Anda di halaman 1dari 12

BAB III

KARO & BATAK TOBA


UPACARA ADAT KELAHIRAN KARO
1. MESUR-MESURI

Budaya mesur-mesuri ini termasuk dalam kategori budaya lama suku Karo.

Padahal, sangat penting diketahui masyarakat Karo secara umum.

Penting untuk diketahui, karena budaya mesur-mesur ini memiliki mitos sebagai

pembawa kemakmuran dan kesehatan bagi yang melakukannya. Budaya ini biasanya

dilakukan untuk ibu-ibu yang sedang hamil tujuh bulan, atau dalam bahasa Karo

disebut 'natang keberuntungan'.

Tujuan dari budaya mesur-mesuri adalah untuk mempersiapkan ibu secara

psikologis agar aman dalam melahirkan bayinya. Mungkin ada tekanan psikologis

yang dialami oleh calon ibu dalam rumah tangganya. Baik oleh suami, mertua

maupun keluarga dekat lainnya.

Dengan demikian, setelah acara mesur-mesuri dilaksanakan, semua beban yang ada

selama ini telah terangkat dan selesai. Dalam acara ini diberikan berbagai macam

makanan dan buah-buahan yang disukai oleh calon ibu dan calon ayah. Semua

makanan disiapkan oleh keluarga ibu dari istri yang menjalani acara mesur-mesuri.

Dalam tradisi Karo disebut “Singalo Bere-bere” dan “Singalo Perkempun. Makanan

yang disajikan, biasanya makanan khas Karo, terutama satu kari ayam utuh dengan

kari Karo. Kue khas Karo seperti cimpa unung-unung dan tuang, kelapa muda utuh

dan sebagainya. Jangan lupa sebelum menikmati makanan yang disajikan, didahului

dengan doa sesuai agama dan kepercayaannya. Kesempatan baru diberikan kepada

calon ibu dan calon ayah. Makan bersama di atas tikar putih bersih di ruang/ruangan

tersendiri, kemudian diikuti oleh anggota keluarga lainnya.


Tuhan tetap sebagai Tuhan tertinggi dalam setiap budaya karo. Tuhan masih

meminta keselamatan bagi ibu, janin, serta keluarga kedua belah pihak dan keluarga

yang hadir. Biasanya doa dipanjatkan oleh pemimpin agama, seperti pendeta,

penatua atau pekerja pelayanan di gereja. Dengan demikian semuanya lengkap baik

dari segi budaya maupun agama. Tidak ada aturan yang dilanggar dalam

pelaksanaannya. Dengan selalu mengucap syukur kepada Tuhan dan mempercayakan

segala sesuatu kepada-Nya, diharapkan semua mendapat berkah dan rahmat yang

luar biasa.

2. MABA ANAK KULAU

Maba Anak Kulau diartikan sebagai upacara membawa anak ke tempat mandi,

pancuran atau sungai. Upacara ini dilakukan saat anak berusia 4 sampai 7 hari

tergantung petunjuk dari guru dukun. Saat ini upacara ini sudah sangat sulit

ditemukan.

3. JUMA TIGA

Seminggu setelah santri baru Kulau, barulah dilaksanakan upacara jumaat ketiga.

Adapun cara ini dilakukan bagi pejabat untuk mengetahui pekerjaan anak di

kemudian hari. Untuk itu, anak dibawa ke tempat juma sawah atau tiga pasar. Sianak

kemudian ditaruh di atas kain dan didekatkan dengan alang-alang bambu, serser,

sejenis tumbuhan yang batangnya berbulu, tanah, dan sebagainya. Dari apa yang

dimiliki anak, dukun akan memaknai bakat atau karya anak di masa depan.

4. ADAT ANAK TUBUH

Ketika seorang ibu dianggap akan melahirkan, beberapa anggota keluarga akan

berkumpul. Keluarga yang akan datang ini adalah Kade – kade telu sendalanen 8
• Perlengkapan yang perlu disiapkan untuk menunggu kelahiran anak antara lain :

Kulit bambu runcing Sembilu, kain cerawisen panjang, Kundulen, Jerango, Belo

penurungi, bahan Okup.

• Teknik Pelaksanaan Orang yang akan melahirkan kemudian disiapkan rawisen dan

kursi kundulen yang akan membantu persalinan setelah anak lahir, kemudian tali

pusar yang masih menempel dipotong menggunakan sabit sehingga bambu ini

digunakan untuk tali pusar yang masih melekat. Setelah tali pusar dipotong, kepala

anak diberi obat semprot. Ibu yang melahirkan harus dimandikan. Masuknya dunia

medis telah membuat sistem atau cara melahirkan terbengkalai karena jarangnya

proses ini menyebabkan penyakit baik bagi ibu maupun anak akibat rendahnya

tingkat kebersihan yang digunakan untuk mendukung proses persalinan.

5. ERBAHAN GELAR

Erbahan gelar dapat diartikan sebagai proses pemberian nama anak. Pemberian

nama ini bila ditujukan kepada anak laki-laki dilakukan dengan kalimbubu, sedangkan

untuk anak perempuan nama tersebut berasal dari anak beru. Namun, upacara ini

sulit ditemukan di kalangan masyarakat Karo saat ini.

6. MEREKEN AMAK TAYANGAN

Mareken Amak Showen adalah upacara yang ditujukan untuk Kalimbbu Singo Ulu

Emas, berupa pemberian tikar putuhtikar yang terbuat dari daun pandan sebagai alas

tidur untuk Amak Showen. Upacara ini dilakukan oleh satu keluarga yang biasanya

selama satu atau dua tahun telah dikaruniai keturunan. Upacara ini merupakan

bentuk ungkapan cinta antara seorang bebere kepada ibunya. Selain pemberian

pertunjukan amak, ada beberapa barang lain yang juga diserahkan pada acara adat
tersebut, yaitu sarung kampuh, serta lauk pauk dan lauk pauk. Kalimbobu Singo Ulu

Emas pun memberikan beberenya kain selempang untuk dibawa oleh cucunya. Di

akhir kegiatan, acara ditutup dengan makan bersama.

7. NGELEGI BAYANG-BAYANG

Anak pertama dalam masyarakat Karo memiliki kedudukan yang istimewa, karena

hanya kepada dialah adat ini dilaksanakan. Untuk anak pertama, Kalimbbu memiliki

kewajiban memberikan: sepasang gelang kaki, kalung dan ikat pinggang, ikat

pinggang dan selempang. Selanjutnya untuk anak kedua atau seterusnya, kebiasaan

ini tidak lagi dilakukan. Proses ini disebut Adat ngelegi bayang-bayang dan masih

sering dilakukan oleh masyarakat Karo.

8. ERGUNTING

Ergunting merupakan upacara atau salah satu kegiatan yang sudah menjadi

kewajiban bagi masyarakat Karo pada umumnya, yang diperuntukan bagi bayi yang

dilahirkan. Dari asal katanya yaitu ergunting, kegiatan ini merupakan kegiatan

menggunting rambut bayi yang baru lahir di masyarakat Batak Karo.

Waktu pelaksanaan kegiatan ini dalam tradisi masyarakat Karo tidak ditentukan

secara pasti. Namun biasanya masyarakat Karo mengadakan acara seru ini saat anak

berusia 2 bulan hingga 2 tahun. Dan tentunya upacara ergunting dilakukan setelah

bayi melakukan tiga upacara erjuma (berkebun), yaitu sekitar 2-3 bulan setelahnya.

Acara erscissor ini dilakukan dengan cukup sederhana. Semua kerabat dan teman

diundang untuk menghadiri acara tersebut. Dalam hal ini, semua sangkep nggeluh

harus hadir bersama-sama untuk melaksanakan acara ini. Bahan dan peralatan yang

digunakan pada acara ergunting ini adalah


(1) cimpa, yaitu kue khas masyarakat Karo, terbuat dari tepung terigu, beras, gula dan

kelapa yang dibungkus dengan daun khusus dan dimasak.

(2) gula aren, kelapa bulat, pisang, dan pangkas,

(3) tebu kupas,

(4) tikar putih yang agak lebar dan

(5) pisau atau gunting.

Peran sangkep nggeluh pada acara ergunting sangat penting, terutama mengenai

siapa yang akan memotong rambut anak. Dalam tradisi atau adat Karo, jika anak laki-

laki, yang bertekad untuk memotong rambut anak adalah ibu (paman anak).

Sedangkan jika perempuan, maka bengkila (suami dari bibi anak) yang bertekad

untuk memotong rambutnya. Mengapa demikian? Masyarakat Karo memiliki

kepercayaan bahwa jika upacara ergunting tidak dilakukan pertama kali oleh ibu atau

bengkila anak, maka kemungkinan besar hal buruk akan menimpa anak tersebut.

Biasanya hal buruk yang terjadi pada anak berupa menderita penyakit. Alasannya

karena tendi buk (rambut roh) pada anak merasa terhina. Memang, penderitaan

telah menjadi kenyataan hidup manusia. Namun di dalamnya terdapat misteri

ketuhanan (Riyanto, 2013: 244). Oleh karena itu, masyarakat Karo percaya bahwa jika

upacara ergunting tidak dilakukan pertama kali sesuai dengan peraturan yang ada,

diyakini akan membawa sesuatu yang buruk bagi anak. Namun sebaliknya jika

upacara ergunting dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu ibu atau

bengkila anak yang memotong rambut anak pertama kali, maka tidak akan terjadi hal

buruk pada anak tersebut. Dan selanjutnya, untuk potong rambut anak bisa dilakukan

oleh siapa saja.

Acara Ergunting ini biasanya diadakan pada pukul 09.00 WIB, saat matahari mulai

bersinar terik. Programnya dilakukan sebagai berikut: Sebuah tikar putih yang telah
disiapkan dibentangkan luas di ruang tamu rumah. Di atas tikar putih diletakkan

cimpa, pisang, gula aren, kelapa bulat, pangkas, dan tebu. Mami, sambil

menggendong bayi dan ibunya (paman) juga duduk di atas tikar putih. Sebelum ibu

bayi mulai memotong rambutnya, disediakan lau meciho (air bersih) untuk

merendam pisau atau gunting yang digunakan untuk memotong rambut anak. Hal ini

dilakukan karena dalam tradisi masyarakat Karo pada masa lalu, setiap benda

terutama benda tajam yang membahayakan diri sendiri mengandung kandungan

mistik atau spiritual. Jadi tujuan pisau atau gunting yang dibenamkan di lau meciho

adalah untuk menetralisir unsur mistis yang terdapat pada benda tajam tersebut.

Agar pada saat pisau atau gunting digunakan untuk memotong rambut anak, alat

tersebut tidak melukai atau menimbulkan hal-hal yang mengancam keselamatan

anak.Saat merendam peralatan yang digunakan untuk memotong rambut, ibu bayi

menaburkan nasi di kepala bere-bere (bayi). Beras diambil segenggam kemudian

ditaburkan sedikit di atas kepala anak sebanyak 11 kali. Hal ini dilakukan dengan

harapan agar anak selalu dalam keadaan sehat.

Setelah itu dilakukan maka ibu dari anak tersebut mulai memotong rambutnya.

Cara memotong rambut anak pertama kali tidak sama dengan cara memotong

rambut pada umumnya. Rambut yang tumbuh di bagian depan, kira-kira tepat di

tengah-tengah bagian depan kepala, yang biasanya mencuat di depan dahi, tidak

dipotong. Ibu dari anak tersebut akan meninggalkan rambut di bagian depan kepala

dan mengikatnya dengan benang putih. Kemudian kepala anak disiram dengan air

bersih yang digunakan untuk merendam pisau atau gunting sebelumnya.Setelah

kepala anak basah, ibu mulai memotong rambut anak sampai selesai. Potongan

rambut dikumpulkan dan seluruh tempat dibersihkan. Setelah semua selesai, acara

ditutup dengan makan bersama. Kegiatan ini merupakan simbol rasa syukur atas
kalimbubu, sekaligus rasa bangga bagi yang bere-bere (anak), karena dikaruniai

kesehatan yang baik. Kebanggaan yang dirasakan oleh kalimbubu karena bere-bere

akan menjadi suruhenna (pelayan kalimbubu).

UPACARA ADAT KELAHIRAN BATAK TOBA


1. MANDENGKEI ATAU MAMBOSURI

Mambosuri atau acara mandengkei untuk menunggu kelahiran anak.

sepasang suami istri membentuk rumah tangga, suatu peristiwa menunggu

kelahiran anak. Upacara sakral dalam tradisi Batak Toba ini dikenal dengan sebutan

mambosuri. Dalam kepercayaan Batak Toba, rumah tangga yang sempurna harus

memiliki anak; baik putra maupun putri. Acara mambosuri memiliki makna bahwa

kedua pasangan harus siap menerima tanggung jawab sebagai orang tua, khususnya

mengurus bayi yang diberikan oleh Tuhan.

Pasangan suami istri harus siap dengan segala perubahan yang akan mewarnai

kehidupan keluarga, baik tanggung jawab dalam menjalankan prosesi adat, termasuk

acara menunggu buah hati di usia kandungan istri 7 bulan.

Dalam adat Batak khususnya Toba, keluarga mengungkapkan kebahagiaan melalui

ucapan syukur dengan memohon doa agar pasangan yang sedang menunggu buah

hati di usia 7 bulan kandungan istri saat anak pertama diberikan kesehatan, rezeki

dan keselamatan.

Keluarga kedua belah pihak istri dan suami sepakat untuk melaksanakan acara adat

yang disebut mambosuri atau mandengkei.

Acara yang akan dihadiri oleh keluarga laki-laki (dalam bahasa Batak Toba,

paranak) dan perempuan (dalam bahasa Batak Toba, parboru) dengan tujuan

mendoakan kelancaran proses kelahiran bayi yang masih dalam kandungan.Para

hulahula (menantu laki-laki) akan menyiapkan dan membawa makanan dan


perlengkapan adat Batak dan membawanya ke rumah tempat tinggal pasangan

tersebut. Biasanya acara mambosuri adalah saat matahari mulai terbit (dalam

bahasa Batak Toba, parnangkok ni mata ni ari) atau sekitar pukul 10.00 hingga 11.00

WIB.

Sebelum memulai acara, pihak parboru harus menyiapkan dan membawa piring

yang dikenal sebagai pinggan pasu berisi nasi dan arsik ikan mas atau ihan batak

sebagai simbol kehormatan dan berkah dalam hidup. Selanjutnya, parboru

menyerahkan ulos (biasanya menggunakan ulos ragidup atau bintang maratur)

kepada seorang wanita yang sedang hamil 7 bulan dan diisi dengan buah pinang

muda sebagai simbol kebahagiaan memiliki keturunan dengan umur panjang. Dalam

acara ini juga disajikan sejumlah makanan khas Batak Toba, seperti Mira (ayam putih

Napinadar) dengan bumbu sira pege (potongan cabai, jahe dan bawang merah), itak

pohul (kue geprek; campuran nasi yang dihaluskan dengan kelapa dan dibentuk

sesuai selera). genggaman jari dan bentuk jari harus muncul), itak nanihopingan

sebagai simbol keselamatan di siang hari agar kehidupan seperti datangnya matahari

menjadi cerah. Selain itu jeruk purut yang direndam air bersih untuk diminum oleh

pasangan yang berusia bulan dan dipercaya bisa melancarkan persalinan nantinya,

tentunya ditemani sambil menikmati buah yang menyejukkan yaitu pisang dan

timun. Sementara itu, keluarga suami (paranak) menyediakan jamuan makan

menurut adat biasanya dan menyiapkan sejumlah uang dalam amplop yang

diserahkan kepada mertua suami saat acara selesai sebagai ucapan terima kasih.

2. UPACARA KEHAMILAN MANGGANJE

Sebelum si Ibu melahirkan, orangtua dari si Ibu sebaiknya memberikan makanan

adat batak berupa ikan batak jenis ikan Mahseer dari genus Tor Dekke Jurung-jurung
dan ulos tondi dengan tujuan agar si Ibu sehat-sehat pada waktu melahirkan dan

anak yang akan dilahirkan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa serta

pada sanak saudara. Jika waktu untuk melahirkan sudah tiba sanak saudara

memanggil “Si Baso” dukun. Dukun beranak akan memberikan obat agar si Ibu tidak

susah untuk melahirkan yang disebut salusu. Salusu adalah satu butir telur ayam

kampung yang terlebih dahulu didoakan, selesai didoakan dihembus, kemudian

dipecah lalu diberikan kepada si ibu untuk ditelan. Universitas Sumatera Utara

3. MANGHAROAN

Setelah si Ibu melahirkan si baso mematok tali pusat bayi dengan sisik bambu yang

tajam dengan beralaskan buah ubi rambat dengan ukuran 3 jari bayi. Kemudian

penanaman ari-ari bayi menurut orang Batak Toba biasa ditanam di tanah yang

becek sawah. Ari-ari dimasukkan dalam tandok kecil yang dianyam dari pandan

bersama dengan 1 biji kemiri, 1 buah jeruk purut dan 7 lembar daun sirih. Setelah

bayi lahir si dukun memecahkan kemiri dan mengunyahnya kemudian

memberikannya kepada bayi dengan tujuan untuk membersihkan kotoran yang

dibawa bayi dari kandungan sekaligus membersihkan perjalanan pencernaan

makanan yang pertama yang disebut tilan kotoran pertama. Si dukun memberikan

kalung yang berwarna merah, putih, hitam bersama soit dan hurungan tondi . Soit

adalah sebuah anyaman kalung yang terdapat dari buah sebuah kayu. Hurungan

Tondi adalah buah kayu yang bernama kayu Hurungan Tondi , buah kayu yang

bertuliskan tulisan batak. Kalung ini mempunyai kegunaan agar jauh dari seluruh

mara bahaya, tekanan angin, petir dan seluruh setan jahat. Untuk perawatan Ibu

yang baru melahirkan, diberikan makanan dugu-dugu. Dugu-dugu adalah sebuah

makanan ciri khas Batak Toba pada saat melahirkan, yang diresep dari bangun-
bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa. Makanan ini berfungsi untuk melancarkan

peredaran darah bagi si Ibu yang baru melahirkan membersihkan darah kotor bagi

Ibu yang melahirkan menambah, menghasilkan air susu Ibu dan sekaligus

memberikan kekuatan melalui ASI kepada anaknya.

4. MAMOHOLI
Mamoholi disebut manomu-nomu yang maksudnya adalah menyambut kedatangan
(kelahiran) bayi yang dinanti-nantikan itu. Disamping itu juga dikenal istilah lain
untuk tradisi ini sebagai mamboan aek ni unte yang secara khusus digunakan bagi
kunjungan dari keluarga hula-hula/tulang. Pada hakikatnya tradisi mamoholi adalah
sebuah bentuk nyata dari kehidupan masyarakat Batak tradisional di bona pasogit
yang saling bertolong-tolongan (masiurupan). Seorang ibu yang baru melahirkan di
kampung halaman, mungkin memerlukan istirahat paling tidak 10 hari sebelum dia
mampu mempersiapkan makanannya sendiri. Dia masih harus berbaring di dekat
tungku dapur untuk menghangatkan badanya dan disegi lain dia perlu makanan yang
cukup bergizi untuk menjamin kelancaran air susu (ASI) bagi bayinya.

Bangun-bangun Jenis Sayuran Yang Dipercaya Membantu Menambah Produksi ASI


Bangun-bangun Jenis Sayuran Yang Dipercaya Membantu Menambah Produksi ASI

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, maka saudara-saudara sekampung akan


secara bergantian dari hari ke hari berikutnya mempersiapkan makanan bagi si ibu
berupa nasi, lauk daging ayam atau ikan (na tinombur), jenis sayuran yang dipercaya
membantu menambah produksi ASI (seperti bangun-bangun) dan lain-lain. Selain
makanan siap saji, ada juga keluarga-keluarga yang membawa bahan makanan
dalam bentuk mentah seperti beras, ayam hidup, ikan hidup dan yang lebih mentah
lagi dalam bentuk uang. Sehingga paling sedikit untuk dua atau tiga bulan berikutnya
si ibu yang baru melahirkan itu tidak perlu khawatir akan makanan yang ia butuhkan
untuk merawat bayinya sebaik-baiknya sampai ia kuat untuk melakukan tugas-tugas
kesehariannya. Kunjungan pihak hulahula/tulang untuk menyatakan sukacita dan
rasa syukur mereka atas kelahiran cucu itu adalah sesuatu yang khusus. Mungkin
mereka akan datang beberapa hari setelah kelahiran bayi itu dalam rombongan lima
atau enam keluarga yang masing-masing mempersiapkan makanan bawaannya,
sehingga dapat dibayangkan berapa banyak makanan yang tersedia sekaligus.
Untuk menyambut dan menghormati kunjungan hulahula itu maka tuan
rumah pun mengundang seluruh keluarga sekampungnya untuk bersama-sama
menikmati makanan yang dibawa oleh rombongan hulahula itu. Setelah makan
bersama, anggota rombongan hulahula akan menyampaikan kata-kata doa restu
semoga si bayi yang baru lahir itu sehat-sehat, cepat besar dan dikemudian hari juga
diikuti oleh adik-adik laki-laki maupun perempuan.
5. MANGUPA LAHIRON
Pelaksanaan tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) merupakan
suatu upacara adat yang dirayakan oleh masyarakat suku Batak. Tradisi mangupa
lahiron daganak(kelahiran anak) telah ada sejak jaman nenek moyang suku Batak.
Pelaksanaan tardisi mangupa lahiron daganak(kelahiran anak) sampai saat ini masih
dirayakan oleh masyarakat suku Batak, walaupun masyarakat suku Batak berpindah
tempat. Bertahannya tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) disebabkan,
tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) merupakan upacara yang
terbilang penting. Ada beberapa alasana mengapa tradisi mangupa lahiron daganak
(kelahiran anak) tetap dipertahankan oleh suku Batak di antara nya ialah: Pertama,
tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) menjalin silaturahim antar
keluarga atau kerabat, baik keluarga jauh 142maupun keluarga dekat. Kedua, tradisi
mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) berisi nasehat yamg penting, baik untuk
orang tua, anak-anak, remaja dan lainnya. Ketiga, sebagai motivasi untuk orang
Batak yang lain. Keempat, selalu bersyukur terhadap apa yang diberikan oleh Allah
SWT. Pentingnya tardisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) yang dirayakan
oleh masyarakat suku Batak di berbagai daerah, khusunya Kampung Pencin,
mengakibatkan terjadinya perubahan. Perubahan tradisi mangupa lahiron daganak
(kelahiran anak) di Kampung Pencin disebabkan kondisi sosial masyarakat yang
berlatarbelakang berbedabeda suku. Perubahan tradisi mangupa lahiron
daganak(kelahiran anak) di Kampung Pencin terlihat jelas pada tahun 2005-2015.
Pada tahun 2005-2015 bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan tidak lagi
selengkap upacara adat Batak. Hal itu disebabkan adanya pernikahan beda suku,
yakni suku Jawa dan suku Batak. Akibat pernikahan tersebut terjadi 143pembagiaan
budaya, sebagian budaya Jawa dan sebagian lagi budaya Batak. Perubahan atau
dinamika yang terjadi tidak lepas dari faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perubahan tradisi mangupa lahiron daganak(kelahiran
anak) di Kampung Pencin di antaranya ialah: Pertama, faktor sosial, kedua, faktor
ekonomi, dan ketiga, faktor akulturasi budaya.

6. MAMBOAN INDAHAN POHOP-POHOL ATAU MARESEKESEK


Di kampung saya, esek-esek bukan sesuatu yang terlarang. Esek-esek sangat
disukai, apalagi oleh anak-anak. Bagi orang di kampungku, kelahiran anak
merupakan peristiwa yang penting dan penuh sukacita. Terutama jika kelahiran anak
pertama, jika beruntung laki-laki pula. Senangnya bukan main. Kalau yang lahir anak
perempuan ya senang juga. Kalau perempuan terus yang lahir, senang dan harap-
harap cemas, menanti kapan si anak lelaki akan lahir. Upacara mamboan indahan
pohol-pohol atau maresekesek adalah upacara mengundang banyak orang beserta
kerabat, di mana orang tua perem puan atau hula-hula keluarga yang baru kelahiran
anak datang membawa makanan berupa indahan pohol-pohol dan dengke sitio-tio.
Upacara ini biasa nya dilaksanakan seminggu setelah melahirkan. Undangan besar
sampai pada kekerabatan hula-hula orangtua. Pemberian dengke dan indahan
pohol-pohol dilaksanakan bersamaan dengan waktu matahari mulai naik, akan tetapi
harus sebelum jam 12 siang atau sebelum matahari tepat di atas langit.

Anda mungkin juga menyukai