Anda di halaman 1dari 3

Asal – Usul Selat Bali

Pada zaman dahulu, di Bali ada seorang yang sangat sakti bernama Bhagawan Sidimantra,
karena kesaktiannya beliau sering diminta untuk melakukan upacara – upacara suci sehingga ia
menjadi cukup kaya. Bhagawan Sidimantra memiliki seorang anak bernama Manik Angkeran.

Karena ayahnya cukup kaya, Manik Angkeran memanfaatkan kekayaan ayahnya untuk bermain
judi sehingga ia menjadi ketagihan bermain judi. Kian lama harta ayahnya semakin berkurang,
akhirnya ayahnya pun menjadi miskin dan terlilit banyak hutang karena anaknya. Karena
kesulitan untuk membayar hutang anaknya akhirnya Bhagawan Sidimantra berdoa agar
diberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dimilikinya.

Hingga suatu hari, saat dia tertidur ia bermimpin diberikan sebuah genta (lonceng) suci oleh
seseorang, orang tersebut menyuruhnya untuk pergi ke suatu gua di Gunung Agung, lalu
memintanya untuk membunyikan lonceng tersebut. Keesokan harinya Bhagawan Sidimantra
pergi ke gua yang ditunjukan oleh orang dimimpinya, lalu ia membunyikan lonceng tersebut di
depan gua tersebut.” Deng….Deng…Deng…Deng…Deng” bunyi lonceng itu, tiba – tiba muncul
seekor naga yang sangat besar, kulitnya terbuat dari emas dan permata, naga tersebut adalah
Naga Basuki.

Sang Naga Basuki bertanya kepada Bhagawan Sidimantra “Wahai Anda Bhagawan Sidimantra,
mengapa Anda memanggil saya?”

“Wahai Naga Basuki yang Agung, saya meminta tolong kepada Anda untuk membantu saya”
jawab Bhagawan Sidimantra

“Bantuan apa yang kamu mau?” jawab Naga Basuki

“Saya mohon Anda untuk memberikan saya sedikit sisik emasmu, untuk melunas utang anakku”
Jawab Bhagawan Sidimantra.

Kemudian Sang Naga Basuki memberikan sisik emasnya dan ia berkata “Baiklah kali ini saya
akan membantumu untuk melunasi utangmu” .

“Terima kasih Naga Basuki atas bantuan yang kau berikan” ucap Bhagawan Sidimantra.

Lalu sisik emas yang didapat dari Naga Basuki dijual untuk segera melunasi utang – utang
anaknya Manik Angkeran. Karena mengetahui ayahnya memiliki uang yang banyak, Manik
Angkeran malah semakin sering bermain judi. Begitu pula dengan Bhagawan Sidimantra, ia juga
semakin sering pergi ke Gunung Agung sembari membawa loncengnya. Tetapi sayangnya uang
yang dibawa pulang oleh Bhagawan Sidimantra semakin sedikit. Hal itu karena sisik yang dimiliki
Naga Basuki juga semakin sedikit. Waktu berlalu, Manik Angkeran merasa curiga dengan harta
yang dibawa ayahnya. Diam – diam ia mengikuti ayahnya pergi ke Gunung Agung.

Sesampai di sana, Bhagawan Sidimantra membunyikan lonceng yang dia bawa “Deng…Deng…
Deng…Deng” bunyi lonceng tersebut, lalu munculah sosok Naga Basuki. Sang Naga Basuki lalu
memberikan sedikit sisik emasnya kepada Bhagawan Sidimantra.

Manik Angkeran berpikir “Wah, Ternyata ini sebabnya ayah selalu memiliki uang setelah pulang
dari Gunung Agung. Naga Emas inilah yang memberikan sisik emasnya kepada ayah. nanti aku
akan ‘meminjam’ lonceng ayah. Aku akan memanggil naga ini sendirian”.

Keesokan harinya, Manik Angkeran bangun pagi – pagi sekali. Dengan cepat ia mengambil
lonceng milik ayahnya dan segera pergi ke gua di Gunung Agung. Sesampai di sana ai
membunyikan lonceng tesebut “Deng…Deng…Deng…Deng” kemudian muncullah Sang Naga
Basuki.

“Wahai anak muda, mengapa kau bisa memiliki lonceng milik Bhagawan Sidimantra?” tanya
Sang Naga Basuki.

“Aku adalah anak dari Bhagawan Sidimantra. Aku akan segera memotong ekor permatmu agar
aku tidak perlu ke sini lagi!” ucap Manik Angkeran.

Dengan Sigap Manik Angkeran memotong ekor milik Naga Basuki, hal ini menyebabkan Naga
Basuki murka ia langsung meyemburkan api panasnya dan membunuh Manik Angkeran. Di lain
tempat Bhagawan Sidimantra mendapat firasat bahwa anaknya mengalami kecelakaan. Ia
segera pergi ke Gunung Agung. Sesampainya di sana, ia melihat anaknya sudah mati terbakar
oleh api Naga Basuki.

Bhagawan Sidimantra pun berkata “Wahai Naga Basuki tolong ampuni anakku ini, tolong
hidupkan ia kembali”.

“Tidak, saya tidak akan menghidupkan anakmu ini, kecuali jika kamu bisa menyambungkan
ekorku yang diputus olehnya” jawab Naga Basuki.

“Baiklah saya akan meyambung ekormu yang sudah diputus”, dengan kesaktiannya Bhagawan
Sidimantra menyambungkan kembali ekor milik Naga Basuki, kemudian Naga Basuki
menghidupkan kembali Manik Angkeran.

“Saya harap anakmu mendapat hukuman yang layak darimu” ucap Naga Basuki lalu segera
pergi.

Saat Manik Angkeran terbangun ia menyadari akan dimarahi oleh ayahnya. Kemudian Bhagawan
Sidimantra berkata “Kamu anak yang kurang ajar, tidak bisa diberitau terus – menerus. Saya
sudah tidak ingin melihatmu lagi.” Kemudian dengan tongkat yang dibawanya ia membuat garis
melengkung diantara tempat Bhagawan Sidimantra berdiri dan tempat Manik Angkeran berdiri.
Setelah itu garis tersebut tiba – tiba menyemburkan air yang sangat banyak. Genangan air
tersebut berubah menjadi sungai dan terus membesar dan akhirnya berubah menjadi sebuah
selat.

Banyak orang mengatakan Jawa merupakan tempat dimana Bhagawan Sidimantra tinggal dan
Bali merupakan tempat di mana Manik Angkeran diasingkan karena perbuatannya, selat yang
memisahkan antara Jawa dan Bali ini kemudian disebut selat Bali.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai