dalam
assetnya,
telah
menjadi
sebuah
keharusan
dalam
kepentingan yang utama. Tidak mungkin sebuah industri akan tetap eksis
dengan segala kendalanya jika saja elemen-elemen penyusunnya tidak
mempunyai rangkaian keterkaitan atau integrasi yang kuat, sementara
proses berjalan terus menerus. Keandalan yang dimaksudkan di sini
adalah ketika proses produksi berjalan dengan rangkaian kontinyuitas
yang selamat dan sehat dan menghasilkan produktivitas bagi industri yang
bersangkutan.
Kemajuan teknologi yang semakin bertambah, pada kenyataannya
tidak dapat dipungkiri. Dengan kemajuan itu, semakin kompleks dan
beragam pula berbagai jenis fasilitas, bahan, keahlian, dan juga resiko di
dalam berbagai jenis industri. Teknologi yang semakin tinggi dan maju
akan menimbulkan berbagai kemungkinan bahaya yang lebih besar,
sehingga akan memerlukan teknik-teknik pengendalian yang semakin rapi
dan efektif di dalam kompleksitas kerumitannya itu. Setiap kesalahan
dalam penanganan suatu masalah yang berkaitan dengan pemakaian alatalat berteknologi tinggi, maka dampak yang muncul dan mempengaruhi
masyarakat dan lingkungannya, akan menjadi beban tersendiri bagi
kehidupan manusia dalam berbagai komunitasnya.
Kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dalam kurun waktu terakhir ini telah tumbuh dengan baik. Di berbagai
industri,
pengembangan
pemikiran
tentang
konsepsi
K3
dan
yang cukup besar bagi kebutuhan dan persoalan K3 tidak lagi menjadi
hambatan bagi pihak manajemen untuk mengalokasikannya sedemikian
rupa dalam perusahaan.
__________________
Peserta Program Doktor (S-3) Bidang K3, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada
dahulu
beberapa
istilah
yang
digunakan
sebagai
pijakan
bahaya kerja.
-
pengobatan
sebagai
langkah
yang
paling
ekonomis
dalam
health):
-
Secara
filosofi
menjamin
ialah
keutuhan
suatu
dan
pemikiran
dan
kesempurnaan,
upaya
baik
untuk
jasmaniah
umumnya,
juga
hasil
dari
budayanya,
menuju
masyarakat utama.
-
Kecelakaan Kerja
Banyak faktor yang menjadi sebab terjadinya kecelakaan kerja. Ada
faktor yang hanya merupakan unsur tersendiri, ada pula berbagai faktor
yang menjadi unsur
baik
langsung
maupun
tidak
langsung,
disebabkan
oleh
Heinrich
perkembangan
pada
sekitar
kasus-kasus
tahun
atas
1920-an,
laporan
para
yang
ahli
diambil
dari
keselamatan.
Pendekatan kasus ini menjadi sebuah teori yang disebut sebagai teori
urutan domino (domino sequence theory). Tompikns (1982) memberikan
gambaran di dalam teori urutan domino Heirinch, yang pada intinya
adalah:
1. Luka-luka disebabkan oleh kecelakaan.
2. Kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak selamat oleh manusia atau
oleh kondisi mekanis yang tidak selamat.
3. Tindakan dan kondisi yang tidak selamat disebabkan oleh kesalahan
manusia.
4. Kesalahan manusia disebabkan oleh lingkungan atau diperoleh dari
kebiasaan.
5. Kebiasaan yang buruk menyebabkan terjadinya cidera.
Teori urutan domino tersebut merupakan lingkaran sebab-akibat atau
hubungan kausalitas yang beruntun, sehingga harus dilakukan perbaikan
dengan memotong satu penyebab dalam lingkaran tersebut. Jika salah
satu bagian dalam teori ini diatasi, maka siklus putarnya akan berhenti.
Model konseptual kecelakaan yang lain, dijelaskan oleh Helander
(1981), yang menyebutkan bahwa faktor-faktor peralatan, metode kerja,
dan tempat kerja adalah penyebab kegagalan sistem dalam suatu
pekerjaan. Akibat dari itu adalah menimbulkan tindakan kritis sebagai
jawaban kasus, sehingga terjadilah kecelakaan. Beberapa kasus penyebab
kecelakaan
kerja
sebenarnya
sederhana.
Namun,
pengabaian
yang
dilakukan telah menyebabkan kerugian serius pada proses kerja. Contohcontoh sederhana dalam hubungan antara tindakan dan kondisi yang tidak
selamat adalah pada pemindahan material yang sembarangan tempat dan
cara memindahkannya, pekerja yang tidak mengetahui tentang metode
kerjanya,
bermain
dan
bersenda-gurau
ketika
bekerja,
memanjat
Kesehatan
Sedunia
(World
Health
Organization)
derajat: (1) Fatal. (2) Kehilangan hari kerja,atau cacat. (3) Tidak fatal dan
tidak cacat, tetapi mengharuskan pemindahan pekerja ke bagian lain, atau
membutuhkan perlakuan medis tertentu, lebih dari sekedar pertolongan
pertama (McCormick dan Ilgen, 1985). Penyebab kecelakaan banyak yang
tidak dapat dihundarkan sebelumnya, sehingga biasanya diperlukan
pemecahannya melalui hubungan emoiris diantara variabel-variabel yang
relevan dengan kecelakaan yang terjadi. Seperti telah diuraikan di atas,
teori urutan domino-nya si Heinrich dapat menjelaskan hal tersebut.
Klasifikasi Kecelakaan
Dengan adanya proses produksi, beragam pula jenis resiko dan
kecelakaan yang dapat terjadi. Oleh sebab itu dilakukanlah klasifikasi dan
pencatatan jenis kecelakaan kerja. International Labour Organitation (ILO)
pada tahun 1952, dalam konferensi ahli statistik pekerja internasional ke10, membuat rincian sebagai erikut (International Labaour Office, 1989):
A. Klasifikasi kecelakaan dalam industri berdasarkan jenis kecelakaannya:
1. Orang jatuh.
2. Tertimpa benda jatuh.
3. Menginjak, melanggar, atau terpukul benda, di luar benda-benda
jatuhan.
4. Terperangkap atau terjepit.
5. Kehabisan tenaga atau penggerakan yang terlampau berat.
6. Terkena atau tersentuh benda panas.
7. Terkena atau tersentuh arus listrik.
8. Terkena atau tersentuh bahan-bahan yang merusak atau
mengandung radiasi.
9. Jenis-jenis lain yang tidak dikelompokkan, karena kekurangan data
yang cukup.
B. Klasifikasi kecelakaan dalam industri berdasarkan perantaraannya.
(Tidak dibahas di sini, lebih kearah keteknikan pabrik)
C.
diakibatkannya.
1. Patah tulang.
2. Terkilir.
3. Keseleo dan kejang-kejang.
4. Gegar otak dan luka dalam lainnya.
5. Amputasi dan enukleasi.
6. Cedera lainnya.
7. Luka-luka luar.
8. Memar dan retak.
9. Luka bakar.
10.
Keracunan akut.
11.
Dampak akibat cuaca, cahaya, dan kondisi sejenis.
12.
Sesak napas.
13.
Akibat arus listrik.
14.
Akibat radiasi.
15.
16.
D.
Kepala
Leher.
Badan.
Lengan.
Kaki.
Lokasi majemuk.
Luka umum.
Luka pada lokasi tubuh yang tak terkelompokkan.
Sistem klasifikasi majemuk ini memberikan pengertian bahwa
kecelakaan jarang hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi biasanya
hasil dari beberapa faktor secara simultan. Klasifikasi jenis kecelakaan
menunjukkan
kejadian
yang
secara
langsung
menyebabkan
luka,
Penyelidikan Kecelakaan
Kecelakaan yang terjadi di dunia industri termasuk rumah sakit,
perlu penanganan dan penelitian yang cermat dan substantif. Tujuan
penyelidikan kecelakaan adalah untuk menemukan berbagai penyebab
kecelakaan, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah pencegahan yang
tepat. Ada beberapa alasan tentang penyelidikan kecelakaan sebagai
berikut (ILO, 1989):
1. Mempelajari berbagai penyebab kecelakaan, sehingga kecelakaankecelakaan serupa akan dapat dicegah dengan perbaikan mekanis,
pengawasan yang lebih baik, atau dengan pelatihan kerja.
2. Menentukan perubahan atau penyimpangan yang menyebabkan
terjadinya kesalahan yang berakibat kecelakaan (analisis sistem
keselamatan).
3. Mengumumkan bahaya-bahaya tertentu kepada para karyawan dan
penyelianya, dan mengarahkan perhatian mereka pada upaya-upaya
pencegahan kecelakaan.
4. Menentukan
fakta
untuk
dipertanggungjawabkan
secara
resmi
harus
diadakan
perubahan-perubahan
untuk
menjamin
kecelakaan
yang
telah
pernah
terjadi.
Tingkat
frejuensi
kecelakaan adalah jumlah yang terluka untuk setiap juta jam kerja yang
dijalankan. Rumus di bawah ini menunjukkan tingkat frekuensi kecelakaan
yang terjadi (ILO), 1989):
F= Jumlah yang terluka x 1.000.000
Jumlah jam kerja sebenarnya
Berikut sebagai contoh perhitungan ini: Sebuah perusahaan dengan 500
pekerja, bekerja 50 minggu per tahun dengan 48 jam per minggunya.
Perusahaan ini mengalami 60 kecelakaan yang menyebabkan luka telah
terjadi untuk setiap 1 juta penyakit, kecelakaan dan alasan lain, sebesar
5% dari jumla waktu kerja. Jadi jumlah jam kerja (500 x 50 x 48 =
1.200.000) harus dikurangi 5% (60.000), dan memberikan angka jam kerja
nyata yang dijalankan sebesar 1.140.000, dengan demikian:
F = 60 x 1.000.000 = 52,63
1.140.000
Maka, tingkat frekuensi ini menunjukkan bahwa dalam 1 tahun, telah
terjadi lebih kurang 53 kecelakaan yang menyebabkan luka, untuk setiap 1
juta jam kerja. Selain itu sering juga disertakan perhitungan tingkat
keparahan
kecelakaan,
tetapi
masih
terdapat
ketidakseragaman
pada
tahun
1959
telah
menyusun
daftar
kerugian
akibat
penggunaan
waktu
dari
petugas
pemberi
pertolongan pertama.
5. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya.
6. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi.
7. Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat
bagi karyawan.
8. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskanpembayaran upah
penuh bagi karyawan yang dulu terluka setelah mereka kembali
bekerja.
9. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari
produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang
menganggur.
10.
moral kerja.
11.
Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan kerja secara umum terdiri dari empat
elemen (Singleton, 1991), yaitu dalam segi: (1) Rancangan, dengan
menggantikan perangkat keras (hardware) dalam hubungan pekerjaan
dengan manusia. (2) Program, dengan penyediaan instruksi dan
pelatihan yang memadai. (3) Pemeliharaan, dengan memelihara
keadaan perangkat keras dan keandalannya. (4) Sikap kerja operator,
dengan memelihara motivasi yang memadai, mencegah kelelahan yang
berlebihan, menggunakan aturan-aturan keselamatan yang tepat, dan
memelihara ketepatan dan keakuratan persyaratan.
Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan
kerja dalam industri, adalah hal-hal yang dapat disebutkan seperti di
bawah ini (ILO, 1989):
1. Peraturan-peraturan.
2. Standarisasi.
3. Pengawasan.
4. Riset teknis.
5. Riset medis.
6. Riset psikologis.
7. Riset statistik.
8. Pendidikan.
9. Pelatihan.
10.
Persuasi.
11.
Asuransi.
12.
Tindakan-tindakan.
Ada empat program yang berpengaruh positif bagi kesadaran
para pekerja untuk mewujudkan kesehatan kerja (Schilling), 1989),
yaitu: (1) Kebutuhan ekonomi untuk melindungi efesiensi kekuatan
kerja, (2) Mengubah sikap pekerja dan kegiatan kerja mereka terhadap
keselamatan dan kesehatan. (3) Melatih kepedulian yang menyebabkan
pemberian pertolongan bagi orang lain. (4) Pertumbuhan kompetisi
dalam keselamatan dan kesehatan kerja secara profesional. Tidak
hanya pemerintah dan pihak industri saja, tetapi tempat-tempat kerja
pribadi juga dipengaruhi oleh program tersebut, sehingga akan efektif
dalam pengendalian bahaya kerja dan promosi kesehatan. Adalah suatu
kebutuhan, bahwa upaya proteksi diri dalam pencegahan kecelakaan
kerja adalah tujuan pencapaian jangka panjang yang tidak pernah ada
putusnya.
Faktor Penyebab Penyakit Kerja
10
dan
sinar-sinar
radioaktif
lainnya,
tekanan
udara,
dan
tata
cara
pencegahannya,
pihak
manajemen
harus
manajemen
menjadi
begitu
penting
untuk
memfokuskan
prakarya.
(7)
kesehatan
Pemeriksaan
khusus.
(9)
kesehatan
Penerangan
berkala.
prakarya.
(8)
(10)
11
Penutup
Dengan pengenalan konsep-konsep dasar keselamatan dan
kesehatan kerja yang berisi tentang konsepsi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja, maka pemahaman mengenai faktor-faktor
penyebab, sumber bahaya atau penyakit, data angka, penyelidikan
kasus, dan menganalisis secara metodologis, akan diperoleh beberapa
keuntungan inti dalam gambaran sebagai berikut:
1. Identifikasi tentang jenis dan macam sumber bahaya bagi
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat
lebih mudah dilakukan dalam berbagai jenis pekerjaan di
industri, termasuk rumah sakit sebagai industri jasa.
2. Upaya-upaya yang dilakukan bagi pencegahan kecelakaan dan
penyakit
akibat
kerja
tidak
semata
oleh
sebab
teknis
keselamatan
dan
kesehatan
bersama
di
dalam
perusahaan.
3. Efektifitas dan efesiensi sebagai elemen-elemen produktifitas
dalam industri dapat ditingkatkan menjadi lebih baik, setelah
berbagai
upaya
pencegahan
dapat
dilakukan
dengan
program
budaya
kerja
keselamatan
yang
dan
dipahami
kesehatan
dan
kerja
dilaksanakan
Daftar Pustaka
Helander, M. 1981. Human Factors/Ergonomics for Building and Contruction.
Dalam John F. Peel
Brahtz (ed). A Wiley Series in Construction Management and
Engineering. New York: John Wiley and Sons, 13 52.
International Labour Office. 1989. Buku Pedoman Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: PT Pustaka
Binaman Pressindo.
Kantor Wilayah Propinsi DIY Departemen Tenaga Kerja. 1997. Modul
Pembinaan Operasional
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta.
McCormick, E.J. dan Ilgen, D.R. 1985. Industrial and Organizational Psychology.
New Jersey:
Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs.
12
Ltd.
1 21.
Phoon, W.O. 1988. Practical Occupational Health. Singapore: P.G. Publishing Pte
Schilling, R.S.F. 1989. Development in Occupational Health.
Dalam H.A.
Waldron
(ed).
Occupational Health Practice. London: Butterworth & Co (Publisher) Ltd,
13