Anda di halaman 1dari 4

KELAHIRAN PAK PAK

1. MEMERE NAKAN PAGIT

Memere Nakan Pagit adalah upacara yang dilakukan saat hamil. Upacara ini dilakukan oleh
masyarakat Pakpak dengan tujuan agar ibu hamil mendapatkan perlindungan dari bahaya dan
penyakit. Upacara ini dilakukan oleh pihak keluarga, dalam menyambut 7 bulan kehamilan seorang
ibu di Kabupaten Pakpak Bharat. Upacara ini dilakukan untuk rasa syukur keluarga dengan hadirnya
janin dalam kandungan ibu. Yang hadir dalam acara ini adalah keluarga inti yaitu Duak, Pertua,
Siamatua, Puhun, Senina, Berru.

Dalam upacara ini seorang ibu hamil akan diberikan makanan tradisional masyarakat Pak-pak
yaitu Nakan Pagit. Makanan ini memiliki rasa pahit yang dipercaya mampu melindungi tubuh ibu
dan bayi dari berbagai penyakit. makanan yang tidak berasa dan dipercaya sebagai obat ibu hamil.
Makanan yang dihidangkan untuk ibu hamil dan bapaknya berupa ikan batang lae yang disajikan di
piring atau piring lebar, serta beberapa bahan makanan lainnya seperti bungke, tuyung, pucuk roroh,
singgaren, nakan, galuh siberas.

Ikan batang lae merupakan ikan yang sudah diseleksi dan diambil langsung dari sungai, ikan
ini merupakan jenis ikan mas. Ikan Batang Lae merupakan ikan yang dianggap oleh Suku Pakpak
membawa keberuntungan bagi masyarakat. Juga memiliki nutrisi yang baik untuk janin agar kuat
selama dalam kandungan. Sebelum hidangan diberikan, ibu mertua atau Simatua Daberu akan
memberikan nasehat dan doa kepada menantu dan janinnya.

Dengan harapan ibu dan janin selalu sehat. Nasehat itu berbunyi, “En mo mberu makan
Pagit, Mo makan Pagit en asa Pagit ndarohmu, mpihir tendimu njuah njerdik Kono. ulang ko
megarmegar lako mendalai en karina, kumerna nggo mende dagingmu, mende mende mo preso."
Yang artinya dalam bahasa Indonesia, "Nak, ini hidangan untukmu, makanlah hidangan ini agar
tubuhmu kuat, tubuhmu sehat. Jangan sakit untuk menjalani semua ini, karena pikiranmu sudah kuat,
ada baiknya untuk menjaganya." Dan kemudian sang ibu memberi makan menantunya, ibu yang
sedang hamil.

2. MANGAN BALBAL

Upacara kelahiran (mangan balbal), yaitu makan bersama pada saat seorang ibu akan
melahirkan dengan mengundang bidan (dukun beranak), kerabat dekat dan tetangga di sekitar
rumah sebagai ucapan selamat atas kelahiran anggota keluarga baru. Selain itu, sebagai ucapan
terima kasih kepada dukun bersalin serta seluruh keluarga dan kerabat yang telah membantu
dalam proses persalinan. Hidangan yang biasa diberikan dalam upacara ini adalah beberapa ekor
ayam, dimana satu ekor ayam disiapkan khusus, yang khusus diberikan kepada dukun.

Dalam mengantarkan hidangan, tuan rumah mengucapkan kata-kata berikut: "En mo partua
nami pangan ke cituk nakan kerna enggo merleja-leja kene menguruki kami, tekka mo bage ate
rejeki bage tanah sodip, janah mer dengan sodip kami asa ulang untuk ke magin - Magin, kerna
kene, ngo Tong pengidon, Nami, tolong baremben kaduan kin pe. bagi ma sikedek-kedek en pe
tekka bage belgah-belgah semun ulang ma megar- megar. Pangan ke mo partua nami". (inilah
sekedar makanan kami serahkan kepada ibu karena ibu sudah Lelah dalam menolong kami .
mudah- mudahan segala cita- cita ibu dan kami bisa tercapai dan di jauhkan dari penyakit agar
kami tetap dapat di bantu di masa- masa mendatang. Demikian juga anak yang lahir ini dapat
tumbuh dengan cepat dan jauh dari penyakit).

Setelah penyerahan dilakukan dengan doa sesuai agama yang dianut oleh tuan rumah dan
dilanjutkan dengan makan bersama. Sisa daging ayam dari bagian adat disiapkan oleh tuan
rumah untuk dibawa pulang untuk disantap oleh keluarga dukun, selain itu juga disertai oleh-oleh
lainnya sebagai ucapan terima kasih, bisa berupa uang atau nasi sesuai dengan keinginan
keluarga yang melahirkan anak tersebut. Saat ini, pemberian kepada dukun bayi cenderung dalam
bentuk uang karena proses persalinan banyak ditolong oleh bidan desa. Setelah selesai makan
bersama, acara selesai dilanjutkan dengan syukuran oleh yang mengadakan upacara.

3. UPACARA MAMERE CINTA LAO

Suku Pakpak mengenal berbagai jenis upacara adat. Salah satunya adalah upacara Mameree
Cinta Lao yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Pakpak. Upacara ini menggambarkan
upacara yang dilakukan oleh seorang anak kepada ibunya untuk memenuhi keinginan yang
tertunda dari ibunya ketika dia mengandungnya. cinta Lao merupakan gabungan dari dua kata
yaitu cinta dan lao, Cinta berarti keinginan/niat atau cita-cita, sedangkan lao terhalang. Jadi cinta
lao adalah keinginan yang terhalang atau keinginan yang tidak terpenuhi. Ketika seorang ibu
hamil, perubahan mulai terjadi pada ibu, baik perubahan fisik maupun perubahan mental. Dengan
kondisi ini ibu mulai memiliki ngidam dan mungkin banyak keinginan atau permintaan.

Terkadang keinginan itu bukan keinginan seperti biasanya atau terkadang tidak mungkin
dipenuhi oleh suami, sehingga istri enggan untuk memintanya. Keinginan tersebut bisa berupa
makanan, minuman, perhiasan atau jenis lainnya. Jika keinginan itu mudah didapat, biasanya
sang istri akan meminta kepada suaminya atau kerabat lainnya, namun jika dianggap jenis yang
aneh atau mahal, biasanya sang istri akan enggan untuk memintanya, sehingga terpendam dalam
hatinya. Secara umum, perempuan Pakpak biasanya memiliki rasa malu dan tidak
mengungkapkan permintaan kesenangannya secara terbuka, apalagi jika permintaannya bersifat di
luar kebiasaannya.
Jika hal ini tidak terpenuhi pada saat hamil dan anak lahir dan telah mendekati usia dewasa,
maka keinginan yang tidak terpenuhi itu disebut Cinta Lao. Setiap anak yang telah mencapai usia
dewasa sebenarnya wajib bertanya kepada ibunya apakah ada cinta untuk Lao. Untuk mengetahui
adanya cinta Lao terhadap anak dapat dilihat dari pengalaman hidup anak dalam berbagai aspek,
antara lain: jika anak sering sakit, cita-citanya sering terhambat, hasil kerja tidak maksimal, sulit
mencari jodoh dan mengalami banyak cobaan dalam hidup. Antara satu ibu dengan ibu lainnya
biasanya memiliki keinginan yang berbeda. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan upaya dengan
bertanya secara langsung atau melalui perantara dengan menanyakan kepada ibu apakah ada
keinginan terpendam yang belum terpenuhi saat anak masih dalam kandungan.

Biasanya agak sulit memperoleh informasi jika jenis keinginan atau permintaan tersebut di
luar kebiasaan sehari-hari ibu atau jika dianggap bernilai ekonomi tinggi atau sulit diperoleh.
Untuk itu diperlukan pendekatan khusus atau pemberian keyakinan kepada ibu bahwa apapun
keinginan atau permintaan tersebut tentunya tidak merepotkan dan tidak menyulitkan anak. Agar
tidak menghalangi cita-cita atau anak untuk selamat dan sehat, diharapkan ibu tidak ragu atau
malu untuk mengungkapkannya. Jika diketahui bahwa memang ada cinta lao dari ibu kepada
anaknya, maka si anak akan mengadakan upacara adat kepada sang ibu yaitu dengan melepaskan
jenis cinta lao. Untuk penyampaiannya dilakukan dengan memberikan makanan dengan lauk
berupa ikan simalum-malum (ikan gemuh).

Waktu pengiriman yang ideal adalah di pagi hari saat matahari terbit. Tujuannya agar mimpi
anak bersinar dan terbit seperti matahari terbit. Mekanisme penyerahan cinta Lao secara singkat
adalah sebagai berikut:

1.Siapkan jenis cinta lao sesuai pemberitahuan ibu.

2.Siapkan makanan dan lauk pauk dengan selembar kain (ulos).

3. Sebarkan tikar putih (peramaken) sebagai tempat duduk ibu.

4.Setelah ibu duduk, serahkan makanan yang telah disediakan dengan syarat nasi ditaruh di
piring dan ditutup sumpit (punggung).

5. Buat pengajuan. Upacara dilaksanakan pada pagi hari setelah segala sesuatunya dipersiapkan,
kemudian ibu dan anak saling berhadapan dengan ibu duduk di atas tikar putih dan anak duduk
menghadap ibu. Kemudian makanan diserahkan dengan kepala ikan menghadap ibu.

4. MESUR-MESURI
Upacara adat penting lainnya adalah menkelembisi dan mesur-mesuri, di mana kerabat,
tetangga, dan teman (supan-supan) bergantian (lambe siso tenahenken) membawakan makanan untuk
keluarga yang melahirkan. Pihak puang wajib membawa makanan dengan lauk ayam dan
mengkelembisi anak yang dilahirkan. Mengkelembisi artinya memberikan doa (sodip) kepada anak
yang lahir agar sehat dan cepat tumbuh dan besar dengan secara simbolis memberi makan ayam
kelembis (bagian dada) kepada anak tersebut.

Keluarga wajib membalas puang yang datang dengan menyediakan sarung (mandar) dan
garam. Pihak Berru selain membawa makanan bagi keluarga yang melahirkan, juga wajib membawa
sarung. Lauknya biasanya ikan atau daging tapi bukan ayam. Sedangkan Sinina lebih leluasa dalam
hal lauk pauk dan bingkisan yang diberikan kepada keluarga yang melahirkan. Begitu juga hadiah
yang diberikan bebas sesuai keinginan dan kemampuannya

Anda mungkin juga menyukai