Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TEKNIK BUDIDAYA GAHARU

Gyrinops rosbergii

Nama Kelompok:
1. Arya Saqi Bimantara (C1L017017)
2. Dian Islamati (C1L017033)
3. Mutiara (C1L017073)
4. Sukran Makmun (C1L017091)
5. Moh. Zaidul Khaer (C1L017063)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu penghasil gaharu yang beragam, terdapat lebih dari 26
jenis dalam tujuh marga tumbuh di hutan alam yatiu Aetoxilon, Aquilaria, Enklei,
Gonystylus, Gyrinops, Phaleria, dan Wikstromia. Sejak lama, etnis dari berbagai negara di
Asia tekah menggunakan berbagai jenis gaharu alam dalam bentuk produk berupa
gumpalan, serpihan serta bubukan sebagai bahan baku untuk mengharumkan tubuh, ruangan
dan kelengkapan upacara ritual keagamaan (Semiadi et al. 2010).

Gaharu merupakan resin beraroma wangi bewarna gelap yang terakumulasi di dalam
batang dan akar pohon penghasil gaharu. Bila tidak mengandung gaharu maka warna
kayunya putih pucat (Zich dan Campton 2001). Gaharu termasuk hasil hutan bukan kayu
yang sangat berharga yang dapat digunakan sebagai wewangian, dupa, obat-obatan, aroma
terapi dan bahan dalam upacara keagamaan.

Pohon penghasil gaharu yang paling penting adalah Aquilaria spp. dan Gyrinops spp.
pada suku Thymelaeaceae (Wiriadinata 1995, Sidiyasa dan Suharti 1987, Mogea et al. 2001,
Sitepu et al. 2011, Turjaman 2011). Aquilaria telah masuk dalam Appendix 2 CITES sejak
tahun 1994. Lima tahun kemudian Gyrinops menyusul masuk pula dalam Appendix 2
CITES. Aquilaria dan Gyrinops terdapat di asia dengan sebaran alami mulai dari barat di
India hingga timur di Indonesia serta di utara hingga Cina (Dinghou 1960, Whitmore 1973).

Gyrinops termasuk famili Thymelaeaceae yang merupakan sumberdaya hayati yang


sangat potensial di wilayah Indonesia (Paoli et al. 2001). Gyrinops di Indonesia umumnya
berada di Indonesia bagian timur, seperti tersebar di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan
Papua (Mulyaningsih dan Yamada, 2007). Akibat praktek kegiatan kehutanan yang tidak
berkelanjutan dan tingginya tingkat deforestasi, jenis Gyrinops spp. saat ini mulai sulit
ditemukan. Redlist IUCN 2009 menetapkan status Gyrinops spp. sebagai terancam punah,
langka, dan rentan. PP No.7/1999 dan permenhut No. 447/Kpts-II/2003 juga telah
menetapkan Gyrinops spp. sebagai jenis yang dilindungi dan dilarang untuk ditebang.
Beberapa jenis Gyrinops yang rentan dan dilindungi adalah Gyrinops rosbergii.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis pohon penghasil
gaharu dan mengidentifikasi ciri-ciri dan morfologi dari tanaman gaharu.
II. PEMBAHASAN

Taksonomi
Ding hou (1960) telah mendeskrisikan tujuh jenis Gyrinops spp., enam diantaranya tersebar di
Indonesia bagian timur. Jenis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah Gyrinops
rosbergi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menentukan jenis-jenis pohon
penghasil gaharu di hutan alam diperlukan pengetahuan yang memadai yaitu identifikasi. Berikut
taksonomi G. rosbergii yakni:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotylodenae
Sub class : Archichlamydae
Ordo : Thymelaeles
Family : Thymelaeaceae
Genus : Gyrinops
Species : Gyrinops rosbergii

Morfologi
Gyrinops rosbergii dikenal juga dengan nama ketemunan (Lombok), Ruhu wama (Sumba) dan
Seke (Floes dan sumbawa) (CITES, 2004; Mulyaningsih dan Isamu, 2007). Habitus pohon kecil
hingga besar, tinggi 6–25 m, diameter 40-65 cm. Batang tegak, lurus,
silindris, kulit batang bagian luar agak kasar, kadang beralur dan kayunya keras, tidak
bergetah, warna coklat keputih-putihan, bagian kulit dalam berwarna putih (Mogea et al.,
2001). Daun jorong-lonjong, berukuran 5-20 cm x 1,5-5 cm, pangkal daun bentuk pasak,
ujung daun meluncip; tulang daun sekunder sejajar (pararel) jumlah 12-16 pasang, warna
daun permukaan bawah hijau kusam dan atas licin mengkilap, daun kering pada permukaan
bawah warna coklat kekuningan, dan coklat kemerah-merahan pada permukaan atas;
tangkai daun pendek (3-5 mm). Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting dan
bawah ketiak daun, tangkai perbungaan 1-3 mm (hampir tidak bertangkai), jumlah 6-8
bunga. Bunga bentuk tabung/corong dengan 5 cuping, tangkai bunga 1-3 mm; warna putih
kekuningan, atau hijau kekuningan, panjang 10-18 mm. Bakal buah bulat telur, berlekuk
2, panjang 1 mm, menyempit ke ujung. Buah hijau berubah kuning pada waktu matang,
bentuk bulat telur sungsang atau jorong, menyempit di bagian basal, berukuran 1-1,5 cm
x 1 cm, meluncip ke atas. Biji bulat telur, bulat pipih, berukuran 6-9 mm, jumlah 1-2 biji,
pada bagian pangkal biji terdapat sumbat lembaga, warna putih, tebal 2 mm. Anakan jenis
ini, memiliki bentuk daun lonjong.

Persebaran
Meliputi Kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Sumbawa, Flores, and Sumba), Sulawesi
(Minahasa), dan Papua barat (Alkmaar Bivouac dan Somula).

Karaktristik habitat
Tempat tumbuh Hutan primer dataran rendah mencapai ketinggian 900 m dpl. Di Sumbawa
ditemukan pada ketinggian 400-800 m dpl. dari Gunung Doro Tambiung di Sumbawa Barat
sampai Gunung Doro Saboke Sumbawa Timur (Mulyaningsih dan Yamada, 2007).

Status Kelangkaan / IUCN


Rawan

Pemanfaatan
III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Semiadi, G, H. Wiriadinata, E.B. Waluyo, D. Darnaedi. 2010. Rantai Pasokan Produk Tumbuhan
Gaharu (Aquilaria spp.) asal Merauke, Papua.Buletin Plasma Nutfah 16 (2): 150-159.

Wiriadinata, dkk. 1995. Konsep Budidaya Gaharu di Provinsi Bengkulu (The Concept Of
Cultivation On Agarwood Trees In Bengkulu Province.) diakses melalui:
http//:JurnalKonsepBudidayaGaharu/Pdf.Vo.7,No.4,Hal.371-380.

Ding Hou. 1960. Thymeleaeceae. Steenis CGGJ van. (editor). Floral Malesiana (6): 1-15. Wolter
Noordhof Publising. Groningen.

Paoli, G.D., D.R. Peart, M. Leighton, and I. Samsoedin. 2001. An ecological and economic
assessment of the nontimber forest product gaharu wood in Gunung Palung National
Park, West Kalimantan, Indonesia. Conservation Biology 15(6):1721-1752.

Anda mungkin juga menyukai