Di suatu hutan, ada sekelompok buaya yang ingin merasakan nikmatnya daging seekor kancil.
Mereka menanti-nanti kehadiran si kancil yang akan mendekati sungai, baik untuk menyeberang
ataupun minum.
Nah, suatu ketika si kancil hendak pulang setelah mencari makan. Ia bermaksud untuk menyeberangi
sungai, namun ia terkejut melihat buaya tiba-tiba muncul menghadang nya. Mengetahui ia hendak
dijadikan santapan, ia berusaha mencari akal untuk melarikan diri.
Kancil lalu berkata bahwa ia sebenarnya ingin menyerahkan diri. Tetapi ia ragu apakah dagingnya
cukup untuk semua buaya yang ada. Ia lalu meminta semua buaya di sungai untuk berkumpul dan
berbaris agar ia bisa menghitung jumlah mereka.
Buaya-buaya itu mengikuti perintah kancil. Mereka pun berbaris dengan rapi hingga membentuk
formasi yang menyerupai jembatan.
Dengan cekatan, si kancil melompati satu per satu punggung buaya sambil berhitung. Tak disangka,
ternyata sampai di tepi sungai ia langsung melarikan diri. Para buaya pun kesal karena tertipu oleh
kecerdikan kancil.
Pesan moral yang di dapat dalam cerita dongeng ini untuk Mampaps
sampaikan pada si kecil adalah kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan.
Semoga si kecil termotivasi untuk selalu belajar dan meningkatkan
pengetahuannya.
Dahulu, di Desa Prambanan ada sebuah kerajaan yang dipimpin Prabu Baka. Ia memiliki seorang
putri cantik bernama Roro Jongrang.
Suatu ketika, kerajaan Prambanan berperang dengan Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh
Bandung Bondowoso. Pada peperangan itu Prabu Baka kalah dan tewas oleh serangan Bandung
Bondowoso. Ia kemudian menguasai kerajaan Prambanan menggantikan Prabu Baka.
Melihat kecantikan Roro Jongrang, Bandung Bondowoso memutuskan untuk menikahinya. Namun, ia
menolak dengan cara memberikan syarat yang tidak mungkin Bandung Bondowoso bisa lakukan.
Syarat tersebut adalah membuat seribu candi dalam waktu satu malam.
Berkat bantuan balatentara roh-roh halus, Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan 1000 candi
hanya dalam waktu 1 malam. Merasa khawatir akan keberhasilannya membangun 1000 candi, Roro
Jonggrang memutuskan untuk membangunkan gadis-gadis di Desa Prambanan untuk memukul alu
pada lesung.
Suasana saat itu sangat riuh, ayam jantan pun berkokok bersautan. Mendengar suara itu, para roh
halus segera meninggalkan pekerjaan karena khawatir jika matahari segera terbit. Padahal, pada
saat itu hanya kurang 1 candi untuk melengkapi seribu candinya.
Bandung Bondowoso sangat terkejut dan marah menyadari usahanya yang telah gagal. Ia kemudian
mengutuk Roro Jongrang menjadi sebuah arca.
Cerita legenda ini bisa Mampaps ceritakan pada si kecil, terlebih jika
Mampaps mengajaknya untuk mengunjungi Prambanan. Pesan yang dapat
di sampaikan pada si kecil, kita sebagai manusia harus bisa menjadi
seorang yang tegas dan teguh dalam pendirian. Jika sudah berjanji,
janganlah mengingkari janji tersebut.
Di suatu hutan, ada seekor kura-kura yang sedang memerhatikan burung-burung terbang. Ia
berharap ada seekor burung yang membawanya terbang untuk melihat keindahan hutan dari atas.
Namun, ia merasa hal itu tidak mungkin ada seekor burung yang mampu membawanya. Mungkin
karena ia merasa berat dengan tempurungnya.
Lalu ada seekor angsa yang datang dan membantu untuk mewujudkan keinginannya dapat terbang
dan melihat alam yang indah dari atas. Namun si angsa memiliki satu syarat! Saat kura-kura berada
di atas, jangan pernah berbicara pada nya atau siapapun dan kura-kura pun setuju. Ia pun akhirnya
bisa terbang dengan menggigit ranting dibawa si angsa. Ia pun merasa bahagia melihat keindahan
hutan dari atas.
Namun, saking takjubnya si kura-kura pun lupa dengan syarat yang diberikan angsa. Ia mengatakan
kata “wah”, sehingga ia terjatuh dengan keras di bebatuan. Beruntung, ia selamat berkat
tempurung yang di miliki, namun karena jatuh di batu tempurungnya menjadi bercorak seperti
sekarang.
Nah, Mampaps bisa menyampaikan pesan moral mengenai janji harus
ditepati dan kita harus tetap berhati-hati untuk melakukan apapun.
Pesan moral yang dapat di sampaikan dari dongeng singkat tersebut pada
si kecil adalah tidak boleh menyimpan dendam dan berprasangka buruk
terhadap seseorang.