Anda di halaman 1dari 67

ANALISA KECELAKAAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai


dengan pesatnya pertumbuhan industri, telah merubah sifat dan bentuk
pekerjaan. Banyak mesin – mesin, peralatan, bahan – bahan dan proses
baru yang digunakan sebagai hasil kemajuan teknologi.
Dari hasil kemajuan teknologi, kita dapat menikmati kehidupan
dengan segala kemudahannya. Disamping kenikmatan – kenikmatan
tersebut, kemajuan teknologi juga bisa membawa akibat – akibat
samping yang bersifat merugikan baik terhadap manusia maupun pada
harta benda dan lingkungan, jika tidak ditangani dengan baik.
Salah satu akibat samping dari perkembangan teknologi yang
merugikan terwujud dalam bentuk kecelakaan. Karena sifat kecelakaan
adalah merugikan, oleh karena itu harus dicegah. Timbul suatu
pertanyaan “Apakah kecelakaan dapat dicegah?”. Bila diamati dengan
seksama, bahwa setiap kecelakaan itu pasti ada penyebabnya maka
kecelakaan dapat dicegah.
ANALISA KECELAKAAN
II. PENGERTIAN KECELAKAAN & KEJADIAN BERBAHAYA

Merujuk pada PEMENAKER No.03/MEN/1998 :

KECELAKAAN ADALAH SUATU KEJADIAN YANG TIDAK


DIKEHENDAKI DAN TIDAK DIDUGA SEMULA YANG DAPAT
MENIMBULKAN KORBAN MANUSIA DAN ATAU HARTA BENDA.

KEJADIAN BERBAHAYA LAINNYA IALAH SUATU KEJADIAN


YANG POTENSIAL YANG DAPAT MENYEBABKAN
KECELAKAAN KERJA ATAU PENYAKIT KERJA KECUALI
KEBAKARAN, PELEDAKAN DAN BAHAYA PEMBUANGAN
LIMBAH.

Merujuk pada ILCI (International Loss Control Institute) :


Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan
yang dapat mengakibatkan kerugian baik terhadap manusia, harta benda
maupun produksi. Biasanya berkenaan dengan kontak dengan sumber energi
yang melebihi ambang batas badan atau struktur.
ANALISA KECELAKAAN
III. FENOMENA GUNUNG ES
ANALISA KECELAKAAN
I.STUDI RASIO KECELAKAAN
Pada tahun 1969 dilakukan penelitian kecelakaan yang mengakibatkan kerugian
fisik maupun harta benda, yang memberikan hasil sebagai berikut :

Dikemukakan bahwa setiap satu kecelakaan berat atau meninggal diserati 10 kecelakaan
ringan, 30 kerusakan harta benda dan 600 nyaris celaka.
ANALISA KECELAKAAN
VI. ANATOMI KECELAKAAN
a.Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, pasti ada penyebabnya.
b.Faktor penyebab umumnya majemuk (multi causality), risikonya beragam (wide spectrum).
c.Kecelakaan suatu kejadian tiba – tiba dan tidak dikehendaki.
d.Kecelakaan terjadi karena kondisi tidak aman atau tindakan tidak aman.
e.Kecelakaan menimbulkan kerugian fisik, kerusakan material/alat atau gangguan pada proses
produksi.
Kecelakaan terjadi karena adanya kontak tubuh atau benda dengan sumber energi yang
melampaui nilai ambang batas. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga
kinetis, kimia, listrik dan sebagainya
Beberapa energi yang sering menimbulkan kecelakaan adalah :
•Terbentur / tertabrak suatu benda.
•Terbentur / tertabrak benda/alat yang bergerak.
•Jatuh ke tingkat yang lebih rendah.
•Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset).
•Terjepit ke dalam barang yang berputar.
•Terjepit diantara dua benda.
•Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun dan sebagainya.
Penyebab langsung dari kecelakaan adalah sesuatu yang secara langsung menyebabkan
kontak. Penyebab langsung tersebut berupa perbuatan atau tindakan yang sub-standar (un-safe
act) dan kondisi yang sub-standar (un-safe condition).
ANALISA KECELAKAAN
Perbuatan / tindakan yang sub-standar (un-safe act) :
•Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya.
•Gagal memberikan peringatan.
•Menjalankan mesin/peralatan/kendaraan melebihi kecepatan.
•Membuat alat pengaman tidak berfungsi.
•Menggunakan peralatan rusak.
•Tidak memakai alat pelindung diri.
•Pemuatan yang tidak memadai.
•Penempatan sesuatu yang tidak memadai.
•Posisi kerja yang tidak tepat.
•Melakukan perbaikan mesin saat masih berjalan.
•Bersenda gurau.
•Berada dalam pengaruh obat – obatan atau alkohol .

Kondisi yang sub-standar (un-safe condition):


•Pengaman yang tidak memadai.
•Alat pelindung diri tak memadai.
•Alat, peralatan atau bahan yang telah rusak
•Gerak yang tidak leluasa.
•Sistem tanda bahaya tidak memadai.
•Tata letak yang jelek.
•Lingkungan kerja yang mengandung bahaya (uap/gas, bising, radiasi, suhu, ventilasi kurang
baik, dsb.).
Penyebab dasar merupakan penyebab nyata dibelakang gejala – gejala, berupa alasan – alasan
mengapa terjadi tindakan dan kondisi yang sub-standar. Faktor – faktor apabila diidentifikasi
memberikan suatu yang berarti bagi pengendalian manajemen. Penyebab dasar membantu
menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindakan sub-standar dan juga membantu menjelaskan
mengapa kondisi yang sub-standar. Penyebab dasar dibagi dua kelompok yaitu faktor manusia dan
pekerjaan.
ANALISA KECELAKAAN

Faktor manusia :
•Kurang pengetahuan.
•Kurang terampil.
•Motivasi kurang baik.
•Stress fisik atau mental.

Faktor pekerjaan :
•Kepemimpinan dan atau kepengawasan kurang tepat.
•Engineering kurang memadai.
•Pembelian kurang memadai.
•Maintenance kurang memadai.
•Alat dan peralatan kurang memadai.
•Standar kerja kurang tepat.
•Aus dan retak akibat pemakaian.
•Penyalahgunaan wewenang.
ANALISA KECELAKAAN
DASAR – DASAR PENCEGAHAN KECELAKAAN

1.KESELAMATAN DAPAT MEMPERTINGGI KEGAIRAHAN BEKERJA

Upaya pengendalian bahaya disuatu tempat kerja akan dapat


mempertinggi kegairahan kerja para karyawan, karena bekerja disuatu
tempat yang relatif aman dengan sedikit risiko menjadi harapan para
karyawan sekaligus merupakan persyaratan utama yang tertuang dalam UU
No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.

Program pencegahan kecelakaan sebagai implementasi UU No.1 tahun


1970 akan lebih berhasil bilamana karyawan tanpa kecuali dilibatkan
langsung dalam upaya pencegahan kecelakaan dengan maksud agar setiap
penyimpangan dan ketimpangan terhadap peraturan atau prosedur K-3
dapat dicegah atau dihindari sedini mungkin. Disamping itu hal yang
terpenting lainnya ialah, bila program keselamatan berhasil dengan baik,
maka citra perusahaan akan baik pula khususnya bagi relasi/rekanan
perusahaan
II. EFEK DOMINO
ANALISA KECELAKAAN
Teori domino atau biasa disebut domino dipakai dalam menggambarkan proses terjadinya kecelakaan karena
teori ini secara luas sudah dibuktikan kebenarannya. Secara kronologi (chronological) urutan terjadinya
kecelakaan dapat digambarkan sebagai berikut :
Setiap peristiwa yang terjadi berurutan seperti digambarkan di bawah (1,2,3) akan diikuti urutan berikutnya
yaitu 4 berupa kecelakaan dan 5 akibatnya sedangkan faktor penyebab kecelakaan tersebut ternyata
majemuk (multi causality).
Dari hasil studi ini H.W. Heinrich seorang pakar K3 pada tahun 1931 mengambangkan cara pencegahan
kecelakaan berlandaskan urutan 5 tahapan tersebut yang pada akhirnya menemukan cara efektif mencegah
kecelakaan dengan memotong / menghapuskan rangkaian peristiwa ke 3 yang digambarkan sebagai
“Keadaan & Tindakan tidak aman”.
Lima (5) faktor urutan terjadinya kecelakaan ini mengambarkan :
• Faktor keturunan atau lingkungan sosial, cenderungan menyebabkan seseorang
• Melakukan kesalahan, sehingga menjadi penyebab utama terjadinya
•Tindakan tidak aman dan / atau kondisi tidak aman, sehingga menyebabkan
•Terjadinya kecelakaa, yang mengakibatkan
•Luka atau kerugian lainnya
ANALISA KECELAKAAN
A. Kurang Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu diantara fungsi manajemen yang penting, yaitu : perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengontrolan. Seseorang yang secara profesional memimpin perusahaan
mengetahui tentang program keselamatan / loss control, mengukur standar – standar, memimpin para karyawan
untuk mencapai standar, mengukur kinerja dirinya sendiri dan lain – lain.
Tanpa pengontrolan manajemen yang memadai, penyebab kecelakaan dan pengaruh rangkaian dimulai tanpa
koreksi yang mengarah pada kerugian. Ada 3 alasan mengenai kurangnya kontrol.

1. Program yang tidak memadai


Program keselamatan tidak memadai karena terlalu banyak kegiatan – kegiatan program. Kegiatan program yang
penting bervariasi dengan sifat dan jenis perusahaan, riset yang tepat dan pengalaman dari program yang telah
berhasil dari beberapa perusahaan dan negara yang berbeda ditunjukkan dalam gambar ini yang merupakan
unsur yang telah berhasil dengan baik. Banyak perusahaan menggunakan sebagai rencana kerja dalam
penyusunan program manajemen pengendali rugi.

2. Standar program yang tidak memadai


Suatu penyebab kebingungan dan kegagalan adalah standar yang tidak spesifik dan tidak jelas. Standar itu
memberikan kelonggaran. Standar yang memadai adalah penting untuk pengontrolan yang memadai.

3. Tidak memenuhi standar


Kurang memenuhi standar yang ada merupakan alasan kurangnya kontrol. Kenyataan, kebanyakan manajer
menyetujui bahwa ini merupakan alasan tunggal yang paling kuat bagi kegagalan pengendalian kerugian karena
kecelakaan.
ANALISA KECELAKAAN
B. Penyebab dasar
Penyebab dasar adalah penyebab nyata setelah kejadian gejala-gejala, alasannya
mengapa terjadi tindakan dan kondisi yang tidak standar, membuat pengendalian menejemen
yang berarti. Sering kali mengacu pada sumber penyebab, penyebab dasar, penyebab tidak
langsung, penyebab utama, dan lain-lain. Ini karena penyebab langsung umumnya benar-
benar nyata, tetapi memerlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendapatkan penyebab
dasar dan untuk mencari pengendaliannya.
Penyebab dasar membantu menjelaskan kenapa karyawan melakukan tindakan
yang tidak standar. Secara logika seseorang tidak mungkin mengikuti prosedur yang benar
jika tidak pernah diajarkan prosedur tersebut.
Penyebab dasar juga membantu menjelaskan mengapa timbul tindakan yang tidak
standar. Peralatan dan material yang tidak memadai atau berbahaya akan dibeli jika tidak ada
standar yang memadai. Struktur yang tidak aman dan rancangan tempat kerja akan dibangun
jika ada standar yang memadai dan tidak memenuhi rancangan dan konstruksi. Peralatan akan
rusak menimbulkan produk yang tidak standar, menimbulkan pemborosan atau kemacetan
dan menyebabkan kecelakaan jika peralatan tidak diseleksi dengan benar.
ANALISA KECELAKAAN
C. Penyebab langsung
Penyebab langsung kecelakaan merupakan sesuatu yang terjadi sebelum terjadi kontak
dan dapat dilihat, biasa disebut keadaan dan tindakan yang tidak aman. Manajer modern biasanya
cenderung berfikir lebih profesional dan mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a. Sebagai dasar untuk pengukuran, evaluasi dan koreksi yang berhubungan dengan tindakan
dan kondisi yang aman / standar.
b Memperkecil perbedaan istilah tindakan tidak standar.
Beberapa orang menganut penggantian error/kesalahan (manajemen error operational error,
engineering error) untuk menyamakan tanggung jawab manajemen. Tetapi istilah error umumnya salah
pengertian sebagai blame (menyalahkan ). Blame mengarah pada melindungi tingkah laku dan
masalah-masalah keselamatan disembunyikan dari pada dipecahkan.
Hasil riset mengaskan bahwa 80% kesalahan (tindakan tidak aman) karyawan dapat diperbaiki
oleh manajemen. Penemuan terbaru 85% - 96% kecelakaan dihasilkan dari tindakan yang tidak aman
atau kegagalan manusia.
Penemuan ini mendorong pemikiran para manajer untuk berfikir tentang sistem manajemen yang
dapat mempengaruhi tingkah laku manusia untuk melakukan tindakan dengan aman. Jadi istilah
standar lebih bisa diterima, lebih berguna dan lebih profesional.
Perlu untuk dipertimbangkan tindakan – tindakan dan kondisi hanya sebagai penyebab langsung,
atau gejala dalam melakukan suatu pekerjaan dari penentuan penyakit setelah adanya gejala – gejala.
Jika hanya mengobati gejalanya saja, nanti akan terulang kembali. Anda juga perlu untuk menjawab
pertanyaan – pertanyaan ini :
Mengapa terjadi tindakan yang tidak standar ?
Mengapa timbul kondisi yang tidak standar ?
Kegagalan sistem manajemen apa sehingga terjadi tindakan dan kondisi yang tidak aman ?
ANALISA KECELAKAAN

D. Kejadian kontak
Setiap timbul potensi penyebab kecelakaan, maka selalu terbuka kemungkinan terjadinya
sesuatu kejadian baik yang mengakibatkan kerugian atau tidak. Contoh sesuatu yang terpental
memindahkan tenaga kinetik ke badan atau struktur yang terhantam atau kontak.
Bila tenaga yang dipindahkan terlalau banyak menyebabkan seseorang luka atau kerusakan
barang.
Di bawah ini beberapa jenis kejadian atau kontak yang sering terjadi :
1. Menaberak atau tertaberak
2. Jatuh dari suatu ketinggian
3. Jatuh dipermukaan yang sama (terpeleset)
4. Terjepit
5. Tersangkut
6. Kontak dengan energi dll.
Bila kondisi yang tidak aman timbul (peralatan yang tidak diberi pelindung) atau tindakan yang
tidak aman timbul (pembersihan gasoline) maka selalu terjadi potensi adanya kontak dan
menyebabkan orang sakit atau luka atau kerusakan
ANALISA KECELAKAAN
E. Kerugian
Akibat dari kecelakaan adalah kerugian yang dapat berupa cidera bahkan kematian
yang menimpa karyawan atau kerusakan harta benda atau kerugian proses operasi atau
lingkungan.
Jenis dan tingkat kerugian sebagian tergantung pada hal – hal yang kebetulan dan
sebagian tergantung pada tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kerugian.
Tindakan untuk memperkecil kerugian pada tahap rangkaian ini mencakup
pertolongan pertama dan perawatan yang tepat dan benar, pemadaman yang cepat dan
efektif, perbaikan peralatan yang cepat dan rehabiltasi karyawan yang efektif.
Tidak ada yang lebih penting atau lebih startegis dari pada keraguan yang
menyangkut aspek kemanusiaan, yaitu : cidera, sakit, kehilangan anggota badan, sakit
karena pekerjaan, kematian dll. Cara yang paling baik untuk memperkecil kerugian
tersebut adalah melihat dari aspek kemanusian dan aspek ekonomi untuk mendorong
pengendalian kecelakaan yang mengakibatkan kerugian.
Orang yang terluka karena kecelakaan akan mengeluarkan biaya besar atau kecil.
Suatu perusahaan menetapkan biaya kerugian pada suatu kecelakaan hanya dari orang
yang cidera atau sakit dan tidak melihat biaya lain sehubungan dengan kejadian tersebut.
ANALISA KECELAKAAN

III. KEADAAN TIDAK AMAN DAN TINDAKAN TIDAK AMAN


Seperti telah dijelaskan di atas bahwa kecelakaan hanya dapat terjadi bila timbul Keadaan
tidak aman dan atau Tindakan tidak aman, dua penyebab utama terjadinya kecelakaan ini
muncul (exist) antara lain karena sikap dan perilaku karyawan yang bersangkutan yaitu :
1. Tidak tahu (adanya bahaya) : karena tidak pernah diberitahu oleh pimpinannya tentang
bahaya dan risiko ditempat kerjanya sehingga tidak tanggap terhadap bahaya juga
mempunyai keterampilan menghindari bahaya tersebut.
2. Tidak mau tahu (adanya ancaman bahaya) : karena tidak mempunyai perhatian pada K-3
sehingga berperilaku sembrono mungkin juga karena lemahnya pengawasan
3. Tidak mampu (menghadapi bahaya) : karena tidak pernah dilatih K-3 sehingga tidak
berpengalaman melaksanakan pekerjaan dengan cara – cara aman dan selamat.

Butir – butir tersebut di atas merupakan Tindakan tidak aman seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya antara lain dapat diakibatkan karena latar belakang kehidupan keluarga
atau lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan penuh gejolak. Tindakan tidak aman yang
muncul pada umumnya sangat sulit dikenali dan dikendalikan bahkan tidak nampak secara
nyata karena menyangkut pribadi orang perorang tetapi sesungguhnya ada dan dapat berbentuk
ancaman bahaya.
Faktor penyebab kecelakaan berikutnya adalah Keadaan tidak aman dan justru sesungguhnya faktor ini
merupakan temuan awal dari H.W. Heinrich seorang pakar K3, yang pada tahun 1931 membuat kesimpulan
tersebut di atas setelah mengadakan analisis terhadap 1750 kasus kecelakaan yang dilaporkan oleh beberapa
perusahaan. Dari temuan inilah dikembangkan suatu teknik pencegahan kecelakaan dengan cara memasang alat
pelindung mesin. Upaya ini memang cukup berhasil menurunkan jumlah kecelakaan, namun kemudian
kecelakaan tidak terkendali lagi seiring dengan perkembangan mekanisasi dan automatisasi mesin – mesin.
1.PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN
Tahapan pengendalian dibagi dalam tiga tahapan :
Pre contact :
Upaya pengendalian sebelum terjadi kecelakaan. Tahap ini sangat penting sebagai tindakan preventif. Segala upaya
dilakukan agar sumber bahaya dapat dikendalikan dengan baik.
Contact :
Bila masih mungkin terjadi kontak sumber energi, diupayakan agar akibatnya lebih ringan :
1.Substitusi proses / bahan yang berbahaya
2.Manual handling diganti dengan mechanical handling
3.Mengurangi jumlah energi yang keluar
Post contact :
Setelah terjadi kecelakaan, diupayakan agar kerugian yang diderita dapat ditekan sekecil mungkin :
•Kesiagaan menghadapi keadaan darurat
•PPPK yang tepat dan cepat
•Kesiagaan menanggulangi kebakaran
•Perbaikan alat yang rusak secepatnya
•Kesiapan mengatasi pencemaran
Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan secara konsepsional dengan jalan :
1. Meniadakan sumber bahaya :
- Metodenya teknis – teknologis
2. Meningkatkan kewaspadaan :
- Melalui pembinaan dan pelatihan
3. Menegakkan peraturan dan disiplin :
- Dasar penerapannya reward & punishment
Meniadakan sumber bahaya
Tenaga kerja sebagai pelaku kegiatan atau proses produksi akan selalu menghadapi bahaya yang penyebabnya
berdimensi majemuk dan dengan tingkat risiko yang bervariasi.
Paparan risiko tersebut harus dikendalikan dengan menakar besarnya (magnitudenya) agar cara pengendaliannya dapat
disesuaikan dengan besarnya tingkat risiko serta daya perusaknya (impact).
Prinsip pengendalian risiko dapat dilakukan dengan menerapkan 4 (empat) cara :
•Diakhiri / terminate – tindakan pertama dan utama
•Dikendalikan / treat – menerapkan manajemen risiko
•Ditolerir / tolerir – bila tingkat risikonya sangat rendah
•Dialihkan / transfer – ke asuransi sebagai sisa risiko yang tak tertanggulangi
Meningkatkan kewaspadaan
Kewaspadaan terhadap bahaya harus dibangun melalui suatu kesadaran agar hasilnya maksimal dan bukan dengan
pemaksaan terlebih lagi menggunakan kekuasaan.
Meningkatkan kewaspadaan berarti juga meningkatkan kemampuan karyawan melalui pelatihan agar memiliki daya tangkal
yang tinggi sehingga ketangguhannya dalam menghadapi setiap bentuk bahaya tidak diragukan lagi.
Kemampuan dapat ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan.
Menegakkan peraturan dan disiplin
Melanggar peraturan / prosedur K-3 jelas merupakan tindakan indisipliner yang akibatnya dapat menimbulkan kecelakaan
maupun gangguan operasional.
Dalam menyikapi tindakan indisipliner tersebut harus ditempuh dengan menerapkan kebijakan reward and punishment /
recognition.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan kecelakaan adalah :
•Prinsip
Menanamkan / memelihara minat terhadap uapaya K-3
Mendapatkan fakta tentang kecelakaan / K-3
Tindakan koreksi sesuai fakta yang ada
•Langkah
Organisasi K-3, inspeksi, analisa, alternatif pencegahan,
penerapan pencegahan yang dipilih.
SISTEM MANAJEMEN K3
Informasi yang ada telah membuat manajemen menerima kesimpulan di bawah ini :
Kejadian yang merugikan perusahaan tentu ada sebabnya, tidak mungkin terjadi begitu
saja.
Penyebab kerugian dapat dipertimbangkan dan dikendalikan
Semestinya lebih baik mengerti hal – hal yang mengarah pada penyebab kejadian yang tidak dikehendaki,
hal ini akan membantu untuk mempertimbangkan 4 elemen dalam operasi perusahaan yang merupakan sumber –
sumbernya.
Empat elemen tersebut meliputi :
a) Manusia
b) Peralatan
c) Material dan
d) Lingkungan

Keempat elemen tersebut harus berhubungan atau berinteraksi satu dengan yang lain atau masalah – masalah bisa saja timbul
yang dapat menyebabkan kerugian. Mari kita teliti setiap elemen berikut :
• Manusia
Termasuk manajemen, karyawan, kontraktor, pelanggan, tamu, pemasok dan masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa
manusia terasuk sebagian besar penyebab kecelakaan. Konsep lama menyatakan 85% atau lebih kecelakaan disebabkan oleh
kesalahan para pekerja yang akan menjadi analisa yang lebih kritis dalam pengetahuan dan pengalaman yang modern.
Faktor manusia mencakup, sebagai contoh :
a) Engineer dan perancang yang menciptakan lingkungan tempat kerja dimana para pekerja harus bekerja.
b) Eksekutif yang menetapkan Policy, prosedur, standar perusahaan dan dihubungkandengnan aspek suasana perusahaan.
c) Orang yang memimpin sistem preventive, untuk memelihara alat, mesin dan peralatan dalam keadaan baik, kondisi kerja yang
aman.
 Manajer yang memilih, mengangkat karyawan dan menempatkan orang khusus pada pekerjaan yang khusus.
 Supervisor yang mengorientasi, menjelaskan, menginstruksikan, memotivasi, membimbing, melatih dan memimpin karyawan.

Seperti ditunjukkan di atas, ada penambahan bukti bahwa sedikitnya 80% kesalahan yang dibuat manusia
melibatkan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh manajemen. Memimpin manusia dan interaksi
manusia dengan unsur lainnya merupakan suatu yang sangat berarti dari pengendalian yang efektif.
•Peralatan
Unsur ini mencakup semua alat dan mesin yang mana manusia bekerja di dekat dan dengan mesin – mesin yang
fixed, kendaraan, alat untuk menangani material dan lain – lain. Barang – barang di atas di mana manusia bekerja
dengannya merupakan sumber potensi cidera dan kematian. Mereka telah memakan waktu lama untuk menetapkan
peraturan berkenaan dengan pelindung mesin. Perhatian berkembang untuk memasukkan masalah yang lebih besar pada
ergonomi (hubungan antara manusia dan alat kerja). Ini melibatkan rancangan dan tempat kerja untuk menyesuaikan
kemampuan manusia sesuai ukuran, gerak daya tahan dan lain – lain. Kegagalan mengenali kondisi yang tidak standar
dimasa lalu biasanya mengarah pada klasifikasi penyebab kecelakaan sebagai tindakan tak aman. Goal/sasaran yang
utama adalah membuat pekerjaan manusia lebih alami dan nyaman dan untuk mencegah kebingungan, keletihan,
frustasi/beban kerja yang berlebihan, kesalahan dan kecelakaan.
•Material
Unsur ini termasuk bahan baku, bahan kimia dan bahan – bahan lainnya dimana digunakan oleh manusia dan
mereka yang bekerja dengannya. Material juga merupakan sumber penyebab kecelakaan. Di banyak perusahaan
kecelakaan dalam menangani material menunjukkan 20% sampai 30% dari seluruh kecelakaan. Demikian juga banyak
kerusakan harta benda yang melibatkan material yang ditumpuk, berkarat, terbakar atau meledak.
Hal ini memperoleh perhatian manajemen yang lebih besar akhir – akhir ini. Jarang kita mendapatkan seorang
manajer yang tidak menyadari Material Safety Data Sheet dan tindakan penanganan bahan berbahaya yang aman. Tak
ada manajer yang melakukan pengendalian kerugian kecelakaan dengan baik kecuali dia secara efektif memimpin
penanganan bahan/material dengan aman dan benar.
•Lingkungan
Unsur ini mencakup semua bagian yang ada di sekeliling bangunan, peralatan dan material, permukaan di mana
suatu tempat digunakan untuk berdiri dan berpindah, cairan dan udara yang mengelilingi unsur – unsur lain, bahaya –
bahaya bahan kimia seperti mist/embun, uap gas, fume dan debu, cuaca dan udara, bahaya biologis seperti jamur, bakteri
dan virus dan keadaan fisikal seperti penerangan, kebisingan, panas, dingin, tekanan, kelembaban dan radiasi.
Bagian sistem perusahaan ini menunjukkan sumber penyebab penambahan sejumlah penyakit yang berhubungan
dengan kondisi. Ini tidak saja menyangkut masalah kecelakaan dan sakit karena pekerjaan, tetapi juga kerugian – kerugian
lainnya seperti mangkir, produk yang berkualitas rendah dan kurangnya produktivitas. Tentu saja, perhatian yang lebih
banyak harus diberikan kepada yang keluar pabrik atau menuju lingkungan masyarakat yang dapat terpengaruh oleh
udara, polusi buangan dari tempat kerja.
Keempat unsur atau bagian sistem dalam perusahaan (manusia, peralatan, material dan lingkungan) secara sendiri
atau berinteraksi merupakan sumber penyebab yang mempunyai andil terjadinya kecelakaan dan kejadian yang
menyebabkan kerugian produksi. Semua unsur tersebut harus dipertimbangkan dengan seksama bila investigator
kecelakaan dan khususnya bila mengembangkan perbaikan.
INVESTIGASI KECELAKAAN
(ACCIDENT INVESTIGASTION)
a.PENDAHULUAN
Semua kecelakaan yang terjadi di perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat disebabkan oleh
kesalahan manusia. Orang bukanlah mesin, penampilannya tak dapat diramalkan dan tak luput daripada kesalahan –
kesalahan. Sedangkan kesalahan – kesalahan itu mungkin dilakukan oleh perancang (designer), Area Superintendent,
Maintenance Engineer, Supervisor, Operator. Sehubungan dengan hal tersebut, guna membantu dalam pencegahan
kecelakaan, kita membagi kategori kejadian kecelakaan sebagai berikut :
I. Fatal
Kematian karena cidera/sakit akibat kerja, tanpa memperhitungkan waktu antara cidera dan kematian atau lamanya
sakit.

II. Perawatan Dokter (Medical Treatment)


1. Tak Ada Hari Kerja Hilang (NLTA)
Suatu kejadian, di mana karyawan diberikan perawatan oleh dokter atau seorang tenaga medis. Namun hari berikutnya
karyawan tersebut dapat bekerja kembali seperti biasanya.
2. Kehilangan Hari Kerja (LTA)
Hari di mana karyawan harus bekerja namun karena sakit/cidera karena kerja, jumlah hari kerja yang hilang tidak
termasuk hari di mana cidera terjadi. Jumlah hari mencakup semua hari (secara berurutan atau tidak) di mana, karena
cidera atau sakit, pegawai semestinya bekerja namun tidak mampu atau diberi pekerjaan lain untuk sementara.

III. Pertolongan Pertama (First Aid)


Cidera ringan, seperti luka tergores, memar, luka bakar stadium pertama, dan lain sebagainya, yang hanya memerlukan
satu kali perawatan yang selanjutnya tidak memerlukan penanganan medis oleh dokter atau tenaga medis.

VI. Nyaris Celaka (Near Miss)


Suatu kejadian dimana apabila keadaannya berbeda dapat menimbulkan cidera/sakit ataupun fatal.

Pada dasarnya, kecelakaan tidak selamanya terjadi karena mesin – mesin yang berbahaya, atau barang – barang yang
berbahaya, maka kita condong pada pencegahan yang betul – betul harus dilakukan bilamana mengerjakan mesin – mesin
yang berbahaya atau yang sejenisnya. Bagaimanakah cara kita mencegah kecelakaan ? Kita bisa menggunakan Peraturan,
Standar, Inspeksi, Medical Research, Training dan mengadakan Investigasi kecelakaan.
B. APAKAH INVESTIGASI KECELAKAAN ITU
Pada dasarnya suatu investigasi kecelakaan adalah suatu analisa, evaluasi dan laporan suatu kecelakaan, dasarnya
suatu kumpulan informasi yang diperoleh seorang investigator. Bobot dan kegunaan informasi itu secara langsung
berhubungan pada tingkat ketelitian dan ketekunan dari investigator tersebut. Suatu investigasi yang komplit mencakup
evaluasi yang obyektif dari semua fakta, pendapat, pernyataan dan informasi yang ada hubungannya sebaik rencana
tindakan selanjutnya atau langkah – langkah untuk mencegah kejadian yang sama.

C. KAPAN DILAKUKAN INVESTIGASI KECELAKAAN


Waktu untuk melakukan investigasi tergantung pada type/jenis kecelakaan dalam peristiwa kecelakaan, saat yang paling
baik dan tepat ialah secepat mungkin. Lebih pendek jarak waktu antara kecelakaan dengan investigasi lebih cermat
informasi yang akan diperoleh, karena orang tidak mempunyai waktu yang terpengaruh oleh pendapat orang lain,
ingatannya masih segar, masih bisa secara mendetail. Ada kecelakaan – kecelakaan tertentu, mencakup kecelakaan
yang tidak menimbulkan cidera ataupun kerusakan benda (near miss) yang boleh tidak memerlukan investigasi dengan
segera tergantung pada keadaan.

D. MENGAPA DIADAKAN INVESTIGASI KECELAKAAN


Seperti kita ketahui bahwa setiap kecelakaan akan menimbulkan kerugian baik yang diderita oleh perusahaan maupun
karyawan. Maksud diadakan investigasi kecelakaan ialah untuk membuat suatu pencegahan agar kecelakaan yang
serupa jangan sampai terjadi lagi.

E. MANFAAT/FAEDAH INVESTIGASI KECELAKAAN


Apabila investigasi kecelakaan dilakukan dengan sungguh – sungguh dan sebagaimana mestinya, artinya tidak dibuat –
buat dan ditutup – tutupi, maka dapat :
1. Menggambarkan apa yang terjadi
Investigasi kecelakaan yang seksama dapat menginvestigasi dengan melalui fakta – fakta yang bertentangan dan
pernyataan kejadian yang sesungguhnya.
2. Menentukan penyebab kecelakaan yang sesungguhnya
Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa sebagian besar investigasi kurang benar dan tidak berguna, karena
penyebab yang sesungguhnya tidak jelas dan hal ini dapat dikatakan membuang – buang waktu.
3. Menentukan risiko
Investigasi yang baik memberikan dasar untuk menentukan kemungkinan terjadinya kembali dan menentukan potensi
kerugian yang besar, dua faktor yang kritis dalam menentukan jumlah waktu dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
tindakan perbaikan.
4. Mengembangkan pengendalian
Pengendalian yang memadai untuk memperkecil atau menghilangkan suatu masalah hanya bisa didapat dari investigasi
yang benar – benar memecahkan persoalan. Sebaliknya, masalah akan muncul lagi dan lagi bilamana investigasi tidak
benar tetapi dengan gejala – gejala yang berbeda.
5. Menegaskan kecenderungan
Beberapa kecelakaan benar – benar merupakan peristiwa – peristiwa yang tersendiri. Bilamana beberapa laporan
yang baik analisa, maka kecenderungan yang timbul dapat dikenali.
6. Menunjukkan perhatian
Hasil dari investigasi yang baik akan meningkatkan hubungan antara karyawan dan perusahaan terutama
Supervisornya.

F. SIAPA YANG HARUS MELAKUKAN INVESTIGASI


Supervisor / Foreman
•Mereka berkepentingan pada orang – orangnya
•Mereka mengetahui paling banyak tentang orang – orangnya dan kondisinya
•Mereka mengetahui bagaimana dan dimana mendapatkan informasinya yang diperlukan
•Mereka yang akan mengambil tindakan perbaikan
•Mereka yang mendapatkan keuntungan dari penyelidikan :
1.Menunjukkan perhatian
2.Meningkatkan produktivitas
3.Mengurangi biaya operasi
4.Menunjukkan bahwa Supervisor telah melakukan pengendalian
1. Manajemen team
Suatu ketika investigasi memerlukan partisipasi tingkat Manajemen yang lebih tinggi. Bilamana jenis keadaannya :
•Kerugian yang besar (major loss)
•Keadaannya di daerah lain
•Tindakan perbaikan mempunyai jangkauan yang luas
 Staff personel
Khususnya bilamana pengetahuan yang khusus diperlukan dalam suatu investigasi. Ini bisa terjadi karena adanya
suatu proses baru, perkiraan gagalnya peralatan, penggunaan bahan – bahan berbahaya atau situasi yang komplek. Bagian
– bagian informasi memerlukan untuk dianalisa oleh seorang ahli tehnik. Para ahli tersebut menjadi penasehat/advisor
investigator. Orang yang memecahkan persoalan adalah tetap manajer yang bersangkutan. Bagian keselamatan diikut
sertakan dalam team sebagai staff penasehat teknis.
G. TAHAPAN DALAM INVESTIGASI
1. Mengendalikan keadaan darurat secara tepat cepat
Begitu mendengar adanya kecelakaan, seorang Supervisor harus segera pergi ke tempat kejadian. Ambil alih
pimpinan dan berikan instruksi – instruksi khusus kepada orang – orang tertentu, orang – orang yang tidak diperlukan agar
pergi dari lokasi kejadian. Tentukan cara mengendalikan keadaan darurat dan ungsikan para karyawan bila itu memang
diperlukan.
Perkirakan potensi kerugiannya dan tentukan siapa lagi yang perlu untuk diberitahu.
PENGERTIAN
• Statistik : Cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari metode
pengumpulan, penyajian, pengolahan data shingga dapat diambil suatu
kesimpulan.
• Statistik Kecelakaan : statistik yang memuat informasi lengkap tentang
kecelakaan.
• Statistik Kecelakaan Kerja : statistik yang memuat informasi lengkap
tentang kecelakaan kerja.
• T ujuan: mendapatkan metoda yang praktis dan seragam untuk
pendataan dan pengukuran kecelakaan kerja.
• Kegunaan : Untuk kepentingan pemerintah dan perusahaan dalam
melakukan evaluasi
- Kebutuhan aktivitas pencegahan kecelakaan kerja.
- Keseriusan masalah kecelakaan kerja.
- Efektivitas upaya K-3 dibandingkan dengan sumber bahaya yang ada.
- Keberhasilan atau kegagalan dalam sistem pengendalian.
- Norma, standard, peraturan perundangan yang ada apakah masih
memenuhi kebutuhan atau perlu penambahan / perbaikan.
• Menurut ANSI
a. Accident : Kejadian yang tidak diharapkan, menimbulkan gangguan fisik termasuk penyakit
b. Work Injury : Setiap cidera atau penyakit akibat kerja yang timbul selama melakukan pekerjaaan, akibat
pekerjaan atau lingkungan kerja.
c. Disabling Injury : Setiap kecelakaan industri yang mengakibatkan kematian, permanent total disabilty
( selamanya tidak mampu bekerja/cacad tetap), permanent partial disability ( selamanya tidak mampu
bekerja sebagian )
d. Permanent Total Disability ( selamanya tidak mampu bekerja/cacat tetap) cidera selain mati yang
menyebabkan korban tidak mampu bekerja secara permanen.
e. Permanent Partial Disability : Setiap cidera selain mati dan permanent total disability yang menyebabkan
kehilangan bagian tubuh atau sebagian dan bagian tubuh, gangguan permanen fungsi tubuh atau
bagiannya tanpa memperhitungkan ada gangguan sebelumnya pada bagian tubuh tersebut.
f. Temporary Total Disability ( sementara tidak mampu bekerja ) : Setiap cidera selain mati dan permanent
total disability dengan akibat tidak dapat bekerja satu shift penuh atau lebih.
g. Medical Treatment Injuries ( perlu pertolongan medis / P3K ) : Setiap cidera yang hanya membutuhkan
P3K atau medis lain.
h. Total Days Charged ( kehilangan hari kerja yang diperhitungkan ) : Jumlah hari kerja yang hilang akibat :
temporary total injuries, permanen total / partial injuries / meninggal ( sesuai tabel yang di tentukan).
i. Days of Disability ( hari tidak mampu bekerja) : Hari yang hilang akibat tdak mampu bekerja penuh seperti
semula setelah hari kecelakaan. Hari libur, Minggu, perusahaan tidak jalan diperhitungkan semuanya ( hari
menurut kalender).
j. Scheduled Charged ( kehilangan hari kerja menurut tabel yang di tentukan ) untuk jenis kecelakaan tidak
mampu bekerja selamanya, tidak mampu bekerja sebagian dan kematian.
• Menurut OSHA
a. Fatality : Kematian akibat suatu kecelakaan
b. Lost Workday Injury & Illness : Setiap kecelakaan / penyakit
akibat kerja yang menyebabkan korban tidak mampu
bekerja / hanya bekerja ringan, 1 hari atau lebih di luar hari
kecelakaan.
c. Medical Treatment : Memerlukan pengobatan dokter selain
PPPK.
d. First Aid ( PPPK )
KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA
• KLASIFIKASI KECELAKAAN MENURUT ILO
a. Menurut tipe kecelakaan
1. Orang jatuh
2. Terpukul benda jatuh
3. Tersentuh/terpukul benda tidak bergerak
4. Terjepit diantara dua benda
5. Gerakan yang dipaksakan
6. Terkena suhu yang tinggi
7. Tersengat arus listrik
8. Terkena bahan berbahaya atau radiasi
9. Lain-lain
b. Menurut benda
1. Mesin
1. Penggerak utama kecuali motor listrik
2. Gigi transmisi mesin
3. Mesin pemotong/pembentuk logam
4. Mesin kayu
5. Mesin pertanian
6. Mesin pertambangan
7. Lain – lain mesin
b. Menurut benda
2. Alat pengangkat dan sarana angkutan
• Mesin dan perlengkapan pengangkat
• Pengangkat di atas rel
• Alat pengangkut lainnya di atas rel
• Pengangkut udara
• Pengangkut perairan
• Lain – lain sarana angkutan
b. Menurut benda
3. Perlengkapan lainnya
1. Bejana bertekanan
2. Dapur, oven pembakaran
3. Pusat – pusat pendingin
4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi
tidak termasuk peralatan listrik
5. Alat – alat listrik tangan
6. Alat – alat, perkakas, perlengkapan listrik
7. Tangga, jalur landai (ramp)
8. Perancah
b. Menurut benda
4. Material, bahan dan radiasi
1. Bahan peledak
2. Serbuk, gas, cairan dan kimia
3. Pecahan terpelanting
4. Radiasi
5. Lain – lain
b. Menurut benda
5. Lingkungan kerja
1. Di luar gedung
2. Di dalam gedung
3. Di bawah tanah

6. Lain – lain
• Hewan
• Lain – lain
c. Menurut jenis luka

1. Fraktur/retak
2. Dislokasi
3. Terkilir
4. Gegar otak & luka dalam lain
5. Amputasi & enukleasi
6. Luka – luka lainnya
7. Luka – luka ringan
8. Memar dan remuk
9. Terbakar
10. Keracunan akut
11. Pengaruh cuaca
12. Sesak napas
13. Akibat arus listrik
14. Akibat radiasi
15. Luka – luka majemuk berlainan
16. Lain – lain luka
d. Menurut lokasi luka
Pada bagian :
1. Kepala
2. Leher
3. Badan
4. Tangan
5. Tungkai
6. Aneka lokasi
7. Luka – luka umum
8. Luka – luka lainnya
• Standar Nasional Indonesia (SNI – 1716)
a. Waktu kejadian : jam, tanggal, tahun kejadian
b. Tempat kejadian :
• Per bagian / unit kerja
• Per golongan/subsektor/sektor menurut KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia)
• Per wilayah (propinsi, kabupaten/kodya)
c. Jumlah korban
A1 = pria
A2 = wanita
A3 = berdasarkan umur :
A3.1 = 1 – 10 tahun
A3.2 = 11 – 20 tahun

A3.3 = 21 – 30 tahun
A3.4 = 31 – 40 tahun
A3.5 = 41 – 50 tahun
A3.6 = lebih dari 50 tahun
d. Akibat kecelakaan

A4 = Jumlah korban mati


A5 = Jumlah cacat tetap/cidera berat
A6 = Jumlah korban sementara tidak mampu bekerja
A7 = Jumlah cidera ringan tanpa menimbulkan kerugian hari kerja
A8 = Jumlah hari yang hilang, tergantung tingkat luka / akibat lainnya
A9 = Jumlah kerugian material dalam rupiah
e. Keterangan cidera

A10 = Kepala
A11 = Mata
A12 = Telinga
A13 = Badan
A14 = Lengan
A15 = Tangan
A16 = Jari tangan
A17 = Paha
A18 = Kaki
A19 = Jari kaki
A20 = Organ tubuh bagian dalam
Apabila terdapat beberapa cidera pada bagian tubuh korban, dipilih
yang paling dominan.
f. Faktor kecelakaan
1. Sumber Cidera

B1 = mesin
B2 = penggerak mula & pompa
B3 = lift
B4 = pesawat angkat
B5 = conveyor
B6 = pesawat angkut
B7 = alat transmisi mekanik
B8 = perkakas kerja tangan
B9 = pesawat uap/bejana tekan
B10 = peralatan listrik
B11 = bahan kimia
B12 = debu berbahaya
B13 = radiasi dan bahan radioaktif
B14 = faktor lingkungan
B15 = bahan mudah terbakar & benda panas
B16 = binatang
B17 = permukaan lantai kerja
B18 = lain lain
Pedoman penentuan sumber cidera :
- Pilih keadaan yang tidak aman dan bila ada beberapa kemungkinan, pilih yang paling dekat dengan korban.
- Bila tidak ada, pilih yang kontak dengan tubuh.
2. Corak kecelakaan
C1 = terbentur
C2 = terpukul
C3 = tertangkap pada, dalam, diantara benda
C4 = jatuh dari ketinggian sama
C5 = jatuh dari ketinggian berbeda
C6 = tergelincir
C7 = terpapar
C8 = pengisapan penyerapan (bahan/zat berbahaya)
C9 = tersentuh arus listrik
C10 = lain – lain
• Pedoman : Pilih corak kecelakaan berdasar proses
terjadinya hubungan/kontak antara sumber dengan
luka/sakit.
3. Kondisi berbahaya
D1 = pengamanan tidak sempurna
D2 = peralatan/bahan yang tidak seharusnya
D3 = kecacatan, ketidaksempurnaan (kondisi tak semestinya)
D4 = pengaturan prosedur yang tidak aman
D5 = penerangan tidak sempurna
D6 = ventilasi tidak sempurna
D7 = iklim kerja tidak aman
D8 = tekanan udara tidak aman
D9 = getaran yang berbahaya
D10 = bising
D11 = pakaian, perlengkapan yang tidak aman
D12 = lain lain
• Pedoman : Pilih kondisi tidak aman, mekanis/fisik yang erat
kaitannya dengan cidera
g. Tindakan berbahaya
E1 = melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa
memberi tanda/peringatan
E2 = bekerja dengan kecepatan berbahaya
E3 = membuat alat pengaman tidak berfungsi
E4 = memakai peralatan yang tidak aman tanpa peralatan
E5 = memuat, membongkar, menempatkan, mencampur, menggabungkan
dan sebagainya dengan tidak aman
E6 = mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman
E7 = bekerja pada obyek yang berputar atau berbahaya
E8 = mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/dakar, mengagetkan
dan lain – lain
E9 = melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan
E10 = lain – lain

Pedoman :
• Inventarisasi tindakan yang menyimpang dari prosedur yang aman, bisa
berasal dari si korban atau teman/pembantunya
• Bila lebih dari satu pilih yang paling erat kaitannya
C. Klasifikasi ANSI
Klasifikasi kecelakaan menurut ANSI sebagai berikut :
a. Nature of Injury (Sifat fisik cidera)
b. Part of Body Affected (Bagian tubuh yang cidera)
c. Source of Injury (Sumber penyebab cidera)
d. Accident Type (Corak kecelakaan)
e. Hazardous Condition (Kondisi berbahaya)
f. Agency of Accident (Penyebab kecelakaan)
g. Agency of Accident Part (Bagian dari penyebab
kecelakaan)
h. Unsafe Act (Perbuatan berbahaya)
a) NATURE of INJURY (Sifat fisik cidera)
– Menyatakan sifat fisik cidera
– Sebagai pegangan dalam penentuan
– Merupakan jawaban dari pertanyaan : “Apakah
bentuk cidera yang dialami korban ?”
– Sebutkan sifat cidera yang utama
– Bila mengalami beberapa bentuk cidera, maka dipilih
cidera yang paling berat
– Bila beberapa cidera tersebut hampir sama
keparahannya maka disebut sebagai cidera majemuk
b) PART of BODY AFFECTED (Bagian tubuh yang cidera)
• Tubuh dibagi dalam 5 bagian besar, yaitu KEPALA,
LEHER, BADAN, LENGAN, TUNGKAI
• Masing – masing bagian besar diperinci lagi menjadi
beberapa bagian dan bagian tersebut dapat diperinci
lagi menjadi sub-bagian
• Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “ Bagian tubuh mana
yang mengalami cidera tersebut?”
– Bila mengenai beberapa bagian dari bagian besar, sebutkan
bagian besar tadi
– Bila mengenai beberapa bagian besar, sebutkan bagian
besar dan majemuk
– Bila mengenai sistem dalam tubuh (pernapasan, peredaran
darah, pencernaan, dll.) sebutkan sistem tersebut
c) SOURCE of INJURY
– Menyatakan obyek, bahan pemaparan, gerakan tubuh yang
berlebihan, sebagai sumber/penyebab cidera

 Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Obyek, bahan, pemaparan,
gerakan berlebihan apa yang menimbulkan cidera tersebut ?”
– Pilih penyebab langsung
– Bila kontak dengan dua penyebab hampir bersamaan maka :
 Antara dua obyek yang bergerak dan stasioner, sebutkan penyebab obyek
yang bergerak
 Antara dua obyek bergerak atau dua obyek stasioner pilih sebagai obyek
yang kontak terakahir
 Bila akibat gerakan tubuh yang berlebihan, sebutkan gerakan tersebut
(peregangan tubuh, menjangkau, memutar badan, membungkuk, dll.)
d) ACCIDENT TYPE (Corak kecelakaan)
Merupakan jawab menyatakan kejadian yang
langsung menimbulkan cidera tersebut
Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Bagaimana
caranya si korban kontak dengan sumber /
penyebab yang tercantum dalam c) ?”
– Bila karena kontak dengan obyek/benda, tentukan
cara kontak tersebut dengan tegas
e) HAZARDOUS CONDITION (Kondisi berbahaya)
• Menyatakan kondisi fisik/lingkungan yang
menimbulkan terjadinya type/corak
kecelakaan yang terjadi
• Sebagai pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Apa kondisi
fisik/lingkungan yang berbahaya yang
menimbulkan corak kecelakaan tersebut ?”
– Pilih kondisi berbahaya yang langsung
menimbulkan corak kecelakaan tersebut
f) AGENCY of ACCIDENT (Penyebab kecelakaan)
• Menyatakan obyek, bahan yang disebutkan
dalam kondisi berbahaya tersebut
• Pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Kondisi
berbahaya tersebut terdapat pada obyek / bahan
apa ?”
g) AGENCY of ACCIDENT PART
• Menyatakan bagian tertentu dari penyebab
tersebut
• Pegangan :
– Merupakan jawaban dari pertanyaan “Bagian
tertentu mana dari obyek/bahan yang disebutkan
dalam klasifikasi f.) ?”
– Bila tidak ada bagian yang khas – dikosongkan
h) UNSAFE ACT (Perbuatan berbahaya)
• Menyatakan perbuatan yang menyimpang dari
prosedur kerja yang telah ditetapkan
• Pegangan :
– Sebutkan perbuatan berbahaya yang langsung
menimbulkan kecelakaan
5. ANALISA
Setelah dilakukan klasifikasi akan dapat ditentukan penyebab dari
suatu kecelakaan. Tetapi disini tidak tergambar aspek kesalahan
atau kekurangan dari sistem manajemen.

Contoh :
Operator mesin gergaji sirkular (umur 30 tahun) menjangkau di atas
mesin gergaji sirkular yang sedang berjalan untuk mengambil
sepotong sisa gergajian. Tangannya mengenai pisau dari gergaji
yang tidak ada penutupnya sehingga ibu jarinya lecet berat dan
tidak mampu bekerja selama 2 hari setelah kecelakaan.
Sajikan dalam bentuk statistik kecelakaan kerja berdasarkan
klasifikasi SNI dan ANSI dan tentukan penyebab dan
pengendaliannya.
Cara memasukkan dan menganalisa dengan berpedoman kepada
pegangan atau pertanyaan yang telah diberikan.
6. PENGUKURAN TINGKAT KECELAKAAN KERJA
Apabila kita ingin mengetahui tingkat kecelakaan pada
suatu perusahaan atau ingin membandingkan tingkat
kecelakaan antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya yang sejenis, atau antara sektor industri dengan
sektor lainnya, maupun tingkat kecelakaan secara
nasional tidak dapat hanya dengan melihat atau
membandingkan jumlah korban kecelakaan saja. Harus
diperhatikan jumlah tenaga kerja yang terpapar pada
bahaya potensial yang ada dan juga lamanya terpapar
pada bahaya tersebut. Untuk ini berbagai
badan/pemerintahan telah mengeluarkan kriteria yang
resmi (standar) dan kriteria tidak resmi (non-standar)
sebagai berikut :
A. Standar ILO
1. ACCIDENT INCIDENT RATE (AIR)
Jumlah kecelakaan per 1.000 tenaga kerja terpapar bahaya
potensial dalam setahun dengan rumus :
jumlah korban kecelakaan dalam setahun

AIR = jumlah jam kerja orang dalam setahun x 1.000

Angka ini dipakai untuk perusahaan – perusahaan yang belum


teratur pencatatan jam kerja dan waktu pemaparan dan cocok
digunakan pada negara berkembang.
Rata – rata tenaga kerja diambil angka pada pertengahan tahun.

2. ACCIDENT FREQUENCY RATE (AFR)


Angka yang menunjukkan jumlah korban kecelakaan per 1.000.000
jam kerja orang (man-hour) dengan rumus :

jumlah korban kecelakaan dalam setahun


AFR = jumlah jam kerja orang dalam setahun x 1.000.000
3. ACCIDENT SEVERITY RATE (ASR)
Angka yang menunjukkan jumlah hari yang hilang per 1.000
jam kerja orang akibat kecelakaan dalam setahun, dengan
rumus :
Jumlah hari hilang dalam setahun

ASR = jumlah jam kerja orang dalam setahun x 1.000

Untuk kedua rumus di atas diambil ketentuan sebagai berikut :


 Korban yang dihitung adalah korban yang tidak mampu
bekerja sehari atau lebih
 Jam kerja orang dihitung waktu bekerja sesungguhnya
seluruh tenaga kerja. Jadi dipotong absen karena sakit, ijin,
tidak mampu bekerja karena kecelakaan, hari libur, mangkir
dan lain – lain
 Kecelakaan dengan korban meningggal dunia atau tak
mampu bekerja selamanya, hari yang hilang dihitung 7.500
hari
Jumlah Disabling Injuries and Illness
Jumlah jam kerja orang per tahun

Total Days Charged


Jumlah jam kerja orang per tahun

Total Days Charged


Total Disabling Injuries
Severity Rate
Frequency Rate
b. Standar OSHA

 Frequency

Jumlah Injuries & Illness


Incident Rate = x 200.000
Jumlah jam kerja orang

 Severity

Total Days Charged


Severity Rate = x 200.000
Jumlah jam kerja orang per tahun

Averege lost workday per total lost worksdays


Total Lost Workd ays
= Total Lost Workd ays cases

Averege days away from work

Total away from work


= Total cases involving away from work
c. Standar Inggris

 Incident Rate (IR)

IR = Jumlah korban kecelakaan dalam setahun x 1.000


Jumlah rerata T.K. setahun

 Frequency rate (FR)

FR = Jumlah korban kecelakaan dalam setahun x 100.000


Jumlah jam kerja orang

 Fatal Accident Frequency Rate (FAFR)

FAFR =
Jumlah korban mati
100 juta jam kerja orang

Severity rate memakai rumus yang sama dengan ANSI, demikian juga akhir – akhir ini untuk Frequency Rate

juga memakai rumus yang sama dengan ANSI.


c. KRITERIA NONSTANDAR
Ahli statistik mengembangkan kriteria standar yang ada menjadi kriteria nonstandar dengan beberapa rumusan
dan kegunaan tertentu.
a. Disabling Injury Index

FR x SR
DII = 1000
Kegunaan :

•Menggambarkan kombinasi FR dan SR


•Perbandingan tingkat kecelakaan secara kasar (ranking)

b. Frequency Severity Indicator


FR x SR
FSI =
1000

Untuk mengetahui :

Prosentase kemajuan atau kemunduran antar waktu


Membandingkan tingkat perbedaan dari 2 unit kerja atau 2 perusahaan sejenis atau berbagai perusahaan. Dapat
juga digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan dengan rerata tingkat kecelakaan secara nasional untuk
jenis perusahaan yang sama
c. Safe T-Score (Student-t test)
Untuk membandingkan tingkat kecelakaam dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya dapat
digunakan prinsip student-t-test untuk kondisi ‘after – before’ dengan rumus :
FR sekarang - FR yang lalu
FR yang lalu
Safe-t-score =
jam kerja orang sekarang
1.000.000
7. JAM KERJA ORANG
Jam kerja orang = jam kerja sesungguhnya dalam kurun waktu tertentu.
Contoh :
Data perusahaan :
Dalam triwulan I jumlah tenaga kerja 360 orang
Hari kerja : 20, 21 dan 22 hari (8 jam/hari di luar jam istirahat)
Data absensi :
300 TK bekerja penuh
→ 300 x 63 x 8 151.200
30 TK bekerja 60 hari
→ 30 x 6 x 8 = 14.400
25 TK bekerja 55 hari
→ 25 x 55 x 8 = 11.000
Kerja lembur 120 TK @ 5 jam
→ 120 x 5 = 600
Disabling Injuries 5 orang dengan
absen selama 20 hari kalender
(15 hari kerja ddan 5 hari libur)
→ 5 x (63 - 15) x 8 = 1.920
Awal bulan III berhenti 5 orang
dan diterima 25 orang
→ (25 - 5) x 22 x 8 = 3.520

TOTAL MAN-HOUR OF EMPLOYEE 182.640


8. TOTAL LOST TIME (Jumlah hari kerja hilang akibat kecelakaan)
Adalah : Jumlah hari kerja korban kecelakaan tidak mampu bekerja (menurut hari kalender) ditambah hari
kerja hilang akibat cacat (bila ada). Lihat daftar pada lampiran II.
Contoh :
Dalam 1 tahun dijumpai Disabling Injuries sebagai berikut :
a. 1 orang mati pada hari kecelakaan = 6.000 hari
b. 1 orang mati setelah dirawat 1 minggu = 6.000 hari
c. 1 orang mata kiri buta = 1.800 hari
d. 1 orang cacat fungsi pada sendi siku 40% = 1.200 hari
e. 8 kasus tidak mampu bekerja sementara
dengan jumlah hari tidak mampu bekerja
60 hari kalender = 60 hari

TOTAL = 15.060 hari

9. STANDAR BERBAGAI NEGARA / ORGANISASI


FR dan SR
Organisasi Negara
JE- FILI- AS INA
ILO -GRIS
PANG PINA OSHA SNI
FR 106 106 106 106 2x105 106 105
SR 103 106 103 106 2x105 106 -
9. STANDAR BERBAGAI NEGARA / ORGANISASI
 FR dan SR
Organisasi Negara
JE- FILI- AS INA
ILO -GRIS
PANG PINA OSHA SNI
FR 106 106 106 106 2x105 106 105
SR 103 106 103 106 2x105 106 -

Angka 106, 2x105, 105 didapatkan dari perhitungan jumlah jam kerja orang dalam setahun menurut jumlah
tenaga kerja.
Jumlah T.K. X 50 minggu/th X 40 jam/minggu
500 TK → 500 x 50 x 40 = 1.000.000 = 105
100 TK → 100 x 50 x 40 = 200.000 = 2x105
50 TK → 50 x 50 x 40 = 100.000 = 105

LOST TIME INJURY


Kecelakaan dengan akibat korban tak mampu bekerja selama waktu tertentu.
ANSI : 1 shift penuh, di luar hari kerja
OSHA : 1 hari/lebih setelah hari kecelakaan
INGGRIS : 2 hari/lebih setelah hari kecelakaan
SNI : tidak ditegaskan
JEPANG : 4 hari atau lebih
DAFTAR PUSTAKA
ANSI, American National Standard Method of Recording Basic Fact Relating to the Nature and
Occurrence of Work Injuries, ANSI 216.2 – 1962 (Reaffirmed 1969).

ANSI, American National Standard Method of Recording and Measu-ring Work Injury Experience, ANSI
216.1 – 1967 (Reaffirmed 1973).

EIICHI MORIYAMA, Compensation System for Occupational Disability and Disease in Japan, Seminar
Nasional Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja, Juli 1989, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional, 1989.

JISA, The 1977 Annual Report JISA, Japan Industrial Safety Associ-ation, 1978.

KING, RALP W., Industrial Hazard and Safety Hand Book, Newnes Butterworths, London, 1979.

PUSDIKLAT Departemen Tenaga Kerja, Statistik Kecelakaan Kerja (Modul 17).

RE VELLE JACK B., Safety Training Methods, 1980, John Wiley & Sons, New York.

US CONGRESS, Preventing Illness and Injury in the Work Place, National Technical Information Service,
1985.

Accident Prevention Manual for Industrial Operation, Administratif & Program, Ninth Edition,
National Safety Council, Chicago, 1988.
Lampiran 1
Bentuk laporan kecelakaan
LAMPIRAN II Hari yang hilang yang ditentukan berdasarkan cacat
A. UNTUK KERUGIAN DARI ANGGOTA KARENA CACAT TETAP
1. Tangan dan jari – jari
Amputasi seluruh atau Ibu Telunjuk Tengah Manis Kelingking
sebagian dari tulang jari
- Ruas ujung 300 100 75 60 50
- Ruas tengah - 200 150 120 100
- Ruas 600 400 300 240 200
pangkal 900 600 500 450 400
- Telapak
(antara jari
– jari dan
pergelangan
)
- Tangan
sampai
pergelangan
, 3000

2. Kaki dan jari – jari


Amputasi seluruh atau sebagian Ibu jari Jari – jari
dari tulang
- Ruas ujung 150 35
- Ruas tengah - 75
- Ryas pangkal 300 150
- Telapak (antara jari – 600 350
jari dan pangkal
kaki)
3. Lengan
- Tiap bagian dari pergelangan sampai siku 3300
- Tiap bagian di atas siku sampai sambungan 4500
sendi bahu
4. Tungkai
- Tiap bagian di atas kaki sampai lutut 3000
- Tiap bagian di atas lutut sampai pangkal paha 4500
B. KEHILANGAN FUNGSI
- Satu mata 1800
- Kedua mata dalam satu kasus kecelakan 6000
- Satu telinga 600
- Kedua tangan dalam satu kasus kecelakaan 3000
- Hernia yang tidak direparasi* 50
C. LUMPUH TOTAL DAN MATI
- Lumpuh total yang menetap 6000
- Mati 6000
• Catatan :
– Untuk setiap STMB dengan tidak ada amputasi
tulang,, kerugian hari kerja adalah sebesar jumlah
hari sesungguhnya selama si korban tidak mampu
bekerja
* Dalam SNI belum dicantumkan
• - Cidera pada ujung jari bila tidak mengenai
tulang tidak termasuk daftar ini
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai