BAB II
PEMBAHASAN
Tempat Kerja
Sumber Bahaya
Identifikasi Bahaya
Penilaian Risiko
Pengendalian Risiko
Kondisi Aman
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk tempat kerja adalah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagianbagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka
pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan
air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Tempat kerja sangat mendukung adanya suatu pekerjaan,
tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajat kesehatan dan juga daya
kerja para pekerja. Menurut UU No. 1970 tentang keselamatan kerja pengurus
perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyediakan tenpat kerja yang
memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan.
II.2 Bahaya
a. Pengertian Bahaya
Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses, material,
dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja/ berhubungan dengan
pekerjaan yang menjadi/ berpotensi menjadi sumber kecelakaan/ cidera/
penyakit/ dan kematian. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam
hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan [2].
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaaan berupa cedera,
penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan [3]
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,
kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya maka
diperlukan upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan
akibat yang merugikan [4].
b. Sumber Bahaya
Menurut Syukri Sahab (1997)
[5]
[5]
energi
listrik
yang
dapat
listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang
menggunakan listrik.
c) Bahaya kimiawi
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara
lain :
1. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic).
2. Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam
keras, cuka air aki.
3. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia
memiliki sifat mudah terbakar dan mledakmisalnya golongan
senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG.
4. Polusi dan pencemaran lingkungan.
d) Bahaya Fisik
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :
1. Bising yang dapat mengakibatkan bahaya ketulian tau kerusakan
2.
3.
4.
5.
6.
indera pendengaran.
Tekanan
Getaran
Suhu panas atau dingin.
Cahaya atau penerangan.
Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet, dan sinar infra
merah.
e) Bahaya biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber
dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan
kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan
dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan,
minyak dan gas bumi.
II.3
Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
timbul di tempat kerja. Suatu bahaya di tempat kerja mungkin tampak jelas
dan kelihatan, seperti: sebuah tangki berisi bahan kimia, atau mungkin juga
tidak tampak dengan jelas atau tidak kelihatan, seperti: radiasi, gas
pencemar di udara (Tarwaka, 2008)[3].
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dari suatu sistem
manajemen pengendalian risiko yang merupakan suatu cara untuk mencari
dan mengenali terhadap semua jenis kegiatan, alat, produk dan jasa yang
dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit yang bertujuan dalam upaya
mengurangi dampak negative risiko yang dapat mengakibatkan kerugian
aset perusahaan, baik berupa manusia, material, mesin, hasil produksi
maupun finansial.
Identifikasi bahaya adalah proses determinasi terhadap apa yang
dapat terjadi, mengapa dan bagaimana (Rudi Suardi, 2005)[6]. Pada
umumnya kegiatan ini melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya dan
area yang terkena imbasnya. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan
mempertimbangkan :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Kesuksesan ini dapat dilihat bila seluruh risiko di tempat kerja dapat
teridentifikasi dangan sempurna. Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah
untuk mengenali seluruh macam bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga
dapat dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut.
Pengendalian terhadap sumber-sumber bahaya bertujuan untuk
mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (Syukri Sahab,1997)
[5]
ada dua macam, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi.
Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan
menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya citra
perusahaan.
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses aktivitas yang dilakukan
untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul di tempat kerja. Menurut Tarwaka (2008)[3] proses identifikasi
bahaya adalah :
1. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses
kerja, sistem kerja, kondisi kerja) yang ada di tempat kerja.
2. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.
3. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat
kerja yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.
4. Mereview kecelakaan, catatan P3K, dan informasi lainnya.
5. Mencatat seluruh hazard yang telah teridentifikasi.
Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut :
kritis sifat bahaya tersebut dan berarti menuntut tindakan perbaikan atau
penangganan yang semakin mendesak. Setelah diketahui berbagai potensi
bahaya yang ada di lingkungan pekerjaan selanjutnya perlu diadakan
penilaian risiko tersebut untuk menentukan tindakan pengendalian sesuai
prioritas apakah risiko tersebut cukup besar dan memerlukan pengendalian
langsung atau dapat ditunda.
Adapun tujuan dari penilaian risiko itu sendiri antara lain :
1. Untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya
yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan tindakan
perbaikan mencegah terjadinya incident akibat bahaya tersebut.
2. Untuk menyusun prioritas pengendalian semua jenis risiko, akibat
yang bisa terjadi tingkat keparahan, frekuansi kejadian dan cara
pencegahan
Penilaian risiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan
pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui
tahap atau langkah yang berkesinambungan. Oleh karenanya dalam
melakukan penilaian risiko terdapat 5 proses yaitu :
1. Mengestimasi tingkat kekerapan
Mengestimasi tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya atau
sakit akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang berapa sering dan
berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Tingkat
kekerapan atau frekuensi kecelakaan atau sakit dikategorikan menjadi 5
yaitu :
Tingkata
Kriteria
Penjelasan
n
1
Rarely
Unlikely
Occasional
12 bulan sekali
Suatu insiden yang sesekali bisa
terjadi, kemungkinan bisa terjadi
Frequent
Constant
Tingkata
Kriteria
Penjelasan
n
1
Trivial
sederhana,
obatan
dengan
daftar
pemberian
berpedoman
obat esensial
atau
obatkepada
generik)},
Low
tindakan
medis
sederhana,
obat-obatan
dengan
pemeriksaan
dan
pengobatan
dokter umum} langsung dapat ditangani,
kerugian materi sedang ( 1 juta - 5 juta
rupiah) kehilangan waktu kerja 1x24 Jam
(berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial
Dan
Pengawasan
Minor
(tindakan
medis
sederhana,
obat-obatan
dengan
pemeriksaan
dan
pengobatan
dokter umum, pemeriksaan diagnosis
lanjutan, rujukan rawat inap di rumah
sakit
yang
ditunjuk
perusahaan),
Major
memerlukan
perawatan
perusahaan,
pemeriksaan
jangka
berkelanjutan
panjang
(rehabilitasi)}
{treatment
kerugian
Fatality
2x24 jam.
Menyebabkan kematian, off-site release
bahan toksik dan efeknya merusak,
kerugian materi sangat besar (50 juta
10
Tingkata
Kriteria
n
1
2
3
4
5
1 2 orang
3 7 orang
8 15 orang
16 50 orang
Lebih dari 50 orang
(Sumber : Septia Wulandari, 2011) [7].
Tingkatan
1
Kriteria
Penjelasan
Unlikely
(Hampir Suatu insiden mungkin dapat terjadi
tidak mungkin)
Possible
(Kemungkinan
kecil)
Probable
kemungkinan terjadinya.
(Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada
Likely
terjadi)
Certain
beberapa kondisi
tertentu.
(Mungkin Suatu kejadian mungkin akan terjadi
pada hampir semua kondisi.
(Hampir Suatu kejadian akan terjadi pada
pasti)
[7]
Tingkatan
50>
Kriteria
Prioritas
Penjelasan
Harus segera dilakukan tindakan untuk
11
(Critical Priority)
mengurangi
risiko.
Aktivitas
atau
<10
dihilangkan
atau
Prioritas
(Monitor&Control)
memperkecil
Prioritas
risiko.
Tidak ada risiko atau risiko sudah dapat
(Tolerate)
II.5
Konsekuensi
Sering 4
Kemungkinan
Agak
Jarang 2
Jarang
Bencan
20
sering 3
15
a
Fatal
mendesak
16
mendesak
12 tinggi
8 sedang
4 rendah
Cedera
mendesak
12 tinggi
9 sedang
6 sedang
3 rendah
Berat
Cedera
8 sedang
6 sedang
4 rendah
2 rendah
Ringan
Hampir
4 rendah
3 rendah
2 rendah
1 none
10 tinggi
Sekali
5 sedang
Cedera
(Sumber : Tawaka, 2008 )[3] .
Setelah melakukan pengukuran tingkat risiko, selanjutnya harus
dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi yang di identifikasi dalam
upaya menyusun rencana pengendalian resiko.
TINGKAT RISIKO
TINGKAT BAHAYA
KLARIFIKASI
MENDESAK
Tingkat bahaya sangat Hazard Klas A
TINGGI
dikontrol
tinggi
Tingkat bahaya serius
Hazard Klas B
12
SEDANG
RENDAH
TIDAK ADA
bersifat
13
14
suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008)
[3]
.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat
unsure kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan
karena peristiwa kecelakaan tidak disertai kerugian material maupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat (Sumamur,
1996)[2].
Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak
dapat diduga. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau
diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan.
Oleh karena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan
serta perlengkapan produksi sesuai dengan standar kewajiban oleh UU ini
(Bennet, Silalahi N.B 1984)[9].
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan
manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak
aman (unsafe condition). Dari data kecelakaan didapatkan bahwa 85% sabab
kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia
dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam
keadaan yang aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka
kecelakaan kerja (Sumamur,1996) [2].
Adapun menurut H.W. Heinrich dengan teori dominonya yang
disempurnakan oleh Frank E. Bird menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak
datang dengan sendirinya, terjadinya kecelakaan merupakan suatu hasil dari
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman dan kedua hal tersebut
selanjutnya tergantung pada seluruh macam gabungan dari berbagai faktor,
inilah dalam kaitan urutan tertentu akan mengakibatkan kecelakaan.
Loss
Accident
Lock of control
Immediate
Basic couse Cause
Manusia
Kontak denganHarta
energibenda Proses Produksi
Faktor
Tindakan
Tidak memadainya program stand and programpribadi
perumusan standart
tidak aman
Faktor Kondisi tidak aman
pekerjaan
15
menuju
suatu
kejadian
yang
mengakibatkan
kerugian.
Pengawasan dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen
yaitu
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing),
dan
atau
pengawasan
tidak
cukup
rekayasa
16
dingin,
radiasi,
kebisingan,
kontak
dengan
bahan-bahan
17
BAB III
PENUTUP
III.1
Simpulan
Hazard identification dan Risk assessment merupakan dasar
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja modern, program
keselamatan dan kesehatan kerja disusun berdasarkan tingkat risiko yang
ada di lingkungan kerja. Setiap bahaya dengan kondisi risiko bagaimana
pun diharapkan dapat dihilangkan atau diminimalkan sampai pada batas
yang dapat diterima, baik dari kaidah keilmuan maupun tuntunan hukum.
Identifikasi bahaya terhadap semua kegiatan kerja merupakan
salah satu cara untuk mengetahui potensi-potensi bahaya atau faktor
bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja. Ketika skenario penting
tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisis secara benar, sistem
manajemen yang baik yang didukung oleh komitmen manajemen akan
memastikan tindakan yang tepat yang harus diambil untuk mencegah
terjadinya kecelakaan serta mengurangi akibatnya.
Identifikasi faktor dan potensi bahaya merupakan faktor penting
dalam menciptakan kondisi aman di suatu tempat kerja. Oleh karena itu
perlu dilaksanakan analisis faktor atau potensi bahaya yang ada pada
18
semua sarana kerja dan juga semua kegiatan kerja agar faktor atau
potensi bahaya yang ada dapat dikendalikan dan tepat sasaran.
III.2 Saran
1. Hasil Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko harus diinformasikan, dan
disosialisasikan kepada seluruh karyawan.
2. Sebelum melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko, semua
tenaga kerja diberikan training tentang identifikasi bahaya dan penilaian
risiko agar tidak terjadi kesulitan pemahaman.
3. Pemakaian Alat Pelindung Diri harus lebih ditertibkan dan perlu adanya
sanksi yang lebih tegas bagi pelanggar serta bila perlu dibuat peraturan
khusus mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2007.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Depnakertrans RI
2. Sumamur, 1996. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta.
PT. Gunung Agung.
3. Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja.
4.
Penilaian,
dan
19