Budaya mesur-mesuri ini termasuk dalam kategori budaya lama suku Karo.
Penting untuk diketahui, karena budaya mesur-mesur ini memiliki mitos sebagai
pembawa kemakmuran dan kesehatan bagi yang melakukannya. Budaya ini biasanya
dilakukan untuk ibu-ibu yang sedang hamil tujuh bulan, atau dalam bahasa Karo
psikologis agar aman dalam melahirkan bayinya. Mungkin ada tekanan psikologis
yang dialami oleh calon ibu dalam rumah tangganya. Baik oleh suami, mertua
Dengan demikian, setelah acara mesur-mesuri dilaksanakan, semua beban yang ada
selama ini telah terangkat dan selesai. Dalam acara ini diberikan berbagai macam
makanan dan buah-buahan yang disukai oleh calon ibu dan calon ayah. Semua
makanan disiapkan oleh keluarga ibu dari istri yang menjalani acara mesur-mesuri.
Dalam tradisi Karo disebut “Singalo Bere-bere” dan “Singalo Perkempun. Makanan
yang disajikan, biasanya makanan khas Karo, terutama satu kari ayam utuh dengan
kari Karo. Kue khas Karo seperti cimpa unung-unung dan tuang, kelapa muda utuh
dan sebagainya. Jangan lupa sebelum menikmati makanan yang disajikan, didahului
dengan doa sesuai agama dan kepercayaannya. Kesempatan baru diberikan kepada
calon ibu dan calon ayah. Makan bersama di atas tikar putih bersih di ruang/ruangan
meminta keselamatan bagi ibu, janin, serta keluarga kedua belah pihak dan keluarga
yang hadir. Biasanya doa dipanjatkan oleh pemimpin agama, seperti pendeta,
penatua atau pekerja pelayanan di gereja. Dengan demikian semuanya lengkap baik
dari segi budaya maupun agama. Tidak ada aturan yang dilanggar dalam
segala sesuatu kepada-Nya, diharapkan semua mendapat berkah dan rahmat yang
luar biasa.
Maba Anak Kulau diartikan sebagai upacara membawa anak ke tempat mandi,
pancuran atau sungai. Upacara ini dilakukan saat anak berusia 4 sampai 7 hari
tergantung petunjuk dari guru dukun. Saat ini upacara ini sudah sangat sulit
ditemukan.
3. JUMA TIGA
Seminggu setelah santri baru Kulau, barulah dilaksanakan upacara jumaat ketiga.
Adapun cara ini dilakukan bagi pejabat untuk mengetahui pekerjaan anak di
kemudian hari. Untuk itu, anak dibawa ke tempat juma sawah atau tiga pasar. Sianak
kemudian ditaruh di atas kain dan didekatkan dengan alang-alang bambu, serser,
sejenis tumbuhan yang batangnya berbulu, tanah, dan sebagainya. Dari apa yang
dimiliki anak, dukun akan memaknai bakat atau karya anak di masa depan.
Ketika seorang ibu dianggap akan melahirkan, beberapa anggota keluarga akan
berkumpul. Keluarga yang akan datang ini adalah Kade – kade telu sendalanen 8
• Perlengkapan yang perlu disiapkan untuk menunggu kelahiran anak antara lain :
Kulit bambu runcing Sembilu, kain cerawisen panjang, Kundulen, Jerango, Belo
• Teknik Pelaksanaan Orang yang akan melahirkan kemudian disiapkan rawisen dan
kursi kundulen yang akan membantu persalinan setelah anak lahir, kemudian tali
pusar yang masih menempel dipotong menggunakan sabit sehingga bambu ini
digunakan untuk tali pusar yang masih melekat. Setelah tali pusar dipotong, kepala
anak diberi obat semprot. Ibu yang melahirkan harus dimandikan. Masuknya dunia
medis telah membuat sistem atau cara melahirkan terbengkalai karena jarangnya
proses ini menyebabkan penyakit baik bagi ibu maupun anak akibat rendahnya
5. ERBAHAN GELAR
Erbahan gelar dapat diartikan sebagai proses pemberian nama anak. Pemberian
nama ini bila ditujukan kepada anak laki-laki dilakukan dengan kalimbubu, sedangkan
untuk anak perempuan nama tersebut berasal dari anak beru. Namun, upacara ini
Mareken Amak Showen adalah upacara yang ditujukan untuk Kalimbbu Singo Ulu
Emas, berupa pemberian tikar putuhtikar yang terbuat dari daun pandan sebagai alas
tidur untuk Amak Showen. Upacara ini dilakukan oleh satu keluarga yang biasanya
selama satu atau dua tahun telah dikaruniai keturunan. Upacara ini merupakan
bentuk ungkapan cinta antara seorang bebere kepada ibunya. Selain pemberian
pertunjukan amak, ada beberapa barang lain yang juga diserahkan pada acara adat
tersebut, yaitu sarung kampuh, serta lauk pauk dan lauk pauk. Kalimbobu Singo Ulu
Emas pun memberikan beberenya kain selempang untuk dibawa oleh cucunya. Di
7. NGELEGI BAYANG-BAYANG
Anak pertama dalam masyarakat Karo memiliki kedudukan yang istimewa, karena
hanya kepada dialah adat ini dilaksanakan. Untuk anak pertama, Kalimbbu memiliki
kewajiban memberikan: sepasang gelang kaki, kalung dan ikat pinggang, ikat
pinggang dan selempang. Selanjutnya untuk anak kedua atau seterusnya, kebiasaan
ini tidak lagi dilakukan. Proses ini disebut Adat ngelegi bayang-bayang dan masih
8. ERGUNTING
Ergunting merupakan upacara atau salah satu kegiatan yang sudah menjadi
kewajiban bagi masyarakat Karo pada umumnya, yang diperuntukan bagi bayi yang
dilahirkan. Dari asal katanya yaitu ergunting, kegiatan ini merupakan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan ini dalam tradisi masyarakat Karo tidak ditentukan
secara pasti. Namun biasanya masyarakat Karo mengadakan acara seru ini saat anak
berusia 2 bulan hingga 2 tahun. Dan tentunya upacara ergunting dilakukan setelah
bayi melakukan tiga upacara erjuma (berkebun), yaitu sekitar 2-3 bulan setelahnya.
Acara erscissor ini dilakukan dengan cukup sederhana. Semua kerabat dan teman
diundang untuk menghadiri acara tersebut. Dalam hal ini, semua sangkep nggeluh
harus hadir bersama-sama untuk melaksanakan acara ini. Bahan dan peralatan yang
Peran sangkep nggeluh pada acara ergunting sangat penting, terutama mengenai
siapa yang akan memotong rambut anak. Dalam tradisi atau adat Karo, jika anak laki-
laki, yang bertekad untuk memotong rambut anak adalah ibu (paman anak).
Sedangkan jika perempuan, maka bengkila (suami dari bibi anak) yang bertekad
kepercayaan bahwa jika upacara ergunting tidak dilakukan pertama kali oleh ibu atau
bengkila anak, maka kemungkinan besar hal buruk akan menimpa anak tersebut.
Biasanya hal buruk yang terjadi pada anak berupa menderita penyakit. Alasannya
karena tendi buk (rambut roh) pada anak merasa terhina. Memang, penderitaan
ketuhanan (Riyanto, 2013: 244). Oleh karena itu, masyarakat Karo percaya bahwa jika
upacara ergunting tidak dilakukan pertama kali sesuai dengan peraturan yang ada,
diyakini akan membawa sesuatu yang buruk bagi anak. Namun sebaliknya jika
upacara ergunting dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu ibu atau
bengkila anak yang memotong rambut anak pertama kali, maka tidak akan terjadi hal
buruk pada anak tersebut. Dan selanjutnya, untuk potong rambut anak bisa dilakukan
Acara Ergunting ini biasanya diadakan pada pukul 09.00 WIB, saat matahari mulai
bersinar terik. Programnya dilakukan sebagai berikut: Sebuah tikar putih yang telah
disiapkan dibentangkan luas di ruang tamu rumah. Di atas tikar putih diletakkan
cimpa, pisang, gula aren, kelapa bulat, pangkas, dan tebu. Mami, sambil
menggendong bayi dan ibunya (paman) juga duduk di atas tikar putih. Sebelum ibu
bayi mulai memotong rambutnya, disediakan lau meciho (air bersih) untuk
merendam pisau atau gunting yang digunakan untuk memotong rambut anak. Hal ini
dilakukan karena dalam tradisi masyarakat Karo pada masa lalu, setiap benda
mistik atau spiritual. Jadi tujuan pisau atau gunting yang dibenamkan di lau meciho
adalah untuk menetralisir unsur mistis yang terdapat pada benda tajam tersebut.
Agar pada saat pisau atau gunting digunakan untuk memotong rambut anak, alat
anak.Saat merendam peralatan yang digunakan untuk memotong rambut, ibu bayi
ditaburkan sedikit di atas kepala anak sebanyak 11 kali. Hal ini dilakukan dengan
Setelah itu dilakukan maka ibu dari anak tersebut mulai memotong rambutnya.
Cara memotong rambut anak pertama kali tidak sama dengan cara memotong
rambut pada umumnya. Rambut yang tumbuh di bagian depan, kira-kira tepat di
tengah-tengah bagian depan kepala, yang biasanya mencuat di depan dahi, tidak
dipotong. Ibu dari anak tersebut akan meninggalkan rambut di bagian depan kepala
dan mengikatnya dengan benang putih. Kemudian kepala anak disiram dengan air
kepala anak basah, ibu mulai memotong rambut anak sampai selesai. Potongan
rambut dikumpulkan dan seluruh tempat dibersihkan. Setelah semua selesai, acara
ditutup dengan makan bersama. Kegiatan ini merupakan simbol rasa syukur atas
kalimbubu, sekaligus rasa bangga bagi yang bere-bere (anak), karena dikaruniai
kesehatan yang baik. Kebanggaan yang dirasakan oleh kalimbubu karena bere-bere
kelahiran anak. Upacara sakral dalam tradisi Batak Toba ini dikenal dengan sebutan
mambosuri. Dalam kepercayaan Batak Toba, rumah tangga yang sempurna harus
memiliki anak; baik putra maupun putri. Acara mambosuri memiliki makna bahwa
kedua pasangan harus siap menerima tanggung jawab sebagai orang tua, khususnya
Pasangan suami istri harus siap dengan segala perubahan yang akan mewarnai
kehidupan keluarga, baik tanggung jawab dalam menjalankan prosesi adat, termasuk
ucapan syukur dengan memohon doa agar pasangan yang sedang menunggu buah
hati di usia 7 bulan kandungan istri saat anak pertama diberikan kesehatan, rezeki
dan keselamatan.
Keluarga kedua belah pihak istri dan suami sepakat untuk melaksanakan acara adat
Acara yang akan dihadiri oleh keluarga laki-laki (dalam bahasa Batak Toba,
paranak) dan perempuan (dalam bahasa Batak Toba, parboru) dengan tujuan
tersebut. Biasanya acara mambosuri adalah saat matahari mulai terbit (dalam
bahasa Batak Toba, parnangkok ni mata ni ari) atau sekitar pukul 10.00 hingga 11.00
WIB.
Sebelum memulai acara, pihak parboru harus menyiapkan dan membawa piring
yang dikenal sebagai pinggan pasu berisi nasi dan arsik ikan mas atau ihan batak
kepada seorang wanita yang sedang hamil 7 bulan dan diisi dengan buah pinang
muda sebagai simbol kebahagiaan memiliki keturunan dengan umur panjang. Dalam
acara ini juga disajikan sejumlah makanan khas Batak Toba, seperti Mira (ayam putih
Napinadar) dengan bumbu sira pege (potongan cabai, jahe dan bawang merah), itak
pohul (kue geprek; campuran nasi yang dihaluskan dengan kelapa dan dibentuk
sesuai selera). genggaman jari dan bentuk jari harus muncul), itak nanihopingan
sebagai simbol keselamatan di siang hari agar kehidupan seperti datangnya matahari
menjadi cerah. Selain itu jeruk purut yang direndam air bersih untuk diminum oleh
pasangan yang berusia bulan dan dipercaya bisa melancarkan persalinan nantinya,
tentunya ditemani sambil menikmati buah yang menyejukkan yaitu pisang dan
menurut adat biasanya dan menyiapkan sejumlah uang dalam amplop yang
diserahkan kepada mertua suami saat acara selesai sebagai ucapan terima kasih.
adat batak berupa ikan batak jenis ikan Mahseer dari genus Tor Dekke Jurung-jurung
dan ulos tondi dengan tujuan agar si Ibu sehat-sehat pada waktu melahirkan dan
anak yang akan dilahirkan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa serta
pada sanak saudara. Jika waktu untuk melahirkan sudah tiba sanak saudara
memanggil “Si Baso” dukun. Dukun beranak akan memberikan obat agar si Ibu tidak
susah untuk melahirkan yang disebut salusu. Salusu adalah satu butir telur ayam
dipecah lalu diberikan kepada si ibu untuk ditelan. Universitas Sumatera Utara
3. MANGHAROAN
Setelah si Ibu melahirkan si baso mematok tali pusat bayi dengan sisik bambu yang
tajam dengan beralaskan buah ubi rambat dengan ukuran 3 jari bayi. Kemudian
penanaman ari-ari bayi menurut orang Batak Toba biasa ditanam di tanah yang
becek sawah. Ari-ari dimasukkan dalam tandok kecil yang dianyam dari pandan
bersama dengan 1 biji kemiri, 1 buah jeruk purut dan 7 lembar daun sirih. Setelah
makanan yang pertama yang disebut tilan kotoran pertama. Si dukun memberikan
kalung yang berwarna merah, putih, hitam bersama soit dan hurungan tondi . Soit
adalah sebuah anyaman kalung yang terdapat dari buah sebuah kayu. Hurungan
Tondi adalah buah kayu yang bernama kayu Hurungan Tondi , buah kayu yang
bertuliskan tulisan batak. Kalung ini mempunyai kegunaan agar jauh dari seluruh
mara bahaya, tekanan angin, petir dan seluruh setan jahat. Untuk perawatan Ibu
makanan ciri khas Batak Toba pada saat melahirkan, yang diresep dari bangun-
bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa. Makanan ini berfungsi untuk melancarkan
peredaran darah bagi si Ibu yang baru melahirkan membersihkan darah kotor bagi
Ibu yang melahirkan menambah, menghasilkan air susu Ibu dan sekaligus
4. MAMOHOLI
Mamoholi disebut manomu-nomu yang maksudnya adalah menyambut kedatangan
(kelahiran) bayi yang dinanti-nantikan itu. Disamping itu juga dikenal istilah lain
untuk tradisi ini sebagai mamboan aek ni unte yang secara khusus digunakan bagi
kunjungan dari keluarga hula-hula/tulang. Pada hakikatnya tradisi mamoholi adalah
sebuah bentuk nyata dari kehidupan masyarakat Batak tradisional di bona pasogit
yang saling bertolong-tolongan (masiurupan). Seorang ibu yang baru melahirkan di
kampung halaman, mungkin memerlukan istirahat paling tidak 10 hari sebelum dia
mampu mempersiapkan makanannya sendiri. Dia masih harus berbaring di dekat
tungku dapur untuk menghangatkan badanya dan disegi lain dia perlu makanan yang
cukup bergizi untuk menjamin kelancaran air susu (ASI) bagi bayinya.