasi harus memiliki nilai dan
penilaian, punya tujuan atau sasaran yang jelas, bersifat menyeluruh dan terus
menerus, berfungsi diagnostik dan terintegrasi.
individu atau efektivitas suatu produk. Menurut Nobert Seel dan Sanne Dijkstra,
evaluasi adalah melengkapi data yang memungkinkan kita untuk membandingkan
nilai atau dari dua atau lebih program. Ini menjadi dasar untuk memilih program atau
menentukan apakah harus diadakan evaluasi. Daniel Shuflebeam telah
mendefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan, memeroleh, dan memberikan
informasi yang berguna untuk menilai pengambilan keputusan. Collin Marsh and
George Willis menunjukkan bahwa evaluasi menembus semua aktivitas manusia.
Kenneth Sirotnik dan jeannie Oakes memperluas konsep evaluasi, mereka
berpendapat bahwa kita harus menyelidiki asumsi yang mendasari nilai-nilai yang
dipegang, posisi yang dianjurkan dan tindakan yang bertanggung jawab. Kebanyakan
evaluator memperbaiki tentang kehadiaran dan kepentingan nilai-nilai tidak dapat
diabaikan, mereka hanya dapat mempertimbangkan dalam konteks tertentu. Hal ini
dapat dinilai apakah program mencerminkan nilai-nilai dan dapat mempertanggung
jawabkan kurikulum. Kemudian evaluasi yang dilakukan adalah apakah tujuan
tersebut tercapai.
Sirontik dan Oakes menganjurkan jenis penyelidikan kritis yang disebut
hermeneutika. Dalam kamus mendefinisikan hermeneutio adalah studi tentang
prinsip-prinsip metodologis interpretasi. Dalam mengambil pendekatan hermeneutik,
untuk mengevaluasi kurikulum dan efeknya, seorang evaluator menimbulkan
mengajukan pertanyaan mendalam tentang nilai program penidikan, kebenaran atau
kelayakan dan pemerintah. Tentu saja menimbulkan satu pertanyaan seperti apa sikap
siswa dalam belajar, bagaimanapun bagaimana siswa belajar ditentukan oleh baik
tidaknya seseorang di dalam suatu organisasi dan di luar organisasi. Beberapa ahli
mengemukakan apa yang telah dipelajari oleh siswa menentukan keberhasilan.
1) Pengukuran dan evaluasi.
berfokus pada daerah seluruh sekolah, sistem penidikan Negara dan bahkan sistem
Undang-undang. Sedangkan evaluasi dalam jangkauan sempit, meliputi lembaga
tertentu individu misalnya perguruan tinggi dan atau kelompok misalnya, beberapa
perguruan tinggi dalam suatu daerah.
1) Pendekatan Scientific dan Pendekatan Humanistik
Lee Cronbach telah menempatkan pendekatan scientific dan pendekatan
humanistik di ujung rangkaian kurikulum. Evaluator Scientific menggunakan
pendekatan eksperimental (1) dua atau lebih kondisi di suatu tempat, salah satunya
adalah konsekuensi campur tangan sebuah keputusan penuh pertimbangan, (2) orang
atau lembaga yang didalamnya terdapat kondisi yang berjalan untuk menciptakan
kelompok yang setara, (3) semua peserta memperkirakan hasil pengukuran yang
sama.
Evaluator scintific cenderung berkonsentrasi pada peserta didik. Mereka
menggunakan data, lebih sering dalam bentuk nilai ujian, untuk membandingkan
prestasi siswa dalam kondisi yang berbeda. Data tersebut adalah data kuantitatif,
kemudian mereka dapat menganalisis dengan statistik. Keputusan program
didasarkan pada hasil perbandingan informasi yang didapatkan.
Dalam pendekatan humanistik, ada minat yang tumbuh. Orang mulai menyadari
bahwa pendidikan perlu menggunakan prosedur non tradisional untuk mengevaluasi
untuk memeroleh gambaran lebih jelas tentang kurikulum. Pendekatan humanistik
menekankan belajar dalam keadaan natural dan menolak eksperimen. Humanistik
lebih menyukai program pembelajaran secara langsung, bukan program yang
dipaksakan oleh evaluator. Orang tidak menunjuk pada perlakuan hanya untuk
kepentingan penelitian. Evaluator naturalis mengajukan pertanyaan yang berbeda dari
program yang berbeda. Manfaat yang dijelaskan, tidak terukur. Kesempatan observasi
dan tanggapan dari sekitar tidak terstruktur.
10
11
12
13
14
kurikulum yang diterapkan. Selain itu evaluasi juga memberikan poteret bagaimana
reaksi siswa terhadap kurikulum yang diterapkan.
3) Evaluator.
Evaluator bertugas mengumpulkan data sehingga dapat memberikan pandangan
kepada pembuat kebijakan. Evaluator tidak emmiliki kewenangan penggunaan data
tapi evaluator membantu memberikan klarifikasi kepada pembuat kebijakan.
Evaluator diibaratkan sebagai mata dan telinga yang berfungsi sebagai adan
pengumpul informasi. Evaluator sangat penting untuk menyokong pengembangan
kurikulum dan usaha implementasinya.
4) Orang tua dan masyarakat
Orang tua dan masyarakat sebaiknya tidak dengan mudah membaca atau
menandatangani hasil evaluasi anaknya namun juga berpartisipasi dan berkontribusi
dalam berbagai aspek kurikulum, termasuk dalam evaluasi kurikulum.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan
kebuijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan
dalam kurikulum.Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum,
sebaliknya perubahan evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum.
Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya
berlangsung secara evolusioner. Selain itu, dalam evaluasi kurikulum terdapat
beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan scintific dan humanistik; pendekatan
utilitari dan pendekatan intuisi; pendekatan intrinsik dan pendekatan hasil; evaluasi
formatif dan sumatif.
Dalam evaluasi kurikulum, terdapat tiga model yaitu scientifik model,
humanistik model, dan Illuminative model. Tahapan evaluasi kurikulum ada 6 yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
16
DAFTAR RUJUKAN
Ornstein, Allan dan Hunkins, Francis P. 2009. Curiculum Foundation, Principles,
and Issues. Amerika: Pearson
17