Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS KECELAKAAN DAN

STATISTIK KINERJA K3
Kinerja K3

Hasil yang terukur dari


Manajemen K3
Tujuan K3

Sasaran K3 secara menyeluruh, yang


diturunkan dari Kebijakan K3 yang ada dan
dikuantifikasi jika memungkinkan
Target K3

Persyaratan kinerja terinci, dikuantifikasi bila


memungkinkan, sesuai dengan bagian-
bagian yang ada di perusahaan, yang
dibangun dari tujuan K3
Lagging Indicator
Statistik yang mengindikasikan hasil/output dari
manajemen K3 - reaktif:
 Nilai (Rate) kecederaan / sakit
 Frekuensi kecelakaan
 Biaya medis dan biaya kompensasi dari
pekerja
 Kerugian produktivitas
 Biaya dan waktu terbuang karena
kerusakan peralatan
 Denda dan hukuman dari Pemerintah
Leading Indicator
Statistik yang menunjukkan input/program K3L dalam
manajemen K3 - proaktif:
 Jumlah dan kualitas inspeksi K3
 Jumlah dan kualitas Observasi & Pantauan
Deviasi Prilaku Karyawan Terkait K3 dan Mutu
 Jumlah Implementasi Job Safety Analysis (JSA)
 Jumlah dan kualitas Rapat K3
 Jumlah program Orientasi Karyawan
 Jumlah Latihan/ Drill Tanggap Darurat
Leading Indicator:
a measure preceding or indicating a future event
used to drive and measure activities carried out to
prevent and control injury. (Ref:Ergonomic plus).
Ukuran untuk menunjukkan/memprediksi peristiwa di
masa depan yang digunakan untuk mendorong dan
mengukur program yang telah dilakukan untuk
mencegah/mengendalikan kecelakaan – Upaya
Proaktif sebelum terjadi kecelakaan

Lagging Indicator:
a measure of company’s incidents in the form of
past accident statistics (Ref:Ergonomic plus).
Ukuran mengenai insiden/kejadian di perusahaan
dalam bentuk statistik kecelakaan – Upaya reaktif
setelah terjadi kecelakaan
Apa yang harus diukur untuk
mengetahui kinerja K3LL/HSE
?????.............
Leading Indicator:
 Training
 Inspeksi dan audit
 Observasi
 HSE meeting
 HSE survei
 SOP

Lagging Indicator:
 Jumlah kejadian hampir celaka/nearmiss
 Jumlah first aid
 Jumlah medical treatment
 LTIR
 TRIR
Mengapa harus mengukur lagging
indicator ?????......
We must learn from the experience of others rather
than learn the hard way. We must pass on to the next
generation a record of what we have learned.

Kita harus belajar dari pengalaman orang lain daripada


belajar dengan cara yang sulit. Kita harus
menyampaikan pada generasi berikutnya mengenai
catatan hal-hal yang telah kita pelajari.

Jesse C. Ducommun
Definisi Kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian tunggal atau rentetan
kejadian yang tidak disengaja dan tidak direncanakan
yang disebabkan oleh tindakan tidak aman, kondisi
yang tidak aman atau keduanya dan mungkin
mengakibatkan efek yang tidak diinginkan segera atau
tertunda.

(Brauer 1994)
Apa itu Kecelakaan (Accident)?

 Kejadian yang tidak direncanakan


 Penyebab (Teori Domino)
 Kondisi tidak aman
 Perilaku tidak aman
 Secara
umum dihubungkan dengan
konsekuensi yang negatif:
◦ Kematian
◦ Cidera
◦ Hampir celaka
◦ Kerusakan Materi, Lingkungan dll
• Setiap kecelakaan memiliki satu atau lebih penyebab.
• Ada dua jenis penyebab mendasar kecelakaan:
a. Tindakan tidak aman
b. Kondisi tidak aman
• Kecelakaan dapat melibatkan salah satu dari dua penyebab
atau kedua-duanya.
• Menyadari bahwa kecelakaan ada penyebabnya dan tidak
hanya fungsi kesempatan memungkinkan kita untuk
melakukan pencegahan kecelakaan.
• Beberapa ahli mengganti istilah "kecelakaan" dengan
"kejadian".
Sebagian besar kecelakaan tidak selalu
menyebabkan kerugian atau cidera.
Heinrich's Injury Pyramid
Jenis Kerugian:

Kerugian akibat kecelakaan termasuk:

Manusia : hilangnya waktu kerja, pelayanan medis,


rawat inap, rehabilitasi.

Bahan : kerusakan properti, peralatan dan bahan.

Lain-lain : perjalanan, pencatatan, penyidikan,


bersih-bersih, masalah hukum, kehilangan
produksi dan penjualan, hilangnya citra
publik.
Keparahan Suatu Kecelakaan:

Tingkat keparahan kecelakaan akan bergantung


pada faktor-faktor seperti:

1. Sifat bahaya;
2. Kuantitas bahaya yang terlibat (mis: konsentrasi,
Energi yang terlibat);
3. Durasi kontak atau paparan;
4. Bagian tubuh yang terkena, dan
5. Faktor lain yang tidak terkait dengan bahaya itu
sendiri, misalnya, keberuntungan dan faktor
individu.
Biaya langsung dan tidak langsung:
Biaya langsung: biasanya meliputi biaya pengobatan dan
kompensasi yang dibayarkan kepada karyawan terluka serta
biaya untuk perbaikan atau penggantian barang/peralatan
yang rusak.

Biaya tidak langsung: adalah biaya yang nyata terkait


dengan kecelakaan, tetapi sulit untuk dinilai. Misalnya: Citra
perusahaan, keterlambatan pelayanan kepada pelanggan,
dll.

Berdasarkan investigasi yg dilakukan oleh Heinrich pada tahun 1926,


dia memperkenalkan “ rasio 4: 1" yang menunjukkan bahwa total biaya
yang terkait dengan kecelakaan (tdk langsung) jauh lebih tinggi
daripada yang sudah jelas terlihat (langsung)
Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman

Heinrich menganalisis 75.000 kecelakaan dan


menemukan bahwa 88% disebabkan oleh tindakan
tidak aman, 10% dari kondisi tidak aman dan 2% dari
penyebab yang tidak dapat dicegah.

Ini adalah 88:10:2 rasio Heinrich.


Teori Penyebab Kecelakaan

Memahami penyebab kecelakaan dapat


menjadi jalan yang efektif untuk
mencegahnya.

Tidak ada pekerja yang ingin celaka, tetapi


ribuan kecelakaan tetap terjadi setiap hari.

KENAPA????????
Domino Theories

Ada tiga teori domino yang berbeda untuk penyebab


kecelakaan:

• Heinrich’s

• Bird and Loftus’, and

• Marcum’s Domino Theories.


Setiap teori domino menyajikan penjelasan yang
berbeda untuk penyebab kecelakaan. Namun, masing-
masing teori didasarkan pada fakta adanya tiga
tahapan proses terjadinya kecelakaan.

• Fase pra-kontak - adalah peristiwa atau kondisi


yang mengarah ke kecelakaan
• Fase kontak - Tahap kontak ketika kecelakaan
sebenarnya terjadi
• Fase pasca kontak - mengacu pada hasil
kecelakaan
Heinrich’s Domino Theory
Teori domino Heinrich menyatakan bahwa ada lima faktor yang dapat
mempengaruhi rangkaian kecelakaan. Faktor terjadi secara berurutan dan
terdiri dari:

1. Sifat atau faktor negatif yang ada dalam diri seseorang sebagai
akibat dari pengaruh sosial lingkungan
2. Sifat atau faktor negatif yang dapat menyebabkan praktek atau kondisi
tidak aman
3. Hasil praktek yang tidak aman dalam kondisi aman, atau hasil mekanis
atau bahaya fisik yang merupakan penyebab langsung dari
kecelakaan
4. Kecelakaan yang dihasilkan dari proses di atas biasanya jatuh atau
impak dari benda bergerak.
5. Cedera biasanya dalam bentuk luka dan patah tulang. Sebagai hasil
dari proses ini, intervensi atau menghilangkan salah satu dari empat
faktor yang pertama akan mencegah cedera atau kerugian.
Domino Theory
1932 First Scientific Approach to
Accident/Prevention - H.W. Heinrich.
“Industrial Accident Prevention”

Social Fault of the Unsafe Act


Environment Person or Accident Injury
and Ancestry (Carelessness) Condition

MISTAKES OF PEOPLE
Heinrich’s Theorems
 INJURY - disebabkan oleh kecelakaan.
 ACCIDENTS - disebabkan oleh tindakan tidak aman
dari orang yang terluka atau kondisi tidak aman dari
tempat bekerja.
 UNSAFE ACTS/CONDITIONS – disebabkan oleh
kekurang hati-hatian seseorang atau disain yang
buruk atau perawatan yang kurang dari peralatan
kerja.
 FAULT OF PERSONS - diciptakan oleh lingkungan
sosial seseorang atau dipengaruhi oleh keturunan.
 SOCIAL ENVIRONMENT/ANCESTRY – dimana dan
bagaimana seseorang tumbuh dan dididik.
Bird and Loftus’ Domino Theory
• Serangkaian faktor yang dapat mempengaruhi
kecelakaan.
• Teori ini dinyatakan yang paling memperhatikan
kesejahteraan karyawan.
• Disandarkan pada pengelolaan organisasi.
• Manajer dapat melakukan kontrol yang diperlukan
untuk mencegah inisiasi efek domino.
1. Lack of Control – Management
Kontrol dalam hal ini mengacu pada empat fungsi
manajemen:
• perencanaan,
• pengorganisasian,
• memimpin dan
• mengendalikan.

Contoh:
 membeli peralatan dibawah standar
 tidak memberikan pelatihan yang memadai
 atau tidak menginstal kontrol rekayasa yang
memadai.
2. Basic Cause(s) - Origin(s)

• Penyebab dasar sering diklasifikasikan menjadi


kelompok faktor personal dan faktor kelompok kerja.
• Faktor personal misalnya kurangnya pengetahuan
atau keterampilan, motivasi yang rendah, dan
masalah fisik atau mental.
• Faktor pekerjaan meliputi standar kerja yang tidak
ada, desain atau pemeliharaan yang tidak memadai,
alat atau memakai peralatan yang tidak sesuai.
3. Immediate Cause(s) - Symptoms.

Gejala utama dari semua kecelakaan adalah


tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman.
4. Incident – Contact
Kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Seperti:
1. terjebak
2. terperangkap
3. jatuh
4. terpukul,
5. kelelahan
6. kontak-dengan,
7. terpapar

(sumber: ANSI Z 16.2)


5. People – Property – Loss

Hasil dari kecelakaan


 Kerusakan property
 Kerusakan lingkungan
 Atau cedera pada personil.
Lagging Indicators - Terminologi

• Nearmiss – hampir celaka


• First Aid - P3K
• Medical Treatment – Perawatan Medis
• Restricted Work Case – Kerja terbatas
• Lost Time – Kehilangan hari kerja

• Ringan
• Sedang
• Berat

32
Nyaris Celaka/Near-miss

Kejadian yang tidak mengakibatkan cedera


atau kerusakan harta atau kerusakan
lingkungan hidup, namun mempunyai
potensi menyebabkan cedera atau
kerusakan harta atau kerusakan
lingkungan hidup bilamana sedikit saja
adanya perubahan.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Kejadian yang menyebabkan luka ringan yang


tidak membutuhkan adanya tindak lanjut
perawatan medis.
Medical Treatment Case (MTC):

Kejadian yang menyebabkan luka/sakit selain


P3K yang membutuhkan perawatan medis
lanjutan misalnya: pemberian antiseptik kedua
untuk infeksi, luka bakar tingkat dua atau tiga,
jahitan, pengangkatan benda asing dari mata
oleh Petugas Medis, resep obat lebih dari satu
dosis, patah tulang, kehilangan kesadaran
Restricted Work-day Case

Kejadian yang menyebabkan luka/sakit yang


menyebabkan pekerja untuk sementara
waktu tidak bisa bekerja kembali sesuai
tugas dan tanggung jawabnya dan dialihkan
ke pekerjaan lain yang lebih ringan.
Lost Time Incident

Kejadian yang menyebabkan luka/sakit


sehingga pekerja tidak mampu kembali
bekerja sama sekali selama waktu lebih
dari shift penuh setelah cedera terjadi.
Days Away From Work
Jumlah hari kalender seorang karyawan tidak mampu bekerja akibat
dari cedera/atau sakit akibat kerja, tanpa memperhatikan apakah
karyawan tersebut dijadualkan atau tidak dalam jadual kerja pada
hari-hari tersebut;
Hari-hari ujung minggu, hari libur, hari cuti atau hari libur kerjanya
yang lain termasuk jumlah hari yang tercatat bila karyawan tersebut
tidak mampu melaksanakan kerja pada hari-hari tersebut karena
cedera atau sakit yang berhubungan dengan kerja;
Perhitungan hari dimulai dengan hari pertama hilang dari kerja
(namun tidak termasuk hari terjadinya kecederaan/ sakit) dan
berakhir bilamana perawat atau petugas kesehatan profesional
memberi rekomendasi tentang karyawan tersebut:
 Kembali bekerja
 Pensiun
 Berhenti dari Perusahaan
 Secara tetap ditugaskan pada lain pekerjaan akibat dari
cedera atau sakitnya tersebut.
Recordable Occupational Injuries or Illness

Setiap kejadian yang mengakibatkan cedera atau sakit akibat


kerja yang berakibat pada:
 Kematian, tanpa melihat waktu antara cedera dan
kematian, atau lamanya sakit
 Hari Hilang dari Kerja
 Kerja terbatas atau dipindahkan ke pekerjaan lainnya
 Perawatan medis bukan P3K
 Hilangnya kesadaran (pingsan)

Setiap kejadian lainnya terkait dengan kecederaan atau


penyakit akibat kerja yang di-diagnosis oleh perawat atau
petugas medis profesional bersertifikat, sekalipun tidak
berakibat satu dari keadaan di atas (seperti hilang
pendengaran).
Statistik dalam
penilaian kinerja K3
Tujuan dan manfaat statistik dalam
penerapan K3

 Digunakan untuk menilai Kinerja Program K3.

 Dengan menggunakan statistik dapat memberikan masukan ke


manajemen mengenai tingkat kecelakaan kerja serta berbagai
faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mencegah
menurunnya kinerja K3.
Statistik dapat digunakan untuk :

• Mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari timbulnya


kecelakaan kerja
• Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang
memperburuk kinerja K3
• Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri
yang serupa (T-Safe Score)
• Memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian
dana K3
• Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai
persyaratan untuk penyediaan sistim/tempat kerja yang
aman
Jenis-jenis penerapan Statistik dalam Aspek K3 :

1. Ratio Kekerapan Cidera (Frequency Rate)


2. Ratio Keparahan Cidera (Severity Rate)
3. Rerata Hilangnya Waktu Kerja (Average Lost Time
Rate/ALTR)
4. Incidence Rate
5. Frequency Severity Indicator (FSI)
6. Safe-T Score
Ratio Kekerapan Cidera
(Frequency Rate)
Ratio Kekerapan Cidera
(Frequency Rate)
 Frekwensi Rate digunakan untuk mengidentifikasi
jumlah cidera yang menyebabkan tidak bisa bekerja
per sejuta orang pekerja.
 Ada dua data penting yang harus ada untuk
menghitung frekwensi rate, yaitu :
a. Jumlah jam kerja hilang akibat kecelakaan kerja (Lost Time
Injury /LTI)
b. Jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan (man hours).
 N kecelakaan = banyaknya kecelakaan per sejuta jam orang kerja.
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam
kerja yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang.
Dalam 1 tahun terjadi 46 kali kecelakaan. Berapa
frekwensi ratenya ?

Frekwensi Rate = 46 x 1,000,000 / 1,150,000 = 40 kecelakan/1 jt


jam kerja orang
• Nilai frekwensi rate 40 berarti, bahwa pada periode orang kerja
tersebut terjadi 40 kecelakaan per-sejuta orang kerja.

• Angka ini tidak mengindikasikan tingkat keparahan


kecelakaan kerja.

• Angka ini mengindikasikan bahwa pekerja tidak berada di


tempat kerja setelah terjadinya kecelakaan kerja
Ratio Keparahan Cidera
(Severity Rate)
Indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja
untuk per sejuta jam kerja orang.

Rumus :
Contoh:
Sebuah tempat kerja telah bekerja 365,000 jam orang, selama setahun telah terjadi

banyak kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan 175 hari kerja hilang. Tentukan

nilai severity ratenya!

Severity Rate = (175 x 1,000,000) /


365,000 = 479 hari

Nilai severity rate 479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut berarti,

pada tahun tersebut telah terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 479 hari per sejuta jam

kerja orang.
Soal :
1. Suatu perusahaan dengan 500 tenaga kerja, yang
kegiatannya 50 minggu dengan 48 jam kerja setiap
minggunya, mengalami 60 kali kecelakaan dalam 1 tahun.
Dikarenakan penyakit, kecelakaan dan sebab-sebab lain,
tenaga kerja tidak masuk sebanyak 5%. Cari nilai frekuensi
ratenya?

2. Sebuah perusahaan telah bekerja 360,000 jam kerja orang,


selama setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang
menyebabkan 160 hari kerja hilang. Tentukan frekuensi rate
akibat kecelakaan kerja tersebut dan severity ratenya!
Jawab:
1. F = (60 x 1.000.000)/ 1.140.000
= 52, 63

Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam setahun terjadi


kira-kira 53 kecelakaan pada setiap 1.000.000 jam-manusia
2. Frekwensi Rate = ( 5 x 1,000,000) / 360,000 = 13,8

Severity Rate = (175 x 1,000,000) / 365,000 = 444,4

• Nilai severity rate 444,4 mengindikasikan bahwa selama


kurun waktu tersebut berarti, pada tahun tersebut telah
terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 444,4 hari per sejuta
jam kerja orang.
Rerata hilangnya
waktu kerja (Average
Lost Time/ALTR)
Rerata hilangnya waktu kerja
(Average Lost Time/ALTR)
 Ukuran indikator ini sering disebut juga “duration rate”
yang mengindikasikan tingkat keparahan suatu
kecelakaan.

 ALTR = (total jml.hari kerja hilang)/total jumlah kasus


kecelakaan kerja.
Contoh :
Hari Banyaknya kasus Total LTI
3 hari 10 30
6 hari 8 48
14 hari 12 168
20 hari 4 80
28 hari 10 280
42 hari 2 84
total 46 690

 Hitung ALTR jika hilangnya waktu kerja (LTI) = 690 hari


 ALTR = 690 hari/46 = 15 hari kerja hilang
Incidence
rate
Incidence Rate

 Digunakan untuk menginformasikan mengenai Prosentase


jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja.

 Incidence rate=
(jml.kasus / jml.tenaga kerja terpapar) x 100%
Contoh :
 Jml kasus kecelakaan kerja 46 kali pada tahun 2009
 Jumlah tenaga kerja = 500 pekerja

Hitung Incidence rate!

Incidence rate= (jml.kasus / jml.tenaga kerja terpapar) x 100%


= ( 46/500) x 100% = 9,2%

Jadi jumlah prosentase kecelakaan kerja tahun 2009 adalah 9,2


%
Frequency
Severity
Indicator (FSI)
Frequency Severity Indicator (FSI)/
indikator frekuensi keparahan
• FSI = (FR x SR) /1000
Contoh:
• FR = 40
• SR = 135 hari per sejuta pekerja
• FSI = (40 x 135)/1000 = 5,4

Nilai FSI dapat dijadikan rangking kinerja antar bagian di


tempat kerja
Safe-T Score
 Nilai Safe-T score positif (+) menunjukkan keadaan
memburuk
 Nilai Safe-T score negatif (-) menunjukkan keadaan
membaik
Contoh

Tahun Frek.Rate

2009 45,05

2010 22,36

 Hitung safe-T score tahun 2010!


Jawab:
Safe-T Score 2010=
((FR 2010– FR2009)/(FR2009)) / 1.000.000

Safe-T Score = ((22,36-45,05)/45,05)/1.000.000


= - 5,036.10-7
Data frekuensi rate (rasio kekerapan
cidera) PT.X

Tahun Frekuensi rate


2005 23,5
2006 18,87
2007 34,75
2008 30,45
2009 29,65
2010 25,40

 Hitung nilai Safe-T rate untuk tiap tahunnya dan beri


kesimpulan!
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai