Anda di halaman 1dari 10

Search here ...

MENU

Kebudayaan Dunia

Kebudayaan Dunia aceh indonesia Adat Istiadat Aceh Dalam Masa Kehamilan

Adat Istiadat Aceh Dalam Masa Kehamilan

kebudyaan dunia 07.17 aceh indonesia

Adat Istiadat Aceh Dalam Masa Kehamilan

adat%2Bistiadat%2Bmasa%2Bkehamilan%2Baceh

adat istiadat masa kehamilan aceh

Ketika seorang wanita hamil, keluarga biasanya berpartisipasi menyelenggarkan upacara selamatan
untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan mengharapkan keselamatan. Dalam upacara
selamatan tersebut dibacakan Al Quran, surat–surat tertentu, bacaan berzanji atau tahlil. Aceh memiliki
adat istiadat yang sangat menghargai dan memuliakan ibu hamil dan anaknya. Mendorong keluarga dan
masyarakat saling bekerja sama membantu mengayomi ibu hamil.

Masyarakat Aceh memberi prioritas kepada kesehatan ibu hamil dan anak. Keduanya merupakan
tumpuan harapan yang sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan penerusan generasi Aceh
ke depan. Karena itu, setiap ibu hamil di sambut gembira oleh keluarga suami–istri dan diberikan spirit
serta diciptakan kondisi yang menyenangkan. Masyarakat Aceh dapat memahami pengaruh besar
psikologis ibu hamil terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungan. Dengan ini
lahirlah petuah–petuah dan pantangan–pantangan yang bertujuan menjaga kehamilan terpelihara dan
selamat sampai melahirkan.

Berikut tradisi yang dilakukan masyarakat Aceh terhadap ibu hamil menurut masanya:
1. Masa kehamilan 0-3 bulan

Ketika mertua mendengar kabar bahwa menantunya sudah hamil maka dikirim utusan untuk diketahui
kebenarannya.

Pada bulan ketiga kehamilan, mertua bersama keluarga terdekat membawa berbagai jenis buah-buahan.
Buah-buahan tersebut diolah oleh keluarga menjadi lincah (rujak). Kemudian disajikan kepada tamu dan
dibagikan kepada tetangga sekitar. Bagi ibu hamil dimaksudkan untuk menambah selera makan ibu hamil
sehingga kesehatannya lebih prima.

2. Masa kehamilan 4-7 bulan

Pada bulan kelima suami ditepung tawari (rah ulee) oleh ibu mertuanya. Ketan dan kue-kue disediakan,
kemudian dikirim ke rumah orang tua suami dan dibagikan kepada keluarga terdekat.

Pada bulan keenam orangtua suami membawa nasi disertai lauk pauk dalam jumlah terbatas (bu cue),
secara diam-diam tanpa diberi tahu terlebih dahulu kepada keluarga istri.

Pada bulan ketujuh terdapat dua acara yaitu peumanoe tujoh buleun. Pada saat ini diadakan acara yang
disebut dengan keumaweuh oleh keluarga istri. Keumaweuh adalah membawa bu gateng yang
melibatkan keluarga suami atau mertua dengan mengantar nasi, lauk-pauk serta berbagai macam
penganan seperti meusekat, wajek, dodoi, bhoi, timphan, keukarah, makanan boh manok, sama loyang,
peunajoh tho dan lain-lain dalam jumlah yang besar. Acara keumaweuh ini diikuti keluarga serta tetangga
di kampung. Kehadiran mereka disambut oleh keluarga istri dan tetangga dengan suka cita. Pada
kesempatan ini ibu hamil dipeusijuek (didoakan) oleh mertua dan keluarga dekat. Kegiatan adat ini
dilakukan untuk memperkuat silaturrahmi dan ukhuwah islamiyah antar keluarga suami dan istri.
Menumbuhkan semangat kebersamaan dan kepekaan sosial di masyarakat. Dari sisi psikologis dapat
memperkuat rasa percaya diri dan meningkatkan nilai gizi ibu hamil.

3. Masa kehamilan 8-9 bulan

Perhatian dari keluarga terdekat diwujudkan dalam bentuk membawa makanan yang disukai oleh ibu
hamil.

Pemeriksaan kesehatan secara kontinyu dengan bidan atau ma blien di kampung.

4. Pantangan adat ibu hamil, diantaranya:


Suami diharapkan tidak pulang larut malam.

Wanita hamil pantang duduk di atas tangga rumah (bak ulee rinyeun).

Wanita hamil pantang melihat gambar binatang yang menyeramkan, seperti: kera, gambar kecelakaan
dan gambar yang tidak islami.

Pantangan adat tersebut dalam upaya memberi kenyamanan, ketenangan, menghilangkan rasa gundah
dan cemas sehingga ibu dan bayi terpelihara. Di samping itu ibu hamil dapat berpikir positif dalam
kehidupannya sehari-hari. Selalu berzikir dan berdoa kepada Allah SWT.

MASA MELAHIRKAN

Ada beberapa tahapan adat Aceh terhadap wanita yang telah melahirkan, didasarkan pada fitrah
manusiawi:

Setelah melahirkan ibu dimandikan. Pada siraman terakhir, disiram dengan ie boh kruet (jeruk purut)
guna menghilangkan bau amis, setelah menganti pakaian diberikan merah telur dengan madu.

Selama tiga hari diberikan ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un
seumpung (urang-aring) daun-daunan ini diremas dengan air lalu diminum. Hal tersebut berkhasiat
untuk membersihkan darah kotor.

Selama tujuh hari kemudian diberikan ramuan, dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh
cuko (kencur), dan lada. Semua bahan ini ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan air ditambah
madu dan kuning telur. Khasiatnya menambah darah dan membersihkan darah kotor. Jika kesehatan ibu
memungkinkan, mulai hari pertama diletakkan batu panas di perut dan dipeumadeung (disale). Ibu tidur
di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu yang dibawahnya dihidupkan api. Kebiasaan tot batee dan
sale ini 30 sampai 40 hari. Hal ini bertujuan untuk membersihkan darah kotor, mengembalikan otot dan
merampingkan tubuh.

Sejak hari pertama sampai dengan hari ketiga seluruh tubuh ibu diurut. Dalam upaya membersihkan
darah kotor dan melancarkan ASI.

Memasuki bulan kedua tidak boleh memakan sembarangan dan setiap pagi minum segelas saripati
kunyit yang berkhasiat untuk ibu dan anak supaya tidak masuk angin, menguatkan tubuh dan upaya
menjarangkan kelahiran.
Ibu yang menyusui biasanya diminumkan air sari daun-daunan seperti daun kates, daun kacang panjang,
daun katuk, dan lain – lain. Tujuannya agar air susu lebih banyak. Selain itu ibu sebaiknya tidak makan
makanan yang pedas karena dikhawatirkan bayi akan sakit perut.

Selama dalam masa perawatan, di bagian muka dan badan ibu diberi bedak dingin, sementara diperut
diolesi obat-obatan ramuan dengan dipakaikan bengkung (gurita) selama 3 bulan. Hal ini berguna untuk
menghaluskan muka, tubuh dan mengecilkan perut.

Bayi yang didambakan ibu kini telah lahir. Selayaknya ia dirawat dengan santai, ikhlas, lembut dan tidak
boleh emosional. Dalam pangkuan atau gendongan seorang ibu, bayi akan mendaptkan kehangatan.
Mengendong bayi sering kali disertai dengan nyanyian yang bersifat mendidik dan penuh pengharapan.
Banyak tembang atau nyanyian yang mengandung pelajaran bernilai moral. Bahkan aqidah Islam serta
tasawuf didendangkan ketika mengendong bayi.

Adat Aceh Apabila Istri Dalam Keadaan Hamil

Seorang isteri pada saat hamil anak pertama, maka sudah menjadi adat bagi mertua atau maktuan dari
pihak suami mempersiapkan untuk membawa atau mengantarkan nasi hamil kepada menantunya. Acara
bawa nasi ini disebut ba bu atau mee bu.

Upacara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut sang cucu yang dilampiaskan dengan rasa suka cita
sehingga terwujud upacara yang sesuai dengan kemampuan maktuan. Nasi yang diantar biasanya
dibungkus dengan daun pisang muda berbentuk pyramid, ada juga sebahagian masyarakat
mempergunakan daun pisang tua. Terlebih dahulu daun tersebut dilayur pada api yang merata ke semua
penjuru daun, karena kalau apinya tidak merata maka daun tidak kena layur semuanya.

Sehingga ada mitos dalam masyarakat Aceh kelak apabila anak telah lahir maka akan terdapat tompel
pada bahagian badannya. Di samping nasi juga terdapat lauk pauk daging dan buah-buahan sebagai
kawan nasi. Barang-barang ini dimasukkan ke dalam idang atau kateng (wadah). Idang ini diantar kepada
pihak menantu perempuan oleh pihak kawom atau kerabat dan jiran (orang yang berdekatan tempat
tinggal).

Upacara ba bu atau Meunieum berlangsung dua kali. Ba bu pertama disertai boh kayee (buah-buahan),
kira-kira usia kehamilan pada bulan keempat sampai bulan kelima. Acara yang kedua berlangsung dari
bulan ketujuh sampai dengan bulan kedelapan. Ada juga di kalangan masyarakat acara ba bu hanya
dilakukan satu kali saja. Semua itu tergantung kepada kemampuan bagi yang melaksanakannya, ada yang
mengantar satu idang kecil saja dan adapula yang mengantar sampai lima atau enam idang besar. Nasi
yang diantar oleh mertua ini dimakan bersama-sama dalam suasana kekeluargaan. Ini dimaksudkan
bahwa perempuan yang lagi hamil adalah orang sakit, sehingga dibuat jamuan makan yang istimewa,
menurut adat orang Aceh perempuan yang lagi hamil harus diberikan makanan yang enak-enak dan
bermanfaat.

Dalam ilmu kesehatanpun memang dianjurkan untuk kebutuhan gizi cabang bayi yang dikandungnya,
namun apabila itu tidak dituruti maka berakibat buruk pada anak yang dikandungnya kalau istilah bahasa
Aceh roe ie babah (ngences). Masyarakat Aceh upacara bawa nasi suatu kewajiban adat yang harus
dilakukan, sampai saat sekarang masih berlangsung dalam masyarakat. Lain halnya pada Masyarakat
suku Aneuk Jamee Kabupaten Aceh Selatan terdapat adat bi bu bidan (memberi nasi untuk ibu bidan)
maksudnya seorang anak yang baru kawin dan hamilnya sudah 6 bulan sampai 7 bulan maka untuk anak
tersebut sudah dicarikan ibu bidan untuk membantu proses kelahirannya. Pada upacara kenduri
dimaksud kebiasaan masyarakat, ibu bidan akan dijemput oleh utusan keluarga ke rumah bidan lalu
dibawa kerumah yang melakukan hajatan. Acara serah terima, melewati beberapa persyaratan antara
lain :

1. Pihak keluarga yang melakukan hajatan mendatangi ibu bidan dengan membawa tempat sirih (bate
ranub) sebagai penghormatan kepada ibu bidan dan sebagai tanda meulakee (permohonan).

2. Setelah ibu bidan hadir di rumah hajatan, maka keluarga yang melakukan permohonan tersebut
dengan acara adat menyerahkan anaknya yang hamil tersebut agar diterima oleh bidan sebagai
pasiennya.

3. Sebagai ikatan bagi bidan pihak keluarga menyerahkan seperangkap makanan yang sudah dimasak,
untuk dibawa pulang ke rumah bidan, lengkap dengan lauk pauknya sesuai dengan kemampuan keluarga
yang melakukan hajatan disertai juga dengan menyerahkan selembar kain dan uang sekedarnya.

Acara puncak bi bu bidan adalah kenduri dengan didahului pembacaan tahlil dan doa, acara tersebut
biasanya dilakukan pada jam makan siang dan ada juga pada malam hari setelah shalat Isya. Setelah
upacara selesai maka ibu bidan diantar kembali ke rumahnya, mulai saat itu anaknya yang hamil telah
menjadi tanggungjawabnya ibu bidan.
Pada saat bayi telah lahir disambut dengan azan bagi anak laki-laki dan qamat bagi anak perempuan.
Teman bayi yang disebut adoi (ari-ari) dimasukkan ke dalam sebuah periuk yang bersih dengan disertai
aneka bunga dan harum-haruman untuk ditanam di sekitar rumah baik di halaman, di samping maupun
di belakang. Selama satu minggu tempat yang ditanam ari-ari tersebut dibuat api unggun, hal ini untuk
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti : Adanya orang ilmu hitam yang
memanfaatkan benda tersebut, tangisan bayi diwaktu malam dan dari serangan binatang pemangsa
seperti anjing. Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir, diadakan upacara cukuran rambut dan peucicap,
kadang-kadang bersamaan dengan pemberian nama. Acara peucicap dilakukan dengan mengoles
manisan pada bibir bayi disertai dengan ucapan :

” Bismillahirahmanirrahim, manislah lidahmu, panjanglah umurmu, mudah rezekimu, taat dan beriman
serta terpandang dalam kawom”.

Pada saat inilah bayi telah diperkenalkan bermacam rasa di antaranya asam, manis, asin. Ini merupakan
latihan bagi bayi untuk mengenal rasa, bisa dia bedakan antara satu rasa dengan rasa yang lainnya.
Sebelumnya, bayi hanya mengenal ASI eklusif yang dia dapatkan dari ibunya.

Pada zaman dahulu upacara turun tanah dilakukan setelah bayi berumur satu sampai dua tahun, bagi
kelahiran anak yang pertama upacaranya lebih besar. Namun untuk saat sekarang ini masyarakat tidak
mengikutinya lagi, apalagi bagi ibu-ibu yang beraktifitas di luar rumah seperti pegawai negeri, pegawai
perusahaan, dan karyawati di instansi tertentu. Ke luar rumah sampai satu tahun dan dua tahun itu
dianggap tidak efisien dan tidak praktis lagi. Bagi ibu-ibu pada zaman dahulu, selama jangka waktu satu
atau dua tahun tersebut mereka menyediakan persiapan-persiapan kebutuhan upacara.

Pada saat upacara tersebut, bayi digendong oleh seorang yang terpandang, baik perangai dan budi
pekertinya. Orang yang mengendong tersebut memakai pakaian yang bagus maka sewaktu bayi
diturunkan dari rumah, bayi dipayungi dengan sehelai kain yang dipegang pada setiap sudut kain oleh
empat orang. Di atas kain tersebut dibelah kelapa, dengan makksud agar bayi tidak takut mendengar
bunyi petir. Belahan kelapa dilempar kepada sanak famili dan wali karongnya. Salah seorang keluarga
bergegas-gegas menyapu tanah dan yang lainnya menampi beras, ini dilakukan apabila bayinya
perempuan. Namun apabila bayinya laki-laki, maka yang harus dikerjakan adalah mencangkul tanah,
mencincang batang pisang atau tebu, memotong rumput, naik atas pohon seperti : pinang, kelapa,
mangga, dll. Pekerjaan ini dimaksudkan agar anak perempuan menjadi rajin dan bagi laki-laki menjadi
ksatria. Setelah semua selesai, selanjutnya bayi ditaktehkan (diajak berjalan) di atas tanah dan akhirnya
dibawa keliling rumah sampai bayi dibawa pulang kembali dengan mengucapkan assalamualaikum waktu
masuk ke dalam rumah.

SHARE THIS

Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+

ARTIKEL TERKAIT:

Hal yang Perlu Anda Lakukan Untuk Mengawali Senin

Manfaat Main Game Bagi Kesehatan

Tips Ampuh Hilangkan Rasa Pedas

Hal yang Sebaiknya Dilakukan Sebelum Jam 9 Pagi

Model Jilbab Ala Blogger Indonesia

Cara Menumbuhkan Jenggot dan Kumis Secara Alami

Tanda Seseorang Mulai Tenggelam

Adat Istiadat Sunatan Di aceh

Adat Upacara Lahiran dari Aceh

Emoticon

Translate To Your Language

Pilih Bahasa▼
PopularLabelArsip

adat%2Bistiadat%2Bmasa%2Bkehamilan%2Baceh

Adat Istiadat Aceh Dalam Masa Kehamilan

upacara%2Badat%2Baceh%2Bdalam%2Bmasa%2Bkehamilan

Adat Upacara Lahiran dari Aceh

adat%2Bistiadat%2Bsunatan%2Baceh%2B2

Adat Istiadat Sunatan Di aceh

Tari%2Bsaman%2Baceh%2B2

Tari Saman Asli Kebudayaan Aceh

khatam%2BAl%2BQur%2527an

Khatam Qur'an di aceh menjadi salah satu budaya daerah

tari%2Btarek%2Bpukat%2Baceh%2B2

Tarian Taek Pukat Aceh

tari%2Blaweut%2Bkebudayaan%2Baceh

Tari Laweut Tarian Tradisional aceh

Macam Macam Budaya dan Unsur Unsur Budaya

tari%2Bcangklak%2Baceh%2B1

Tari Cangklak Aceh

Komponen Komponen Yang Dimiliki Kebudayaan

RECENT COMMENTS

LABEL

aceh indonesia tarian

COPYSPACE

copyscape-banner-white-200x25

KEBUDAYAAN DUNIA
assssssssssssssssssssssssssssssss - 24/03/2016 - kebudyaan dunia

sdsdsd - 10/12/2015 - kebudyaan dunia

Testing - 10/12/2015 - kebudyaan dunia

Tari Cangklak Aceh - 01/12/2015 - kebudyaan dunia

Tarian Taek Pukat Aceh - 01/12/2015 - kebudyaan dunia

W3 DIRECTORY

logo-w3-world-wide-web-directory

RANDOM POST

Macam Macam Budaya dan Unsur Unsur Budaya

Macam Macam Budaya dan Unsur Unsur BudayaBudaya banyak sekali unsur dan macam - macam
budaya, yang namanya budaya pasti ...

Tarian Taek Pukat Aceh

tari%2Btarek%2Bpukat%2Baceh%2B2

Tarian Taek Pukat Acehtari tarek pukat aceh Dalam bahasa aceh, tarek pukat berarti menarik jala ikan,
dimana kegiat ...

Sejarah Aceh , Kerajaan Aceh Darussalam

Prasasti%2BPeninggalan%2BKesultanan%2BAceh%2Byang%2Bditengarai%2Bsebagai%2BSinggasana
%2BSultan%2BAceh

Sejarah Aceh , Kerajaan Aceh DarussalamSejarah Awal Mula Kesultanan Aceh Darussalam memulai
pemerintah ...

Testing

testing ...

Upacara Adat Perkawinan Melayu aceh - Malam Berinnai

default

Upacara Adat Perkawinan Melayu aceh - Malam BerinnaiUpacara adat perkawinan melayu malam
berinnai / henna. Makna dan tuj ...

FLICKR
LABEL

aceh

indonesia

tarian

Copyright © 2015 Kebudayaan Dunia - Blogger Templates Template by Arlina Design - Sponsored by
Caramenghilangkanmembuat | DesignsRock

Anda mungkin juga menyukai