Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 5

Antropologi
Ari Athiutama, S.Kep., Ns., M.Kep
Veni Guhasmelanti (PO7120123003)
Sekar Ayu Dwi Novilla (PO7120123018)

Anggota Rindi Antika (PO7120123021)


Aisyah Amanda (PO7120123035)

Kelompok Nanda Fitri Gracella (PO7120123037)


Zharina Awaliah Haz (PO7120123041)
Dalilah Tsabita Hafizo (PO7120123044)
Mutiara Lestari (PO7120123046)
Selapanan
Latar
Belakang
Masyarakat Jawa adalah salah satu masyarakat yang Tradisi Selapanan juga memiliki makna-makna tersendiri,
masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi yang yang membawa nilai-nilai moral dan sosial yang berguna bagi
diwariskan oleh nenek moyangnya. Setiap tradisi yang perjalanan kehidupannya generasi penerusnya kelak. Namun,
dilaksanakan oleh masyarakat Jawa pasti memiliki makna-makna yang diketahui oleh masyarakat Jawa tentu
suatu tujuan yang hendak dicapai, mulai dari upacara saja berbeda-beda, tergantung kepada pengetahuan masing-
kelahiran, perkawinan, dan hingga kematian, orang masing individu mengenai tradisi Selapanan yang
Jawa selalu memperhatikan dan memperhitungkan hari dilaksanakan di daerah mereka.
peringatannya. Sebab masyarakat Jawa menganggap
bahwa tradisi-tradisi ini bersifat sakral baik dari niat,
tujuan, bentuk upacara, tata cara pelaksanaan
upacara maupun perlengkapannya.
Pengertian
Selapanan berasal dari bahasa Jawa yang berarti 35 hari. Jadi, selapanan adalah ritual yang
dilakukan pada bayi yang sudah menginjak usia 35 hari. Tradisi Selapanan merupakan pengingat
bahwa sang anak sudah bertambah umur, yang berarti bahwa si anak mengalami suatu perubahan,
baik perubahan fisik maupun perubahan batin atau mental. Anak yang mendekati hari kelahirannya,
mengalami perubahan fisik berupa peningkatan suhu badan, gelisah, dan sering menangis.
Acara selamatan ini dilakukan saat sang bayi berusia 35 hari atau selapan. Perhitungan ini dihitung
berdasarkan kalendar Jawa, sehingga masyarakat Jawa menghitung hari dalam hitungan minggu
sebanyak tujuh hari (Senin – Minggu) dan hitungan pasaran dimana satu pasaran berjumlah lima
hari (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi). Perhitungan selapan berasal dari perkalian antara tujuh
dan lima yang menghasilkan 35 hari. Pada hari ke 35 ini didapatkan pertemuan angka kelipatan
antara tujuh dan lima. Pada hari ini juga, hari weton si bayi akan berulang. Sebagai contoh, bila
sang bayi lahir pada Kamis Pahing, maka selapanannya akan jatuh tepat pada hari Kamis Pahing
pula.
Tujuan
selapanan
Melalui tradisi ini, orang tua juga berharap
Tradisi Selapanan merupakan cerminan
bahwa kelak anaknya akan menjadi pribadi
bahwa manusia hendaknya memiliki yang senang bersosialisasi. Masyarakat Jawa
hubungan erat yang harmonis dengan saat ini adalah masyarakat yang selalu
lingkungan masyarakat dan alam memadukan kegiatan adat dan keagamaan,
sekitar. Melalui peringatan Selapanan, acara peringatan kelahiran bayi seperti
orang tua memperkenalkan bayinya Selapanan bertujuan untuk bersedekah, agar
kepada para tetangga, dan para para tetangga ikut merasakan kegembiraan
orang tua atas kelahiran putra-putrinya,
tetangga menerima si bayi sebagai
bagian dari masyarakatnya.
Sebelum acara selapanan dilangsungkan,
1
biasanya para warga pada sore hari bergotong-
royong membuat tumpeng yang berisi makanan
(bahasa Jawa: bancakan)

Selain persiapan hidangan untuk melangsungkan


2 acara selapanan, disediakan pula perlengkapan lain,

Prosesi seperti kembang setaman, gunting, kemenyan, dan


lain-lain untuk melakukan prosesi mencukur rambut

Selepanan bayi.

para warga yang menghadiri acara ini membacakan


sholawat untuk bayi. Saat itu, bayi keluar dengan
3
digendong orang tuanya dan diajak berputar mengelilingi
para hadirin sebanyak 3 kali. Saat itu pula, para hadirin
memegang kepala bayi dan mendoakannya agar bayi
kelak selalu diberikan keselamatan dalam kehidupannya.
Setelah berputar tiga kali, bayi diajak berputar
4
lagi untuk melakukan pencukuran rambut
dengan menggunakan gunting dan disediakan
piring yang di dalamnya terdapat air kembang
dan parfum.

5 Orang pertama yang mencukur rambut bayi adalah

Prosesi orang tua sang bayi (ayah dan ibu), lalu diikuti
kerabat dan sesepuh dari para tetangga satu persatu
secara simbolis ikut mencukur rambut bayi.

Selepanan
Setiap prosesi yang dilakukan selama mencukur rambut
6 bayi dalam selapanan memiliki makna agar kelak sang
bayi dapat selalu menjalin silaturahmi dengan orang lain
dan berbakti kepada orang tuanya.
selepanan
menurut adat Jawa
Menurut adat Jawa, rambut bayi yang belum dicukur itu
masih bercampur dengan air ketuban. Jika tidak
dibersihkan, akan menjadi bayi bajang sehingga harus
melakukan acara mencukur rambut bayi untuk
menyucikan rambut bayi dari segala macam najis. Selain
itu, alasan lain mencukur rambut bayi dalam selapanan
adalah agar rambut bayi tumbuh bagus. Dengan begitu,
selapanan ini secara tidak langsung juga memiliki tujuan
untuk mengislamkan si bayi, seperti prosesi aqiqah.
Selepanan menurut
dunia kesehatan Dukungan Psikologis:
memberikan dukungan psikologis bagi ibu
2
baru, membantu mengurangi stres dan
meningkatkan kesejahteraan mental.

Pemulihan ibu:
Penjagaan Bayi: Bertujuan memberikan kesempatan pada
1 3
Pemotongan rambut dan kuku bayi juga ibu untuk pulih setelah melahirkan dgn
dapat menjaga kesehatan bayi agar kulit istirahat dan perawatan yg cukup
kepala dan jari bayi tetap bersih,
termasuk pemenuhan kebutuhan gizi dan
kebersihan.
Kelebihan & KEKURANGAN
Kekurangan
1. beban finansial
2. keterbatasan waktu dan tenaga
KELEBIHAN 3. potensi pemecahan keluarga

1. mempererat hubungan keluarga


2. mejaga tradisi dan identitas budaya
3. momentum berbagi berkat
Semoga
Bermanfaat Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai