Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi merupakan usaha yang dilakukan untuk pencegahan penyakit
dengan memperhatikan kebersihan. Kebersihan disini meliputi sikap karyawan,
perilaku dan kebiasaan perusahaan serta mencakup kebersihan lainnya yang
meliputi kebersihan air, udara, lingkungan, bangunan dan peralatan. Sanitasi wajib
diterapkan suatu industri pangan karena sanitasi akan berpengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap mutu dan kualitas produk. Penerapan sanitasi
dapat dilakukan dengan menggunakan suatu sistem standar sanitasi industri
pangan yang berprinsip pada bersih secara fisik, kimia dan mikrobiologis.
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penerapan sanitasi yaitu menjamin tempat
kerja yang bersih, memperbaiki kesehatan pada manusia serta yang terpenting
adalah menghasilkan produk yang sehat dan aman dari pengaruh penyebab
penyakit pada manusia.
Saat ini, banyak industri yang bergerak di bidang pangan belum
menerapkan sanitasi. Hal ini dapat dikarenakan minimnya pengetahuan terhadap
konsep sanitasi baik dari pihak manajemen perusahaan maupun karyawan yang
terlibat. Kurangnya kesadaran pekerja terhadap pentingnya penerapan sanitasi
merupakan suatu kendala tersendiri. Terlebih lagi, pengaruh kondisi lingkungan di
sekitar area kerja yang kurang disentuh dan diperhatikan oleh pihak manajemen
industri yang bersangkutan.
Penerapan higiene pekerja merupakan kunci dalam pemeliharaan sanitasi
makanan. Hal ini dikarenakan pekerja adalah salah satu objek yang berhubungan
langsung dengan produk yang diolah. Umumnya, pencemaran produk pangan
dipengaruhi tidak adanya penerapan sanitasi yang baik oleh pekerja yang terlibat
langsung dalam proses pengolahan produk, sehingga sanitasi pekerja menjadi
salah satu fokus tersendiri untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pada
industri air minum dalam kemasan, sanitasi pekerja menjadi salah satu perhatian
khusus dikarenakan produk yang diolah adalah produk siap minum yang
notabenene berbeda dengan produk yang nantinya mengalami pengolahan

1
kembali oleh konsumen, sehingga pengawasan ketat terhadap sanitasi pekerja
harus diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Sanitasi Industri
2. Apa Prinsip-Prinsip Sanitasi Industri
3. Apa saja Ruang Lingkup Sanitasi Industri
4. Bagaimana Sanitasi Lingkungan Kerja Industri
5. Apa saja Alat Pelindung Diri pada Industri
6. Bagaimana Faktor Lingkungan Kerja Industri

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sanitasi Industri
2. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Sanitasi Industri
3. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Sanitasi Industri
4. Untuk Mengetahui Sanitasi Lingkungan Kerja Industri
5. Untuk Mengetahui Alat Pelindung Diri pada Industri
6. Untuk Mengetahui Faktor Lingkungan Kerja Industri

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Sanitasi Industri


Pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan penyediaan air
minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah,
vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan,
kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerja.Sanitasi adalah suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.
Sanitasi industri merupakan suatu proses untuk membuat bersih
lingkungan industri sehingga dapat hidup sehat.
Sanitasi industri, adalah usaha mencegah penyakit di tempat kerja dengan
cara menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor di lingkungan kerja yang
dapat berperan dalam pemindahan bahaya/penyakit sejak penerimaan bahan baku,
proses produksi, sampai pada tahap distribusi.
Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik
dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan produk makanan; pembersihan
dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja.

2.2 Prinsip – Prinsip Sanitasi Industri


Program sanitasi dijalankan sama sekali bukan untuk mengatasi masalah
kotornya lingkungan atau kotornya pemrosesan bahan, tetapi untuk
menghilangkan kontaminan dari makanan dan mesin pengolahan makanan serta
mencegah terjadinya kontaminasi kembali. Kontaminasi yang mungkin timbul
berasal dari pestisida, bahan kimia, insekta, tikus dan partikel-partikel benda asing
seperti kayu, metal, pecahan gelas, tetapi yang terpenting dari semuanya adalah
kontaminasi mikroba. Keberhasilan suatu proses sterilisasi panas tergantung dari
jumlah awal mikroorganisme dalam produk pangan pada saat proses pemanasan
(sterilisasi ataupun pasteurisasi) tersebut dimulai, semakin kecil semakin baik.
Kunci untuk mengontrol pertumbuhan mikroba pada produk makanan dan di
pabrik pengolahan makanan adalah program higiene dan sanitasi yang efektif.

3
Yang dimaksudkan dengan program sanitasi bukanlah semata-mata merupakan
pemakaian desinfektan saja tetapai lebih dari itu. Derajat efektifitas suatu sanitasi
pabrik secara langsung mempunyai dampak pada kualitas produk akhir.
Sanitasi mempunyai dua prinsip, yaitu
1. Membersihkan
Menghilangkan mikroba yang berasal darisisa makanan dan tanah yang mungkin
dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba.
2. Sanitasi
Menggunakan zat kimia atau metode fisika untuk menghilangkan sebagaimana
besar mikroorganisme yang tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolah
makanan.

2.3 Ruang Lingkup Sanitasi Industri


1. Pengendalian air
2. Tempat kerja
3. Sanitasi makanan
4. Pencegahan dan pembasmian vektor
5. Perlengkapan fasilitas sanitasi
6. Pembuangan dan pengendalian limbah

2.4 Sanitasi Lingkungan Kerja Industri


2.4.1 Pengertian Sanitasi Lingkungan Kerja industry
Sanitasi industri adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja yang menitikberatkan terhadap kesehatan lingkungan.
2.4.2Dasar Hukum
Dasar tentang sanitasi industri diatur dalam Kepmenkes
No.1405/MEMKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.

4
2.4.3 Persyaratan Sanitasi Lingkungan Kerja industri
I. Air Bersih
a. Pengertian
Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dilengkapi alat pengolah air bersih sesuai
dengan kebutuhan.
b. Persyaratan
Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas minimal
60 lt/orang/hari.Kualitas air bersih memenuhisyarat kesehatan yang meliputi
persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Tata Cara Pelaksanaan
a. Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari Perusahaan Air
Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sumber air tanah
atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan
kesehatan.
b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan
kesehatan.
c. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim
perpipaan.
d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran
fisik, kimia dan bakteriologis.
e. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan
dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali
setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
d. Sumber Air bersih
Mengetahui sumber air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari merupakan hal penting, karena berkaitan dengan kualitas dari air
tersebut. Perlu diketahui bahwa sumber air bersih di alam berasal dari: Air Tanah
Artesis Tanah, Air Permukaan, Air Laut, Mata Air, Air hujan.

5
e. Penampungan Air Bersih
Wadah atau tempat penampungan banyak digunakan untuk menampung
air bersih. Berbagai jenis asal atau model penampungan air yang banyak
digunakan di masyarakat antara lain :
1. Penampungan Alami
Penampungan Air Alami atau waduk dapat berupa danau, kolam, sungai
yang bertujuan untuk menyimpan atau menampung air yang wujudnya terjadi
secara alami.
2. Penampungan Buatan
Penampungan air buatan dapat berupa bendungan, bak, reservoir, hidran,
tong, tangki air yang sengaja dibuat atau diadakan untuk menampung atau
menyimpan air hasil pengolahan yang siap untuk digunakan.
f. Distribusi Air Bersih
Proses pemindahan air bersih dengan menggunakan berbagai jenis bahan
yang bisa digunakan untuk memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain.
Adapun proses pemindahan air dapat dilakukan dengan sistem :
1. Terbuka
Proses pemindahan air bersih secara terbuka, menggunakan saluran yang
terjadi secara alami maupun buatan, yang airnya biasa digunakan untuk saluran
pengairan namun kualitas airnya tidak dapa disepanjang saluran.
2. Tertutup
Proses pemindahan air secara tertutup, menggunakan bahan pipa bahan
PVC atau GI, beton yang banyak digunakan untuk distribusi air bersih untuk
pemukiman, perhotelan, perkantoran dan sebagainya kualitas airnya dijamin
bersih, karena bebas dari pengotoran.
g. Penanganan Air Bersih
Penanganan air bersih yang dilakukan dengan cara baik dan benar
merupakan hal yang harus untuk dilakukan. Penanganan iar bersih harus dimulai
dari :
1. Sumber Air Bersih
Perlindungan, penataan, pemeliharaan, perawatan terhadap sumber air
mutlak untuk dilakukan agar diperoleh air bersih yang aman dan bebas dari

6
berbagai pengotoran. Perlindungan terhadap sumber air sebaiknya dilakukan
mulai dari awal atau sumber.
2. Distribusi
Pemeliharaan saluran distribusi air bersih dilakukan secara rutin dengan
cara melakukan pengawasan, untuk mengetahui terjadinya masalah, sehingga
upaya pencegahan bisa segera dilakukan.
3. Penampungan
Pemantauan terhadap wadah penampung menjadi penting, yang dilakukan
dengan mengamati kebersihan dari wadah penampung untuk memastikan untuk
kondisi air agar tetap bersih.
4. Pemanfaatan
Perhatian dilakukan terhadap sarana yang digunakan untuk memanfaatkan
air harus tetap dalam kondisi yang bersih, sehingga tidak terjadi masalah bagi
yang memanfaatkan air.
h. Indikator Air Bersih
Untuk mengetahui kualitas dari air bersih yang digunakan perlu
diperhatikan kualitas dari air tersebut. Air dikatakan bersih bila memenuhi
persyaratan kualitas :
1. Fisik
Air dikatakan bersih bila memenuhi syarat fisik seperti :
a. Tidak berwarna

b. Tidak berbau

c. Tidak berasa
2. Kimia
Air dikatakan bersih bila telah memenuhi syarat kimia seperti :
a. Air tidak mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan
badan atau tubuh manusia
b. Air tidak mengandung bahan kimia yang bisa mengganggu
psikologs manusia atau yang menggunakan.

7
3. Biologi
Air dikatakan bersih bila telah memenuhi syarat mikrobiologi seperti tidak
mengandung angka atau jumlah kuman didalam air sehingga aman untuk
digunakan.

II. Limbah
a. Pengertian
 Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk
buangan yang berasal dari kegiatan industri.
 Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.
b. Persyaratan
a. Limbah padat domestik Pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan sampah
domestik harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Limbah cair Kualitas limbah cair hasil proses pengolahan harus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
d. Penanganan limbah B3 harus sesuai dengan perturan perundang-undangan
yang berlaku.
e. Limbah gas emisi limbah gas harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Tata Cara Pelaksanaan
a. Limbah padat
 Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali dengan
pengolahan daur ulang dan pemanfaatan sebagian (Re-use,
recycling, recovery) agar dipisahkan dengan limbah padat yang
non B3.
 Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Limbah radioaktif dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8
b. Limbah cair
 Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat
mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
 Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia atau
biologis sesuai kebutuhan.
d.Prinsip Dasar Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan air limbah bertujuan untuk mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan. Prinsip pengolahan dilakukan untuk mengurangi kuantitas
dan kadar pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air. Secara umum
pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan cara :
1. Fisika
Umumnya dilakukan untuk mengurangi bahan tersuspensi berukuran besar
dan mudah mengendap atau bahan yang mengapung untuk disisihkan sebelum
lanjut ke proses pengolahan berikutnya.
2. Kimia
Pegolahan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel,
logam-logam berat, senyawa phosphor dan zat organik beracun, dengan
membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan kimia dapat
memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena
memerlukan bahan kimia.
3. Biologi
Pada tahapan ini dilakukan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme yang terlarut dalam air limbah dengan cara memnambahkan
bahan desinfektan dalam ukuran tertentu sehingga air buangan tidak menimbulkan
masalah bagi manusia.
e.Pengolahan Limbah Cair
Air limbah perlu di olah karena didalamnya terdapat banyak bahan
tersuspensi dan terapung. Pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 5 (lima)
tahap yaitu :
1. Pengolahan Awal (Pre treatment)
Pada tahapan ini dimaksudkan untuk menghilangkan padatan tersuspensi
dan minyak dalam aliran air limbah. Pada tahap berlangsung screen and grit

9
removal (bak penangkap dan penyedot pasir), equalization and storage
(pengumpulan dan pengendapan pasir di dasar bak pengolahan), serta oil
separation (pemisahan minyak).
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada tahapan ini proses pengolahan yang terjadi ialah neutralization
(penetralan atau menyortir kerikil, lumpur dan menghilangkan zat padat),
chemical addition and coagulation (penambahan zat kimia dan koagulasi atau
pengentalan), flotation (pengapungan), sedimentation (sedimentasi/pengendapan),
dan filtration (filtrasi/penyaringan).
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tahapan ini untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah,
menggunakan ialah activated sludge (penggunaan lumpur aktif), anaerobic
lagoon (pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor), tricking filter (penyaringan
dengan cara pengentalan), aerated lagoon (aerasi atau proses penambahan
oksigen), stabilization basin (stabilisasi pada bak reaktor), rotating biological
contactor (metode pemanfaatan kemampuan mikroba untuk merombak bahan
cemaran menjadi senyawa yang stabil), serta anaerobic contactor and filter
(metode pemanfaatan mikroba dan penyaringan).
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Pada tahapan ini proses pengolahan ialah coagulation and sedimentation
(pengentalan dan pengendapan), filtration (penyaringan), carbon adsorption
(penyerapan dengan penggunaan karbon aktif atau arang batok kelapa), ion
exchange (pergantian ion), membrane separation (pemisahan membran), serta
thickening gravity or flotation (pengentalan dan pengapungan).
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion
(pencernaan lumpur aktif guna menstabilkan lumpur melalui pembusukan zat
organik dan anorganik yang bebas dari molekul oksigen), pressure filtration
(penyaringan dengan tekanan), vacuum filtration (penyaringann hampa udara),
centrifugation (pemutaran sentrifugal), lagooning or drying bed (pengeringan dan
pembuangan di tanah).

10
f. Penampungan Limbah Cair
Air limbah merupakan hasil sisa dari kegiatan berupa cairan yang dibuang
yang berisi bahan pencemar, agar aman diperlukan wadah sebagai tempat untuk
menampung, dapat berupa:
1. Saluran pembuangan air limbah

2. Penampungan tertutup di pekarangan


3. Penampungan terbuka di pekarangan

4. Penampungan diluar pekarangan

5. Penampungan di tanah

6. Tampa penampungan karena langsung di sungai


Namun yang harus diperhatikan bahwa penampungan air limbah harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Kedap air

2. Volume besar

3. Bahan kuat
g. Penyaluran Limbah Cair
Perlu diperhatikan bahwa untuk saluran air limbah harus dibuat aman agar
kandungan bahan pencemar tidak mengotori lingkungan, untuk itu saluran air
limbah harus :
1. Saluran harus berbahan yang kuat

2. Tidak mudah bocor

3. Diletakkan pada tempat yang aman

4. Kemiringan tidak kurang dari 1 %

5. Pengaliran air berlangsung secara gravitasi

6. Terdapat lubang pengontrol

7. Mudah dibersihkan
h. Indikator Limbah Cair
Untuk menyatakan air limbah yang diolah menjadi air bersih benar telah
memenuhi syarat, maka hal penting yang menjadi indikator adalah dengan
mengetahui parameter air limbah seperti : pH, Total Suspended Solid, Biological

11
Oxygen Demand, Cemichal Oxygen Demand, Minyak atau lemak, Amoniak
(NH3), Mikroorganisme atau Angka Kuman
Harus tidak melebihi standar baku mutu air limbah domestic Per. Men LH
dan Kehutanana No P.68 / Men LH / Setjend / Kum.1/8/2016 dengan rincian
sebagai berikut :

No Parameter Satuan Hasil Uji NAB Metode Uji


Sblm ssdh
1 pH - 6-9 SNI 06-6989.11-
2004
2 TSS Mg/l 30 In House Methode
3 BOD Mg/l 30 SNI 6989.72-2009
4 COD Mg/l 80 SNI 6989.72-2009
5 Minyak Mg/l 5 SNI 6989.10-2011
lemak
6 Ammonia Mg/l 10 SNI 06-247-1991
7 Kuman Jlh/ml 3000

III. Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik


a. Jenis dan Sumber Sampah
Umumnya jenis dan sumber sampah di industri terdiri dari : sampah
domestik, sampah komersial, sampah-sampah yang berasal dari perkantoran dan
B3. Sumber sampah diantaranya berasal dari kantor, ruang produksi, kantin,
gudang, ruang tunggu, dan sebagainya.
b. Pemilahan Sampah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 tahun 2013 diketahui
bahwa pemilahan sampah yang harus dilakukan pemisahan terhadap sampah :
1. Berbahaya dan sampah beracun.

2. Mudah terurai dan tidak mudah terurai

3. Bisa digunakan kembali dan didaur ulang

12
c. Penampungan atau pewadahan Sampah
Penampunagn atau Pewadahan sampah merupakan salah satu cara
pembuangan sampah sementara yang diawali dari sumber sampah baik
perorangan maupun kelompok (masyarakat). Sebaiknya pewadahan sampah
disesuaikan dengan jenis sampah yang akan ditampung agar mudah
penanganannya dan pemanfatannya.
Sampah yang merupakan hasil akhir dari kegiatan manusia yang sudah
tidak digunakan lagi kemudian dibuang perlu ditampung agar tidak menimbulkan
masalah bagi manusia dan lingkungan. Namun perlu diketahui bahwa tempat
penampungan sampah sangat tergantung pada:
1. Sumber sampah

2. Jenis sampah

3. Jumlah sampah
Untuk tempat penampungan sampah yang digunakan sangat tergantung pada
kegunaannya seperti : Keranjang Sampah, Tong Sampah, Bak Sampah, Kontainer
Sampah
d. Tahap pengumpulan dan pengangkutan ( Collection Phase )
Pengumpulan sampah adalah kegiatan yang tidak hanya proses
pengumpulan atau pengambilan sampah dari berbagai sumbernya, tetapi termasuk
pengangkutannya sampai ke tempat-tempat untuk mengosongkan alat pengumpul
sampah. Sistem pengumpul sampah dapat dilakukan dengan menggunakan
gerobak pengangkut sampah dari sumber sampah sampai ke TPS dan ke alat
pengangkut yang lebih besar, harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Gerobak harus tertutup rapat dan volumenya sesuai dengan kapasitas
jumlah sampah yang dihasilkan dalam satu hari, jumlah gerobak dan rit(
Siklus ) pengangkutan sampah tidak boleh kurang dari yang dibutuhkan
untuk mengangkut sampah tersebut agar tidak terjadi penumpukan sampah
bila tidak diangkut oleh truk pengangkut sampah.
b. Dinding bagian dalam gerobak, harus dilapisi seng atau terbuat dari bahan
logam (anti karat ).
c. Konstruksi kuat tidak bocor dan ada penutup atau pintu untuk
membongkar sampah dan selesai dipakai harus segera dibersihkan.

13
d. Untuk petugas yang melayani harus disediakan Alat Pelindung Diri
(APD), minimal terdiri dari : Pakaian kerja, sarung tangan, masker, topi,
sepatu boots.
e. Tahap Penyimpanan Sementara (Storage Phase)
Sampah yang dihasilkan dari industri dipisahkan antara B3 dan Non
B3.Setelah itu, untuk sampah Non B3 dibuang ke Tempat pengelolaan sampah
untuk dimanfaatkan kembali. Hal yang mendapat perhatian dalam tahap
penyimpanan ini adalah pemilihan tong atau kontainer yang baik, penempatan dan
pemeliharaannya, antara lain :
a. Tong atau kontainer sampah yang baik.
b. Harus terbuat dari bahan yang kedap air
c. Harus dalam konstruksi atau struktur yang kuat, sehingga tahan terhadap
perlakuan kasar atau tidak mudah rusak.
d. Tahan terhadap korosif
e. Diperlengkapi dengan tutup yang rapat
f. Pembuangan Akhir/Pemusnahan dan Pemanfaatan Kembali
Pembuangan atau pemusnahan akhir dapat dilakukan melalui insenerator
dan TPA.Selain itu, sampah juga dapat dimanfaatkan kembali menjadi barang
yang berguna sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah.

IV. Udara Ruangan


a. Suhu dan Kelembaban
1. Dampak Suhu Dan Kelembaban
Jika kelembaban relative rendah < 20% dapat menyebabkan kekeringan
selaput lendir membran.Jika kelembaban >60% dapat menjadi tempat
pertumbuhan bakteri.Sedangkan suhu jika lebih dari 28˚C menyebabkan
dehidrasi bagi pekerja.
2. Pengendalian Suhu dan Kelembaban
Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
 Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.

14
 Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air
Conditioner (AC), kipas angin, dll.
 Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunakan pemanas ruang.
 Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat
dehumidifier.
 Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan
humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).
b. Pengertian
Suhu udara adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin
suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
thermometer. Persyaratan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri standar Suhu adalah 18°C –
28°C.
Kelembaban adalah konsentrasi uap air diudara. Alat yang digunakan
untuk mengukur kelembaban disebut dengan Hygrometer. Persyaratan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri standart Kelembaban adalah 40 % - 60 % .
c. Tata Cara Pelaksanaan
Agar ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m
2) Bila suhu udara > 30⁰Cperlu menggunakan alat penata udara seperti Air
Conditioner (AC), kipas angin, dll
3) Bila suhu udara luar <18⁰C perlu menggunakan alat pemanas ruang (heater).
4) Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat
dehumidifier.
5) Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan humidifier
(misalnya : mesin pembentuk aerosol).

15
V. Debu
a. Pengertian
Debu adalah partikel kecil yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
b. Persyaratan
Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran
rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Persyaratan Konsentrasi Debu Maksimal
No. Jenis Debu Konsentrasi Maksimal
1. Debu total 10 mg/m3
2. Asbes bebas 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 µ (Mikron)
3. Silicat total 50 mg/m3
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
c. Tata Cara Pelaksanaan
Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja industry memenuhi
persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu (dust enclosure).
b. Untuk menangkap debu yang timbul akibat proses produksi, perlu
dipasang ventilasi lokal (lokal exhauster) yang dihubungkan dengan
cerobong dan dilengkapi dengan penyaring debu (filter).
c. Ruang proses produksi dipasang dilusi ventilasi (memasukkan udara
segar).

VI. Pertukaran Udara


a. Pengertian
Menurut Givoni (1976), Lechner (1991) dan Moore (1993), ada beberapa
faktor yang akan berpengaruh terhadap proses pertukaran udara secara alamiah
yang terjadi pada suatu ruangan atau bangunan, Faktor-faktor tersebut adalah
arahdan kecepatan angin di luar bangunan, suhu, dan kelembaban udara di dalam
dan di luar bangunan, spesifikasi lubang ventilasi (posisi inlet dan outlet, dimensi

16
dan bentuk serta feature penunjang). Faktor-faktor ini saling berkaitan dan
mendukung dalam menciptakan pertukaran udara yang baik pada suatu ruangan
atau bangunan. Moore menggambarkan bahwa posisi yang baik bagi sebuah
lubangventilasi yang berfungsi sebagai inlet (tempat memasukkan udara) adalah
yang sama tingginya dengan penghuni yang sedang beraktifitas dalam ruang
tersebut. Dan untuk memudahkan udara yang telah mengandung CO2 segera
keluar dari ruangan maka posisi outlet (tempat mengaluarkan udara) sebaiknya
dibuat lebih tinggi.
b. Persyaratan
0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 – 0,25 m/detik.
c. Tata Cara Pelaksanaan
Agar pertukaran udara ruang industri dapat berjalan dengan baik maka
perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan NAB dengan
menggunakan ventilasi/AC.
b. Kebutuhan suplai udara segar 10 lt/org/dtk.
c. Membersihkan saring/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan
pabrik.

VII. Gas Pencemar


a. Pengertian
Gas pencemar adalah suatu gas atau ahan yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran udara.
Polutan Udara adalah pencemaran akibat masuknya bahan atau zat asing,
energi, dan komponen lainnya ke udara. Zat-zat pencemar (polutan) yang ada di
udara umumnya berupa debu, asap, dan gas buangan hasil pembakaran bahan
bakarfosil, seperti minyak dan batu bara oleh kendaraan/alat transportasi dan
mesin-mesin pabrik.Gas buangan yang mengandung zat yang berbahaya, misalnya
asap, karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), sulfur oksida (SO2),
nitrogen oksigen (NO, NO2, NOx), CFC, dan sebagainya.
AsapAsap adalah hasil pembakaran bahan organik yang tidaksempurna.
Pembakaran hutan, plastik, dan sampah organik akan menghasilkan asap yang

17
berdampak langsung kepada fungsi mata, saluran pernapasan, dan aktivitas
manusia.
 Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen yang bersifat tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa, yang terdapat dalam
bentuk gas pada suhu di atas 192°C, mempunyai berat sebesar 96,9% dari
berat air dan tidak larut dalam air.
 Karbon dioksida (CO2)Karbon dioksida (CO2) dihasilkan dari pembakaran
bahan organik, seperti minyak bumi, batu bara, kayu, dan Iain-Iain oleh
mesin pabrik dan kendaraan. C02 terbesar dihasilkan dari pembakaran
bahan bakarfosil, seperti minyak bumi dan batu bara.
 CFC (Chloro fluoro carbon)CFC biasanya digunakan sebagai bahan
pendingin pada AC dan kulkas, CFC dipergunakan sebagai aerosol pada
penyemprotan rambut, pengharum, dan pembasmi serangga.
 Sulfur oksida (SO) terutama disebabkan oleh dua komoponen gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur oksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3).
Keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur oksida mempunyai karakteristik
bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida
merupakan komponen yang tidak reaktif.
 Nitrogen oksida (NO JNitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang
terdapat di atmosfer yang terdiri atas gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen
oksida (NO2).
b. Persyaratan
Kandungan maksimal gas pencemar dalam udara ruang proses produksi
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Persyaratan Kandungan Maksimal Gas Pencemar dalam Udara Ruang
No. Parameter Konsentrasi Maksimal (Mg/M3)
1. Air raksa 0,1
2. Amonia 35
3. Amonium klorida 10
4. Arsen 0,5
5. Asam asetat 25

18
6. Asam klorida 7
7. Asam nitrat 25
8. Asam Sianida 11
9. Asam Sulfide 28
10. Asam Sulfat 1
11. Aseton 2.400
12. Butil Alkohol 300
13. Butil Merkaptan 1,5
14. DDT 1
15. Diazinon 0,1
16. Dieldrin 0,25
17. Dimetil Amin 75
18. Etil Alkohol 1.900
19. Fenol 19
20. Ferum Oksida 10
21. Flour 2
22. Formaldehid 6
23. Fosfor kuning 0,1
24. Kadmium 0,2
25. Kalsium Oksida 5
26. Kamfer 12
27. Kapas 1
28. Karbon Dioksida 9.000
29. Karbon Monoksida 115
30. Klor 3
31. LPG 1.800
32. Magnesium Oksida 10
33. Mangan 5
34. Nitrogen Oksida 30
35. Nikel 1
36. Perak 0,01

19
37. Platina 0,002
38. Seng Klorida 1
39. Seng Oksida 5
40. Sianida 5
41. Silicon 10
42. Sulfur Dioksida 13
43. Timah Hitam 0,1
44. Timah Putih 2
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
c. Tata Cara Pelaksanaan
Agar kandungan gas pencemar dalamudara ruang kerja industri tidak
melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut :
a. Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan
local exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas.
b. Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas.
c. Dilengkapi dengan suplai udara segar.

VIII. Pencahayaan
a. Pengertian
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
b. Persyaratan
Intensitas cahaya di ruang kerja sebagai berikut :
Tabel 2.3
Persyaratan Pencahayaan dalam Ruang
Tingkat Pencahayaan
Jenis Kegiatan Keterangan
Minimal (Lux)
Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan &
tidak terus menerus peralatan/instalansi yang

20
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu.
Pekerjaan kasar & 200 Pekerjaan dengan mesin dan
terus menerus perakitan kasar.
Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, R. Kontrol,
pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun.
Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin kantor
pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin.
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemprosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus
& perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500 Tidak menimbulkan Mengukir dengan tangan,
bayangan pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat
halus.
Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan Pemeriksaan pekerjaan,
bayangan perakitan sangat halus.
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
c. Tata Cara Pelaksanaan
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
tindakan sebagai berikut :
a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk
tidak menggunakan lampu neon.

21
d. Penempatan bola lampu dapatmenghasilkan penyinaran yang optimum dan
bola lampu sering dibersihkan.
e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

IX. Kebisingan
a. Pengertian
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan.
b. Persyaratan
Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 (satu) hari pada ruang
proses adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4
Persyaratan Pajanan Kebisingan Maksimal Selama 1 Hari
No Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan harian
1 85 8 jam
2 88 4 jam
3 91 2 jam
4 94 1 jam
5 97 30 menit
6 100 15 menit
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
c. Tata Cara Pelaksanaan
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu
diambil tindakan sebagai berikut :
a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari
kebisingan.
b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain:
meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon,
peninggian tembok, membuat bukit buatan, dan lain-lain.
c. Rekayasa peralatan (engineering control).

22
X. Getaran
a. Pengertian
 Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan
seimbang terhadap suatu titik acuan.
 Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
peralatan kegiatan manusia.
b. Persyaratan
Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan
pada masing-maing ruangan lingkungan industri sebagai berikut :
Tabel 2.5
Persyaratan Tingkat Getaran Maksimal

Tingkat Getaran Maksimal


No. Frekuensi
(dalam mikron = 106 M)

1 4 >100

2 5 >80

3 6,3 >70

4 8 >50

5 10 >37

6 12,5 >32

7 16 >25

8 20 >20

9 25 >17

10 31,5 >12

11 40 >9

12 50 >8

13 63 >6

23
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
c. Tata Cara Pelaksanaan
Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan
perlu diambil tindakan sebagai berikut :
a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar.
b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran.
c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi bantalan
pada sumber getaran.

XI. Radiasi
a. Pengertian
 Radiasiadalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi.
 Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel benda
yang bermuatan listrik.
b. Persyaratan
Tingkat pajanan oleh radiasi medan listrik dan medan magnit listrik adalah
sebagai berikut :
1. Medan listrik :
a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m.
b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : maksimal 30 kV/m.
2.Medan magnit listrik :
a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT
(mili Tesla).
b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT
c. Tata Cara Pelaksanaan
a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik
b. Merancang instalasi yang sesuai dengan peraturan
c. Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber
d. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik :

24
1) Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10
m dan jarak horisontal minimal 20 m.
2) Untuk pengguna kabel umum tegangan menengah tidak
dipergunakan sebagai tempat kerja (20 kV)

XII. Vektor Penyakit


a. Pengertian
a. Vektor penyakit
Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular
berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga).
b. Reservoar (penjamu) penyakit
Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam tubuhnya
terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya
tikus).
c. Pengendalian vektor penyakit
Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan
memberantas vektor.
b. Persyaratan
1. Serangga penular penyakit
o Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam
pengukuran 30 menit.
o Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam
pengukuran 24 jam.
o Indeks nyamuk Aedes aegypty container indeks tidak melebihi 5%.
2. Tikus
Setiap ruang kerja industri harus bebas tikus.

25
c. Tata Cara Pelaksanaan
a. Pengendalian secara fisika
1. Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang
biaknya vektor danreservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan
memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
2. Menjaga kebersihanlingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan
sampah dan sisa makanan.
3. Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur.
4. Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.
b. Pengendalian dengan bahan kimia
Yaitu dengan melakukanpenyemprotan, pengasapan, memasang umpan,
membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih.
c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi.
d. Cara mekanik dengan memasang perangkap.

XIII. Ruang dan Bangunan


a. Persyaratan
1. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak
licin, pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus.
3. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang
selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
4. Langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3,0
m dari lantai.
5. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya
minimal 1/6 kali luas lantai
1.Toilet
a. Pengertian
Toilet adalah sarana sanitasi di industri yang meliputi kamar mandi, WC,
dan westafel yang disediakan atau dipergunakan oleh karyawan selama jam kerja.

26
b. Persyaratan
 Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria.
Setiap industri harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban
dan peturasan minimal sepertipada tabel-tabel berikut :
a. Untuk karyawan pria :
Tabel 2.6
Persyaratan Jumlah Toilet Karyawan Pria
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No.
Karyawan Kamar Mandi Jamban Peturasan Wastafel
1. S/d 25 1 1 2 2
2. 26 s/d 50 2 2 3 3
3. 51 s/d 100 3 3 5 5
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah saru
kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
b. Untuk karyawan wanita :
Tabel 2.7
Persyaratan Jumlah Toilet Karyawan Wanita
Jumlah Kamar Jumlah
No. Jumlah Karyawan Jumlah Wastafel
Mandi Jamban
1. S/d 20 1 1 2
2. 21 s/d 40 2 2 3
3. 41 s/d 70 3 3 5
4. 71 s/d 100 4 4 6
5. 101 s/d 140 5 5 7
6. 141 s/d 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah
satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

27
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
c. Tata Cara Pelaksanaan
a. Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari.
b. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus.
2. Instalasi
a. Pengertian
Instalasi adalah penjaringan pipa/kabeluntuk fasilitas listrik, air limbah, air
bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri.

b. Persyaratan
 Instalasi listrik, pemadam kebakaran,air bersih, air kotor, air limbah, air
hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis
yang berlaku.
 Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari
bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
c. Tata Cara Peaksanaan
a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode
warna dan label
b. Diupayakan agar tidak terjadihubungan silang dan aliran balik antara
jaringan distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
c. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat
estetika.
d. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
e. Pengoperasian instalasi sesuai dengan prosedur tetap yang telah
ditentukan.
f. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standard desain yang
berlaku.

28
XIV. Makanan dan Minuman
a. Pengertian Makanan
Makanan menurut WHO merupakan semua substansi yang diperlukan
oleh tubuh kecuali air, obat, dan substansi lain yang digunakan untuk pengobatan.
Makanan menurut Departemen Kesehatan (DEPKES) merupakan semua
keadaan baik dalam bentuk alami/buatan yang dimakan kecuali air dan obat-
obatan.
b. Fungsi Makanan
Fungsi dari makanan adalah :
1. Memberikan energi pada tubuh
2. Pertumbuhan, memelihara, mengganti sel rusak.
3. Membantu proses alami dalam tubuh

c. Syarat Makanan
a. Bernilai gizi
b. Mudah dicerna
c. Aman : bebas dari mikroorganisme, bahan kimia, fisik.
d. Mempunyai tingkat kematangan tertentu.
e. Tidak rusak secara kimia, fisik, gizi
f. Enak rasanya.
g. Bentuknya menarik.
d. Syarat Bahan Makanan
a. Bahan makanan dalam kondisi baik, tidak rusak, dan tidak membusuk.
b. Bahan makanan berasal dari sumber resmi yang terawasi.
c. Bahan makanan kemasan, bahan tambahan makanan dan bahan penolong
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Bahan makanan terolah seperti mie instan, sarden, susu kental sesuai
persyaratan kesehatan.
e. Aman, bebas dari cemaran mikroorganisme, kimia dan fisik.
f. Tingkat kesegaran tertentu, nilai gizi dan cita rasa, ditunjukan dengan
penampilan warna alami, bau, rasa dan rabaan

29
e. Penggolongan Makanan
a. Berdasarkan sumber
 Hewan : ikan, daging, telur, susu
 Tumbuhan : buah, ubi, kacang-kacangan, sayur
b. Berdasarkan Kestabilan
 Stable food / non perishable food / makanan stabil tidak mudah
rusak, kecuali ada perlakuan : tepung, gula, beras, mie,
roti.
 Semistable food / semi perishable food (makanan semi stabil,
agak mudah rusak) : kentang, wortel, sayuran,
buah-buahan.
 Non stable food / perishable food (makanan tidak stabil, mudah
rusak, mudah busuk) : ikan, daging, susu, telur,
sayuran, buah.
c. Berdasarkan Kadar Protein
 Dua varable food (protein tinggi) : daging, telur, susu.
 Non vermiable food (protein rendah) : sayur, buah, ubi.
f. Pengaruh Lingkungan Terhadap Makanan
a. Lingkungan Fisik
Lingkingan yang meliputi air, tanah, udara, manusia dan hewan.
b. Lingkungan Kimia (Bahan Tambahan Makanan)
Lingkungan yang meliputi bahan pengawet, antioksidan, pengental,
pemanis buatan, pemutih, dsb.
c. Lingkungan Buatan
Berasal dari makhluk hidup, seperti bakteri Salmonella Sp, vibrio
cholerae, dsb dan dapat juga berasal dari parasit seperti Taenia Saginata
dan Taenia Solium.

2.5 Alat Pelindung Diri pada Indutri


Alat Pelindung Diri adalah perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi tenaga kerja dari bahaya lingkungan kerja berupa tutup kepala, tutup

30
hidung, mulut, kaca mata, pakaian kerja khusus termasuk sepatu, sarung tangan
dan lain-lain.
Faktor pertimbangan dalam penggunaan APD :
1. Apakah di tempat kerja ditemukan bahaya yang mengharuskan pekerja
memakai alat pelindung diri
2. Sejauh manakah perlindungan dibutuhkan oleh pekerja atau alat pelindung
apa yang harus dipakai oleh pekerja.
3. Bagaimana seseorang dapat menjamin bahwa APD tidak hanya dipakai,
tetapi digunakan secara tepat oleh pekerja.
Kewajiban perusahaan menyediakan APD menurut pasal 9 ayat 1 UU
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja : “pengurus diwajibkan
menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja baru tentang APD bagi tenaga
kerja yang bersangkutan”.

2.5.1 Macam – macam Alat Pelindung Diri


a. Alat Pelindung Kepala
Tujuan :
 Melindungi kepala dari bahaya terbentur oleh benda keras atau tajam
yang dapat menyebabkan luka gores, potong dan tusuk
 Melindungi kepala dari bahaya kejatuhan, benda – benda atau terpukul
oleh benda – benda yang melayang atau meluncur dari udara
 Panas radiasi, api, dan percikan bahan – bahan kimia korosif.
Alat pelindung kepala menurut bentuknya dapat dibedakan :
 Safety helmet (hard hat), dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya
kejatuhan, terbentur, dan terpukul oleh benda – benda keras atau tajam
 Hood digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya, bahan – bahan
kimia, api, dan panas radiasi yang tinggi
 Hair caf (hair guard) digunakan untuk melindungi kepala dari kotoran
atau debu dan melindungi rambut dari bahaya terjerat oleh mesin –
mesin yang berputar.

31
b. Alat Pelindung Mata
Berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan – bahan kimia
korosif, kemasukan debu atau partikel, gas – gas atau uap yang dapat
menyebabkan iritasi mata.
Menurut bentuknya dapat digolongkan :
1. Kacamata ( Spectacles ), dengan atau tanpa pelindung samping
2. Googles ( Lup type / box type ) umumnya kurang disenangi oleh
pemakai karena tidak nyaman, juga akan menutupi mata dengan ketat
sehingga tidak terjadi pertukaran udara.
3. Tameng muka ( face shield / face screen ).
c. Alat Pelindung Telinga
Secara umum alat pelindung telinga dibedakan atas :
1. Sumbat telinga ( ear plug ) dapat terbuat dari kapas, malam, plastik
karet alami, karet sintetik.
Ear plug dapat dibedakan menjadi :
 Semi insert type ear plug
Hanya menyumbat liang telinga luar saja
 Insert type ear plug
Menutupi seluruh bagian dari saluran telinga.
Keuntungan ear plug :
 Mudah dibawa karena ukurannya kecil
 Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas
 Tidak membatasi gerakan kepala
 Harga relatif murah
 Dapat dipakai dengan efektif dan tidak dipengaruhi oleh pemakaian
kacamata
Kerugian ear plug :
 Pemasangan yang tepat, ear plug memerlukan waktu yang lebih
lama dari ear muff
 Tingkat proteksi lebih kecil dari ear muff
 Sulit dipantau apakah pekerja memakainya

32
2. Ear MuffTerdiri dari 2 buah tutup telinga dan sebuah Head Band.Isi
tutup telinga berupa cairan ( liquid ) atau busa ( foam )yang berfungsi
menyerap suara yang frekuensinya tinggi.
Keuntungan ear muff :
 Atenuasi suara ( besarnya intensitas suara yang direduksi)
umumnya lebih besar dari ear plug
 Satu jenis ukuran dari ear muff dapat dipakai oleh semua pekerja
dengan ukuran telinga yang berbeda
 Penggunaan mudah dipantau oleh pengawas.
Kerugian ear muff :
 Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas
 Efektifitas dapat dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup
kepala, anting – anting dan rambut
 Penyimpanannya relatif lebih sulit dari ear plug
 Pemakaian yang terlalu sering atau bila head band yang berpegas
sering ditekuk oleh pemakainya akan mengakibatkan atenuasi
menurun.
d. Alat Pelindung Tangan
Cara memilih pelindung tangan, perlu dipertimbangkan :
 Bahaya yang terpapar, apakah berbentuk bahan kimia korosif,
benda panas, dingin, tajam atau kasar
 Daya tahan terhadap bahan – bahan kimia
 Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan
 Bagian tangan yang harus dilindungi
Menurut bentuknya dapat dibedakan :
 Sarung tangan
 Gaunlets ( sarung tangan yang dilapisi logam )
 Mitis, dimana keempat jari pemakainya dibungkus menjadi satu,
kecuali ibu jari yang mempunyai pembungkus sendiri.
e. Alat Pelindung Kaki
Menurut jenis pekerjaan dibedakan ;

33
1. Sepatu pengaman yang digunakan pada pengecoran baja terbuat dari
kulit yang dilapisi dengan chrom atau asbes dan kemudian
dikencangkan dengan tali pengikat.
2. Sepatu karet anti elektrostatik, digunakan melindungi bahaya listrik
hubungan pendek.
3. Sepatu pengaman untuk pekerja bangunan, terbuat dari kulit yang
dilengkapi dengan baja pada ujungnya.
f. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian dari
tubuh.Apron dapat terbuat dari kain drill, kulit plastik, karet asbes atau
kain yang dilapisi aluminium.
g. Alat Pelindung Pernapasan
Persyaratan memilih respirator :
1. Apakah kontaminasi berbentuk gas, uap, mist, fumes atau debu
2. Berapa kadar dari kontaminasi dalam udara kerja
3. Berapa NAB dari kontaminasi yang terpapar
4. Apakah kontaminasi dapat diserap melalui kulit yang normal
5. Kontaminasi dalam udara membahayakan pekerja dalam waktu
relatif singkat

2.6 Faktor Lingkungan Kerja


2.6.1 Kebisingan
a. Definisi Kebisingan

Kebisingan didefinisikan sebagai “ suara yang tak dikehendaki, misalnya


yang merintangi terdengarnya suara-suara, music, dsb, atau yang menyebabkan
rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup manusia Berdasarkan SK Menteri
Negara Lingkungan Hidup No.Kep.Men 48/MENLH/11/1996, kebisingan adalah
bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam.

34
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang
tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan ketulian.

b. Gangguan Pendengaran

Adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan


dalam melaksanakan kehidupan normal, misalnya dalam memahami pembicaraan.
Secara kasar, gradiasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat
ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut :
Normal : Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m)
Sedang : Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m
Menengah : Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak
>1,5 m
Berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak mulai jarak
>1,5 m
Sangat berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak mulai jarak
>1,5 m
Tuli Total : Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi
Menurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut :
- Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal
- Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, disebut tuli ringan
- Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang
- Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat
- Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB, disebut tuli sangat berat
c. Mengukur Tingkat Kebisingan
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan
Sound Level Meter.Untuk mengukur nilai ambang batas pendengaran digunakan
Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise
Dose Meter Karen apekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja
selam 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB
dan waktu bekerja maksimum adalah8 jam per hari.
Sound Level Meter adalah alat pengukur suara.Sedangkan Audiometer
adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran.

35
Nilai ambang batas kebisingan adalah angka yang dianggap aman untuk
sebagian besra tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kopersi No. SE-01/MEN/1978,
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi
dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar tetap untuk waktu terus menerus tidak
lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
d. Jenis Kebisingan
Berdasarkan sifat dan spectrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang kontinyu dengan spectrum frekuensi yang luas. Frekuensi
bising ini kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-
turut,.misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spectrum frekuensi yang sempit. Frekuensi
500, 1000, dan 4000 Hz, misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3. Bising terputus-putus (Intermitten), misalnya suara lalu lintas, kebisingan
di lapangan terbang.
4. Bising Impulsif, misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
5. Bising Impulsif berulang, misalnya mesin tempa.

e. Pengaruh Bising Terhadap Tenaga Kerja


Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian,
atau ada ynag menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi
terganggu, ancaman bahay keselamatan, menurunnya performance kerja,
kelelahan dan stress.
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga
kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara.
Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja
diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali
kepada ambang dengar semula dengar sempurna.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = TTS)

36
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS
dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
 Tingginya level suara
 Lama pemaparan
 Spektrum suara
 Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka
kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar
 Kepekaan individu
 Pengaruh obat-obatan, beberapa obat dapat memperberat (pengruh
synergistic) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak
suara. Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, kansmycin dan
beberapa obat lainnya
 Keadaan kesehatan.

f. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketulian

Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjaan (occupational


hearing loss), misalnya akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan
oleh bukan karena kerja (non-occupational hearing loss).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja
(occupational loss), adalah sebagai berikut :
- Intensitas suara yang terlalu tinggi
- Usia karyawan
- Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing
impairment).
- Tekanan dan frekuensi bising tersebut
- Lamanya bekerja
- Jarak dari sumber suara
- Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja

37
2.6.2 Pencahayaan
a. Pengertian Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.Penerangan yang
disarankan untuk ruangan atau lingkunganyaitu disarankan pencahayaan 100 lux.
b. Pengendalian Pencahayaan
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
tindakan sebagai berikut :
1. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
3. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan
untuk tidak menggunakan lampu neon.
4. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum
dan bola lampu sering dibersihkan
5. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
c. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja
Pengaruh pencahayaan terhadap manusia yaitu kelelahan mata dengan
kekurangan daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan – keluhan di
daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan
meningkatkan kecelakaan.
d. Cara Penanggulangan Pencahayaan
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang kurang
dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal – hal sebagai
berikut :
a. Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan
latar belakang objek tersebut misalnya : cat tembok disekeliling tempat
kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan
b. Meningkatkan penerangan, sebaiknya dua kali dari penerangan di luar
tempat kerja
c. Pengaturan tenaga kerja dalam ship sesuai dengan umur masing – masing
tenaga kerja.

38
Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diatas,
penerangan atau pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga
menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau, silau juga
menjadi bahan tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau
dicegah.Pecegahan silau dapat dilakukan antara lain:
a. Pemulihan jenis lampu yang tepat misalnya neon.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya/penerangan sedemikian rupa
sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda berbidang mengkilap dimuka jendela
yang langsung memasukan sinar matahari.
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja agar tidak terhalang oleh
bayangan suatu benda.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) dilingkungan kerja
akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja
b. Kelemahan mental
c. Kerusakan alat penglihatan (mata).
d. Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata.
e. Meningkatnya kecelakaan kerja.
Sehubungan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan
tempat keja (pabrik, kantor, sekolahan, dsb) sebaiknya mempertimbangkan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Jarak antara gedung dan bangunan lain tidak menggangu masuknya cahaya
matahari ketempat kerja.
b. Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus
cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 dari luas bangunan .
c. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus
diganti dengan penerangan lampu yang cukup.
d. Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak
melebihi 32oC).

39
e. Sumber penerangan tidak boleh menimbulan silau dan bayang-bayang
yang menggangu pekerja. Sumber cahaya harus menghasilkan daya
penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip.
2.6.3 Suhu dan Kelembaban
Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan
kelembaban , debu , pertukaran udara , bahan pencemar dan mikroba diruang
kerja memenuhi persyaratan kesehatan.
2.6.3.1 Suhu
Tekanan panas di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara
faktor iklim: suhu udara, kelembaban, radiasi dan kecepatan angin dan faktor non-
iklim: panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi (Widarto,
1991).Pencegahan terhadap tekanan panas (Phoon, 1988 )
Dua faktor yang memiliki pengaruh yang besar tehadap suhu ditempat
kerja adalah sifat kerja yang dilakukan dan lamanya kerayawan mengalami suhu
eksterm itu. Pada pekerjaan mental dan kognitif subjek yang bekerja dibawah
pengaruh suhu tinggi yang berkepanjangan mebuat lebih banyak kesalahan
dibandingkan dengan subjek yang berada dibawah suhu yang lebih rendah. Akan
tetapi pada pekerjaan manual biasanya akan lebih terpengaruh oleh suhu yang
sangat dingin.

2.6.3.2 Kelembaban
Kelembaban adalah salah satu indikator udara fisik yang sangat
mempengaruhi akan tenaga kerja terutama suasana kenyamanan, karena jika
kelembaban terlalu tinggi maka akan menyebabkan udara terlalu basah,
sebaliknya, jika kelembaban terlalu rendah maka akan menyebabkan udara terlalu
kering an panas.
a. Dampak Suhu Dan Kelembaban
Jika kelembaban relatif rendah <20% dapat menyebabkan kekeringan
selaput lendir membran.Jika kelembaban >60% dapat menjadi tempat
pertumbuhan bakteri.Sedangkan suhu jika lebih dari 28˚C menyebabkan dehidrasi
bagi pekerja.

40
b. Pengendalian Suhu dan Kelembaban
Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
 Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
 Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air
Conditioner (AC), kipas angin, dll.
 Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunakan pemanas ruang.
 Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat
dehumidifier.
 Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan
humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).

41
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sanitasi industri, adalah usaha mencegah penyakit di tempat kerja dengan
cara menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor di lingkungan kerja yang
dapat berperan dalam pemindahan bahaya/penyakit sejak penerimaan bahan baku,
proses produksi, sampai pada tahap distribusi. Sanitasi mempunyai dua prinsip,
yaitu Membersihkan dan Sanitasi. Ruang Lingkup Sanitasi Industri
diantaranya Pengendalian air, Tempat kerja, Sanitasi makanan, Pencegahan dan
pembasmian vector, Perlengkapan fasilitas sanitasi, Pembuangan dan
pengendalian limbah.
Dasar tentang sanitasi industri diatur dalam Kepmenkes
No.1405/MEMKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
Sanitasi Lingkungan Kerja industri terdiri dari Air Bersih, limbah,
Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik, Udara Ruangan, Debu, Pertukaran
Udara, Gas Pencemar, Pencahayaan, Kebisingan, Radiasi, Vektor Penyakit,
Ruang dan Bangunan, Makanan dan Minuman.
Macam – macam Alat Pelindung Diri yaitu Alat Pelindung Kepala, Alat
Pelindung Mata, Alat Pelindung Telinga, Alat Pelindung Tangan, Alat Pelindung
Kaki, pakaian pelindung, Alat Pelindung Pernapasan.
Factor lingkungan kerja secara fisik diantaranya kebisingan,
pencahayaan, suhu dan kelembapan.

3.2 Saran
1. Sebaiknya setiap industry memenuhi persyaratan sanitasi industry sebelum
memulai mengoperasikan industry tersebut.
2. Sebaiknya industry melakukan pemeriksaan secara berkala mengenai kelayakan
fasilitas sanitasi berdasarkan waktu yang ditentukan

42

Anda mungkin juga menyukai