Anda di halaman 1dari 12

SISTEM JAMINAN KESEHATAN JEPANG

A. Profile Negara
Negara jepang adalah sebuah negara dengan luas 377,864 km² (145,894 miles²) dan
berpenduduk 126.9 juta jiwa ini merupakan kekuatan ekonomi di Asia yang memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Jepang memiliki pendapatan perkapita yang cukup tinggi sebesar
US $37,870, dan perekonomiannya berbasis pada sektor industri yang sangat padat
teknologi.
Secara geografis, Jepang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari suatu
rantai kepulauan, yang utama adalah Kyushu, Shikoku, Honshu (tempat Tokyo dan Osaka
terletak) dan Hokkaido. Tanah berbukit-bukit dan gunung berapi, dan hanya 17% dari
luas total diolah. Gunung tertinggi adalah Gunung Fuji (gunung berapi yang tidak aktif) pada
3.776 m.
Pasca-perang ekonomi Jepang mengalami pertumbuhan yang pesat, meningkat sepuluh
kali lipat dari sebelumnya pada periode 1955-1990. Sejumlah faktor, termasuk suku
bunga rendah, deregulasi perbankan, dan apresiasi yen yang dilakukan secara tiba-tiba
mengakibatkan gelembung (bubble) pada pasar saham dan real estat pada akhir tahun1980an. Pada
akhir tahun 1989 gelembung pecah, dan setelah itu harga saham turun sebanyak 75% dan nilai tanah
komersial di Tokyo turun sebesar 85%. Ini adalah masa terjadinya krisis yang menyebabkan negara
ini memiliki defisit anggaran yang terus meningkat hingga saat ini.
Perdagangan Jepang mulai terbukan pada tahun 1990-an, sebagai tekanan harga dan
persaingan pasar global telah mendorong perusahaan Jepang untuk melirik pasar luar negeri dalam
mengembangkan produk, teknologi, design, dan jasa. Tetapi bagi para investor, Jepang masih
merupakan pasar dengan biaya tinggi, serta memakan banyak waktu untuk para investor
melaksanakan kegiatan produksi. Jepang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ageing
populations tercepat didunia, yang disebabkan tingginya tingkat harapan hidup dan
rendahnya tingkat kelahiran. Akibatnya saat ini populasi di Jepang mulai berkurang, penduduk
usia kerja diperkirakan akan di kontrak lebih lama 20 persen selama 25 tahun ke depan jika tren ini
terus berlanjut. Hal ini menyebabkan tantangan yang sudah sangat familiar terjadi di
Negara-negara maju di Eropa, yaitu permasalahan penyediaan sistem pensiun dan jaminan kesehatan
dimasa yang akan datang.
B. Sejarah Perkembangan Jaminan Kesehatan
Jepang memiliki sejarah panjang dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan
bagi masyarakatnya. Akar pelaksanaan jaminan kesehatan telah ada di Jepang sejak
abad ke 19, tepatnya pada tahun 1835 dimana pada saat itu terdapat semacam skema
asuransi dari penduduk secara sukarela untuk mengumpulkan kontribusi burupa bahan
pangan (beras) untu mendapatan jaminan asuransi bagi seluruh masyarakat, benefit
yang diterima masih berupa kebutuhan dasar pada saat itu. Dari sini kemudian skema
asuransi kesehatan di Jepang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Secara umum perkembangan sistem jaminan kesehatan di Jepang dibagi
menjadi 2 periode, yaitu Periode Sebelum PD dan Periode Setelah PD.
Periode sebelum PD, adalah pertama kalinya Jepang memberlakukan jaminan
kesehatan secara formal, yang waktu itu merupakan jaminan bagi pekerja di sektor
swasta, yang ditandai dengan pemberlakuan Health Insurance Law pada tahun 1922.
Pada sistem jaminan kesehatan ini hanya sedikit perusahaan yang memberikan
jaminan kesehatan secara penuh kepada pekerjanya. Sistem jaminan kesehatan yang
diperkenalkan ini hanya memberikan perlindungan secara parsial kepada para
pekerjanya dan benefit yang diterima tidak komprehensif. Ketentuan bagi jaminan
kesehatan hanya berlaku untuk perusahaan dengan jumlah pegawai >10 orang dan
dengan pendapatan minimal dibawah 1.200 yen tidak mendapatkan jaminan, serta
hanya diberikan pada pekerja (tidak untuk tanggungannnya).
Pembelakuan sistem jaminan kesehatan pada periode ini mendapat hambatan
yang sangat besar dengan terjadinya Great Depression pada tahun 1929 yang
berdampak melas keseluruh dunia. Namun akhirnya sejalan dengan dengan perbaikan
dalam pertumbuhan perekonomian paska terjadinya krisis tadi, sistem jaminan,
kesehatan kembali mengalami kestabilan dalam pengelolaannya. Ketika Jepang
menghadapi PD II, sistem jaminan kesehatan telah secara bertahap mengalami
perbaikan dan diperluas sebagai bagian upaya pemerintahuntuk memperkuat
angakatan kerja. Tahun 1938 dibentuk Kementrian Kesehatan, dan Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional yang berbasis regional dibentuk pada tahun yang sama.
Periode Pasca PD, secara berangsur-angsur sistem jaminan kesehatan mulai
diperkenalkan dan ditingkatkan secara bertahap. Pada tahun 1958 dilakukan revisi
terhadap sistem jaminan kesehatan nasional, dengan memberikan 50% benefit bagi
peserta jaminan kesehatan, dan kemudian pada 1961 sistem jaminan kesehatan di
Jepang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dengan diberlakukannya
universal coverage bagi seluruh masyarakat, yang diikuti dengan dibentuknya
lembaga jaminan sosial (Social Insurance Agencies) pada tahun 1962. Pada era 1970-
an terjadi peningkatan benefit yang diterima oleh peserta, dimana bagi peserta
jaminan kesehatan bagi pekerja 100% jaminan bagi peserta dan 50% bagi
tenggungannya. Pada tahun 1973 kembali dilakukan revisi terhadap sistem jaminan
kesehatan dengan ditingkatkannya benefit bagi tanggungan peserta menjadi 70%
untuk peserta jaminan kesehatan pekerja, diperkenalkannya batas atas biaya yang
ditanggung oleh pasien, dan diberikannya subsidi 10% bagi sistem jaminan kesehatan
yang dikelola oleh pemerintah.
Pada Reformasi Jaminan Kesehatan 1980-an, pada periode ini ditandai dengan
diperkenalkannya jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut dengan diterbitkannya
Law of Health and Medical Services for The Elderly pada tahun 1982 dan efektif
diberlakukan pada tahun 1983. Kemudian pada tahun 1984 kembali dilakukan
pembaruan dalam sistem jaminan kesehatan dengan manetapkan 10% cost sharing
dari pasien, serta pengenalan bagi pengobatan dengan menggunakan teknologi
modern dan yang juga sebuah perubahan yang cukup penting adalah diberlakukannya
jaminan kesehatan bagi para pensiunan.

C. Kondisi Jaminan Kesehatan Saat ini


Jepang memiliki sumber daya yang cukup baik untuk dapat mencipatakan
sebuah sistem jaminan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakatnya. Jaminan
kesehtan diberikan kepada seluruh masyarakatnya, sesuai dengan program yang
diikuti, mulai dari penyakit umum hingga penyakit yang memerlukan penanganan
khusus dengan menggunakan teknologi yang mutakhir seperti Tuberculosis (TBC). Di
Jepang saat ini terdapat lebih dari 1,5 juta tempat tidur. Ditambah dengan klinik gigi
sebanyak 48.000 serta sejumlah 79.000 unit layanan kesehatan dengan fasilitas rawat
jalan maupun rawat inap.
Data Fasilitas dan Infrastruktur Kesehatan di Jepang
1990 1995 1998 1999 2000 2001
Hospital beds per 1000
13,6 13,3 13,1 13 13 12,9
persons
Personnel per bed 0,79 0,91 0,97 0,98 1 1,01
Average length of stay (in
50,5 44,2 40,8 39,8 39,1 38,7
days)
Occupancy rate 83,6 83,6 84 84,6 85,2 85,361
Admission rate per 100
8,2 9,2 9,8 10,1 10,3 n.a.
persons
Sumber : Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreyögg, Towards sustainable health care systems,
2004

Jumlah tenaga medis di Jepang, pada awal tahun 1990 terdapat hampir
191.400 dokter, 66.800 dokter gigi, dan 333.000 perawat dan lebih dari 200.000
tenaga medis alternatif besertifikasi.
Di Jepang dokter dapat dengan bebas mengajukan klaim atas berbagai layanan
kesehatan yang mereka ingin berikan. Dan juga tidak ada batasan bagi pasien dalam
menentukan apakah mereka ingin menggunakan jasa dokter umum ataupun oleh
spesialis.

Jumlah Tenaga Medis


1990 1995 1998 1999 2000 2001
Physicians per 1000
1,7 1,9* 2 n.a. 2 2,1**
inhabitants
General practitioners
n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
per 1000 inhabitants
Specialists per 100
n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
persons
Dentists per 100
0,6 0,7* 0,7 n.a. 0,7 0,7**
persons
Sumber : Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreyögg, Towards sustainable health care systems,
2004
Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan Total Health Expenditure (THE)
terhadap GDP di Jepang, pada tahun 1995 total pengeluaran kesehatan di Jepang
sebesar 6,9% dari total GDP, yang kemudian terus mengalami peningkatan yang
cukup tinggi pada tahun 2005 menjadi 8,2% dan kemudian kembali turun menjadi
8,1% pada tahun 2008. Pengeluaran kesehatan masih didominasi oleh pengeluaran
belanja kesehatan oleh pemerintah, dimana komposisi pengeluaran yang dilakukan
pemerintah berada pada >80% dari total pengeluaran kesehatan. Pada tahun 1995
porsi pengeluaran pemerintah mencapai 83% dari THE dan pengeluaran sektor privat
hanya sebesar 17% dan dominasi ini terus berlanjut hingga tahun 2008 dengan porsi
perbandingan 80:20, pemerintah masih memegang peranan penting dalam proses
pelaksanaan sistem jaminan kesehatan di Jepang. Pemerintah sejak tahun 1995 telah
menganggarkan sebesar 15,9% dari total pengeluaran pemerintah disektor jaminan
kesehatan dan ini terus mengalami peningkatan hingga turun 2008 menjadi 17,9%.
Asuransi privat pada periode tahun 1995 hingga 2002 hanya memiliki
kontribusi yang sedikit dalam pembentukan pengeluaran kesehatan sektor privat, yaitu
sebesar 2,5% pada tahun 1995 dan mengalami penurunan menjadi 1,8% pada tahun
1996 dan turun kembali pada tahun 1997 menjadi 1,5% yang menarik adalah pada
tahun 2003 terjadi peningkatan persenatsi kontribusi asuransi swasta dalam
pengeluaran kesehatan sektor privat, dari 1,7% pada tahun 2002 menjadi 13,1% pada
tahun 2003. Hal ini merupakan akibat dari dilakukannya revisi pada sistem jaminan
kesehatan di Jepang pada tahun 2003 untuk membebankan biaya pada penduduk usia
lanjut dalam pemberian benefit asuransi kesehatan dan digesernya pengelolaan
asuransi kesehatan bagi wiraswastawan (self employed) dan lansia menjadi dikelola
oleh pemerintah daerah. Maka masyarakat seiring dengan meningkatnya tingkat
perekonomian negara, maka banyak masyarakat yang megalihkan kepesertaan mereka
dari program yang dijamin oleh pemerintah kepada program asuransi swasta. Artinya
akumulasi dana yang dikumpulkan masyarakat secara efektif telah memberikan
kontribusi bagi penyelenggara jaminan kesehatan di Jepang.
D. Jenis Jaminan Kesehatan
Di Jepang sistem jaminan kesehatan dibagi menjadi 3 cluster secara umum, yaitu :
1. Employer-Based Insurance (Shakai Kenkou Hoken)
Employer-Based Insurance adalah sebuah sistem asuransi berbasis
tempatkerja yang memberikan bantuan keuangan kepada para pekerja yang digaji oleh
perusahaan dan juga kepada anggota keluarga tanggungannya dengan
memberikanmanfaat asuransi dalam hal sakit, melahirkan luka, dan kematian.
Keluargatertanggung adalah keluarga sampai dengan level ke-3, yaitu sampai pada
kakek atau nenek dan cucu.

Sistem asuransi ini dibagi menjadi kedalam beberapa bentuk, antara lain :

 Union Managed Health Insurance


 Government Managed Health Insurancec.
 Seaman’s Insuranced.
 National Public Workers Mutual Aid Association Insurancee.
 Local Public Workers Mutual Aid Association Insurancef.
 Private School Teachers’ and Employees’ Mutual Aid Association Insurance

Union Managed Health Insurance dikenal juga dengan Society Managed


Insurancemerupakan jenis asuransi yang memberikan paling banyak benefit bagi
pesertanya. Hal ini karena pengelolaan asuransi ini dikelola secara profesional oleh
perkumpulan profesi (society), yang kebanyakan berasal dari para pekerja dari
perusahaan-perusahaan besar. Asuransi ini meng-cover sebanyak 25,4% dari total
populasi. Yang bertindak sebagai penjamin dalam asuransi ini adalah asuransi
swastayang bekerja sama dengan society untuk mengelola dana kesehatan
mereka.Government Managed Health Insurance, merupakan asuransi untuk para
pekerja dari perusahaan dengan skala kecil sampai menegah, dimana pemerintah
bertindak sebagai penjamin dalam jaminan kesehatan mereka. Jadi sistem asuransi ini
merupakanasuransi kesehatan para pekerja yang dikelola oleh pemerintah. Sistem
asuransi inimencakup 30.7% dari total populasi yang merupakan para pekerja dari
perusahaan kecil sampai menengah. Untuk empat jenis asuransi terakhir merupakan
jenis asuransi bagi para pegawai negeri, ditingkat pusat maupun daerah dan termasuk
didalamnya para pengajar, baik yang berstatus pegawai negara maupun swasta, serta
anggotaangkatan laut, asuransi ini juga dikenal dengan nama Mutual Aid
Associations.

Sistem pembiayaan pada jenis asuransi ini berasal dari dua belah pihak, yaitu
pekerja dan pemberi kerja, yang secara umum kontribusi pada seluruh jenis
asuransiEmployer-Based Insurance adalah sebesar 8,5% dari pendapatan peserta yang
dibagirata antara pekerja dan pemberi kerja. Seorang pekerja yang bekerja pada
perusahaanyang memiliki ≥5 orang harus terdaftar pada asuransi ini, atau jika bekerja
pada perusahaan Hojin tanpa memperdulikan mengenai usia dan kewarganegaraam.
Secarakhusus perusahaan atau pabrik yang dimaksud disini harus memiliki penetapan
secarahukum (formal), baik yang bergerak dalam bidang produksi maupun jasa. Hal
ini juga berlaku bagi para pekerja part time yang memiliki baik hari atau jam kerja
sebanyak ¾ kali dari hari atau jem kerja para pekerja penuh.

Untuk mendapatkan perlindungan dari asuransi ini pemberi kerja harus


mengambil dan menyerahkan formulir "Aplikasi untuk Mendaftar di
KesehatanKaryawan Asuransi atau Asuransi Pensiun Karyawan" (Shikaku Shutoku
Todoke -Kenko Hoken atau Kosei Nenkin) pada kantor Asuransi Sosial Lokal dalam
jangkawaktu 5 hari sejak seorang pekerja direkrut. Anggota keluarga yang menjadi
tanggungan pekerja juga bisa mendapatkan perlindungan dari asuransi ini jika
merupakan anggota keluarga sampai dengan lapis ke tiga dari peserta, yang sebagian
besar keuangannya ditanggung oleh pekerja. Ketika anggota keluarga yang
menjaditanggungan pekerja layak untuk mendapatkan perlindungan maka pemberi
kerja harusmemasukan formulir aplikasi perlindungan tanggungan (Hifuyosha Ido
Todoke)dalam jangka waktu 5 hari sejak terjadi perubahan dalam tanggungan.

Benefit yang didapatkan dari asuransi ini terbilang cukup lengkap mulai dari
pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap, layanan tambahan dalam
pelayanan kesehatan, ambulans, pelayanan bagi penyakit yang
mengharuskantreatment khusus, kelahiran sampai dengan pelayanan pemakaman,
diberikan kepada peserta maupun tertanggung. Bahkan sampai dengan layanan
kesehatan yang tidak termasuk dalam bentuk pelayanan dalam asuransi dapat
diberikan kepada pesertamaupun tertanggung dengan pengaturan yang lebih lanjut
dan adanya pengenaan cost sharing atas layanan yang diterima oleh peserta maupun
tertanggung. Benefit yangditerima oleh peserta adalah sebesar 80% dari total biaya
dan untuk tertanggungdibagi menjadi 2 yaitu 80% untuk layanan rawat inap dan 70%
untuk layanan rawat jalan. Pengecualian diberikan kepada pekerja untuk layanan
kesehatan yang mencapai cost sharing yang melebihi 64.000 yen (34.500 yen bagi
yang berpendapatan rendah) perbulan, maka keseluruhan biaya ditanggung asuransi.

2. National Health Insurance(Kokumin Kenkou Hoken)


Sistem asuransi yang mengcover orang-orang yang tidak tercakup dalamsistem
asuransi Employer-Based Insurance. Termasuk didalamnya adalah para petani, para
pekerja di sektor informal serta wiraswastawan (self employed). Jenis asuransiini
dibagi menjadi 2, yaitu :
 National Health Insurance untuk tiap kota
 National Health Insurance Union

Tiap-tiap kota memiliki kewenangan untuk mengatur pelaksanaan jenisasuransi


ini, dimana skema pembiayaan dan pemberian benefit disesuaikan dengankondisi
daerah masing-masing. Asuransi ini juga berlaku bagi warga negara asingyang tinggal
≥1 tahun, bagi para warga negara asing yang memiliki gaijin card dapat menerima
layanan asuransi National Health Insurance dengan mendaftarkan dirimereka di
kantor jaminan sosial di kota yang ditinggali. Kepesertaan asuransi inidisesuaikan
dengan kota tempat tinggal peserta, artinya peserta yang melakukan perpindahan kota
tempat tinggal harus menghapuskan kepesertaan mereka di kotayang lama dan
kemudian mendaftarkan kepesertaan yang baru di kota tempat tinggal barunya. Bagi
warga negara asing setiap melakukan perpindahan kota tinggal,mendapatkan atau
pindah pekerjaan dan meninggalkan Jepang harus selalu melapor ke Kantor Jaminan
Sosial.

Asuransi ini meng-cover sebanyak 34,7% dari total populasi, dan terdiri dari3.249
National Health Insurance untuk tiap kota dan 166 National Health InsuranceUnion.
Asuransi jenis ini mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar 50% dari total
pengeluaran pemerintah untuk belanja kesehatan. Peserta dan tanggungan dalam
jenisasuransi ini mendapatkan 70% benefit dan harus membayarkan 30% sebagai
costsharing, dan ada kemungkinn tambahan untuk biaya obat-obatan, karena tidak
seluruh jenis obat di tanggung oleh asuransi ini. Peserta berbagi biaya pengobatan
sampaidengan jumlah tertentu , yang jika melebihi batas tersebut, maka seluruh biaya
akanditanggung oleh asuransi. Kontribusi yang diberikan oleh peserta bergantung
padakemampuan ekonomis masing-masing peserta. Besaran premi yang harus
dibayarkankira-kira dihitung dari gaji peserta, property (asset) dan jumlah keluarga
tanggungan.Rata-rata kontribusi yang dibayarkan oleh peserta adalah sebesar 4% dari
gaji peserta, pada perhitungan tahun 1997 setiap rumah tangga rata-rata memberikan
kontribusisebesar 158,6 ribu yen pertahun, dan ada bantuan 530 ribu yen per rumah
tangga pertahun dari pemerintah. Pembayaran premi dilakukan dengan cara transfer
melalui bank ataupun melalui kantor-kantor jaminan kesehatan di tiap kota.

Asuransi ini juga memberikan benefit yang cukup besar, yaitu 70% dari total
biaya, artinya peserta memberikan cost sharing sebesar 30%. Layanan yang diberikan
juga cukup lengkap seperti halnya asuransi Employer Based Insurance, mulai
darisakit secara umum mapun khusus, perawatan gigi, persalinan sampai dengan
kematiandan pemakaman peserta atau tertanggung. Namun benefit yang diberikan
tidak mencakup orthodontiks, bedah kosmetik, vaksinasi, aborsi, cedera akibat mabuk
dan berkelahi. Kecelakaan lalu lintas sampai batas maksimal tertentu menjadi beban
peserta, namun jika melewati batas tersebut, biaya akan ditanggung seluruhnya
olehasuransi.

3. National Health Insurance For Elderly


Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983 untuk menyebar beban penyediaan
pelayanan kesehatan kepada skema asuransi yang telah berjalan diJepang, dan
diperkenalkannya cost sharing bagi para lansia. Keanggotaan bagiasuransi ini
diperuntukan bagi penduduk dengan usia yang telah mencapai ≥70 tahunatau bagi
penduduk dari usia 65-69 tahun yang memiliki cacat permanen (disability).
Orang usia lanjut dalam kategori ini biasany dimasukan kedalam skema
netionalhealth insurance, secara spesifik cost sharing dari peserta asuransi ini adalah
500 yen perhari, sampai dengan maksimum 2000 yen perbulan untuk fasilitas
kesehatan yangsama, untuk layanan rawat jalan dan 1.100 yen per hari untuk layanan
rawat inap.Asuransi ini membentuk sebuah pembiayaan yang dikumpulkan dari jenis
asuransilain. Seperti pada tahun tahun 1997, data menunjukan kontribusi dari masing-
masing jenis asuransi bagi pembiayaan asuransi bagi orang usia lanjut, dimana jumlah
pesertaGovernement Managed Insurance yang ikut berkontribusi untuk asuransi bagi
usialanjut sebesar 5,4% dari seluruh peserta, Society Managed Insurance sebanyak
2,9%,Mutual Aid Association sebanyak 4,1% dan National Health Insurance sebesar
21,1%. dalam perkembangannya cost sharing dari peserta ditiadakan, dengan sistem
penjaminan 70% dijamin oleh dana yang dikumpulkan dari kontribusi peserta
sertaasuransi jenis lain, 20% ditanggung oleh pemerintah pusat dan 10% ditanggung
oleh pemerintah lokal. Sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan kesehatan secara
jangka panjang bagi penduduk usia lanjut, proporsi yang ditanggung oleh dana publik
ditingkatkan pada tahun 1992 dari 30% menjadi 50%. Pada tahun 2003 sebagai
bentuk antisipatif dari fenomena population ageing pemerintah mengalihkan
pengelolaan jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut menjadi dibawah
pemerintah daerah dan membebankan biaya tambahan bagi penduduk usia lanjut
yangmenjadi peserta asuransi ini. Asuransi ini melingkupi sebanyak 10.1% dari total
populasi yang merupakan penduduk usia lanjut dan cacat pada usia 65-69 tahun.

E. Sistem Asuransi Kesehatan


Pada umumnya, orang jepang pasti mendaftarkan dirinya dalam beragam jenis
asuransi kesehatan. Begitupun dengan orang asing yang bermaksud tinggal di Jepang
dalam jangka panjang. Saat nasabah asuransi kesehatan mengalami cedera dan atau
sakit yang bukan disebabkan oleh pekerjaan dan perlu memeriksakan diri ke rumah
sakit, nasabah tersebut tidak harus menanggung sendiri biayanya 100 %. Pada
umumnya, terdapat ketentuan biaya tanggungan medis yang disesuaikan dengan usia
nasabah premi asuransi. Untuk lebih jelasnya, mari lihat rincian di bawah ini.
Semua warga negara asing di Jepang yang tinggal lebih dari tiga bulan harus
terdaftar dalam asuransi kesehatan publik. Ada dua jenis asuransi kesehatan publik,
yakni asuransi kesehatan sosial/karyawan dan asuransi kesehatan nasional. Asuransi
kesehatan sosial/karyawan disediakan kepada kebanyakan karyawan purnawaktu
melalui tempat kerja mereka. Mereka yang tidak terdaftar dalam asuransi kesehatan
sosial/karyawan harus bergabung dalam asuransi kesehatan nasional melalui kantor
pemerintah daerah. Sistem asuransi ini menutup 70% kebanyakan perawatan medis,
sedangkan sisanya sejumlah 30% menjadi tanggungan pasien. Beberapa perawatan
medis tidak bisa diklaim kepada perusahaan asuransi, yang berarti 100% biayanya
akan dikenakan kepada pasien. Orang yang tidak terdaftar dalam asuransi publik juga
perlu membayar penuh atas perawatan medis yang diterima.
Membayar Biaya Perawatan

Biaya medis harus dibayar saat Anda mendapat perawatan medis. Kebanyakan
fasilitas medis hanya menerima pembayaran secara tunai. Jika Anda terdaftar dalam
asuransi publik, Anda hanya perlu membayar 30% dari biaya perawatan. Semua
fasilitas mengenakan biaya konsultasi pertama, jumlahnya sekitar 2800 yen tanpa
asuransi. Pada kunjungan kedua untuk gejala yang sama, Anda akan dikenakan sekitar
700 yen. Selain itu, Anda juga harus membayar tes, perawatan, dan obat-obatan yang
diterima. Jika Anda mendapat resep obat, Anda harus membayarnya secara terpisah di
apotek. Konsultasi larut malam dan kasus darurat mungkin mengharuskan
pembayaran uang jaminan atau biaya tambahan, meskipun aturannya berbeda sesuai
kebijakan masing-masing fasilitas.

Persentase Tanggungan Biaya Medis

 Usia 0-belum masuk SD 20 %


 Usia SD- 69 tahun 30 %
 70-75 tahun 20 % Tapi, untuk orang berpenghasilan tinggi 30%
 Diatas 75 tahun 10 % Tapi, untuk orang yang berpenghasilan tinggi 30%

Pada dasarnya jika seorang karyawan perusahaan menerima perawatan di rumah


sakit, biaya medis yang perlu ditanggungnya hanyalah 30% dari biaya keseluruhan.
Jadi, bahkan jika tagihan medisnya mencapai 1000 Yen, yang perlu anda bayar -jika
anda termasuk nasabah asuransi- hanyalah 300 Yen saja.

Premi Asuransi Kesehatan

Biayanya berbeda tergantung asuransi kesehatan yang anda pilih, salah satu
contoh jenis asuransi jika anda bekerja di perusahaan di Jepang dengan menggunakan
visa bekerja :

Contoh :

 Bekerja di Kantor Pusat di Tokyo dengan menggunakan Visa bekerja


 Perusahaan mengikuti asuransi kesehatan Tokyo
 Karyawan usia 30 tahun saat ini bergaji 250.000 Yen
 Mulai bekerja dari Januari 2018.

Dengan kondisi diatas, biaya premi asuransi kesehatan yang harus dibayar per
bulannya adalah 14.865 Yen.

F. Saran untuk Sistem Kesehatan Jepang


Masalah pada sistem kesehatan Jepang te yaitu orang-orang yang membayar
asuransi kesehatan kian berkurang, sementara yang mempergunakannya kian
bertambah. Dengan kondisi saat ini, nantinya uang pemasukan pun kian berkurang.
Lalu solusi untuk masalah ini :
 Menambah Kategori Orang yang Wajib Membayar Premi Asuransi
Misalnya mahasiswa yang tinggal bersama orang tuanya, istri yang tidak
memiliki pekerjaan, saat ini keduanya bisa menggunakan asuransi kesehatan tanpa
harus membayar preminya. Karenanya, dengan mempertimbangkan keadaan saat ini
pemerintah dirasa perlu untuk mengamandemen undang-undang terkait –orang-orang
dengan kondisi yang disebutkan diatas- pun agar diharuskan membayar premi
asuransi kesehatan.
 Menaikan Biaya Premi Asuransi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, premi asuransi kesehatan per
bulannya adalah 14.865 Yen. Karenanya menaikan premi hingga misalnya mencapai
20.000-30.000 Yen juga bisa menjadi opsi penyelesaian masalah ini.
 Meningkatkan Jumlah Orang yang Membayar Premi Asuransi dan Pajak
Saat ini populasi anak-anak di Jepang mengalami penurunan. Karenanya, agar
cara ini dapat terlaksana maka Jepang harus membuka diri dengan menerima orang
asing untuk tinggal di Jepang. Saat ini, pemerintah sudah mulai menerapkan
kebijakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai