Anda di halaman 1dari 7

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Sistem produksi
Sistem produksi adalah kumpulan dari sub sistem yang saling
berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi
output produksi.
Input produksi adalah dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja,
modal dan informasi.
output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut
sampingannya seperti limbah, informasi.

2. Identifikasi Bahaya
a. Cara Identifikasi Bahaya
Identifikasi potensi bahaya lingkungan tempat kerja dapat
dilakukan dengan:
- walk through/ inspeksi
- observasi,
- wawancara SDM dengan cara survei dan kuesioner,
- Rapat HIRA/ IBPR -- Pengecekan MSDS
- Analisa Catatan (Record Accident-Injury)

b. Jenis Bahaya
1. Safety Hazard
a) Kinetik
Kinetik yaitu energi karena gerakan. Sumber berasal
dari aliran air, tekanan udara (Comppressor,Boiler,LPG/
Gas Cilynder (Acetylene, Oxygen, Helium) dan lain-
lain. Efek : Kebakaran , ledakan
b) Mekanik
Sumber berasal dari diesel, gerakan berputar, belt
bergerak. Efek: terjepit, terpotong.
c) Listrik
Sumber berasal dari PLN atau Diesel yang
bertegangan tinggi, Unit produksi yang memiliki
tegangan rendah. Efek: tersengat listrik, Terbakar.
d) Housekeeping atau Kerapihan
Sumber: Penempatan alat, perlengkapan
4

Efek: Tersandung, terantuk

2. Health Hazard
a. Faktor Kimia
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO 13
Tahun 2011, pengertian faktor kimia adalah faktor di
tempat kerja yang bersifat kimia yang dalam keputusan
ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut,
aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.
Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel
adalah debu, awan, kabut, uap logam, dan asap; serta
wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap.
Efek: Silikosis/ Bisinosis/COPD/ PPOK
b. Faktor Fisika
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO 13
Tahun 2011, pengertian faktor fisika adalah faktor di
dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam
keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan,
getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan
magnet.
i. Kebisingan
Sumber : mesin produksi , Genset
Efek: Noise Induced Hearing Loss
ii. Getaran
Sumber: Mesin Produksi (WBV – HAV)
Efek: Carpal tunnel syndrom, Low back pain
iii. Pencahayaan
Sumber : lampu, sinar matahari
Efek: gangguan penglihatan
iv. Iklim Kerja/ Tekanan Panas
Sumber : Proses Produksi
Efek: Heat stroke, heat cramp, dehidrasi
v. Radiasi Sinar Ultra Ungu
Sumber : Pengoperasian mesin las, kegiatan
perbaikan
Efek: pusing, berkurangnya penglihatan, temporary
blind
vi. Faktor Biologi
5

Sumber : Parasit (jamur, protozoa, cacing, vektor);


virus, bakteri)
Efek: Alergi, Dermatitis Atopi
vii. Faktor ergonomic
Sumber : Posisi kerja, gerakan kerja,
Pengaturan Shift - efek ke tubuh
viii. Faktor Psikologi
Takt Tyme : kecepatan produksi
Cycle Tyme: waktu untuk produksi
Monoton

3. HIRADC
HIRADC adalah salah satu bagian dari standar ohsas 18001;2007
clause 4.3.1. Di Indonesia biasa juga disebut sebagai risk assesment
atau identifikasi bahaya dan aspek K3L. Di klausa
tersebut menyebutkan bahwa organisasi harus menetapkan, membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan menentukan pengendalian bahaya dan
risiko yang diperlukan.
Di dalam hal ini menjelaskan mengenai proses yang harus
diperhatikan dalam pelaksananaan HIRADC :
a. Hazard atau Bahaya
b. Risk atau Resiko
c. Penentuan untuk pengendalian bahaya dan risiko ( harus
mempertimbangkan hierarki dari pengendalian : eliminasi,
subtitusi, isolasi, engineering control,
penandaan/peringatan/administrative control, PPE)
d. Perubahan dari management
e. Pencatatan dan dokumentasi dari kegiatan HIRADC (misalnya :
HIRADC register)
f. Tinjauan yang berkelanjutan.

Di dalam OHSAS 18001;2007 menerangkan item-item yang harus


masuk dalam membuat HIRADC, karena HIRADC merupakan salah
satu dasar dari penerapan OHSAS :
6

a. Kegiatan rutin dan non rutin ( keadaan gawat darurat, bencana


alam, kegiatan pemeliharaan yang diluar jadwal, pembersihan,
pengoperasian mesin,shut down/ start up, visit dari
kontraktor/pelanggan, keadaan lain yg memang tidak rutin
dilakukan oleh organisasi).
b. Semua kegiatan yang memungkinkan seluruh pekerja/orang
mempunyai akses masuk di area kerja ( termasuk kontraktor dan
juga pengunjung/tamu).

c. Perilaku manusia, kemampuan, dan juga faktor manusia. ( sifat,


kesalahan dari pihak manusia, perilaku, kebiasaan, stress dll).

d. Bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat


menimbulkan efek buruk ke kesehatan dan keselamatan pekerja di
organisasi.

e. Hazard/ bahaya yang timbul dari kegiatan yang berkaitan dengan


pekerjaan atau aktivitas yg berada dibawah kendali dilingkungan
kerja dan organisasi. Semua ini juga bisa berasal dari aspek
lingkungan.

f. Infrastruktur/sarana/prasarana, peralatan dan material di tempat


kerja, yang disediakan oleh pihak organisasi atau pihak luar.

g. Perubahan atau rencana perubahan pada organisasi, kegiatannya,


dan bahan yang digunakan.

h. Modifikasi dari SMK3, termasuk yang bersifat sementara, dan


pengaruhnya terhadap kegiatan operasi, proses atau aktivitas.

i. Semua peraturan yg mengikat yang berkaitan dengan penilaian


risiko dan pengendalian yg dibutuhkan.
7

j. Desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, termasuk


kemampuan adaptasi dari pekerja/manusia.

4. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai
upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali
hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik
pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun
menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin
pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna
Dewi, 2006).
Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan
kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan
kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas
dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan
penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-
undangan yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja,
dan hukuman terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan
cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang- undangan itu,
perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat
ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan
penyakit fatal.
8

3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul


perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan
penyakit yang terjadi kecil saja.
Menurut Ernawati (2009), tujuan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan
buruk yang mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja.
2. Memelihara kesehatan para pekerja untuk memperoleh hasil
pekerjaan yang optimal.
3. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.
4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit
lain yang diakibatkan oleh sesama pekerja.
5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.
6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat
kerja.
7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.

B. Perundang-Undangan
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
2. Undang-undang No.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Tenaga Kerja
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisikadan Faktor Kimia di TempatKerja.
6. Badan Standarisasi Nasional, 2004. SNI 16-7063-2004 tentang Nilai
Ambang Batas Iklim Kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan
dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja
9

7. OSHA (Occupational Safety and Health Administration)Permissible


Noise Exposure.
8. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) Nomor 7 Tahun 1964 tentang
Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat
Kerja.

Anda mungkin juga menyukai