Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN DOMINO THEORY MODEL

(1949-1985)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Kerja

Dosen Pengampu : Abdorrozzaq Hasibuan, MT

NAMA : ELVIRA ENDAH MASYURA ( 0801202126 )

MAGHFIRAH AHMAD ( 0801203248 )

PINKY MEIRISKA ( 0801202175 )

Kelas/Semester : IKM 3/Semester V

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
1. Teori Gordon (1949)
Mengemukakan teori penyebab berganda (Multiple Causation Theory) pada tahun 1949
yang memiiki dasar epidemiologi. Dalam teorinya Gordon menjelaskan bahwa kecelakaan
adalah hasil interaksi yang kompleks dan acak antara korban, agen dan lingkungan serta tidak
dapat diterangkan hanya dengan memperhatikan satu dari ketiga faktor di atas.

2. Teori Haddon (1967)


Haddon pada tahun 1967 memperkenalkan model perubahan energi (Energy
Exchange Model) yang menjelaskan bahwa bahaya tidak digambarkan sebagai objek,
melainkan dalam bentuk perubahan energi yang menyebabkan cidera. Model perubahan
energi ini dapat kita lihat dalam contoh cidera berikut :

a. Cidera tingkat 1, disebabkan oleh pengiriman energi yang berlebihan yang


menyebabkan cidera pada sebagian atau seluruh tubuh. Bentuk energi yang
dikirim berupa: mekanik, listrik, panas dan kimia.
b. Cidera tingkat 2, disebabkan oleh gangguan terhadap ambang batas perubahan
energi seluruh tubuh atau normal. Bentuk perubahan energi dapat diganggu oleh
penggunaan oksigen, radiasi ion dan keseimbangan suhu.

3. Teori Frank Bird JR (1970)


Kecelakaan kerja disebabkan oleh banyak faktor yang mendukung untuk terjadinya
kecelakaan, faktor-faktor kecelakaan tersebut sebagai berikut:

a. Lemahnya control atau kurang pengawasan dari pihak manajemen terhadap


berjalannya penerapan aspek-aspek keselamatan kerja dilapangan.
b. Penyebab Dasar (basic cause). Adalah faktor dasar yang menyebabkan
kecelakaan atau faktor utama dari terjadinya kecelakaan. Faktor dasar tersebut
dibagi menjadi dua faktor dasar (basic factor):
1. Faktor Manusia (human factor) adalah faktor yang berasal dari diri setiap
manusia sendiri contohnya: kemampuan manusia tersebut kurang, stress,
pengetahuan yang kurang dan motivasi yang buruk untuk bekerja sesuai
dengan peraturan.
2. Faktor dari pekerjaan (job factor) adalah faktor yang berasal dari pengawasan
pihak manajemen terhadap jalannya program keselamatan dan kesehatan
kerja.
c. Penyebab langsung (Immediate cause). Adalah faktor kecelakaan yang secara
langsung bersinggungan dengan manusia dan kondisi lingkungan kerja. Faktor
penyebab langsung tersebut dibagi menjadi dua faktor
1. Substandard Action (perilaku manusia yang tidak baik) adalah penyebab yang
didasakan pada perilaku manusia yang tidak mengikuti peraturan keselamatan
kerja dan tidak bertindak tidak aman. Contohnya: tidak menggunakan APD,
menjalankan mesin tanpa ijin, bercanda dan melepas barier pada mesin.
2. Substandard Condition (kondisi lingkungan yang tidak aman) adalah dimana
lingkungan kerja, peralatan kerja, peralatan kerja yang mendukung terjadinya
kecelakaan kerja.
d. Incident atau Accident. Terjadi suatu kontak dengan suatu benda, Energy dan
atau bahan berbahaya sebagai efek dari ketiga penyebab diatas yang tidak dapat
dikendalikan.
e. Treshold Limit. Adalah nilai ambang batas dimana ketika seluruh penyebab tadi
sudah melebihi nilai yang sudah ditentukan.
f. Kerugian, konsekuensi dari terjadinya Incident atau Accident baik terhadap
manusia sebagai pekerja dan atau kerugian terhadap peralatan yang digunakan
untuk menunjang pekerjaan.

4. Teori Wigglesworth (1972)


Model ini mengutamakan aspek pencegahan dibandingkan dengan penanggulangan, oleh
karenanya model ini banyak yang dipakai dalam setiap tempat kerja yang disebut Injury
Causation. Dengan hanya melihat adanya kesalahan (error), hazard (bahan berbahaya)
maka kemungkinan akan terjadi kecelakaan (accident) dan cedera (injury) dapat diprediksi.
Model ini banyak dipergunakan sebagai program keselamatan dan pencegahan kecelakaan
kerja dibanyak industri dan hasilnya sangat membantu pihak manajemen dalam
mengantisipasi kecelakaan kerja.
5. Bird And Loftus (1976)

Frank E. Bird dan Robert G. Loftus menunjukkan adanya hubungan antara peran
manajemen dengan penyebab kecelakaan, untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) untuk dibidang konstruksi rumah susun, mengalami beberapa kasus
kecelakaan kerja yang sering terjadi seperti: tertimpa paku, benda jatuh dari atas, tergores dan
terbentur besi, tersandung bahan yang tidak terpakai, terjebak dalam lubang, selain itu bahwa
masih ada temuan kondisi tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis upaya
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja pada proyek konstruksi PT. X, Semarang,
menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi.
Subjek penelitian ini terdiri dari empat informan utama dan tiga informan triangulasi.

Berdasarkan hasil penelitian perusahaan sudah berkomitmen terhadap K3 namun belum


berjalan secara optimal, terdapat struktur organisasi P2K3. Namun tidak sesuai dengan
ketentuan yang ada, peraturan dan prosedur K3 sudah berjalan walaupun belum berjalan
secara optimal, ada juga sistem reward and punishment, walaupun kurang tegas dalam
melakukan pelanggaran tetapi meningkatkan motivasi pekerja untuk melaksanakan K3.
regulasi dan prosedur, komunikasi K3 telah berjalan sesuai regulasi dan berdampak positif
bagi pekerja, pelatihan K3 telah berjalan sesuai regulasi dan sesuai jadwal yang dibuat.

6. Petersen (1978)
Teori yang dikemukakan Petersen adalah teori manajemen yang menyatakan bahwa
pencegahan kecelakaan kerja yang hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian praktek dan kondisi di
bawah standar merupakan penyebab terjadinya kecelakaan dan merupakan gejala penyebab
utama akibat kesalahan manajemen. Petersen mengatakan bahwa terdapat kesalahan prinsipil
dalam teori Heinrich, dimana orang terpaku pada pengambilan domino yang seolah-olah
menjadi penyebab utama kecelakaan, yakni perbuatan yang tidak aman, tetapi mereka lupa
untuk menelusuri sumber yang mengakibatkan kecelakaan.

7. Johnson (1980)
W. G. Johnson (1980) : perpindahan energi yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan cedera pada orang, kerusakan harta benda, gangguan pada proses yang
sedang berjalan atau kerugian lainnya.

8. Bird and Germain (1985)


Frank E. Bird dan Germain menggambarkan urutan-urutan kejadian yang saling
berhubungan dan berakhir pada kerugian yaitu cidera, kerusakan peralatan atau
terhentinya proses. Urutan kejadian tersebut adalah :K urang pengendalian/ kontrol
Kontrol merupakan salah satu diantara fungsi manajemen yang penting meliputi,
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengontrolan. Seseorang secara
propesional memimpin perusahaan mengetahui tentang program keselamatan/loss control,
mengetahui standar-standar, memimpin karyawan guna mencapai standar, mengukur
kinerja dirinya sendiri dan orang lain, mengevaluasi hasil dan keperluan, mengomentari
dan mengoreksi guna pengembangan kinerja. Tanpa itu, rangkaian kecelakaan berawal
dan menyebabkan faktor-faktor penyebab yang berkelanjutan mengarah pada kerugian.
Tanpa pengontrolan manajemen memadai, penyebab kecelakaan dan pengaruh rangkaian
di mulai dan tanpa koreksi, mengarah pada kerugian. Tiga alasan mengenai kurangnya
kontrol, diantaranya: ‐ Program yang tidak memadai Program keselamatan atau
pengendalian kerugian bisa tidak memadai karena terlalu banyak kegiatan program.
Kegiatan program yang penting bervariasi dengan lingkup/scope, sifat dan jenis
perusahaan, riset yang tepat dan pengalaman-pengalaman dari program-program yang
telah berhasil dari beberapa perusahaan dan negara yang berbeda dapat diterapkan. ‐
Standar program yang tidak memadai Suatu penyebab kebingungan dan kegagalan adalah
standar-standar yang tidak spesifik, tidak jelas.

KESIMPULAN

Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling
berhubungan, yaitu ;
1. Kondisi kerja
2. Kelalaian manusia
3. Tindakan tidak aman
4. Kecelakaan
5. Cedera.
Kelima faktor ini tersusun seperti kartu domino yang diberdirikan. Jika salah satu kartu
jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain haingga kelima nya akan roboh secara
bersamaan. Ilutrasi ini mirip dengan efek domino, jika satu bangunan roboh, kejadian ini
akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bastuti, S. (2017). Modul Keselamatan Kerja. Tanggerang Selatan: UNPAM PRESS.

Musriady. (2020). Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Kamar Mesin Pada Kapal MT.
Pink Diamond. Celebes Engineering Journal , 3-4.

Sunarya, R. S. (2016). Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja Bagi Pekerja Di PT Sukses


Mitra Sejahtera Berdasarkan Dengan Undand-Undang N0 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Jo Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Tentang
Kecelakaan Kerja. Prosding Ilmu Hukum, 103-104.

X.Alfiansah, B. Kurniawan, and E. Ekawati (2020), "ANALISIS UPAYA MANAJEMEN K3 DALAM


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI PT.X
SEMARANG," Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), vol. 8, No.5

AN Azizah (2018). Modul Keselamatan Kerja. Depok:UI

Prof. Dr. Dra. Hardani Widhiastuti, M.M.psikolog Gusti Yuliasih, SPsi., M.Si. Yudi Kurniawan,
SPsi.,MP.,psikolog (2021) Semarang, University Press Semarang 5-6

Anda mungkin juga menyukai