Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 4:

1. 1.Cantika Dwi Putri 1911312065


2. 2.Khairunnisa Hazira 1911313001
3. 3.Cindy Aviola 1911313004
4. 4.Fitria Vanesa 1911313010 Perbandingan Budaya dalam
5. 5.Nurul Irhamna 1911313013
6. 6.Gezi Maretha 1911313019
Konteks Beliefs, valuea dan
7. 7.Hesty amelia mayora 1911313025 Lifeways dalam Siklus Kehidupan
8. 8.Fajar Audio 1911313028 Anak : Budaya Batak
9. 9.Aida Adila 1911313031
10.10.Mifthahur Rahmi 1911313034
11.11.M. Abdan Syakura 1911313037
12.12.Amanda Echa Putrie 1911313043
Menyusui dalam Konteks Budaya Batak
Patriarki adalah sistem pengelompokan masyarakat sosial yang mementingkan
garis keturunan bapak/laki-laki Bila dilihat dari garis keturunan, masyarakat
Sumatera Utara lebih cenderung sebagai masyarakat yang patrilineal yang dalam
hal ini posisi ayah atau bapak (laki-laki) lebih dominan dibandingkan dengan
posisi ibu (perempuan). Batak Toba merupaka suku yang berpaham Patriarkhi.
Angka tercapainya ASI ekslusif juga masih sangat rendah 35%. Menurut data dan
informasi kesehatan Indonesia tahun 2016 Presentase bayi yang mendapatkan asi
ekslusif hingga berusia 6 bulan hanya 17, 4 %, data tersebut menggambarkan
masih rendahnya persentasi keberhasilan ASI ekslusif dan persentasi bayi yang
mendapatkan ASI ekslusif masih <40% yakni hanya 30.5% (Profil Kesehatan
Sumut, 2017).
Pada Suku Batak Toba kebiasaan pada saat persalinan, biasanya seorang
perempuan akan melahirkan di tempat ibu mertua hingga pada masa nifas
berakhir.
Perhatian penuh akan diterima oleh ibu nifas terutama dari keluarga seperti
perawatan pemulihan pasca bersalin, perhatian dalam nutrisi, kebersihan,
penggantian peran dalam melakukan pekerjaan rumah dan perhatian
pemenuhan istirahat (ada proses pergantian merawat bayi yang baru lahir).
Kebiasaan pada Budaya Patriarki memberikan rasa nyaman dan kepercayaan
diri
ibu dalam perawatan bayinya terutama menyusui sehingga meningkatkan
volume ASI sehingga dan keberhasilan ASI ekslusif. Ada faktor kebiasaan lain
yang masih sering terjadi pemberian madu/gula, air putih, bubur nasi dengan
alasan takut ASI tidak cukup hal ini terjadi disebabkan karena kurangnya
pengetahuan keluarga (mertua/suami dan ibu secara pribadi) tentang ASI
ekslusif.
Praktik Pengasuhan Anak dalam
Konteks Budaya Batak
Baumrind menyatakan bahwa pola asuh
keluarga merupakan bentuk dan proses
interaksi antara orang tua dan anak
dalam wujud pengasuhan dalam
keluarga yang memberi pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian
anak, yang dibagi menjadi tiga gaya
pola asuh, yaitu pola asuh demokratis,
otoriter, dan permisif.
Orang tua dengan pola asuh demokratis
memprioritaskan kepentingan anak, dan tidak ragu-
ragu dalam mengendalikan anak, bersikap terbuka,
flekasibel, dan memberi kesempatan kepada
anakuntuk adapat tumbuh dan berkembang dengan
peraturan yang rasional, sehingga orang tua memiliki
hubungan yang dekat dengan anak, orangtua akan
mengajak anak untuk ikut terlibat dalam membuat
peraturan dan melaksanakan peraturan dengan penuh
kesadaran.
Orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, dan tidak jarang diikuti dengan ancaman. Orangtua
tipe ini tidak mengenal kompromi dalam berkomunikasi, sehingga biasanya
terjadi komunikasi satu arah. Orang tua dengan pola asuh permisif kurang
memberikan tuntutan atau kendali terhadap anak mereka.

keluarga dengan latar belakang suku budaya Batak, Mandailing, Nias,


Minang, Melayu, dan Jawa, memiliki kecenderungan yang sama dengan
keluarga berlatar belakang budaya aceh, yaitu cenderung memiliki pola
asuh demokratis-otoriter.
Perkembangan Anak dalam Konteks
Berbagai Budaya Batak
Perkembangan fisik-motorik dan sosial emosional sangat
perlu distimulasi sejak usia dini karena berdampak pada
perkembangan lain, seperti perkembangan nilai agama dan
moral, kognitif, bahasa, maupun seni. Stimulasi tersebut
dilakukan melalui kegiatan bermain.
menstimulasi perkembangan anak melalui permainan
tradisional Suku Batak Toba adalah seperangkat kegiatan
yang dirancang dalam suatu kegiatan bermain bagi kelompok
usia 5-6 tahun dalam mengeksplorasi berbagai permainan
tradisional Suku Batak Toba. Program ini bermanfaat untuk
menstimulasi kemampuan motorik dan sosial emosional anak,
terutama usia 5–6 tahun.
lanjutan • Permainan marsibahe dilakukan secara beregu
dengan menggendong teman di punggung
secara bergantian. Kegiatan ini melatih otot
kaki dan tulang punggung anak sehingga dapat
melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi
untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan
kelincahan.
Sebelum melakukan permainan, pendidik dan
peserta didik membuat aturan main sehingga
anak terbiasa melakukan permainan fisik dengan
aturan.
• Permainan marsitekka merupakan permainan
yang dilakukan secara perorangan dengan
melompati kotak-kotak pola secara berurutan
menggunakan satu kaki (engklek).
• Permainan marampera menggunakan karet gelang
yang disambung-sambung hingga panjang seperti tali.
Permainan ini dapat dilakukan beregu dan dapat pula
perorangan.
• Permainan marampera membantu anak terstimulasi
untuk senantiasa mentaati aturan dalam bermain yang
pada gilirannya anak akan memahami aturan kelas.
Kehamilan pada Anak Dilihat dari
Konteks Budaya Batak
Dalam tradisi suku Batak Toba, apabila seorang putra Batak
menikah dengan seorang perempuan baik dari suku yang sama
ataupun beda, ada aturan atau kebiasaan yang harus
dilaksanakan. Sebagai contoh, seorang putra Batak yang
bermarga Nababanmenikah, maka sudah merupakan kebiasaan
jika orang tua dari istri disertai rombongan dari kaum kerabat
datang menjenguk putrinya dengan membawa makanan ala
kadarnya ketika menjelang melahirkan, hal kunjungan ini
disebut dengan istilah Mangirdak (membangkitkan
semangat).
lanjutan Ulos Tondi, ada juga kerabat yang datang itu dengan melilitkan
selembar Ulos yang dinamakan Ulos Tondi (Ulos yang
menguatkan jiwa ke tubuh si putri dan suaminya). Pemberian
ulos ini dilakukan setelah acara makan. Makna spiritualitas
yang terkandung adalah adanya keyakinan bahwa pemberian
ulos ini dapat memberikan atau menguatkan jiwa kepada suami
istri yang baru saja mempunyai kebahagian dengan adanya
kelahiran.
Kemudian Mangharoani, yaitu sesudah lahir anak yang
dinantikan itu ada kalanya diadakan lagi makan bersama ala
kadarnya di rumah keluarga yang berbahagia itu yang dikenal
dengan istilah Mangharoani (menyambut tibanya sang anak).
Ada juga yang menyambut dengan istilah mamboan aek si unte
karena pihak Hula-hula membawa makanan yang akan
memperlancar ASI sang ibu.
Komunikasi Terhadap Anak Sehat dan
Sakit dalam Konteks Budaya Batak
Menurut Jacobs dalam Manap Solihat, pada awal kehidupan manusia
biasanya agen sosialisasi terdiri atas; orang tua dan saudara kandung;
nenek dan kakek; tetangga; dan baby sitter dan pembantu rumah tangga.
Peran agen sosialisasi pada awal kehidupan ini sangat penting, terutama
orang tua. Anak sangat bergantung kepada orang tua dan apa yang terjadi
diantara orang tua dan anak pada tahap ini jarang diketahui orang luar.
Pada tahap ini anak belajar berkomunikasi baik secara verbal maupun non
verbal. Ia mulai berkomunikasi bukan saja melalui pendengaran dan
penglihatan, tetapi juga melalui indera lain.
Aplikasi Askep Budaya pada Anak Sehat
dan Sakit budaya batak
Asuhan keperawatan keluarga pada etnik Batak sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan pendekatan budaya (transcultural nursing).
Pendekatan budaya dilakukan karena dipandang lebih sensitif.
Pendekatan budaya bermakna asuhan keperawatan keluarga dimulai
dari keinginan keluarga, sesuai dengan kebiasaan keluarga, sesuai
sumber daya keluarga, sesuai dengan kemampuan keluarga, sesuai
dengan struktur dan nilai-nilai yang dianut keluarga, Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan, lama kelamaan
orang Batak mencari pengobatan ke tenaga kesehatan atau
kepuskesmas terdekat.
Perawatan yang digunakan saat
melahirkan
Perawatan dalam Perawatan bayi : biasanya
kandungan : menggunakan menggunakan kemiri , biji
salusu yaitu satu butir telur lada putih dan iris jorango
ayam kampung yang
terlebih dahulu di doakan

Perawatan dugu – dugu :


sebuah makanan ciri khas
Batak saat melahirkan yang
Perawatan setelah melahirkan diresap dari bangun –
: menggunakan kemiri , jeruk bangun , daging ayam ,
purut dan daun sirih kemiri dan kelapa
Contoh Kasus
Klien bernama Ny.A, berusia 27 tahun, beragama Islam dan selalu rajin
melaksanakan solat 5 waktu tepat waktu, pendidikan terakhir SMP. Klien adalah
seorang ibu rumah tangga. Suku asli batak karo dan toba, dan keluarga klien khusunya
klien sangat kental dengan adat dan budaya batak.Tn. S adalah satu-satunya tulang
punggung keluarga.Klien tinggal bersama 1 anak,mertua,dan suaminya di desa
Karo,suami masih mempercayai dukun beranak untuk memimpin upacara adat
kelahiran bayinya serta mengecek kondisi bayinya ketika bidan desa sedang dinas
luar.Suami klien Tn. S berumur 37 tahun, pendidikan terakhir SMP, bekerja sebagai
petani dengan penghasilan Rp.800.000/bulan.Klien dan suami dalam beraktivitas sering
menggunakan bahasa batak dengan nada keras setiap hari . Seminggu yang lalu klien
telah melahirkan anak keduanya berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2800 gram,
panjang 50 cm secara normal. Klien melahirkan di rumah Puskesmas Pembantu Suka
Maju karena suami klien ingin persalinan istrinya dibantu oleh bidan desa yang lebih
paham kondisi bayi dan istrinya.
lanjutan
Klien merasa dengan melahirkan anak-anaknya melalui persalinan
normal membuatnya menjadi wanita sempurna sekaligus menghemat biaya
persalinan.Setelah pulang dari puskesmas, setiap pagi klien menjemur
bayinya langsung di bawah sinar matahari mulai pukul 07.00-08.00 WIB
dengan tujuan agar bayi hangat dan tulangnya menjadi kuat.Puskesmas
Pembantu Suka Maju tidak mengharuskan pasien membayar administrasi
pelayanan dengan uang,bisa digantikan dengan hasil kebun untuk bidan
desa dan staf pustu lainnya atau gratis.Klien dan keluarga selalu
mengonsumsi daun torbangun atau bangun-bangun karena menurut mereka
daun ini berkhasiat untuk memperkental dan memperlancar ASI serta
menyegarkan fisik dan merangsang nafsu makan ibu yang sedang
menyusui.
lanjutan
Klien juga selalu melakukan kunjungan ke puskesmas pembantu untuk
melaksanakan senam ASI sekaligus mengecek BB bayinya.Saat perawat melakukan
pengkajian tumbuh kembang pada bayinya bayi klien tampak kurang aktif bergerak
serta BB bayi bertambah dari 5,7 gr menjadi 8,5 gr dari usianya sebelumnnya frekuensi
bayi mengeluarkan urine < 6 popok kain dalam 24 jam klien mengatakan ia dan
keluarga punya kebiasaan memberi makan bubur bayi saat usia 3 bulan karena klien
dan suaminya menganggap ASI saja tidak cukup untuk nutrisi bayinya.
Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada klien agar bayinya diberikan ASI
full selama 6 bulan,jika bayi diberikan ASI yang cukup maka bayi akan semakin
sehat,aktif,bayi tidak akan rewel,BB bayi bertambah dengan normal dan agar ibu
terhindar dari gejala kanker payudara karena tidak menyusui bayi secara
eksklusif.Klien dan keluarga menganut sistem partriaki sehingga klien selalu dibantu
oleh mertuanya saat merawat bayi dan melakukan pekerjaan rumah.
pengkajian 1. Faktor teknologi
Klien melahirkan di Puskesmas Pembantu Suka
Maju karena klien ingin persalinannya dibantu
oleh bidan desa yang lebih paham dengan kondisi
bayi dan dirinya. Klien juga selalu melakukan
kunjungan ke puskesmas pembantu untuk
melaksanakan senam ASI sekaligus mengecek BB
bayinya, Perawat memberikan pendidikan
kesehatan pada klien agar bayinya diberikan ASI
full selama 6 bulan,jika bayi diberikan ASI yang
cukup maka bayi akan semakin sehat,aktif,bayi
tidak akan rewel,BB bayi bertambah dengan
normal dan agar ibu terhindar dari gejala kanker
payudara karena tidak menyusui bayi secara
eksklusif
2. Faktor Agama dan Filosofi
Selalu rajin melaksanakan solat 5 waktu tepat waktu, .Klien
merasa dengan melahirkan anak-anaknya melalui persalinan
normal membuatnya menjadi wanita sempurna sekaligus
menghemat biaya persalinan
3.Faktor Kekerabatan dan sosial
a.Sosial
Nama : Ny.A Suku : Batak Karo
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : PetaniUmur : 27 thn Pekerjaan : Petani
Agama:Islam
Suku : Batak Toba
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Desa Karo,Sumatera Utara
Suami :Tn.S
Umur : 37 thn
HAPPY LIFE

b. Kekeluargaan
Tn. S adalah satu-satunya tulang punggung keluarga ,Pengambilan
keputusan berada di tangan suami Ny.A dimana Klien melahirkan di
rumah Puskesmas Pembantu Suka Maju karena suami klien ingin
persalinan istrinya dibantu oleh bidan desa yang lebih paham kondisi bayi
dan istrinya, Klien tinggal bersama 1 anak,mertua,dan suaminya di desa
Karo, Klien selalu dibantu oleh mertuanya saat merawat bayi dan
I hope and I believe that this Template will your Time,
melakukan pekerjaan rumah. Money and Reputation. Easy to change colors,
photos and Text. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal to your
AWESOME SLIDE Presentations. I hope and I believe that this Template
will your Time, Money and Reputation. Get a modern
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
You can simply impress your audience and add a
Get a modern PowerPoint Presentation unique zing and appeal to your Presentations.
that is beautifully designed. I hope and I
believe that this Template will your Time. Easy to change colors, photos and Text.
4. Faktor Budaya dan Gaya Hidup
a. Faktor Budaya
Klien adalah seorang ibu rumah tangga. Suku asli batak karo dan toba, dan
keluarga klien khusunya klien sangat kental dengan adat dan budaya batak,
suami klien masih mempercayai dukun beranak untuk memimpin upacara adat
kelahiran bayinya, Klien dan suami dalam beraktivitas sering menggunakan
bahasa batak dengan nada keras setiap hari, Klien dan keluarga selalu
mengonsumsi daun torbangun atau bangun-bangun karena menurut mereka
daun ini berkhasiat untuk memperkental dan memperlancar ASI serta
menyegarkan fisik dan merangsang nafsu makan ibu yang sedang menyusui.
Klien dan keluarga menganut sistem partriaki sehingga klien selalu dibantu
oleh mertuanya saat merawat bayi dan melakukan pekerjaan rumah.
b. Faktor Gaya Hidup
setiap pagi klien menjemur bayinya langsung di bawah sinar
matahari mulai pukul 07.00-08.00 WIB dengan tujuan agar bayi
hangat dan tulangnya menjadi kuat.

5. Faktor Kebijakan dan Politik


Puskesmas Pembantu Suka Maju tidak mengharuskan pasien
membayar administrasi pelayanan dengan uang,bisa digantikan
dengan hasil kebun untuk bidan desa dan staf pustu lainnya atau
Contents Title
gratis
Simple Portfolio
You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors, photos and Text. I hope and I believe that this
Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully designed.
6. Faktor Ekonomi
Tn. S adalah satu-satunya tulang punggung keluarga
,pendidikan terakhir Ny.A SMP. Klien adalah
seorang ibu rumah tangga, pendidikan terakhir Tn.S
adalah SMP, bekerja sebagai petani dengan
penghasilan Rp.800.000/bulan

7. Faktor Pendidikan
Pendidikan terakhir Ny.A SMP, Pendidikan terakhir
Tn.S adalah SMP,
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS: klien mengatakan ia Defisit pengetahuan Kurang terpapar
dan keluarga punya pembrian ASI b.d informasi
kebiasaan memberi kebiasaan dan
makan bubur bayi saat keyakinan/kepercayaan
usia 3 bulan karena klien
dan suaminya
menganggap ASI saja
tidak cukup untuk nutrisi
bayinya
DO:Pendidikan klien
dan suami SMP
Diagnosa, NIC, NOC
Defisit pengetahuan b.d keyakinan/kepercayaan
1. NIC:
a.Peningkatan kesiapan pemelajaran
Aktivitas:
1) Bina hubungan baik yang saling mempercayai
2) Jelaskan informasi membantu klien mencapai
tujuan dengan cara yang tepat
3) Berikan pemicu atau petunjuk seperti komentar-
komentar yang memotivasi/rasional dan informasi
yang baru)
Diagnosa,NIC,
NOC
1. NOC:
Aktivitas:
1) Mempertimbangkan pengetahuan personal dari 1
ditingkatkan ke 5
2) Penjelasan diberikan dengan istilah-istilah yang
mudah dipahami klien dari 1 ditingkatkan ke-5
3) Mendiskusikan strategi untuk meningkatkan
kesehatan dari 1 ditingkatkan ke-5
2.NIC:
Pengajaran :Nutrisi bayi 0-3 bulan
Aktivitas:
1) Berikan orang tua materi tertulis sesuai dengan kebutuhan pengetahuan
2) ASI atau susu formula untuk tahun pertama (tidak ada makanan padat sebelum
4 bulan)
3) Intrusksikan orangtua/pengasuh untuk menghindari penggunaan madu atau
sirup jagung
2.NOC:
Pengetahuan :menyusui bayi
1) Manfaat menyusui dari 1 ditingkatkan ke 5
2) Intake cairan yang dibutuhkan ibu dari 1 ditingkatkan ke 5
3) Isyarat lapar bayi dari 2 ditingkatkan ke 5
4) Tanda-tanda bayi yang bergizi baik dari 1 ditingkatkan ke 5
5) Hubungan antara menyusui dan imunitas tubuh bayi dari 1 ditingkatkan ke 5
6) Strategi untuk mengakses layanan kesehatan dari 3 ditingkatkan ke-5
Strategi Intervensi
1. “suami klien masih mempercayai dukun beranak
untuk memimpin upacara adat kelahiran bayinya
serta mengecek kondisi bayinya ketika bidan desa
sedang dinas luar”
Kebudayaan atau keyakinan klien tersebut harus
dinegosiasikan
THANK YOU
Insert the SubTitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai