1. Profile Negara
Negara dengan luas 377,864 km² (145,894 miles²) dan berpenduduk 126.9 juta jiwa
ini merupakan kekuatan ekonomi di Asia yang memiliki perkembangan yang sangat pesat.
Jepang memiliki pendapatan perkapita yang cukup tinggi sebesar US $37,870, dan
perekonomiannya berbasis pada sektor industri yang sangat padat teknologi. Secara
geografis, Jepang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari suatu rantai kepulauan.
Yang utama adalah Kyushu, Shikoku, Honshu (tempat Tokyo dan Osaka terletak) dan
Hokkaido. Tanah berbukit-bukit dan gunung berapi, dan hanya 17% dari luas total diolah.
Gunung tertinggi adalah Gunung Fuji (gunung berapi yang tidak aktif) pada 3.776 m1.
Perdagangan Jepang mulai terbukan pada tahun 1990-an, sebagai tekanan harga
dan persaingan pasar global telah mendorong perusahaan Jepang untuk melirik pasar luar
negeri dalam mengembangkan produk, teknologi, design dan jasa. Tetapi bagi para
investor, Jepang masih merupakan pasar dengan biaya tinggi, serta memakan banyak
waktu untuk para investor melaksanakan kegiatan produksi.
1
http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-living-abroad/travel-advice-by-country/country-profile/asia-
oceania/japan?profile=geography
2
Pertumbuhan perekonomian yang terjadi dengan sangat cepat dan signifikan, tetapi rapuh secara struktur
terhadap gejolak perekonomian.
1
2. SEJARAH PERKEMBANGAN JAMINAN KESEHATAN
Jepang memiliki sejarah panjang dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan bagi
masyarakatnya. Akar pelaksanaan jaminan kesehatan telah ada di Jepang sejak abad ke
19, tepatnya pada tahun 1835 dimana pada saat itu terdapat semacam skema asuransi dari
penduduk secara sukarela untuk mengumpulkan kontribusi berupa bahan pangan (beras)
untuk mendapatkan jaminan asuransi bagi seluruh masyarakat, benefit yang diterima masih
berupa kebutuhan dasar pada saat itu3. Dari sini kemudian skema asuransi kesehatan di
Jepang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Periode Sebelum PD, adalah pertama kalinya Jepang memberlakukan jaminan kesehatan
secara formal, yang waktu itu merupakan jaminan bagi pekerja di sektor swasta, yang
ditandai dengan pemberlakuan Health Insurance Law pada tahun 1922. Pada sistem
jaminan kesehatan ini hanya sedikit perusahaan yang memberikan jaminan kesehatan
secara penuh kepada para pekerjanya. Sistem jaminan kesehatan yang diperkenalkan ini
hanya memberikan perlindungan secara parsial kepada para pekerjanya dan benefit yang
diterima tidak komprehensif. Ketentuan bagi jaminan kesehatan hanya berlaku untuk
perusahaan dengan jumlah pegawai >10 orang dan dengan pendapatan minimal dibawah
1,200 yen tidak mendapatkan jaminan, serta hanya diberikan pada pekerja (tidak untuk
tanggungannya).
Pembelakuan sistem jaminan kesehatan pada periode ini mendapat hambatan yang
sangat besar dengan terjadinya Great Depression pada tahun 1929 yang berdampak
meluas keseluruh dunia. Namun akhirnya sejalan dengan perbaikan dalam pertumbuhan
perekonomian paska terjadinya krisis tadi, sistem jaminan kesehatan kembali mengalami
kestabilan dalam pengelolaannya. Ketika Jepang menghadapi PD II, sistem jaminan
kesehatan telah secara bertahap mengalami perbaikan dan diperluas sebagai bagian upaya
pemerintah untuk memperkuat angkatan kerja. Tahun 1938 dibentuk Kementrian Kesehatan
dan Kesehatan, dan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang berbasis regional dibentuk
pada tahun yang sama.
Periode Pasca PD, secara berangsur-angsur sistem jaminan kesehatan mulai diperkenalkan
dan ditingkatkan secara bertahap. Pada tahun 1958 dilakukan revisi terhadap sistem
jaminan kesehatan nasional, dengan memberikan 50% benefit bagi peserta jaminan
3
Guy Carrin and Chris James Social health insurance: Key factors affecting the transition towards universal
coverage.
2
kesehatan, dan kemudian pada tahun 1961 sistem jaminan kesehatan di Jepang
mengalami perkembangan yang sangat signifikan dengan diberlakukannya universal
coverage bagi seluruh masyarkat, yang diikuti dengan dibentuknya lembaga jaminan sosial
(Social Insurance Agencies) pada tahun 1962. Pada era 1970-an terjadi peningkatan benefit
yang diterima oleh peserta, dimana bagi peserta jaminan kesehatan bagi pekerja 100%
jaminan bagi peserta dan 50% bagi tanggungannya, sedangkan jaminan kesehatan nasional
memberikan 50% masing-masing untuk peserta dan tanggungannya. Pada tahun 1973
kembali dilakukan revisi terhadap sistem jaminan kesehatan dengan ditingkatkannya benefit
bagi tanggungan peserta menjadi 70% untuk peserta jaminan kesehatan pekerja,
diperkenalkannya batas atas biaya yang ditanggung oleh pasien, dan diberikannya subsidi
10% bagi sistem jaminan kesehatan yang dikelola oleh pemerintah.
Periode Reformasi Jaminan Kesehatan 1980-an, pada periode ini ditandai dengan
diperkenalkannya jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut dengan diterbitkannya Law
of Health and Medical Services for The Elderly pada tahun 1982 dan efektif diberlakukan
pada 1983. Kemudian pada tahun 1984 kembali dilakukan pembaruan dalam sistem
jaminan kesehatan dengan menetapkan 10% cost sharing dari pasien, serta pengenalan
bagi pengobatan dengan menggunakan teknologi modern dan yang juga sebuah perubahan
yang cukup penting adalah diberlakukannya jaminan kesehatan bagi para pensiunan.
Jepang memiliki sumber daya yang cukup baik untuk dapat menciptakan sebuah
sistem jaminan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakatnya. Jaminan kesehatan
diberikan kepada seluruh masyarakatnya, sesuai dengan program yang diikuti, mulai dari
penyakit umum hingga penyakit yang memerlukan penanganan khusus dengan
menggunakan teknologi yang mutakhir seperti Tubercolosis (TBC). Di Jepang saat ini
terdapat lebih dari 1000 rumah sakit mental, 8700 general hospital dan 1000 comprehensive
hospital dengan total 1.5 juta tempat tidur. Ditambah dengan klinik gigi sebanyak 48.000
serta sejumlah 79.000 unit layanan kesehatan dengan fasilitas rawat jalan maupun rawat
inap.
3
DATA FASILITAS DAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN DI JEPANG
Jumlah tenaga medis di Jepang, pada awal tahun 1990 terdapat hampir 191.400
dokter, 66.800 dokter gigi, 333.000 perawat dan lebih dari 200.000 tenaga medis alternatif
bersertifikasi. Di Jepang dokter dapat dengan bebas mengajukan klaim atas berbagai
layanan kesehatan yang mereka ingin berikan. Dan juga tidak ada batasan bagi pasien
dalam menentukan apakah mereka ingin menggunakan jasa dokter umum ataupun oleh
spesialis. Indikator tenaga kesehatan di Jepang dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan Total Health Expenditure terhadap GDP di
Jepang, pada tahun 1995 total pengeluaran kesehatan di Jepang sebesar 6.9% dari total
GDP, yang kemudian terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2005
menjadi 8.2% dan kemudian kembali turun menjadi 8.1% pada tahun 2008. Pengeluaran
kesehatan masih didominasi oleh pengeluaran belanja kesehatan oleh pemerintah, dimana
komposisi pengeluaran yang dilakukan pemerintah berada pada >80% dari total
pengeluaran kesehatan. Pada tahun 1995 porsi pengeluaran pemerintah mencapai 83%
dari THE dan pengeluaran sektor privat hanya sebesar 17%, dan dominasi ini terus berlanjut
hingga tahun 2008 dengan porsi perbandingan 80:20, pemerintah masih memegang
peranan penting dalam proses pelaksanaan sistem jaminan kesehatan di Jepang.
Pemerintah sejak tahun 1995 telah menganggarkan sebesar 15.9% dari total pengeluaran
4
pemerintah di sektor jaminan kesehatan dan ini terus mengalami peningkatan hingga tahun
2008 menjadi 17.9%.
Asuransi privat pada periode tahun 1995 hingga 2002 hanya memiliki kontribusi yang
sedikit dalam pembentukan pengeluaran kesehatan sektor privat, yaitu sebesar 2.5% pada
tahun 1995 dan mengalami penurunan menjadi 1.8% pada tahun 1996 dan turun kembali
pada tahun 1997 menjadi 1.5%. yang menarik adalah pada tahun 2003 terjadi peningkatan
persentase kontribusi asuransi swasta dalam pengeluaran kesehatan sektor privat, dari
1.7% pada tahun 2002 menjadi 13.1% pada tahun 2003. Hal ini merupakan akibat dari
dilakukannya revisi pada sistem jaminan kesehatan di Jepang pada tahun 2003 untuk
membebankan biaya pada penduduk usia lanjut (elderly) dalam pemberian benefit asuransi
kesehatan dan digesernya pengelolaan asuransi kesehatan bagi wiraswastawan (self
employed) dan lansia menjadi dikelola oleh pemerintah daerah. Maka masyarakat seiring
dengan meningkatnya tingkat perekonomian negara, maka banyak masyarakat yang
mengalihkan kepesertaan mereka dari program yang dijamin oleh pemerintah kepada
program asuransi swasta. Artinya akumulasi dana yang dikumpulkan masyarakat secara
efektif telah memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan jaminan kesehatan di Jepang.
Sumber : http://stats.oecd.org
Benefit dalam asuransi kesehatan di Jepang berlaku untuk seluruh rumah sakit baik
milik pemerintah maupun swasta, tetapi tidak berlaku untuk sistem “dokter keluarga”. Rumah
sakit hanya sebagai pemberi pelayanan, untuk biaya yang dikeluarkan Rumah Sakit
mengajukan klaim kepada Lembaga Asuransi pasien. Untuk pemeriksaan kesehatan
tahunan (kenshin) diberikan bebas biaya bagi seluruh penduduk. Asuransi menanggung
5
biaya mulai dari rumah sakit, dokter, sampai obat-obatan sesuai dengan jenis asuransi
peserta, dan tentunya terjadi perbedaan benefit yang diterima. Karena adanya perbedaan
contribusi pada masing-masing jenis asuransi, maka terjadi perbedaan benefit yang
diperoleh oleh peserta masing2 jenis asuransi.
Di Jepang sistem jaminan kesehatan dibagi menjadi 3 cluster secara umum, yaitu :
6
Sumber : http://www.sia.go.jp
Sistem asuransi ini dibagi menjadi kedalam beberapa bentuk, antara lain :
c. Seaman’s Insurance
7
dan termasuk didalamnya para pengajar, baik yang berstatus pegawai negara
maupun swasta, serta anggota angkatan laut, asuransi ini juga dikenal dengan nama
Mutual Aid Associations.
Sistem pembiayaan pada jenis asuransi ini berasal dari dua belah pihak, yaitu
pekerja dan pemberi kerja, yang secara umum kontribusi pada seluruh jenis asuransi
Employer-Based Insurance adalah sebesar 8,5% dari pendapatan peserta yang
dibagi rata antara pekerja dan pemberi kerja. Seorang pekerja yang bekerja pada
perusahaan yang memiliki ≥5 orang harus terdaftar pada asuransi ini, atau jika
bekerja pada perusahaan Hojin tanpa memperdulikan mengenai usia dan
kewarganegaraam. Secara khusus perusahaan atau pabrik yang dimaksud disini
harus memiliki penetapan secara hukum (formal), baik yang bergerak dalam bidang
produksi maupun jasa. Hal ini juga berlaku bagi para pekerja part time yang memiliki
baik hari atau jam kerja sebanyak ¾ kali dari hari atau jem kerja para pekerja penuh.
Benefit yang didapatkan dari asuransi ini terbilang cukup lengkap mulai dari
pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap, layanan tambahan dalam
pelayanan kesehatan, ambulans, pelayanan bagi penyakit yang mengharuskan
treatment khusus, kelahiran sampai dengan pelayanan pemakaman, diberikan
kepada peserta maupun tertanggung. Bahkan sampai dengan layanan kesehatan
yang tidak termasuk dalam bentuk pelayanan dalam asuransi dapat diberikan
kepada peserta maupun tertanggung dengan pengaturan yang lebih lanjut dan
adanya pengenaan cost sharing atas layanan yang diterima oleh peserta maupun
tertanggung. Benefit yang diterima oleh peserta adalah sebesar 80% dari total biaya
dan untuk tertanggung dibagi menjadi 2 yaitu 80% untuk layanan rawat inap dan
70% untuk layanan rawat jalan. Pengecualian diberikan kepada pekerja untuk
8
layanan kesehatan yang mencapai cost sharing yang melebihi 64.000 yen (34.500
yen bagi yang berpendapatan rendah) perbulan, maka keseluruhan biaya ditanggung
asuransi.
2. National Health Insurance (Kokumin Kenkou Hoken), adalah sistem asuransi yang
meng-cover orang-orang yang tidak tercakup dalam sistem asuransi Employer-
Based Insurance. Termasuk didalamnya adalah para petani, para pekerja di sektor
informal serta wiraswastawan (self employed). Jenis asuransi ini dibagi menjadi 2,
yaitu :
Asuransi ini meng-cover sebanyak 34,7% dari total populasi, dan terdiri dari
3.249 National Health Insurance untuk tiap kota dan 166 National Health Insurance
Union. Asuransi jenis ini mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar 50% dari
total pengeluaran pemerintah untuk belanja kesehatan. Peserta dan tanggungan
dalam jenis asuransi ini mendapatkan 70% benefit dan harus membayarkan 30%
sebagai cost sharing, dan ada kemungkinn tambahan untuk biaya obat-obatan,
karena tidak seluruh jenis obat di tanggung oleh asuransi ini. Peserta berbagi biaya
pengobatan sampai dengan jumlah tertentu4, yang jika melebihi batas tersebut, maka
seluruh biaya akan ditanggung oleh asuransi. Kontribusi yang diberikan oleh peserta
bergantung pada kemampuan ekonomis masing-masing peserta. Besaran premi
4
Sama seperti yang berlaku pada Employe Based Insurance yaitu 63.000 yen atau 35.400 yen bagi peserta
dengan pendapatan rendah)
9
yang harus dibayarkan kira-kira dihitung dari gaji peserta, property (asset) dan
jumlah keluarga tanggungan. Rata-rata kontribusi yang dibayarkan oleh peserta
adalah sebesar 4% dari gaji peserta, pada perhitungan tahun 1997 setiap rumah
tangga rata-rata memberikan kontribusi sebesar 158,6 ribu yen pertahun, dan ada
bantuan 530 ribu yen per rumah tangga pertahun dari pemerintah. Pembayaran
premi dilakukan dengan cara transfer melalui bank ataupun melalui kantor-kantor
jaminan kesehatan di tiap kota.
Asuransi ini juga memberikan benefit yang cukup besar, yaitu 70% dari total
biaya, artinya peserta memberikan cost sharing sebesar 30%. Layanan yang
diberikan juga cukup lengkap seperti halnya asuransi Employer Based Insurance,
mulai dari sakit secara umum mapun khusus, perawatan gigi, persalinan sampai
dengan kematian dan pemakaman peserta atau tertanggung. Namun benefit yang
diberikan tidak mencakup orthodontiks, bedah kosmetik, vaksinasi, aborsi, cedera
akibat mabuk dan berkelahi. Kecelakaan lalu lintas sampai batas maksimal tertentu
menjadi beban peserta, namun jika melewati batas tersebut, biaya akan ditanggung
seluruhnya oleh asuransi.
3. National Health Insurance For Elderly, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983
untuk menyebar beban penyediaan pelayanan kesehatan kepada skema asuransi
yang telah berjalan di Jepang, dan diperkenalkannya cost sharing bagi para lansia.
Keanggotaan bagi asuransi ini diperuntukan bagi penduduk dengan usia yang telah
mencapai ≥70 tahun atau bagi penduduk dari usia 65 – 69 tahun yang memiliki cacat
permanen (disability). Orang usia lanjut dalam kategori ini biasany dimasukan
kedalam skema netional health insurance, secara spesifik cost sharing dari peserta
asuransi ini adalah 500 yen perhari, sampai dengan maksimum 2000 yen perbulan
untuk fasilitas kesehatan yang sama, untuk layanan rawat jalan dan 1.100 yen per
hari untuk layanan rawat inap. Asuransi ini membentuk sebuah pembiayaan yang
dikumpulkan dari jenis asuransi lain. Seperti pada tahun tahun 1997, data
menunjukan kontribusi dari masing-masing jenis asuransi bagi pembiayaan asuransi
bagi orang usia lanjut, dimana jumlah peserta Governement Managed Insurance
yang ikut berkontribusi untuk asuransi bagi usia lanjut sebesar 5.4% dari seluruh
peserta, Society Managed Insurance sebanyak 2.9%, Mutual Aid Association
sebanyak 4.1% dan National Health Insurance sebesar 21.1%. dalam
perkembangannya cost sharing dari peserta ditiadakan, dengan sistem penjaminan
70% dijamin oleh dana yang dikumpulkan dari kontribusi peserta serta asuransi jenis
lain, 20% ditanggung oleh pemerintah pusat dan 10% ditanggung oleh pemerintah
lokal. Sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan kesehatan secara jangka panjang
10
bagi penduduk usia lanjut, proporsi yang ditanggung oleh dana publik ditingkatkan
pada tahun 1992 dari 30% menjadi 50%. Pada tahun 2003 sebagai bentuk antisipatif
dari fenomena population ageing pemerintah mengalihkan pengelolaan jaminan
kesehatan bagi penduduk usia lanjut menjadi dibawah pemerintah daerah dan
membebankan biaya tambahan bagi penduduk usia lanjut yang menjadi peserta
asuransi ini. Asuransi ini melingkupi sebanyak 10.1% dari total populasi yang
merupakan penduduk usia lanjut dan cacat pada usia 65 – 69 tahun.
5. KESIMPULAN
Sekuruh dana kesehatan mencakup secara luas jaminan kesehatan mulai dari
perawatan rumah sakit, termasuk tenaga kesehatannya, perawatan kesehatan gigi, obat-
obatan dan bahkan sampai layanan transportasi dan pemakaman. Cost sharing yang
ditanggung oleh peserta bervariasi dilihat dari jenis asuransi yang diikuti dan status
kepesertaan, apakah sebagai peserta atau sebagai tanggungan peserta, juga layanan rawat
jalan dan rawat inap memiliki share yang berbeda bagi pasien.
Konstribusi dikenakan bagi para pekerja dan pemberi kerja secara merata (Employer
Based Insurance) dan bagi peserta National Health Insurance tergantung pada pendapatan,
aset (property) dan jumlah tanggungan dalam keluarganya. Sedangkan bagi para penduduk
usia lanjut pembebanan premi hanya maksimal 2000 yen perbulan untuk rawat jalan dan
1100 yen perhari untuk rawat inap.
1. Francesca Colombo and Nicole Tapay, Private Health Insurance in OECD Countries:
The Benefits and Costs for Individuals and Health Systems, 2004
2. Guy Carrin and Chris James, Social health insurance: Key factors affecting the
transition towards universal coverage, World Health Organization Geneva, 2005
3. Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreyögg, Towards sustainable health care systems
Strategies in health insurance schemes in France, Germany, Japan and the Netherlands
– A comparative study –, 2004
4. Tetsuo Fukawa, Public Health Insurance in Japan, World Bank Institute, 2002
5. Worawan Chandoevwit, Social Security Systems in Japan: Lessons Learned for
Thailand, 2007
6. http://www.sia.go.jp/e/index.html
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Health_care_system_in_Japan
8. http://www.japan-zone.com/new/welfare.shtml
9. www.mhlw.go.jp
10. http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-living-abroad/travel-advice-by-country/country-
profile/asia-oceania/japan?profile=geography
12
MOHAMAD FAJAR FAHRIZA
N I M 0906655004
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
menggunakannya.”
13
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
NPM : 0906655004
Tandatangan :
14