Anda di halaman 1dari 5

Kecelakaan akibat Limbah Medis Rumah Sakit atau Puskesmas

Kegiatan rumah sakit atau puskesmas yang sangat kompleks tidak saja memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak
negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa
pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu
resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari
pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung
rumah sakit atau puskesmas.

1. Insidensi Kecelakaan Benda Tajam oleh Perawat di IRD Rumah Sakit Umum Pusat
DR. Sardjito Yoghkarta

Dari hasil observasi yang dapat dilihat dan dijabarkan dalam penelitian

a. Membuang jarum di sembarang tempat, sebanyak 10,45% jarum dibuang


bercampur dengan sampah lain. Kejadian ini dapat mengakibatkan kecelakaan
benda tajam yang berakibat fatal dan terjadi pada cleaning service karena kelalaian
petugas membuag sampah sembarangan.
b. Membengkokkan dan mematahkan jarum atau melepaskan jarum sebelum dibuang,
sebanyak 3,6% masih melakukan hal ini. Kecelakaan yang sering terjadi pada
prosedur penyuntikan adalah pada saat petugas berusaha memasukkan kembali
jarum suntik bekas pakai ke dalam tutupnya. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan
untu menutup kembali jarum suntik tersebut melainkan membuang langsung ke
TPS, tanpa menyentuhnya atau memanipulasikan bagian tajam seperti
dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum dipaksa ditutup
kembali, gunakanlah cara penutupan jarum dengan satu tangan untuk mencegah jari
tertusuk jarum.

2. Pengelolaan limbah medis padat pada Puskesmas Kabupaten Pati


Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pengelolaan Akhir Limbah Medis Padat di Puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, didapatkan hasil bahwa para
petugas cleaning service pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja. Hal yang sering
adalah tertusuk jarum bekas suntikan, berikut beberapa petikan wawancara :
“Ya pernah ping gangsal mbak. Tapi ya langsung keruang dokter puskesmas A mbak.
Dikasih obat panas karena sehari setelah itu saya meriang ”.(Cleaning Service
Puskesmas B)
“Ya pernah tertusuk mbak. Tapi disini saya selalu menggunakan sarung tangan mbak.
Sepatu juga. Harus itu mbak ”. (Cleaning Service Puskesmas C)
“Wah ya sering mbak. Dulu sampahnya masih dijadikan satu lalu dibakar di lubang
tanah, baru satu bulan ini dimasukkan mesin pembakar ini mbak. Dulu sering sekali
saya tertusuk. Ya saya obati sendiri. Soale dulu kepala puskesmas radi rewel mbak,
dados kulo mboten wantun”. (Cleaning Service Puskesmas A)
Hasil wawancara menunjukkan adanya kejadian kecelakaan kerja pada puskesmas tipe
A,B,dan C Kabupaten Pati terhadap petugas cleaning service.

3. Kajian Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB)
a. Pemusnahan limbah medis padat menggunakan incinerator tidak menghasilkan
suhu yang sempurna sehingga limbah benda tajam tidak hancur. Menurut Lemieux
et al., (2004) hasil penelitian dalam beberapa tahun terakhir ini dikatakan bahwa
pembakaran sampah pada kondisi pembakaran dan suhu yang rendah dapat
menimbulkan gas racun dioksin dan furan. Efek samping dioksin terhadap manusia
adalah perubahan kode keturunan (marker) dari tingkat pertumbuhan awal dari
hormon (Sumaiku, 2007).

b. Hasil pemeriksaan terhadap kualitas pengelolaan limbah cair ada beberapa


parameter pemeriksaan yang tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup RI No. Kep-58/Men LH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah sakit, parameter tersebut seperti residu
tersuspensi, amonia dan fosfat. Kandungan amonia yang tinggi dapat mengganggu
kehidupan hewan dan manusia yang berada di sekitar aliran sungai. Senyawa ini
juga mampu merusak sel hewan terutama dari klasis mamalia termasuk manusia
(Limbong, 2005).

4. Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur


Provinsi Nusa Tenggara Timur.
a. Pada tahap pemusnahan. pemusnahan limbah medis padat di Puskesmas Borong
tidak dilakukan sesuai ketentuan. Limbah dibakar pada suhu rendah dan dilakukan
secara terbuka. Hal ini berpotensi mencemari lingkungan karena limbah masih
mengandung kuman infeksius dan material tajam yang tidak terbakar akan
berpotensi injury atau kecelakaan bagi pekerja dan masyarakat yang berkunjung ke
lingkungan puskesmas.
b. Pada tahap pembuangan akhir, hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat
pembakaran juga dijadikan tempat pembuangan akhir. Abu sisa pembakaran atau
material sampah yang tidak terbakar dibiarkan saja di halaman belakang
puskesmas. Hal ini berpotensi mencemari lingkungan baik internal maupun
eksternal dan juga terjadinya kecelakaan (injury) bagi pekerja dan pengunjung
puskesmas. Limbah infeksius yang dimasukan ke dalam lubang pembuangan akan
membusuk dan menimbulkan bau yang tak sedap dan resapan limbah berpotensi
mencemari tanah dan sumber air dalam tanah, serta binatang pengerat (vektor
penyakit) dapat masuk ke dalam lubang dan menyebarkan penyakit.

5. Adanya pemakaian jarum suntik berulang kali, dapat menyebabkan Seseorang atau
pasien yang memakai jarum suntik bekas pasien yang terinfeksi, memiliki risiko
terinfeksi hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.

6. Tempat pengumpulan dan pengolahan limbah medis ilegal di Kecamatan Panguragan,


Kabupaten Cirebon.

Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni mengungkapkan, Dinkes sudah


mulai melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja pengolah limbah medis, khususnya
melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.
Pihaknya menyiapkan 400 VCT (Voluntary Conceling and Testing). VCT adalah
proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara lebih dini
untuk mengetahui status HIV.
Pemeriksaan HIV/AIDS dilakukan karena pihaknya mendapat informasi adanya
sejumlah pekerja limbah medis di Kecamatan Panguragan yang menderita penyakit
HIV/AIDS, hingga akhirnya meninggal dunia. Mereka tertular virus itu setelah
menangani limbah medis.
Untuk itu pekerja gudang yang mengolah limbah medis ditindak lanjuti dengan
menggelar VCT. Jika hasilnya ditemukan ada pekerja yang positif terinfeksi
HIV/AIDS, pihaknya akan memberikan pengobatan sebagaimana mestinya. Namun,
dia berharap tidak ada warga yang menderita penyakit tersebut.

Pengakuan mantan pekerja


Sunarti (60) seorang mantan pekerja di tempat pengolahan limbah medis di Kecamatan
Panguragan kini harus bolak-balik berobat ke Puskesmas Kecamatan Panguragan.
Ia ditemani keponakannya, Safitri (23), berkunjung ke puskesmas. Sesekali Sunarti
batuk-batuk. Bahkan, ia mengaku sudah lama merasakan sakit.
Perempuan berusia senja itu mengaku pernah merasakan sakit yang luar biasa. Dia
sempat terbaring lemah di kamarnya selama tiga bulan. Selama bekerja di tempat
pengolahan limbah medis, Sunarti mengaku sering tertusuk jarum suntik.
"Pernah kena jarum suntik. Kerja di situ sekitar tiga tahunan. Saya berhenti kerja karena
sakit. Pernah sakitnya parah selama tiga bulanan," kata Sunarti usai periksa kesehatan
di Puskesmas Panguragan. Dia menceritakan banyak pekerja di tempat pengolahan
limbah medis yang terkena jarum suntik. Kejadian seperti itu hal yang lazim bagi para
pekerja.
Sejak 2013 bekerja di tempat pengolahan limbah medis, Sunarti diberi pekerjaan untuk
memisahkan jarum dari alat suntiknya. Setiap bulan ia mendapat bayaran Rp 800 ribu.
Sehari-hari ia selalu bersentuhan dengan darah dan jarum suntik. Ia tak mengerti
tentang bahaya yang mengancam kesehatannya. "Di gudang itu banyak darah, banyak
jarum suntik. Sudah setahun saya keluar karena sakit," ucap Sunarti.
Pihak Puskesmas Panguragan memeriksa kesehatan dan mengambil sampel darah
Sunarti. Selain itu, puskesmas memberikan obat buat Sunarti.
Yulianti, D., Setyarini, S., & Alim, S. (2009). Insidensi Kecelakaan Benda Tajam oleh Perawat
di IRD Rumah Sakit Umum Pusat DR. Sardjito Yoghkarta. Insidensi Kecelakaan, 04 (01), 44-
51.

Astuti, A., & Purnama, S.G. (2014). Kajian Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Community Health, II(1), 12-20.

Pratiwi, D., & Maharani, C. (2013). Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Puskesmas
Kabupaten Pati. Kesehatan Masyarakat, 9(2), 74-84.

Rahno, D., Roebijoso, J., & Leksono, A.S. (2015). Pengelolaan Limbah Medis Padat di
Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. PAL, 6(1),
22-32.

https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/12/18/warga-panguragan-tolak-
pembuangan-limbah-medis-416123
https://www.academia.edu/22117938/LIMBAH_MEDIS
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3774989/dinkes-cirebon-tes-darah-pekerja-
gudang-limbah-medis

Anda mungkin juga menyukai