Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KUNJUNGAN DI PERUSAHAAN PERCETAKAN

INDOMEDIA DIGITAL PRINTING

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

NURUL IZZAH MAJID ( 70200117119 )

KIKY AFRIANI ANDI ARIS ( 70200117136 )

QANITAH SAUZAN ABDUL MUKTI (70200117112 )

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan

Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini dengan judul “ERGONOMI DAN

FAAL KERJA DI HOME INDUSTRI PERCETAKAN” dengan tujuan untuk memenuhi tugas

mata kuliah Ergonomi Dan Faal kerja.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan kita mengenai ergonomi dan faal kerja dibagian industri, Kami juga menyadari

bahwa didalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di

masa yang akan datang, agar menjadi lebih baik lagi.

Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan

yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAGIAN I ERGONOMI DAN FAAL KERJA

A. Latar Belakang...............................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................6

C. Tujuan Penulisan............................................................................................7

BAGIAN II LINGKUNGAN KERJA

A. Lingkungan Fisik...........................................................................................8
B. Lingkungan Kimia.........................................................................................9

C. Biologis..........................................................................................................10

D. Psikologis.......................................................................................................11

E. Fisiologis........................................................................................................13

BAGIAN III POSTUR KERJA

A. Definisi...........................................................................................................16

B. Antropometri Statis dan Dinamis...................................................................16

C. Kegunaan.......................................................................................................17

D. Cara Menghitung Manual dan Aplikasi REBA

(Rapid Entire Body Assesment).................................................................18

BAGIAN IV RISIKO MSDs/KELELAHAN

A. Definisi...........................................................................................................24

B. Jenis-Jenis MSDs...........................................................................................24

C. Keluhan MSDs Pekerja di Lokasi Survei dengan Menggunakan

Nordic Body Map...........................................................................................26

BAB V PENGENDALIAN (HIRARKI PENGENDALIAN)

A. Pengendalian Secara Teknis..........................................................................32

B. Pengendalian Secara Administratif................................................................32

C. Pengendalian dengan APD (Alat Pelindung Diri).........................................22

3
BAGIAN VI RISIKO MSDs/KELELAHAN

A. Definisi...........................................................................................................35

B. Jenis-Jenis MSDs...........................................................................................35

C. Keluhan MSDs Pekerja di Lokasi Survei dengan Menggunakan

Nordic Body Map...........................................................................................36

BAGIAN VII ALUR PROSES KERJA

A. Potensial Hazard............................................................................................37

B. Proses Kerja...................................................................................................37
C. Rekomendasi..................................................................................................37

BAGIAN VIII DOKUMENTASI

BAGIAN IX REFERENSI

4
BAGIAN I
ERGONOMI DAN FAAL KERJA
A. Latar Belakang

Percetakan adalah proses untuk mereproduksi teks dan gambar, termasuk kegiatan

pendukung yang terkait, seperti penjilidan buku, jasa pembuatan piringan, dan pencitraan

data. Fokusnya adalah mereproduksi konten dalam bentuk media.( (Rambatan, 2015)

Di Indonesia, kita mengenal penerbitan dan percetakan sebagai salah satu

subsektor industri kreatif yang perlu dipahami lebih jauh definisi dan ruang lingkupnya
sesuai dengan konteks serta perkembangannya saat ini. Beberapa negara maju di Eropa,

yaitu Inggris, Jerman, Spanyol, dan Prancis memfokuskan pengembangan ekonomi

kreatifnya dalam ruang lingkup penerbitan (publishing), tanpa terlalu menekankan pada

“printing” atau industri percetakan. Model kegiatan penerbitan terus mengalami

perkembangan yang jika diperhatikan akan sejalan dengan perkembangan teknologi,

yaitu:

1. Penerbitan Tradisional. Penerbitan secara tradisional meliputi kegiatan pemilihan,

penyusunan, dan distribusi barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, dan

brosur. Penerbit bertanggung jawab sepenuhnya dalam memutuskan isi, struktur, dan

tampilan buku.

2. Penerbitan Elektronik (Digital). Penerbitan elektronik mulai berkembang sehubungan

dengan perkembangan Internet. Hal ini memengaruhi keluaran produk dan juga rantai

nilai penjualan. Produk yang dulunya berbentuk fisik berubah menjadi bentuk digital.

Dalam hal pemasaran, penerbitan model elektronik ini memungkinkan terjadinya

interaksi langsung antara pihak penerbit dengan konsumen akhir.

3. Penerbitan Mandiri/Self-publishing. Penerbit memfasilitasi para penulis untuk

mempublikasikan karya mereka sendiri dengan pencetakan sesuai permintaan (print

on demand). Hal ini membantu para penulis pemula untuk menerbitkan dan

5
memasarkan hasil karyanya tanpa harus mengajukan ke penerbit mayor. Keberadaan

self-publishing memberikan efisiensi dalam hal produksi.

Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu,

manusia,bahan, serta metode yang digunakan, yang dimana ketiga unsur tersebut tidak

dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif dan efisien. Dan penerapan

pada K3 dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu adanya organisasi kerja, administrasi K3,

Pendidikan dan pelatihan,penerapan prosedur dan peraturan ditempat kerja, serta

pengendalian lingkungan kerja, penerapan K3 sangat penting bagi sebuah perusahaan


kerja karena dampak kecelakaan dan penyakit yang diakibatkan karena kurangnya

kepedulian keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya merugikan tenaga kerja, tetapi

juga merugikan sebuah perusahaan

Pada tabel dibawah ini dapat kita lihat data 10 tahun terakhir tentang kecelekaan

pada pekerja.

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja 10 tahun terakhir

No Tahun Angka Kecelakaan Kerja

1 2009 96.314

2 2010 98.711

3 2011 99.314

4 2012 99.491

5 2013 129.911

6 2014 105.383

7 2015 105.182

8 2016 110.285

6
9 2017 123.041

10 2018 173.105

Sumber: Data Sekunder BPJSTK, 2019.

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja di

Indonesia dalam 10 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Angka kecelakaan kerja tertinggi

terdapat pada tahun 2018 sebesar 173.105 dan angka kecelakaan terendah terdapat pada

tahun 2009 sebesar 96.314.

Undang-Undang yang mengatur tentang Ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang


No. 13 tahun 2003 tentang setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaannya. Ergonomi yang memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai

subyek maupun obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan

aspek ergonomi bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu

sendiri.

Jadi menyadari hal tersebut kita sebagai mahasiwa diberikan tugas oleh Dosen

dengan melakukan observasi dilapangan yang bertujuan untuk bagaimana mengetahui

keadaan kesehatan keselamatan kerja disebuah perusahaan industry Non formal. Dan

terkuhusus kelompok kami mendapatkan tugas observasi di bagian perusahaan industry

non formal bagian percetakan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana lingkungan kerja pada pekerja bagian percetakan ?

2. Bagaimana gambaran postur atau posisi kerja pada pekerja bagian percetakan?

3. Bagaimana resiko Msds/ kelelahan pada pekerja bagian percetakan ?

4. Bagaimana pengendalian ( Hirarki pengendalian ) pada pekerja bagian percetakan ?

5. Bagaimana perbaikan lingkungan kerja (sesuai hasil survei) pada pekerja bagian

percetakan ?

7
6. Bagaimana alur proses kerja pada pekerja bagian percetakan ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui lingkungan kerja pada pekerja bagian percetakan

2. Untuk mengetahui gambaran postur atau posisi kerja pada pekerja bagian percetakan

3. Untuk mengetahui resiko Msds/ kelelahan pada pekerja bagian percetakan


4. Untuk mengetahui pengendalian ( Hirarki pengendalian ) pada pekerja bagian

percetakan

5. Untuk mengetahui perbaikan lingkungan kerja (sesuai hasil survei) pada pekerja

bagian percetakan

6. Untuk mengetahui alur proses kerja pada pekerja bagian percetakan

8
BAGIAN II
LINGKUNGAN KERJA
A. Lingkungan Fisik

1. Bising
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

gangguan pendengaran.

Lingkungan Fisik Hasil Observasi


Pada saat proses pembuatan Neonbox dengan
memotong besi menggunakan gerinda terjadi
kebisingan yang bersumber dari suara gerinda
Bising
tersebut yang bisa membuat orang yang
berada disekitarnya tidak dapat mendengar
terlalu jelas sumber suara selain gerinda.

2. Radiasi

Pengertian radiasi menurut Diwardojodan Ruslan yaitu  suatu pancaran energi  melalui  suatu

materi  atau  ruang  dalam  bentuk  panas,  partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya

(foton) dalam sumber radiasi.


Lingkungan Fisik Hasil Observasi
Radiasi Adanya radiasi di tempat percetakan yaitu
pada proses pengelasan, dimana proses
pengelasan memiliki radiasi yang dapat
dikategorikan sebagai radiasi non ionizing.
Yang menimbulkan bahaya pada kulit dan
mata serta luka bakar. Lensa mata yang
terpapar sinar las dalam waktu yang cukup
lama atau keseringan akan berakibat pada
fungsi transfaransi lensa menjadi terganggu,
dapat mengiritasi mata yang ditandai dengan

9
keluhan rasa pedih, gatal, dan membuat
pandangan menjadi gelap.

3. Suhu Dingin

Suhu yg kondusif akan meningkatkan produktivitas pekerjaan. Suhu yang terlalu

ekstrim dapat menyebabkan turunnya produktivitas kerja serta timbulnya penyakit akibat

kerja.
Lingkungan Fisik Hasil Observasi
Di tempat percetakan ini sendiri suhunya
tidak dingin namun tidak juga terasa panas.
Ventilasi yang kurang, memiliki AC tetapi
tidak berfungsi hanya menggunakan kipas
angin yg kurang terasa. Namun di tempat
Suhu dingin percetakan ini sendiri di bagian lantai 2
memiliki pintu teras yg cukup besar ketika di
buka udara jadi terasa dingin, namun ketika di
tutup udara yg masuk kurang.

B. Lingkungan Kimia

1. Zat Kimia

Dimanapun tempat bekerja tentu memiliki potensi yang mengganggu kesehatan

tubuh. Tidak terkecuali di percetakan dengan menggunakan tinta. Paparan yg terhirup

dari tinta yang digunakan tentu sedikit banyak berpengaruh terhadap kesehatan tubuh

apa lagi sudah berlangsung cukup lama.


Lingkungan Fisik Hasil Observasi
Terdapat zat kimia yang berasal dari tinta
dimana kariayawan yang menghirup bau tinta
atau terkena tinta yang berasal dari mesin
cetak akan terakumulasi di dalam tubuh
Tinta terutama pada saluran napas yaitu paru-paru.
Jika karyawan tersebut terlalu lama berkontak
dengan tinta, bisa terkena penyakit dermatitis
(Penyakit kulit / gatal-gatal).

10
2. Debu

Partikel debu yang berada di lokasi kerja dapat berpotensi masuk ke dalam saluran

pernapasan melalui hidung dan mulut sehingga dapat mengakibatkan keluhan

pernapasan. Pajanan partikel debu di percetakan dalam jumlah berlebih dapat

berdampak pada kerusakan patologis manusia. Namun, kerusakan ini tergantung dari

sifat, intensitas, lama pajanan, dan kerentanan individu. Keberadaan partikel debu di
lingkungan kerja percetakan dapat mengganggu produktivitas serta kesehatan pekerja.

Partikel debu dalam kondisi tertentu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan

pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan bahkan

dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI, 2013).


Lingkungan Fisik Hasil Observasi
Ruangan yang ditempati kariayawan pada saat
bekerja itu terdapat debu yang banyak pada
lantai dan pada barng-barang yang tidak
Debu
terpakai (mesin fotocopy, mesin cetak, kardus
bekas, dll), yang dapat menyebabkan
kariayawan sering bersin dan batuk.

C. Faktor Biologi
1. Jamur

Jamur adalah pertumbuhan organisme kecil berwarna hitam, putih, oranye, hijau,

hingga ungu yang tidak diinginkan dan bisa ditemukan hampir di mana-mana. Di luar

ruangan, jamur memainkan peran penting di alam, mengolah dedaunan, tanaman, dan

pohon-pohon kering. Jamur bertahan hidup di lingkungan lembap dan berkembang biak

dengan cara melepaskan pasukan spora kecil dan ringan yang melakukan perjalanan

melalui udara. Di dalam rumah, jamur ditemukan sebagai hasil dari kondensasi

permukaan akibat kelembapan yang belebihan, kurangnya ventilasi, atau suhu rendah;

11
uap atau sirkulasi udara yang tidak mumpuni dalam kamar mandi; maupun kebocoran air,

seperti dari atap atau pipa yang bocor, lantai kayu yang lapuk, atau bekas banjir. Dalam

jumlah kecil, spora jamur biasanya tidak berbahaya, tetapi ketika mereka mendarat di

tempat basah di rumah Anda, koloni jamur dapat mulai berkembang. Ketika jamur

tumbuh di permukaan, spora dapat dilepaskan ke udara di mana mereka dapat dengan

mudah terhirup. Beberapa jenis jamur dalam ruangan mampu menghasilkan racun yang

sangat ampuh (mikotoksin) yang larut dalam lemak dan mudah diserap oleh lapisan usus,

saluran udara, dan kulit. Bagi orang-orang yang sensitif terhadap jamur, menghirup atau
menyentuh spora jamur dapat menyebabkan reaksi alergi, termasuk bersin, pilek, iritasi

tenggorokan, batuk atau suara mengi, iritasi mata, dan ruam kulit. Orang dengan alergi

jamur serius mungkin memiliki reaksi yang lebih parah, termasuk sesak napas. Pada

orang dengan asma yang alergi terhadap jamur, menghirup spora dapat memicu serangan

asma.
Lingkungan Fisik Hasil Observasi
Pada ruangan tempat editing sangat lembab
terdapat air yang menetes dari pendingan
ruangan/Ac sehingga menyebabkan tembok
menjadi basah yang kemudian membuat
Tembok berjamur tembok tersebut menjadi berjamur, yang jika
dihirup atau jika disentuh jamur tersebut dapat
menyebabkan reaksi alergi termasuk bersin,
pilek, iritasi tenggorokan, batuk, atau suara
mengi, dan ruam kulit,

D. Faktor Psikologi (Stres Kerja)

Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi,

dan kondisi seseorang, hasilnya stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam kemampuan

seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya akan mengganggu pelaksanaan

tugas-tugasnya. Menurut Luthans ada beberapa penyebab stres kerja:

12
a. Stressor Ekstraorganisasi

Stressor ekstraorganisasi adalah faktor penyebab stres yang berasal dari luar

perusahaan yaitu mencakup hal seperti di bawah ini:

1) Perubahan sosial

Perubahan sosial secara umum diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau

berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi, kenyamanan dalam

lingkungan, pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk

mendapatkan penghidupan yang lebih bermanfaat.


2) Dukungan keluarga

Secara umum diakui bahwa keluarga mempunyai dampak besar terhadap tingkat

stres seseorang. Situasi keluarga baik krisis singkat, seperti pertengkaran atau sakit

anggota keluarga, atau relasi buruk dengan orangtua, pasangan, atau anak-anak dapat

bertindak sebagai stressor yang signifikan pada karyawan.

b. Stressor Kelompok

Stressor kelompok dapat di kategorikan menjadi dua area, yaitu:

1) Rekan kerja yang tidak menyenangkan.

Karyawan sangat di pengaruhi oleh dukungan anggota kelompok yang kohesif.

Dengan berbagi masalah dan kebahagiaan bersama-sama, mereka jauh lebih baik. Jika

hubungan antar rekan kerja ini berkurang pada individu, maka situasi akan ini akan

membuat stress.

2) Kurangnya kebersamaan dengan rekan kerja.

Studi Hawthorne jelas membahas kohesivitas atau “kebersamaan” merupakan hal

penting pada karyawan, terutama pada tingkat organisasi yang lebih rendah.

c. Stressor Individu

Terdapat kesepakatan mengenai dimensi situasi dan disposisi individu yang dapat

mempengaruhi stres. Menurut Luthans (2006:442), disposisi individu seperti pola

kepribadian tipe A, kontrol personal. Faktor stres yang mempengaruhi seorang individu

13
adalah beban kerja, terbatasnya waktu kerja dan peran ganda. Pola kepribadian karyawan

saat mengalami stres kerja berbeda-beda. Menurut Cooper dan Davidson dalam Rivai

(2009:313) individual stressor memiliki beberapa item yaitu tipe kepribadian seseorang,

kontrol personal, dan tingkat kepasrahan seseorang, serta tingkat ketabahan dalam

menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran. Ketika karyawan mengalami stres

tanggapan karyawan bisa biasa saja sampai dengan ektsrim (berlebihan). Karyawan di

tuntut bekerja dengan intensitas tinggi, tentu saja akan mengalami stres. Untuk itu para

individu harus bisa mengontrol emosinya.


E. Faktor Fisiologis (Keluhan yang dirasakan saat bekerja)

Keluhan yang dirasakan oleh karyawan pada saat bekerja, sering merasakan pegal di bagian

anggota tubuh tertentu seperti kaki atau betis pegal-pegal, bahu terasa pegal, beberapa karyawan

merasakan sakit dibagian bokong.

Tabel 1.1

Distribusi Responden berdasarkan umur di Percetakan INDOMEDIA DIGITAL PRINTING

Tahun 2019

No Umur Frekuensi ( N ) Presentase ( % )

1 21-30 2 40

2 31-50 3 60

Total 5 100

Tabel 1.1 Menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur pada percetakan

INDOMEDIA DIGITAL PRINTING sebanyak 5 responden, Dimana umur 21-30 sebanyak 2

responden ( 40 % ) dan umur 31-50 sebanyak 3 responden ( 60 % )

14
Tabel 1.2

Distribusi Responden berdasarkan pendidikan di Percetakan INDOMEDIA DIGITAL

PRINTING Tahun 2019

No Pendidikan Frekuensi ( N ) Presentase ( % )

1 SD 1 20

2 SMP 2 40

3 SMA/SMK 2 40

Total 5 100

Tabel 1.2 Menunjukkan distribusi responden berdasarkan pendidikan pada percetakan

INDOMEDIA DIGITAL PRINTING sebanyak 5 responden, Dimana pendidikan tingkat SD

sebanyak 1 responden ( 20 % ) dan pendidikan tingkat SMP sebanyak 2 responden ( 40 % )¸dan

pendidikan pada tingkat SMA/SMK sebanyak 2 responden( 40 % )

Tabel 1.3

Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan di Percetakan INDOMEDIA DIGITAL PRINTING

Tahun 2019

No Pekerjaan Frekuensi ( N ) Presentase ( % )

1 Design 1 20

2 Percetakan 1 20

3 Multitalent 1 20

4 Tukang Las 2 40

Total 5 100

Tabel 1.3 Menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan pada percetakan

INDOMEDIA DIGITAL PRINTING sebanyak 5 responden, Dimana pekerja bagian design

sebanyak 1 responden ( 20 % ), pekerja bagian percetakan sebanyak 1 responden ( 20 % )¸

15
pekerja bagian Multitalent sebanyak 1 responden ( 20 % ), dan pekerja bagian Las ( Boxing)

sebanyak 2 responden ( 40% )

16
BAGIAN III
POSTUR KERJA ( BERDIRI & DUDUK )
A. Definisi

Posisi kerja mempunyai suatu gambaran yang terdiri dari posisi badan, kepala dan

anggota tubuh ( tangan & kaki ) baik dalam hubungan antar bagian-bagian tubuh tersebut

atau letak pusat gravitasinya, posisi kerja yang sesuai dengan aturan ergonomis akan

berdampak lebih baik untuk pekerja dibandingkan dengan posisi kerja yang tidak sesuai

dengan aturan ergonomis, karena posisi kerja sangat berpengaruh terhadap kondisi
seorang pekerja untuk menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Pekerjaan dengan waktu

yang lama yang posisinya tetap atau sama baik dengan berdiri atau duduk akan

menghasilkan ketidaknyaman.

Posisi kerja dalam keadaan berdiri akan membuat seorang pekerja selalu berusaha

menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan beban kerja pada kaki dan

otot-otot punggung kondisi ini juga dapat menyebabkan mengumpulnya darah pada

anggota tubuh bagian bawah. Dan pada saat berdiri batang tubuh dikhawatirkan mudah

terdevisiasi dari postur yang awalnya berdiri netral dan memiliki risiko yang tinggi

terkena cedera saat melakukan gerakan seperti, fleksi,menekuk dan memutar batang

tubuh lebih dari 20 derajat, Sedangkan posisi kerja duduk tanpa adanya penyesuaian akan

berdampak pada melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dll.

(Pangaribuan,2009 )

B. Antropometri

Adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik

tubuh manusia, seperti ukuran,bentuk, kekuatan , dan penerapan untuk menangani

masalah desain, Antropometri termasuk bagian dari ergonomi yang secara khusus juga

mempelajari tentang ukuran tubuh manusia seperti dimensu linear, serta isi dan juga

termasuk daerah ukuran, kekuatan,kecepatan,dan aspek lain dari gerakan tubuh.

( Stevenson,1989).

17
Antropometri statis adalah pengukuran tubuh manusia dengan posisi diam, yang

diambil secara lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh.posisi diam dalam jangka

waktu yang lama ketika bekerja dapat mengakibatkan pekerjaan tidak efektif dan sakit

setelah bekerja. Secara statis pengurangan pasokan oksigen dan glukosa dari darah. Pada

postur kerja statis Panjang otot tetap dan kontraksi otot juga menetap pada satu periode

waktu secara terus-menerus, contohnya menyebabkan peregangan otot dan ligament

daerah punggung yang dapat menimbulkan resiko terjadinya low back poin.

Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh dalam keadaan bergerak atau


memperhatikan gerakakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja melaksanakan

kegiatan, contohnya pada saat pengukuran sudut putaran tangan dan pergelangan

kaki.pekerjaan yang biasa dilakukan seperti mengangkat,membawa,mendorong,dan

menarik beban yang merupakan bentuk pekerjaan yang dilakukan dengan postur dinamis

yang memiliki tingkat resiko ergonomis yang cukup serius. Pada posisi kerja ini otot

mengalami pengerutan dan pengenduran secara silih berganti, postur kerja ini memiliki

risiko MSDs lebih rendah dibandingkan dengan postur kerja statis.

C. Kegunaan

Pengukuran antropometri akan digunakan dalam pertimbangan ergonomis, yang telah

dilakukan dapat diaplikasikan secara luas seperti,

1. perancangan suatu area kerja

2. perancangan suatu perkakas dan alat-alat kerja seperti mesin, perlengkapan kerja, dan

lainnya.

3. Perancangan produk yang sifatnya konsumtif seperti meja, kursi,dan lainnya.

4. Perancangan suatu lingkungan kerja fisik. ( wugnjosoebroto, 2004 ).

18
D. Cara menghitung manual dan aplikasi bagi Reba ( Rapid entire Body Assesment )

Reba menurut sue hignetdan lynn McAtamney digunakan untuk mengukur postur tubuh

pekerja.

Lembar Data REBA

Pekerja 1

Nama Asri

Umur 33

Pekerjaan Design

Shift 09.00-21.00

REBA SCORE

Bagian A Bagian B

Bagian Skor adjustment Total Ket. Bagian Skor Adjustment Total Ket.

Tubuh Score Tubuh Score

Neck +2 Twisted +1 +3 Upper +2 Arm is +2

Arms

Trunk +2 Twisted +1 +3 Lower +1 0 +1

Arms

Legs +2 >60 (+2) +4 Wrist +1 Twisted +1 +2

Sumber: Data Primer,2019.

Score A: 8

Score B: 2

REBA score: 8 = Risk level tinggi, action perlu perbaikan secepatnya (necessary soon)

19
Pekerja 2

Nama Mas juki

Umur 28

Pekerjaan Tukang Cetak

Shift 09.00-21.00

REBA SCORE

Bagian A Bagian B

Bagian Skor adjustment Total Ket. Bagian Skor Adjustment Total Ket.

Tubuh Score Tubuh Score

Neck +1 Side bending +2 Upper +2 Shoulder is +3

+1 Arms raised +1

Trunk +2 Side Bending +3 Lower +1 0 +1

+1 Arms

Legs +1 0 +1 Wrist +2 Adjust +1 +3

Sumber: Data Primer,2019.

Score A: 4

Score B: 5

REBA score: 5 = Risk level sedang, action diperlukan sekadarnya.

20
Pekerja 3

Nama Gazali

Umur 21

Pekerjaan Semua bagian

Shift 09.00-21.00

REBA SCORE

Bagian A Bagian B

Bagian Skor adjustment Total Ket. Bagian Skor Adjustment Total Ket.

Tubuh Score Tubuh Score

Neck +2 Side Bending +3 Upper +2 Shoulder is +1 +3

+1 Arms

Trunk +3 Side Bending +4 Lower +2 0 +2

+1 Arms

Legs +2 >60 (+2) +4 Wrist +1 Adjust +1 +2

Sumber: Data Primer,2019.

Score A: 9

Score B: 5

REBA score: 10 = Risk level tinggi, action perlu perbaikan secepatnya (necessary soon)

21
Pekerja 4

Nama Mas Jii

Umur

Pekerjaan Tukang Las

Shift 09.00-18.00

REBA SCORE

Bagian A Bagian B

Bagian Skor adjustment Total Ket. Bagian Skor Adjustment Total Ket.

Tubuh Score Tubuh Score

Neck +2 Twisted +1 +3 Upper +2 20-45 (+2) +4

Arms

Trunk +3 Adjust +1 +4 Lower +2 0 +2

arms

Legs +1 30-60 (+1) +2 Wrist +1 Twisted +1 +2

Sumber: Data Primer,2019.

Score A: 7

22
Score B: 6

REBA score: 9 = Risk level tinggi, action perlu perbaikan secepatnya (necessary soon)

Pekerja 5

Nama Abdi

Umur

Pekerjaan Tukang Las

Shift 09.00-18.00

REBA SCORE

Bagian A Bagian B

Bagian Skor adjustment Total Ket. Bagian Skor Adjustment Total Ket.

Tubuh Score Tubuh Score

Neck +2 Twisted +1 +3 Upper +2 20-45 (+2) +4

Arms

Trunk +3 Adjust +1 +4 Lower +2 0 +2

arms

Legs +2 0 +2 Wrist +1 Adjust +1 +2

Sumber: Data Primer,2019.

23
Score A: 7

Score B: 6

REBA score: 9 = Risk level tinggi, action perlu perbaikan secepatnya (necessary soon)

24
Cara menghitung nila REBA

25
BAGIAN IV
RISIKO MSDs/ KELELAHAN
A. Pengertian

Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah salah satu penyakit yang berkaitan

dengan jaringan otot, tendon,ligamen, system saraf,struktur tulang, dan pembuluh

darah. MSDs ini dapat dipengaruhi karena faktor

1. Pekerjaan, dimana yang termasuk dalam faktor pekerjaan meliputi, postur

janggal, postur statis, pegangan otot yang berlebihan,aktifitas berulang,


forceload,frekuensi,durasi,dan alat perangkai/genggaman.

2. Personal, meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran

jasmani,kekuatan fisik,ukuran tubuh, masa kerja, dan indeks massa tubuh.

3. Lingkungan , faktor lingkungan antara lain mikrolimat ( suhu ), getaran,

iluminasi.

4. Psikososial, yang terakhir ini disebabkan karena kepuasaan kerja, stress mental,

dan organisasi kerja.( Tarwaka,et al, 2004 ).

Dengan adanya MSDs terhadap pekerja terkhusus pekerja fisik sudah seharusnya

mendapatkan perhatian khusus karena penyebab terbesar hilangnnya jam kerja

akibat cedera atau cacat fisikyang hamper terjadi disetiap inbdustri disebabkan

oleh MSDs.( Laraswati,Hervita,2009)

Cara mengatasi keluhan tersebut, kita dapat melakukan tindakan seperti diet,

menjaga postur tubuh yang baik, dan juga Ergonomi Exercise( Melysa,2007).

B. Jenis-jenis MSDs

Jenis-jenis MSDs dapat dibagi menurut lokasi nyerinya, karena nyeri merupakan

tanda awal dari MSDs di salah-satu bagian tubuh, dengan tingkat nyeri yang berbeda

pada setiap individu ( Dinar et al,2018 ).

26
1. Nyeri leher

Beberapa hal yang dapat berpengaruh pada nyeri dileher yaitu, pergerakan lengan

atas dan leher yang berulang-ulang, beban statis pada otot leher dan bahu, serta

posisi leher yang berbahaya saat bekerja, studi longitudinal menyatakan bahwa

lama kerja menggunakan tangan lebih tinggi dari bahu maka akan berhubungan

dengan nyeri pada leher. Dimana leher akan terasa sakit,kaku, nyeri pada otot-otot

leher, sakit kepala, dan migren.( samara,2007)

2. Nyeri bahu
Nyeri pada bahu biasanya ditandai dengan gejala diberbagai sendi,

otot,tendon,dan bursa yang terlibat dalam gerakan bahu. Gejalanya dapat

bervariasi dan penyebabnya terjadi tanpa sebab.

3. Nyeri pergelangan tangan

Yaitu keluhan yang sering terjadi yang dapat mengurangi kualitas hidup

seseorang, hal ini biasa terjadi tiba-tiba karena cederav yang disebabkan karena

jatuh, kista ganglion. Gejala yang timbul dapat berupa pembengkakan,nyeri

tekan,edema. Nyeri pada pergelangan untuk geraskan yang berulang atau

menggunakan alat yang bergetar ( Saccomano dan Ferrara,2017 ).

4. Nyeri punggung

Merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman atau terdapat pada daerah ruas

lumbalis kelima dan sakralis, gejala yang timbul dapat berupa nyeri yang bersifat

sementara atau menetap atau menjalar. Yang sering terjadi ditempat kerja yaitu

nyeri punggung akibat dari trauma kumulatif, misalnya duduk dengan waktu yang

lama atau posisi kerja yang kurang ergonomis. Hal ini desebabkan juga karena

faktor usia,jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT),jenis pekerjaan, massa

kerja,kebiasaan merokok, aktivitas rumah tangga, pekerjaan yang dilakukan

berulang-ulang,vibrasi dan stress psikososial ( Maizura,2015 ).

27
C. Keluhan MSDs pekerja di lokasi survei dengan menggunakan Nordic Body Map

Dari hasil observasi terkait keluhan MSDs yang ditemukan pada pekerja bagian

percetakan di INDOMEDIA DIGITAL PRINTING di jln. Pelita Raya Makassar

Terdapat 5 responden yang memiliki jenis kelamin yang sama yaitu laki-laki, dimana

dari 5 responden keluhan tertinggi yang dirasakan yaitu sangat sakit pada bagian

pinggang, betis kiri dan betis kanan, dan pada keluhan Sakit yang tertinggi pada

bagian bahu kanan, lengan atas kiri, dan lengan atas kanan, bagian

punggung,pinggang, pergelangan tangan kanan,paha kiri dan kanan, betis kiri dan
betis kanan, pergelangan kaki kiri dan pergtelangan kaki kanan, serta pada kaki kiri

dan kanan. Dan pada keluhan sedikit sakit terdapat pada seluruh bagian tubuh. Dan

pada bagian tubuh yang tidak terasa sakit sama sekali terdapatv pada seluruh bagian

tubuh, kecuali sakit pada lengan atas kiri.

Nordic Body Map Kuesioner merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist

ergonomi. Dengan Nordic Body Map dapat melakukan identifikasi dan memberikan

penilaian terhadap keluhan rasa sakit yang dialami. Kuesioner Nordic Body Map

adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan

pada para pekerja karena sudah terstandarisasi dan tersususn rapi.Pengumpulan data

dengan menggunakan metode Nordic Body Map dilakukan dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner Nordic Body Map ini dalam penilaiannya menggunakan “5

skala likert” dengan skala 1 sampai dengan 5. Responden diminta untuk memberikan

penilaian terhadap bagian tubuhnya yang dirasakan sakit selama melakukan aktivitas

kerja sesuai dengan skala likert yang telah ditentukan. Berikut ini adalah tabel

kuisioner Nordic Body Map pada karyawan di percetakan Indoemedia Digital

Printing.

28
Nama: Asri

Umur: 42 tahun

29
Nama: Mas Juki
Umur: 32 tahun

30
Nama: Gazali
Umur: 22 tahun

31
Nama: Mas Ji
Umur: 48 tahun

32
Nama: Abdi
Umur: 36 tahun

33
BAGIAN V
PENGENDALIAN (HIRARKI PENGENDALIAN)
A. Pengendalian secara tekniks (Eliminasi, Subtitusi, Isolasi)

1. Eliminasi

Yaitu bagaiamana menghilangkan bahaya secara keseluruhan. Cara ini merupakan

pilihan dalam melakukan pengendalian tapi sangat sulit untuk dilakukan, yang

bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan

suatu system karena terdapat kekurangan pada desain. Metode ini merupakan yang
palki baik sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku kerja dalam menghindari

resiko contoh eliminasi yang dapat dilakukan yaitu, eliminasi bahaya pada saat jatuh,

bahaya ergonomi, ruangan yang terbatas, bahaya kebisingan, dan kimia. Lampu pada

ruang kerja perlu di ganti karena kurang pencahayaan, serta ventilasi atau jendela

perlu di ganti dengan yang lebih besar, pendingin ruangan yang tidak berfungsi, kipas

angin tidak terlalu bagus, meja tempat mendesain (untuk komputer), kursi yang tidak

nyaman.

2. Subtitusi

Yaitu mengganti bahan baku atau alat yang ada dengan jenis lain yang tidak

terlalu menimbulkan bahaya. Misalnya mengganti mesin yang sudah rusak atau tidak

layak pakai dengan mesin yang lebih canggih dan juga mengganti material berbahaya

dengan yang lebih aman.

Lampu pada ruang kerja diganti menjadi lampu yang lebih terang

pencahayaannya, ventilasi perlu diperbesar agar udara di dalam ruangan tidak terlalu

panas, tidak terlalu lembab, dan bisa menambah pencahayaan di dalam ruang

percetakan. Ventilasi ini sangat penting pada bagian cetak karena bau/zat kimia dari

hasil cetakan bisa keluar dan tidak tinggal dalam ruang percetakan. Pendingin

ruangan juga harus diganti dengan yang baru karena suhu pada tempat kerja sangat

tidak nyaman/terasa panas bagi karyawan karena kipas angin tidak terlalu terasa

34
karena karyawan banyak di dalam ruangan tertutup. Meja perlu diganti dengan meja

kaki yang lebih tinggi agar karyawan yang mendesain tidak terlalu membungkuk

berlama-lama dan juga kursi diganti dengan yang memiliki gabus atau bantalan agar

karyawan tidak mudah lelah dan sakit punggung saat bekerja.

3. Isolasi/ engineering control

Yaitu sebuah langkah yang dilakukan untuk mengendalikan dengan

memanfaatkan teknologi-teknologi yang sudah ada dengan cara memodifikasi desain

untuk menghilangkan atau menguragi sesuatu yang bahaya.misalnya menginstalasi


sistem ventilasi, pemberian pelindung pada mesin dan alat-alat yang diapakai,

pengurangan sumber dari kebisingan.

Pada tempat percetakan ini tidak ada bagian atau alat yang perlu di isolasi (hanya

perlu di redesign saja).

B. Pengendalian secara administarif (Pemeriksaan Kesehatan berkala, awal dan khusus,

shift kerja, rotasi housekeeping)

Pada industri percetakan ini, tidak diberlakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

oleh karena itu pada seluruh karyawan baru memeriksakan diri mereka ke tenaga

kesehatan jika ada yang sedang sakit.

Adapun Shift kerja pada karyawan terhitung 12 jam kerja yaitu dari jam 09.00 pagi

sampai 21.00 malam dan tidak ada jadwal lembur bagi karyawan.

C. Pengendalian dengan APD (APD sesuai potensi bahaya sesuai dengan topik)

Alat pelindung diri (APD) alat yang digunakan untuk melindungi seluruh atau

sebagian kemungkinan timbulnya adanya peluang bahaya terjadi kecelakaan kerja di

tempat kerja. Penggunaan Alat pelindung driri sering kali dianggap tidak penting oleh

para pekerja padahal penggunaan alat pelindung diri ini sangat penting dan berpengaruh

terhadap keselamatan dan kesehatan pada pekerja. Kedisiplinan pekerja pada alat

pelindung diri tergolong masih sangat rendah sehingga menimbulkan resiko terjadinya

kecelakaan pekerja yang cukup besar.

35
APD yang perlu digunakan di tempat percetakan yaitu masker yang berfungsi untuk

menyaring udara yang masuk pada pernafasan dan zat kimia pada tinta tidak mudah

terhirup serta menyaring debu yang ada pada ruangan. Sarung tangan juga perlu

digunakan agar saat mengganti tinta tidak terjadi kontak langsung dengan kulit.

36
BAGIAN VI
PERBAIKAN LINGKUNGAN KERJA
(REKOMENDASI UNTUK HOME INDUSTRY) YANG SESUAI DENGAN
LOKASI SURVEI
A. Redesign fasilitas kerja dengan memanfaatkan aset yang ada

1. Mengubah instalasi meja dan kursi untuk tempat desain karena ukuran meja tidak

sesuai dengan posisi kursi untuk duduk. Meja cukup rendah untuk komputer sehingga

tidak ergonomis jika digunakan untuk mendesain karena membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk melakukan desain. Mengubah kursi juga diperlukan karena kursi

yang digunakan tidak cukup nyaman karena tidak ada bantalan atau gabus pada kursi

tersebut sehingga dapat membuat bagian punggung dan pantat terasa sakit. Perlu juga

penambahan beberapa meja untuk bagian cutting karena posisi karyawan saat proses

cutting tidak baik karena harus membungkuk dilantai dengan waktu yang cukup lama.

B. Lingkungan kerja dengan memanfaatkan aset yang ada

1. Suhu panas dan dingin

Suhu pada ruang yang dingin perlu dikurangi karena dapat membuat dinding tembok

menjadi berjamur karena sangat lembab. Suhu panas pada bagian percetakan juga

tidak baik karena membuat karyawan kurang nyaman saat bekerja sehingga perlu

dipasangi pendingin ruangan/AC atau juga kipas angin yang bisa memberi kesejukan

yang cuku pada ruang percetakan.

2. Zat kimia

Tinta yang berserakan disekitar mesin cetak, selain terlihat sangat kotor juga tidak

baik jika terjadi kontak langsung pada kulit karena dapat menyebabkan dermatitis.

Tinta tersebut perlu diberi sebuah wadah/tempat agar tidak berserakan atau juga

dipindahkan ke tempat yang tidak terlihat. Tempat yang bagus digunakan seperti

plastik agar mudah dibersihkan jika tinta berserakan.

37
3. Debu

Debu pada tempat percetakan sedikit mengganggu karena membuat karyawan sering

bersin dan batuk. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembersihan pada tempat

percetakan sebelum dan sesudah bekerja. Perlu juga untuk memindahkan barang-

barang yang sudah tidak terpakai di dalam ruangan tersebut karena membuat ruang

kerja menjadi kecil dan tidak pernah dibersihkan sehingga debu pada barang tersebut

mengganggu aktivitas bekerja pada karyawan.

4. Jamur
Pada dinding tembok yang sangat lembab membuatnya menjadi berjamur dimana

jamur ini jika tumbuh ke permukaan spora dapat dilepaskan ke udara di mana mereka

dapat dengan mudah terhirup. Beberapa jenis jamur dalam ruangan mampu

menghasilkan racun yang sangat ampuh (mikotoksin) yang larut dalam lemak dan

mudah diserap oleh lapisan usus, saluran udara, dan kulit. Bagi orang-orang yang

sensitif terhadap jamur, menghirup atau menyentuh spora jamur dapat menyebabkan

reaksi alergi, termasuk bersin, pilek, iritasi tenggorokan, batuk atau suara mengi,

iritasi mata, dan ruam kulit. Pada ruang yang memiliki AC/pendingin ruangan perlu

mengurangi suhunya agar tidak terlalu dingin dan juga untuk tidak menyalakan

pendingin ruangan sepanjang hari. Untuk dinding tembok yang berjamur, perlu

direnovasi untuk menghilangkan jamur pada tembok.

38
BAGIAN 7
ALUR PROSES KERJA

Proses Kerja Potensi Hazard Pengendalian

1. Mengedit 1. Kelelahan pada mata karena 1. Istirahat setiap 20 menit dan


2. Mencetak terlalu lama bertatapan dengan mengalihkan pandangan ke jarak
3. Pemotongan layar komputer dan posisi duduk jauh selama 20 detik. Dilakukan
spanduk/hasil yang yang terlalu lama. juga proses peregangan pada
dicetak 2. Bau tinta pada hasil cetakan yang badan agar punggung dan tangan
4. Pemotongan besi dapat dihirup sehingga tidak sakit/pegal.
pada bagian neon menimbulkan batuk serta 2. Menggunakan masker sekali
box penyakit pernafasan lainnya. pakai agar udara dapat tersaring
3. Terlalu lama membungkuk di di hidung. Membuka ventilasi
lantai saat proses pemotongan juga diperlukan agar udara dapat
hasil cetakan akan membuat bertukar dan bau tinta tidak
punggung sakit, kaki dan tangan tinggal di dalam ruang kerja.
juga mudah pegal dan kaku. 3. Menambah meja dan kursi kerja
4. Percikan dari mesin untuk bagian pemotongan hasil
pemotong/gerinda bisa masuk ke cetakan dan melakukan
dalam mata sehingga membuat peregangan otot kaki dan tangan
lensa mata lecet serta mata perih. agar tidak terjadi kram atau
Bisingnya alat juga pegal.
mempengaruhi alat pendengaran 4. Menggunakan kacamata hitam
yang berdampak pada diri sendiri untuk mencegah masuknya
dan juga orang lain. percikan api di mata dan
menggunakan pakaian lengan
panjang agar tidak terkena kulit.
Untuk kebisingannya, karyawan
menggunakan penutup telinga
agar bunyi dari gerinda tidak
terlalu mengganggu
pendengaran, juga tidak
dilakukan di dalam ruangan
tertutup agar suaranya tidak
semakin keras.

39
BAGIAN 8
DOKUMENTASI HASIL LAPANGAN

Gambar 1.1. Bagian depan percetakan

Gambar 1.2. Ruang percetakan dan desain

40
Gambar 1.3. Barang yang tidak terpakai dalam ruang percetakan

Gambar 1.4. Proses cutting hasil percetakan tanpa menggunakan meja

41
Gambar 1.5. Proses pemasangan stiker pada mobil

42
Gambar 1.6. Proses pencetakan

Gambar 1.7. Proses pengeditan

43
BAGIAN 9
REFERENSI
Akhiri Joko Purnomo, Annisa Purbasari, Abdullah Merjani. 2018. Usulan Perbaikan Risiko

Musculoskeletal Disordess ( MSDs) Dan Beban Kerja Fisiologis Dengan Pendekatan

Ergonomi Pada Pekerja Assembly Di PT.KOP Surface Products Profesional. Vol.6.No 2,

41-47

Ardhita Meila Pramesti Dewi. 2019. Hubungan Antara Postur Kerja Dengan Keluhan

Musculosceletal Disorders Pada Pegawai Administrasi Di Kantor Pusat Universitas Jember.


Skripsi.

Ari Ashari, M.Furqaan Naiem, Muhammad Rum Rahim. 2018. Gambaran Keluhan Gangguan

Kesehatan Pada Operator Percetakan Kota Makassar. Jurnal Risiko Keluhan Dermatitis

Kontak Pada Pekerja Percetakan. Vol.4.No.1,1-10

Arif Nurma Etika, Viki Dekita Audina, Kun Ika Nur Rahayu. 2017. Pengaruh Ergonomis

Exercise Terhadap Tingkat Risiko Musculosceletal Disorder (MSDs) Pada Karyawan Di

Pabrik Pembalut Dikediri. NSJ. Vol 1, No.1, 22-29

Lanto Widodo, Silvi Arianti, dan Fajar Aulia Kurniawan. 2018. Perencangan Stasiun Kerja

Ergonomis Pada Stasiun Kerja Printing CV. Karyamitra Lestari. Jurnal Ilmiah Tekhnik

Industri. Vol.6.No.1,29-34

Lulu ratnasari, Sadi, Intan Berlianty. 2019. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap

Produktivitas Dengan Pendekatan Ergonomi Makro Di PT. Murakabi Jaya Mandiri. Jurnal

Tekhnik Industri Fakultas Tekhnik Industri. Vol.12,No.1, 48-52

Nur Rizqi Septiana, Evi Widowati. 2017. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Jurnal

Higeia.Vol.1 (1) (2017).

Raden Irham Susetyo, Ika Zenita Ratnaningsih.2017. Persepsi Terhadap Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi Di PT X Bekasi. Jurnal Empati.

Vol.5(1),55-59

44
Syafiq Hilmi MZ, Retno Maulanasari, Ali ridwan, Enti Nur Hayati. 2019. Perancangan Stasiun

Kerja Bengkel Bubut (Operator Mesin Bubut ). Prosiding Sendi. Vol.4.No 1, 662-672

45

Anda mungkin juga menyukai