Anda di halaman 1dari 5

2.

2 MANAJEMEN RISIKO K3 DI LUAR GEDUNG

2.2.1. Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian
bagi korban manusia dan atau harta benda (Depnaker,1999:4).

2.2.2 Macam-Macam Kecelakaan Kerja


A. Berdasarkan selang waktu akibat :
1. Kecelakaan langsung. Kecelakaan yang terjadi berakibat
langsung/terdeteksi, contohnya korban manusia, mesin yang rusak
atau kegagalan produksi.
2. Kecelakaan tak langsung. Kecelakaan yang terdeteksi setelah selang
waktu dari kejadian, contohnya mesin cepat rusak, lingkungan
tercemar.
B.Berdasarkan korban :
1. Kecelakaan dengan korban manusia.
a) Kecelakaan ringan Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau
paling jauh dibawa ke Poliklinik.
b) Kecelakaan sedang Korban biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu
diberiwaktu untuk istirahat.
c) Kecelakaan berat Korban dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling
dekat dengan perusahaan.
2. Kecelakaan tanpa korban manusia. Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan
berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak
dampak yang diakibatkannya.

2.2.3 Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja


Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan
faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:
a.Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)
b. Terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)

c. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:


2.2.4. Dampak Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi pekerja dan
kontraktor.
Dampak bagi pekerja antara lain:
A.Cedera fatal
 Meninggal
B.Cedera (major injury)
 Patah tulang
 Amputasi
 Kehilangan penglihatan
 Cedera lainnya yang orang tersebut dirawat di RS lebih dari 24 jam.
C.Penyakit
 Mata
 Kepala
 Otak dan sistem saraf
 Telinga
 Hidung dan tenggorakan
 Dada dan paru-paru
 Otot dan punggung
 Hati
 Ginjal dan kantong kemih
 Sistem reproduksi
 Kulit
Bagi pekerja yang mengalami cedera fatal maupun cedera (major injury), wajib melaporkan
hal tersebut kepada atasan mereka. Begitu pula halnya bagi pekerja yang terkena penyakit
akibat kerja dan dirawat di rumah sakit lebih dari 24 jam hal ini dapat digolongkan juga
sebagai major injury.

Sedangkan bagi kontraktor, kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa
biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung tersebut terdiri dari premi asuransi
kecelakaan, tunjangan karyawan, biaya melatih karyawan baru, biaya perbaikan peralatan
yang rusak akibat kecelakaan.
2.2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan
upaya lainnya. Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah:
1.Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja
umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasandan
sebagainya.
2.Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada berbagai
jenis industri atau alat pelindung diri.
3.Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.
4.Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan fisik lain
mengakibatkan kecelakaan.
5.Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
6.Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan, mengenai
siapa saja dan lain-lain.
7.Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.
8.Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelindung,
penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya.
9.Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja, antara lain bagi
pekerja baru.
10.Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menumbuhkan sikap selamat.
11.Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika
keselamatan kerjanya baik.
12.Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau tidaknya
penerapan keselamatan kerja. Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah
terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain berupa :
a.Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit.
b.Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan pengujian biomedis,
antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang kerja, pemeriksaan darah dan
sebagainya.
c.Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media perantara, maupun pada
pekerjanya sendiri.
d.Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui kondisi kesehatan
pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya.
e.Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan sebagainya.
f.Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup telinga, kaca mata
dan sebagainya.
g.Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
2.2.6 Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah
satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi
sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
•Brainstorming
•Survei
•Wawancara
•Informasi histori
•Kelompok kerja
2.2.7 Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko
dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas
terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif
dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur,
namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan
terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk
asset immateriil. Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko
(Soeharto, 2001).

Setelah risiko yang dapat mempengaruhi pengembangan teridentifikasi maka diperlukan cara
untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing resiko. Beberapa resiko secara
relatif tidak terlalu fatal , sedangkan beberapa resiko lainnya berdampak besar, beberapa
resiko sering terjadi. Sementara itu resiko lainnya jarang terjadi. Probabilitas terjadinya
resiko sering disebut dengan risk likelihood; sedangkan dampak yang akan terjadi jika resiko
tersebut terjadi dikenal dengan risk impactdan tingkat kepentingan resiko disebut dengan risk
valueatau risk exposure.Risk value dapat dihitung dengan formula :

Risk exposure = risk likelihood


(probability)x risk impact (impact

Idealnya risk impact diestimasi dalam batas moneter dan likelihood dievaluasi sebagai sebuah
probabilitas. Dalam hal ini risk exposure akan menyatakan besarnya biaya yang diperlukan
berdasarkan perhitungan analisis biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai resiko dapat
dibandingkan antara satu dengan lainnya untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-
masing risiko.

Anwar, Fahmi Nurul. 2014. Analisis manajemen resiko kesehatan dan keselamatan kerja
pada pekerja upper structure gedung bertingkat. Jurnal kontruksi ISSN

Anda mungkin juga menyukai