Anda di halaman 1dari 7

Bab IV

Evaluasi kurikulum
Dosen Pengampu:
Dra.Dilinar Adlin, M.Pd
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok 4
ANISA TRI WINATA (2213141019)
KASIANI NAZARA (2213341005)
MIKHA ANGELIKA PURBA ( 2211141015)
NABILA RAISAH ZHAFIRAH (2213141017)
TRIO RAMADHANI (2213141016)
UMMU ASSYIFA LUBIS (2213141006)

PENDIDIKAN SENI TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
A. Evaluasi dan Kurikulum

Evaluasi dan kurikulum merupakan 2 disiplin yang berdiri sendiri, ada pihak yang Serpendapat
antara keduanya tidak berhubungan, tetapi ada pihak lain yang mengatakan keduanya berkaitan dengan
sangat crat. Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan
evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum, hubungan antara evaluasi dan kurikulum
bersifat organis dan proses berinagsung ecara evolusioner.

Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum
bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa, dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan
implementasi kurikulum dan kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana,
fasilitas dan sumber-sumber balajar. Luas atau sempitnya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya
ditentukan oleh tujuannya. Apakah evaluasi tersebut mengembangkan dan menerapkan kreasinya sangat
besar, sehingga cukup sulin merancang alat penilaian yang mencakup skala yang agak luas Kesulitan
lainnya adalah menentukan andar kriteria.

3. Penckanan organisasi kurikulum

Kurikulum ini sangat menekankan pada proses belajar mengajar Perbedaan jelas antara
kurikulum yang menekankan organisasi dengan yang menekankan isi dan situasi adalah memberikan
perhatian yang sangat besar kepada si peserta didik Dalam pembelajaran model sistem instruksional
aktivitas murid sangat ditekankan, tetapi aktivitas ini merupakan aktivitas yang sudah dirancang secara
ketat. Siswa melakukan kegiatan yang telah diatur dan diprogramkan Siswa mempunyai kesempatan, dan
didorong untuk berinovasi, menyatakan kreativitasnya. Dalam belajar aktif tersebut penguasaan bahasa
serta proses mental si peserta didik sangat memegang peranan utama Anak menurut Bruner merupakan
hasil yang sangat kompleks dan sejarah, biologi dan sosial, harus berpartisipasi secara aktif dalam
lingkungan belajar, menguasai bahas dan menguasai kemampuan-kemampuan kognitif. dingukan untuk
menilai keseluruhan sistem kurikulum atau hanya komponen-komponen tertentu dalam sistem kurikulum
tersebut. Apakah mengevaluasi keseluruhan sistem atau komponen-komponen tertentu saja, diperlukan
persyaratan-persyaratan tertentu, agar hasil evaluasi tersebut tetap bermakna

B. Konsep Kurikulum

Beberapa teori tentang kurikulum mengarah pada rencana, movasi, dasar-dasar filosofis dan pada
konsep-konsep yang diambil dan ilmu perilaku manusia. Secara sederhana toon kurikulum dalam di
klasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum. pada situasi pendidikan serta
pada organisasi kurikulum 1 Penekanan pada isi kurikulum.

Strategi pengembangan yang menekankan isi merupakan yang paling baynyak dipakai tetapi juga
selalu dilakukan penyempurnaan dan pembaharuan Hal im berdasarkan oleh

(a) tuntutan untuk menguatkan kembali nilai-nilai moral dan budaya dari masyarakat,

(b) perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan;


(c)adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih berorientasi pada pekerjaan Faktor-faktor
tersebut berpengaruh pada pengembangan kurikulum, misalnya penguatan kembali nilai-nilai moral dan
budaya akan meminta perhatian yang lebih besar pada kumpulan ilmu pengetahuan masa lalu, orientasi
pada pekerjaan akan lebih banyak melihat ke masa depan, sedangkan titik tolak pada pandangan filosofis
akan lebih menekankan pada disiplin-diziplin keilmuan.

C. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa perbedaan penekanan dalam kurikulum
mengakibatkan perbedaan dalam pola rancangan, dalam pengembangan serta dalam desiminasinya.
Konsep kurikulum menekankan isi, memberikan perhatian besar pada analisis pengetahuan baru yang
ada, konsep situasi menuntut penilaian secra rinci tentang lingkungan belajar, konsep organisasi memberi
perhatian besar pada struktur belajar

Perbedaan-perbedaan tersebut mempengaruhi langkah selanjutnya Pengembangan kurikulum


yang menekankan isi, membutuhkan aktu mempersiapkan situasi belajar dan menyatukan tujuan
pengajaran yang cukup lama Kurikulum yang menekankan situasi, waktu untuk mempersiapkan lebih
pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan organisasi, waktu persiapannya hampir sama dengan
kurikulum yang menekankan isi Kurikulum yang menekankan isi sangat mengutamakan peranan
desiminasi Tipe kurikulum ini mengikuti model penyebaran difusi dari pusat ke daerah. Sebaliknya.
penyebaran kurikulum yang menekankan situasi sangat mementingkan perryiapan unsur unsur yang
terkait Perkembangan kurikulum bersifat lokal, individual dan khas. Oleh sebab itu penyebaran
kurikulum masing-masing dapat menyesuaikan diri serta mencari keserasian antara arahan yang bersifat
pusat dengan tuntutan kebutuhan dan sifat-sifat lokal Kurikulum yang menekankan organisasi, strategi
penyebarannya sangat mengutamakan latihan guru. Penyebaran ini merupakan pembaharuan dari dalam
dan bukan keharusan dari luar.

Macam-macam model evaluasi yang di gunakan bertumpu pada aspek-aspek tertentu yang
diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum Model evaluasi yang bersifat komparatif berkaitan
dengan tingkah laku individu, evaluasi yang menekankan tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang
menekankan pada bahan ajran atau isi kurikulum, model (pendekatan) antroplogis dalam evaluasi
ditujukan untuk mengevaluasi tingkah tingkah laku dalam suatu lembaga sosial

D. Peranan Evaluasi Kurikulum

Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal


berkenaan dengan 3 hal, yaitu evaluasi sebagai moral judgement, evaluasi dan penentuan keputusan,
evaluasi dan konsensus nilai.

1. Evaluasi sebagai moral judgment

Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya Hal
ini mengandung dan pengertian pertama evaluasi bensi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut
suatu objek evaluasi dapat dinilai Kedua, evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis. Berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut suatu hasil dapat dumilat Proses evaluasi meliputi, pengumpulan informasi dan
menentukan suatu evaluasi penilaian Masalah dan konsep pendidikan selalu mengalami pengembangan,
oleh sebab itu hubungan antara informasi pendidikan yang diperoleh dengan keputusan yang diambil juga
mengalami perkembangan juga Perkembangan ini terutama berkenaan dengan perkembangan atau
perubahan nilai-nilai Oleh karena itu, salah satu tugas dari para evaluator pendidikan mempelajari
kerangka nilai-nilai tersebut.

2. Evaluasi dan penentu keputusan

Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum, meliputi: gunu murid, orang
tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum, dan sebagainya Siapa diantara mereka yang
memegang peranan paling besar dalam penentu keputusan. Pada prinsipnya semua individu yang terkait,
membuat keputusan sesuai dengan posisinya Besar kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh
seseorang sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu
saat Misalnya pada marid, menentukan keputusan berkenaan dengan kepentingan dirinya. Pada guru,
menentukan keputusan bagi kepentingan seorang, beberapa orang murid, atau dapat bagi seluruh murid.
Demikian juga ruang lingkup keputusan yang diambil oleh kepala sekolah, inspektur, pengembang
kurikulum dan sebagainya berbeda-beda. Tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi memegang
posisi nilai yang berbeda, sesuai dengan posisinya. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan
hasil evaluasi bagi pengambil keputusan adalai hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak
pengambil keputusan adalah sama masalah berkaitan dengan apakah evaluasi tersebut dapat bermanfaat
bagi semua pihak

3. Evaluasi dan konsensus nilai

Secara historis konsesus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi tas mental serta
eksperimen Konsesus tersebut berupa kerangka kerja penelitian, yang dipusatkan pada nguan-tujuan
khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistik dan pre test
dan post test, dan sebagainya Model penelitian diatas merupakan suatu social engineering atau system
approach dalam pendidikan. Dalam model penelitian tersebut keseluruhan kegiatan dapat digambarkan
dalam suatu flow chart yang merumuskan secara operasional input (pre test) cara-cara kegiatan
(treatment) serta output (post test). Selain mempusatkan pada tujuan-tujuan yang akan dicapai, dalam
penggunaan model diatas juga harus ada konsesus tentang siapa diantara para partisipan tersebut turut
terlibat secara langsung. Tanpa adanya persetujuan tentang hal-hal tersebut maka akan sukar untuk dapat
menyusun flow chari yang definitif. Model system approach atau model social engineering bersifat goal
based evaluation, karena bertitik tolak dari tujuan-tujuan khusus.

E. Ujian sebagai Evaluasi Sosial

Ujian bukan saja menunjukkan nilai pengetahuan atau kemampuan secara sosial, tetapi juga telah
merupakan peraturan dari sekolah Dalam dua dekade pertama dari abad 20 sejumlah ahli psikologi
dikumpulkan dalam satu komisi untuk menyusun tes kecerdasan Sistem ujian lebih banyak digunakan
untuk mengukur atau menguji kemampuan siswa Untuk menilai gambaran sekolah secara keseluruhan,
yaitu menilai tentang keadaan murid, guru, kurikulum, pembiayaan sekolah, fasilitas sekolah,
keseragaman sekolah, penyusunan cancangan dan pemeliharaan sekolah diperlukan sistem pengumpulan
data serta penilaian jainnya. Untuk mengukur kemampuan siswa digunakan istilah examination atau
assessment maka untuk penilaian keseluruhan situasi sekolah atau kurikulum lebih tepat digunakan istilah
evaluation.

Para evaluator menyadari bahwa aneka macam kerangka kerja evaluasi mempunyai implikasi
terhadap penentuan keputusan pendidikan. Barry Mc Donald (1975), mendasarkan argumentasinya pada
anggapan dasar bahwa evaluasi merupakan kegiatan politik. Donald membedakan adanya 3 tipe evaluasi
dalam pendidikan dan kurikulum, yaitu evaluasi birokratik, otokratik, dan demokartik.

1. Evaluasi Birokratik Suatu layanan yang bersifat unconditional terhadap lembaga lembaga
pemerintahan yang memiliki wewenang kontrol terbesar dalam alokasi sumber-sumber pendidikan.
Evaluator menerima kebijaksanaan dari pemegang jabatan, dengan menggunakan berbagai informasi
yang diperoleh akan membantu mereka mencapai tujuan dari kebijaksanaan yang telah ditentukan Prinsip
utama evaluasi birokratik adalah pelayanan (service), penggunaan (utility), dan efisiensi (efficiency)

2. Evaluasi Otokratik. Suatu layanan evaluasi terhadap lembaga-lembaga pemerintah yang mempunyai
wewenang kontrol cukup besar dalam mengalokasikan sumber sumber pendidikan. Tugas para evaluator
adalah membantu pelaksanaan kebijaksanaan, ketentuan-ketentuan hukum dan moral dari birokrasi
Peranan evaluator mempunyai wewenang penuh dalam bidangnya. Bila rekomendasi evaluator ditolak,
maka kebijaksanaannya tidak bisa dilaksanakan Sumber kekuatan evaluator adalah penelitian
kemasyarakatan. Konsep utama evaluator otokratik adalah evaluasi yang bersifat prinsipil dan objektif.

3. Evaluasi demokratik Suatu layanan pemberian informasi terhadap masyarakat, tentang program-
program pendidikan. Evaluasi ini menganut nilai pluralisme serta mengusahakan memenuhi berbagai
minat masyarakat dalam memberikan informasi Tugasnya adalah memberikan informasi terhadap
kelompok-kelompok masyarakat, dan evaluator bertindak sebagai perantara dalani pertukaran informasi
diantara kelompok-kelompok yang berbeda. Konsep utama evaluator demokratis adalah kerahasiaan,
musyawarah, dan ketercapaian sasaran

F. Model-model Evaluasi Kurikulum 1. Evaluasi Model Penelitian

Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode
tes psikologi serta eksperimen lapangan. Tes psikologis dan tes psikometrik pada umumnya mempunyai
dua bentuk, yaitu tes itcligensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil
belajar yang mengukur perilaku skolastik. Eksperimen lapangan dalam pendidikan menggunakan
pendekatan perbandingan antara dua kelompok anak, yang menggunakan metode berbeda. Kelompok
pertama belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur
Rancangan penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan yang sangat teliti dan rinci. Besarnya sampel,
variabel yang terkontrol, hipotesis, treatment, tes hasil belajar, dan sebagainya, perlu dirumuskan secara
tepat dan rinci. Tetapi model ini juga memiliki kendala dalam menguji coba eksperimennya, seperti

(1) kesulitan administrasi, sedikit sekali sekolah yang bersedia jadikan sekolah eksperimen;
(2) masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk
kelompok-kelompok yang diuji,

(3) sukar untuk pencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan
kelompok ontrol, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol;

(4) ada keterbatasan mengenai upalasi eksperimen yang dapat dilakukan

2. Evaluasi Model Objektif

Perbedaan model objektif dengan model komparatif adalah dalam dua hal. Pertama perbedaan
model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum.
Para evaluator juga mempunyai peranan menghimpun pendapat pendapat orang luar tentang inovasi
kurikulum yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum, kegiatan
penilaian ini sering disebut evaluasi sumatif Dalam hal-hal tertentu sering evaluator bekerja sebagai
bagian dari tim pengembang Informasi-informasi yang diperoleh dari hasil penilaian digunakan untuk
penyempurnaan movasi yang sedang berjalan. Evaluasi ini sering disebut evaluasi formatif

Kedua, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat
objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-
tujuan tersebut. Para pengembang kurikulum yang menggunakan sistem instruksional (model objektif)
menggunakan standar pencapaian tujuan ujuan tersebut. Tujuan dari comparative approach adalah menilai
apakah kegiatan yang dilakukan kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif,

a) Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum


b) Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
c) Menyusun materi kurikulumyang sesuai dengan tujuan tersebut d. Mengukur kesesuaian
antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan

Tes untuk mengukur prestasi belajar anak merupakan bagian integral dari kurikulum Tiap butir
tes berkenaan dengan keterampilan, unit, atau tingkat tertentu dari tujuan khusus. Untuk mengikuti
program pendidikan sisa harus mengambiltes penempatan, untuk menentukan dimana mereka harus mulai
belajar. Kemajuan siswa harus dimonitor oleh guru dengan memberikan tes yang mengukur tingkat
penguasaan tujuan-tujuan khusus melalui pre t dan post test. Siswa dianggap menguasai suatu unit bila
memperoleh skor minimal 80. sala ini sudah dikuasai berarti penguasaan siswa sudah sesuai dengan
kriteria

3. Evaluasi Model Campuran Multivariasi

Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran
mutivariasi, yaitu strategi evalasi yang menyatukan unsur-unsur dan kedua pendekatan tersebut. Strategi
ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap
kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing masing kurikulum. Langkah-langkah model
multivariasi adalah sebagai berikut:
a. Mencari sekolah yang minat untuk dievaluasi/diteliti
b. Pelaksanaan program
c. Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan
metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan
d. Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variabel
yang berbeda

Akan tetapi ada beberapa kesulitan yang dihadapi oleh model campuran multivariasi yaitu;

(1) model multivariasi ini lebih sesuai bagi evaluasi kurikulum skala besar,

(2) ferialu banyak variabel yang perlu diluitung, kemampuan komputer hanya sampai 0 variabel,
sedangkan dengan model ini dapat dikumpulkan sampai 300 variabel,

(3) walaupun model multivariasi telah mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan eksperimen
langan tetapi etap menghadapi masalah-masalah pembandingan

Model-model evaluasi kurikulum tersebut berkembang dari dan digunakan untuk mengevaluasi
model atau pendekatan kurikulum tertentu. Model perbandingan lebih sesuai untuk mengevaluasi
pengembangan kurikulum yang menekankan isi (content based curriculum), model tujuan lebih
sesuaidigunakan dalam pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan tujuan (goal based
curriculum), model campuran dapat digunakan untuk mengevaluasi baik kurikulum yang menekankan isi,
tujuan maupun situasi (situation based curriculum)

Anda mungkin juga menyukai