Dikemukakan bahwa setiap satu kecelakaan berat atau meninggal diserati 10 kecelakaan
ringan, 30 kerusakan harta benda dan 600 nyaris celaka.
ANALISA KECELAKAAN
VI. ANATOMI KECELAKAAN
a.Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, pasti ada penyebabnya.
b.Faktor penyebab umumnya majemuk (multi causality), risikonya beragam (wide spectrum).
c.Kecelakaan suatu kejadian tiba – tiba dan tidak dikehendaki.
d.Kecelakaan terjadi karena kondisi tidak aman atau tindakan tidak aman.
e.Kecelakaan menimbulkan kerugian fisik, kerusakan material/alat atau gangguan pada proses
produksi.
Kecelakaan terjadi karena adanya kontak tubuh atau benda dengan sumber energi yang
melampaui nilai ambang batas. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga
kinetis, kimia, listrik dan sebagainya
Beberapa energi yang sering menimbulkan kecelakaan adalah :
•Terbentur / tertabrak suatu benda.
•Terbentur / tertabrak benda/alat yang bergerak.
•Jatuh ke tingkat yang lebih rendah.
•Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset).
•Terjepit ke dalam barang yang berputar.
•Terjepit diantara dua benda.
•Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun dan sebagainya.
Penyebab langsung dari kecelakaan adalah sesuatu yang secara langsung menyebabkan
kontak. Penyebab langsung tersebut berupa perbuatan atau tindakan yang sub-standar (un-safe
act) dan kondisi yang sub-standar (un-safe condition).
ANALISA KECELAKAAN
Perbuatan / tindakan yang sub-standar (un-safe act) :
•Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya.
•Gagal memberikan peringatan.
•Menjalankan mesin/peralatan/kendaraan melebihi kecepatan.
•Membuat alat pengaman tidak berfungsi.
•Menggunakan peralatan rusak.
•Tidak memakai alat pelindung diri.
•Pemuatan yang tidak memadai.
•Penempatan sesuatu yang tidak memadai.
•Posisi kerja yang tidak tepat.
•Melakukan perbaikan mesin saat masih berjalan.
•Bersenda gurau.
•Berada dalam pengaruh obat – obatan atau alkohol .
Faktor manusia :
•Kurang pengetahuan.
•Kurang terampil.
•Motivasi kurang baik.
•Stress fisik atau mental.
Faktor pekerjaan :
•Kepemimpinan dan atau kepengawasan kurang tepat.
•Engineering kurang memadai.
•Pembelian kurang memadai.
•Maintenance kurang memadai.
•Alat dan peralatan kurang memadai.
•Standar kerja kurang tepat.
•Aus dan retak akibat pemakaian.
•Penyalahgunaan wewenang.
ANALISA KECELAKAAN
DASAR – DASAR PENCEGAHAN KECELAKAAN
D. Kejadian kontak
Setiap timbul potensi penyebab kecelakaan, maka selalu terbuka kemungkinan terjadinya
sesuatu kejadian baik yang mengakibatkan kerugian atau tidak. Contoh sesuatu yang terpental
memindahkan tenaga kinetik ke badan atau struktur yang terhantam atau kontak.
Bila tenaga yang dipindahkan terlalau banyak menyebabkan seseorang luka atau kerusakan
barang.
Di bawah ini beberapa jenis kejadian atau kontak yang sering terjadi :
1. Menaberak atau tertaberak
2. Jatuh dari suatu ketinggian
3. Jatuh dipermukaan yang sama (terpeleset)
4. Terjepit
5. Tersangkut
6. Kontak dengan energi dll.
Bila kondisi yang tidak aman timbul (peralatan yang tidak diberi pelindung) atau tindakan yang
tidak aman timbul (pembersihan gasoline) maka selalu terjadi potensi adanya kontak dan
menyebabkan orang sakit atau luka atau kerusakan
ANALISA KECELAKAAN
E. Kerugian
Akibat dari kecelakaan adalah kerugian yang dapat berupa cidera bahkan kematian
yang menimpa karyawan atau kerusakan harta benda atau kerugian proses operasi atau
lingkungan.
Jenis dan tingkat kerugian sebagian tergantung pada hal – hal yang kebetulan dan
sebagian tergantung pada tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kerugian.
Tindakan untuk memperkecil kerugian pada tahap rangkaian ini mencakup
pertolongan pertama dan perawatan yang tepat dan benar, pemadaman yang cepat dan
efektif, perbaikan peralatan yang cepat dan rehabiltasi karyawan yang efektif.
Tidak ada yang lebih penting atau lebih startegis dari pada keraguan yang
menyangkut aspek kemanusiaan, yaitu : cidera, sakit, kehilangan anggota badan, sakit
karena pekerjaan, kematian dll. Cara yang paling baik untuk memperkecil kerugian
tersebut adalah melihat dari aspek kemanusian dan aspek ekonomi untuk mendorong
pengendalian kecelakaan yang mengakibatkan kerugian.
Orang yang terluka karena kecelakaan akan mengeluarkan biaya besar atau kecil.
Suatu perusahaan menetapkan biaya kerugian pada suatu kecelakaan hanya dari orang
yang cidera atau sakit dan tidak melihat biaya lain sehubungan dengan kejadian tersebut.
ANALISA KECELAKAAN
Butir – butir tersebut di atas merupakan Tindakan tidak aman seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya antara lain dapat diakibatkan karena latar belakang kehidupan keluarga
atau lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan penuh gejolak. Tindakan tidak aman yang
muncul pada umumnya sangat sulit dikenali dan dikendalikan bahkan tidak nampak secara
nyata karena menyangkut pribadi orang perorang tetapi sesungguhnya ada dan dapat berbentuk
ancaman bahaya.
Faktor penyebab kecelakaan berikutnya adalah Keadaan tidak aman dan justru sesungguhnya faktor ini
merupakan temuan awal dari H.W. Heinrich seorang pakar K3, yang pada tahun 1931 membuat kesimpulan
tersebut di atas setelah mengadakan analisis terhadap 1750 kasus kecelakaan yang dilaporkan oleh beberapa
perusahaan. Dari temuan inilah dikembangkan suatu teknik pencegahan kecelakaan dengan cara memasang alat
pelindung mesin. Upaya ini memang cukup berhasil menurunkan jumlah kecelakaan, namun kemudian
kecelakaan tidak terkendali lagi seiring dengan perkembangan mekanisasi dan automatisasi mesin – mesin.
1.PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN
Tahapan pengendalian dibagi dalam tiga tahapan :
Pre contact :
Upaya pengendalian sebelum terjadi kecelakaan. Tahap ini sangat penting sebagai tindakan preventif. Segala upaya
dilakukan agar sumber bahaya dapat dikendalikan dengan baik.
Contact :
Bila masih mungkin terjadi kontak sumber energi, diupayakan agar akibatnya lebih ringan :
1.Substitusi proses / bahan yang berbahaya
2.Manual handling diganti dengan mechanical handling
3.Mengurangi jumlah energi yang keluar
Post contact :
Setelah terjadi kecelakaan, diupayakan agar kerugian yang diderita dapat ditekan sekecil mungkin :
•Kesiagaan menghadapi keadaan darurat
•PPPK yang tepat dan cepat
•Kesiagaan menanggulangi kebakaran
•Perbaikan alat yang rusak secepatnya
•Kesiapan mengatasi pencemaran
Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan secara konsepsional dengan jalan :
1. Meniadakan sumber bahaya :
- Metodenya teknis – teknologis
2. Meningkatkan kewaspadaan :
- Melalui pembinaan dan pelatihan
3. Menegakkan peraturan dan disiplin :
- Dasar penerapannya reward & punishment
Meniadakan sumber bahaya
Tenaga kerja sebagai pelaku kegiatan atau proses produksi akan selalu menghadapi bahaya yang penyebabnya
berdimensi majemuk dan dengan tingkat risiko yang bervariasi.
Paparan risiko tersebut harus dikendalikan dengan menakar besarnya (magnitudenya) agar cara pengendaliannya dapat
disesuaikan dengan besarnya tingkat risiko serta daya perusaknya (impact).
Prinsip pengendalian risiko dapat dilakukan dengan menerapkan 4 (empat) cara :
•Diakhiri / terminate – tindakan pertama dan utama
•Dikendalikan / treat – menerapkan manajemen risiko
•Ditolerir / tolerir – bila tingkat risikonya sangat rendah
•Dialihkan / transfer – ke asuransi sebagai sisa risiko yang tak tertanggulangi
Meningkatkan kewaspadaan
Kewaspadaan terhadap bahaya harus dibangun melalui suatu kesadaran agar hasilnya maksimal dan bukan dengan
pemaksaan terlebih lagi menggunakan kekuasaan.
Meningkatkan kewaspadaan berarti juga meningkatkan kemampuan karyawan melalui pelatihan agar memiliki daya tangkal
yang tinggi sehingga ketangguhannya dalam menghadapi setiap bentuk bahaya tidak diragukan lagi.
Kemampuan dapat ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan.
Menegakkan peraturan dan disiplin
Melanggar peraturan / prosedur K-3 jelas merupakan tindakan indisipliner yang akibatnya dapat menimbulkan kecelakaan
maupun gangguan operasional.
Dalam menyikapi tindakan indisipliner tersebut harus ditempuh dengan menerapkan kebijakan reward and punishment /
recognition.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan kecelakaan adalah :
•Prinsip
Menanamkan / memelihara minat terhadap uapaya K-3
Mendapatkan fakta tentang kecelakaan / K-3
Tindakan koreksi sesuai fakta yang ada
•Langkah
Organisasi K-3, inspeksi, analisa, alternatif pencegahan,
penerapan pencegahan yang dipilih.
SISTEM MANAJEMEN K3
Informasi yang ada telah membuat manajemen menerima kesimpulan di bawah ini :
Kejadian yang merugikan perusahaan tentu ada sebabnya, tidak mungkin terjadi begitu
saja.
Penyebab kerugian dapat dipertimbangkan dan dikendalikan
Semestinya lebih baik mengerti hal – hal yang mengarah pada penyebab kejadian yang tidak dikehendaki,
hal ini akan membantu untuk mempertimbangkan 4 elemen dalam operasi perusahaan yang merupakan sumber –
sumbernya.
Empat elemen tersebut meliputi :
a) Manusia
b) Peralatan
c) Material dan
d) Lingkungan
Keempat elemen tersebut harus berhubungan atau berinteraksi satu dengan yang lain atau masalah – masalah bisa saja timbul
yang dapat menyebabkan kerugian. Mari kita teliti setiap elemen berikut :
• Manusia
Termasuk manajemen, karyawan, kontraktor, pelanggan, tamu, pemasok dan masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa
manusia terasuk sebagian besar penyebab kecelakaan. Konsep lama menyatakan 85% atau lebih kecelakaan disebabkan oleh
kesalahan para pekerja yang akan menjadi analisa yang lebih kritis dalam pengetahuan dan pengalaman yang modern.
Faktor manusia mencakup, sebagai contoh :
a) Engineer dan perancang yang menciptakan lingkungan tempat kerja dimana para pekerja harus bekerja.
b) Eksekutif yang menetapkan Policy, prosedur, standar perusahaan dan dihubungkandengnan aspek suasana perusahaan.
c) Orang yang memimpin sistem preventive, untuk memelihara alat, mesin dan peralatan dalam keadaan baik, kondisi kerja yang
aman.
Manajer yang memilih, mengangkat karyawan dan menempatkan orang khusus pada pekerjaan yang khusus.
Supervisor yang mengorientasi, menjelaskan, menginstruksikan, memotivasi, membimbing, melatih dan memimpin karyawan.
Seperti ditunjukkan di atas, ada penambahan bukti bahwa sedikitnya 80% kesalahan yang dibuat manusia
melibatkan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh manajemen. Memimpin manusia dan interaksi
manusia dengan unsur lainnya merupakan suatu yang sangat berarti dari pengendalian yang efektif.
•Peralatan
Unsur ini mencakup semua alat dan mesin yang mana manusia bekerja di dekat dan dengan mesin – mesin yang
fixed, kendaraan, alat untuk menangani material dan lain – lain. Barang – barang di atas di mana manusia bekerja
dengannya merupakan sumber potensi cidera dan kematian. Mereka telah memakan waktu lama untuk menetapkan
peraturan berkenaan dengan pelindung mesin. Perhatian berkembang untuk memasukkan masalah yang lebih besar pada
ergonomi (hubungan antara manusia dan alat kerja). Ini melibatkan rancangan dan tempat kerja untuk menyesuaikan
kemampuan manusia sesuai ukuran, gerak daya tahan dan lain – lain. Kegagalan mengenali kondisi yang tidak standar
dimasa lalu biasanya mengarah pada klasifikasi penyebab kecelakaan sebagai tindakan tak aman. Goal/sasaran yang
utama adalah membuat pekerjaan manusia lebih alami dan nyaman dan untuk mencegah kebingungan, keletihan,
frustasi/beban kerja yang berlebihan, kesalahan dan kecelakaan.
•Material
Unsur ini termasuk bahan baku, bahan kimia dan bahan – bahan lainnya dimana digunakan oleh manusia dan
mereka yang bekerja dengannya. Material juga merupakan sumber penyebab kecelakaan. Di banyak perusahaan
kecelakaan dalam menangani material menunjukkan 20% sampai 30% dari seluruh kecelakaan. Demikian juga banyak
kerusakan harta benda yang melibatkan material yang ditumpuk, berkarat, terbakar atau meledak.
Hal ini memperoleh perhatian manajemen yang lebih besar akhir – akhir ini. Jarang kita mendapatkan seorang
manajer yang tidak menyadari Material Safety Data Sheet dan tindakan penanganan bahan berbahaya yang aman. Tak
ada manajer yang melakukan pengendalian kerugian kecelakaan dengan baik kecuali dia secara efektif memimpin
penanganan bahan/material dengan aman dan benar.
•Lingkungan
Unsur ini mencakup semua bagian yang ada di sekeliling bangunan, peralatan dan material, permukaan di mana
suatu tempat digunakan untuk berdiri dan berpindah, cairan dan udara yang mengelilingi unsur – unsur lain, bahaya –
bahaya bahan kimia seperti mist/embun, uap gas, fume dan debu, cuaca dan udara, bahaya biologis seperti jamur, bakteri
dan virus dan keadaan fisikal seperti penerangan, kebisingan, panas, dingin, tekanan, kelembaban dan radiasi.
Bagian sistem perusahaan ini menunjukkan sumber penyebab penambahan sejumlah penyakit yang berhubungan
dengan kondisi. Ini tidak saja menyangkut masalah kecelakaan dan sakit karena pekerjaan, tetapi juga kerugian – kerugian
lainnya seperti mangkir, produk yang berkualitas rendah dan kurangnya produktivitas. Tentu saja, perhatian yang lebih
banyak harus diberikan kepada yang keluar pabrik atau menuju lingkungan masyarakat yang dapat terpengaruh oleh
udara, polusi buangan dari tempat kerja.
Keempat unsur atau bagian sistem dalam perusahaan (manusia, peralatan, material dan lingkungan) secara sendiri
atau berinteraksi merupakan sumber penyebab yang mempunyai andil terjadinya kecelakaan dan kejadian yang
menyebabkan kerugian produksi. Semua unsur tersebut harus dipertimbangkan dengan seksama bila investigator
kecelakaan dan khususnya bila mengembangkan perbaikan.
INVESTIGASI KECELAKAAN
(ACCIDENT INVESTIGASTION)
a.PENDAHULUAN
Semua kecelakaan yang terjadi di perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat disebabkan oleh
kesalahan manusia. Orang bukanlah mesin, penampilannya tak dapat diramalkan dan tak luput daripada kesalahan –
kesalahan. Sedangkan kesalahan – kesalahan itu mungkin dilakukan oleh perancang (designer), Area Superintendent,
Maintenance Engineer, Supervisor, Operator. Sehubungan dengan hal tersebut, guna membantu dalam pencegahan
kecelakaan, kita membagi kategori kejadian kecelakaan sebagai berikut :
I. Fatal
Kematian karena cidera/sakit akibat kerja, tanpa memperhitungkan waktu antara cidera dan kematian atau lamanya
sakit.
Pada dasarnya, kecelakaan tidak selamanya terjadi karena mesin – mesin yang berbahaya, atau barang – barang yang
berbahaya, maka kita condong pada pencegahan yang betul – betul harus dilakukan bilamana mengerjakan mesin – mesin
yang berbahaya atau yang sejenisnya. Bagaimanakah cara kita mencegah kecelakaan ? Kita bisa menggunakan Peraturan,
Standar, Inspeksi, Medical Research, Training dan mengadakan Investigasi kecelakaan.
B. APAKAH INVESTIGASI KECELAKAAN ITU
Pada dasarnya suatu investigasi kecelakaan adalah suatu analisa, evaluasi dan laporan suatu kecelakaan, dasarnya
suatu kumpulan informasi yang diperoleh seorang investigator. Bobot dan kegunaan informasi itu secara langsung
berhubungan pada tingkat ketelitian dan ketekunan dari investigator tersebut. Suatu investigasi yang komplit mencakup
evaluasi yang obyektif dari semua fakta, pendapat, pernyataan dan informasi yang ada hubungannya sebaik rencana
tindakan selanjutnya atau langkah – langkah untuk mencegah kejadian yang sama.
6. Lain – lain
• Hewan
• Lain – lain
c. Menurut jenis luka
1. Fraktur/retak
2. Dislokasi
3. Terkilir
4. Gegar otak & luka dalam lain
5. Amputasi & enukleasi
6. Luka – luka lainnya
7. Luka – luka ringan
8. Memar dan remuk
9. Terbakar
10. Keracunan akut
11. Pengaruh cuaca
12. Sesak napas
13. Akibat arus listrik
14. Akibat radiasi
15. Luka – luka majemuk berlainan
16. Lain – lain luka
d. Menurut lokasi luka
Pada bagian :
1. Kepala
2. Leher
3. Badan
4. Tangan
5. Tungkai
6. Aneka lokasi
7. Luka – luka umum
8. Luka – luka lainnya
• Standar Nasional Indonesia (SNI – 1716)
a. Waktu kejadian : jam, tanggal, tahun kejadian
b. Tempat kejadian :
• Per bagian / unit kerja
• Per golongan/subsektor/sektor menurut KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia)
• Per wilayah (propinsi, kabupaten/kodya)
c. Jumlah korban
A1 = pria
A2 = wanita
A3 = berdasarkan umur :
A3.1 = 1 – 10 tahun
A3.2 = 11 – 20 tahun
A3.3 = 21 – 30 tahun
A3.4 = 31 – 40 tahun
A3.5 = 41 – 50 tahun
A3.6 = lebih dari 50 tahun
d. Akibat kecelakaan
A10 = Kepala
A11 = Mata
A12 = Telinga
A13 = Badan
A14 = Lengan
A15 = Tangan
A16 = Jari tangan
A17 = Paha
A18 = Kaki
A19 = Jari kaki
A20 = Organ tubuh bagian dalam
Apabila terdapat beberapa cidera pada bagian tubuh korban, dipilih
yang paling dominan.
f. Faktor kecelakaan
1. Sumber Cidera
B1 = mesin
B2 = penggerak mula & pompa
B3 = lift
B4 = pesawat angkat
B5 = conveyor
B6 = pesawat angkut
B7 = alat transmisi mekanik
B8 = perkakas kerja tangan
B9 = pesawat uap/bejana tekan
B10 = peralatan listrik
B11 = bahan kimia
B12 = debu berbahaya
B13 = radiasi dan bahan radioaktif
B14 = faktor lingkungan
B15 = bahan mudah terbakar & benda panas
B16 = binatang
B17 = permukaan lantai kerja
B18 = lain lain
Pedoman penentuan sumber cidera :
- Pilih keadaan yang tidak aman dan bila ada beberapa kemungkinan, pilih yang paling dekat dengan korban.
- Bila tidak ada, pilih yang kontak dengan tubuh.
2. Corak kecelakaan
C1 = terbentur
C2 = terpukul
C3 = tertangkap pada, dalam, diantara benda
C4 = jatuh dari ketinggian sama
C5 = jatuh dari ketinggian berbeda
C6 = tergelincir
C7 = terpapar
C8 = pengisapan penyerapan (bahan/zat berbahaya)
C9 = tersentuh arus listrik
C10 = lain – lain
• Pedoman : Pilih corak kecelakaan berdasar proses
terjadinya hubungan/kontak antara sumber dengan
luka/sakit.
3. Kondisi berbahaya
D1 = pengamanan tidak sempurna
D2 = peralatan/bahan yang tidak seharusnya
D3 = kecacatan, ketidaksempurnaan (kondisi tak semestinya)
D4 = pengaturan prosedur yang tidak aman
D5 = penerangan tidak sempurna
D6 = ventilasi tidak sempurna
D7 = iklim kerja tidak aman
D8 = tekanan udara tidak aman
D9 = getaran yang berbahaya
D10 = bising
D11 = pakaian, perlengkapan yang tidak aman
D12 = lain lain
• Pedoman : Pilih kondisi tidak aman, mekanis/fisik yang erat
kaitannya dengan cidera
g. Tindakan berbahaya
E1 = melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa
memberi tanda/peringatan
E2 = bekerja dengan kecepatan berbahaya
E3 = membuat alat pengaman tidak berfungsi
E4 = memakai peralatan yang tidak aman tanpa peralatan
E5 = memuat, membongkar, menempatkan, mencampur, menggabungkan
dan sebagainya dengan tidak aman
E6 = mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman
E7 = bekerja pada obyek yang berputar atau berbahaya
E8 = mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/dakar, mengagetkan
dan lain – lain
E9 = melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan
E10 = lain – lain
Pedoman :
• Inventarisasi tindakan yang menyimpang dari prosedur yang aman, bisa
berasal dari si korban atau teman/pembantunya
• Bila lebih dari satu pilih yang paling erat kaitannya
C. Klasifikasi ANSI
Klasifikasi kecelakaan menurut ANSI sebagai berikut :
a. Nature of Injury (Sifat fisik cidera)
b. Part of Body Affected (Bagian tubuh yang cidera)
c. Source of Injury (Sumber penyebab cidera)
d. Accident Type (Corak kecelakaan)
e. Hazardous Condition (Kondisi berbahaya)
f. Agency of Accident (Penyebab kecelakaan)
g. Agency of Accident Part (Bagian dari penyebab
kecelakaan)
h. Unsafe Act (Perbuatan berbahaya)
a) NATURE of INJURY (Sifat fisik cidera)
– Menyatakan sifat fisik cidera
– Sebagai pegangan dalam penentuan
– Merupakan jawaban dari pertanyaan : “Apakah
bentuk cidera yang dialami korban ?”
– Sebutkan sifat cidera yang utama
– Bila mengalami beberapa bentuk cidera, maka dipilih
cidera yang paling berat
– Bila beberapa cidera tersebut hampir sama
keparahannya maka disebut sebagai cidera majemuk
b) PART of BODY AFFECTED (Bagian tubuh yang cidera)
• Tubuh dibagi dalam 5 bagian besar, yaitu KEPALA,
LEHER, BADAN, LENGAN, TUNGKAI
• Masing – masing bagian besar diperinci lagi menjadi
beberapa bagian dan bagian tersebut dapat diperinci
lagi menjadi sub-bagian
• Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “ Bagian tubuh mana
yang mengalami cidera tersebut?”
– Bila mengenai beberapa bagian dari bagian besar, sebutkan
bagian besar tadi
– Bila mengenai beberapa bagian besar, sebutkan bagian
besar dan majemuk
– Bila mengenai sistem dalam tubuh (pernapasan, peredaran
darah, pencernaan, dll.) sebutkan sistem tersebut
c) SOURCE of INJURY
– Menyatakan obyek, bahan pemaparan, gerakan tubuh yang
berlebihan, sebagai sumber/penyebab cidera
Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Obyek, bahan, pemaparan,
gerakan berlebihan apa yang menimbulkan cidera tersebut ?”
– Pilih penyebab langsung
– Bila kontak dengan dua penyebab hampir bersamaan maka :
Antara dua obyek yang bergerak dan stasioner, sebutkan penyebab obyek
yang bergerak
Antara dua obyek bergerak atau dua obyek stasioner pilih sebagai obyek
yang kontak terakahir
Bila akibat gerakan tubuh yang berlebihan, sebutkan gerakan tersebut
(peregangan tubuh, menjangkau, memutar badan, membungkuk, dll.)
d) ACCIDENT TYPE (Corak kecelakaan)
Merupakan jawab menyatakan kejadian yang
langsung menimbulkan cidera tersebut
Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Bagaimana
caranya si korban kontak dengan sumber /
penyebab yang tercantum dalam c) ?”
– Bila karena kontak dengan obyek/benda, tentukan
cara kontak tersebut dengan tegas
e) HAZARDOUS CONDITION (Kondisi berbahaya)
• Menyatakan kondisi fisik/lingkungan yang
menimbulkan terjadinya type/corak
kecelakaan yang terjadi
• Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Apa kondisi
fisik/lingkungan yang berbahaya yang
menimbulkan corak kecelakaan tersebut ?”
– Pilih kondisi berbahaya yang langsung
menimbulkan corak kecelakaan tersebut
f) AGENCY of ACCIDENT (Penyebab kecelakaan)
• Menyatakan obyek, bahan yang disebutkan
dalam kondisi berbahaya tersebut
• Pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Kondisi
berbahaya tersebut terdapat pada obyek / bahan
apa ?”
g) AGENCY of ACCIDENT PART
• Menyatakan bagian tertentu dari penyebab
tersebut
• Pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Bagian
tertentu mana dari obyek/bahan yang disebutkan
dalam klasifikasi f.) ?”
– Bila tidak ada bagian yang khas – dikosongkan
h) UNSAFE ACT (Perbuatan berbahaya)
• Menyatakan perbuatan yang menyimpang dari
prosedur kerja yang telah ditetapkan
• Pegangan :
– Sebutkan perbuatan berbahaya yang langsung
menimbulkan kecelakaan
5. ANALISA
Setelah dilakukan klasifikasi akan dapat ditentukan penyebab dari
suatu kecelakaan. Tetapi disini tidak tergambar aspek kesalahan
atau kekurangan dari sistem manajemen.
Contoh :
Operator mesin gergaji sirkular (umur 30 tahun) menjangkau di atas
mesin gergaji sirkular yang sedang berjalan untuk mengambil
sepotong sisa gergajian. Tangannya mengenai pisau dari gergaji
yang tidak ada penutupnya sehingga ibu jarinya lecet berat dan
tidak mampu bekerja selama 2 hari setelah kecelakaan.
Sajikan dalam bentuk statistik kecelakaan kerja berdasarkan
klasifikasi SNI dan ANSI dan tentukan penyebab dan
pengendaliannya.
Cara memasukkan dan menganalisa dengan berpedoman kepada
pegangan atau pertanyaan yang telah diberikan.
6. PENGUKURAN TINGKAT KECELAKAAN KERJA
Apabila kita ingin mengetahui tingkat kecelakaan pada
suatu perusahaan atau ingin membandingkan tingkat
kecelakaan antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya yang sejenis, atau antara sektor industri dengan
sektor lainnya, maupun tingkat kecelakaan secara
nasional tidak dapat hanya dengan melihat atau
membandingkan jumlah korban kecelakaan saja. Harus
diperhatikan jumlah tenaga kerja yang terpapar pada
bahaya potensial yang ada dan juga lamanya terpapar
pada bahaya tersebut. Untuk ini berbagai
badan/pemerintahan telah mengeluarkan kriteria yang
resmi (standar) dan kriteria tidak resmi (non-standar)
sebagai berikut :
A. Standar ILO
1. ACCIDENT INCIDENT RATE (AIR)
Jumlah kecelakaan per 1.000 tenaga kerja terpapar bahaya
potensial dalam setahun dengan rumus :
jumlah korban kecelakaan dalam setahun
Frequency
Severity
FAFR =
Jumlah korban mati
100 juta jam kerja orang
Severity rate memakai rumus yang sama dengan ANSI, demikian juga akhir – akhir ini untuk Frequency Rate
FR x SR
DII = 1000
Kegunaan :
Untuk mengetahui :
Angka 106, 2x105, 105 didapatkan dari perhitungan jumlah jam kerja orang dalam setahun menurut jumlah
tenaga kerja.
Jumlah T.K. X 50 minggu/th X 40 jam/minggu
500 TK → 500 x 50 x 40 = 1.000.000 = 105
100 TK → 100 x 50 x 40 = 200.000 = 2x105
50 TK → 50 x 50 x 40 = 100.000 = 105
ANSI, American National Standard Method of Recording and Measu-ring Work Injury Experience, ANSI
216.1 – 1967 (Reaffirmed 1973).
EIICHI MORIYAMA, Compensation System for Occupational Disability and Disease in Japan, Seminar
Nasional Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja, Juli 1989, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional, 1989.
JISA, The 1977 Annual Report JISA, Japan Industrial Safety Associ-ation, 1978.
KING, RALP W., Industrial Hazard and Safety Hand Book, Newnes Butterworths, London, 1979.
RE VELLE JACK B., Safety Training Methods, 1980, John Wiley & Sons, New York.
US CONGRESS, Preventing Illness and Injury in the Work Place, National Technical Information Service,
1985.
Accident Prevention Manual for Industrial Operation, Administratif & Program, Ninth Edition,
National Safety Council, Chicago, 1988.
Lampiran 1
Bentuk laporan kecelakaan
LAMPIRAN II Hari yang hilang yang ditentukan berdasarkan cacat
A. UNTUK KERUGIAN DARI ANGGOTA KARENA CACAT TETAP
1. Tangan dan jari – jari
Amputasi seluruh atau Ibu Telunjuk Tengah Manis Kelingking
sebagian dari tulang jari
- Ruas ujung 300 100 75 60 50
- Ruas tengah - 200 150 120 100
- Ruas 600 400 300 240 200
pangkal 900 600 500 450 400
- Telapak
(antara jari
– jari dan
pergelangan
)
- Tangan
sampai
pergelangan
, 3000