Anda di halaman 1dari 65

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 17%

Date: Sabtu, Agustus 22, 2020


Statistics: 2966 words Plagiarized / 17545 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

ANALISA PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DI PT. LANCANG


KUNING SUKSES BATAM TAHUN 2020 / SKRIPSI Oleh: ATIKA DAMAYANTI SORAYA
NPM 162410012 PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS
ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS IBNU SINA TAHUN 2020
ANALISA PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DI PT.

LANCANG KUNING SUKSES BATAM TAHUN 2020 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan dan Keselamatan Kerja Oleh : ATIKA
DAMAYANTI SORAYA NPM 162410012 PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS IBNU SINA TAHUN
2020 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan telah
diseminarkan dihadapan tim penguji Skripsi Program Studi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibnu Sina. Batam, 2020 Komisi Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II Rizqi Ulla Amaliah, M.KKK Fitri Sari Dewi , SKM, MKKK
NIDN. 1030098702 NIDN.

0417048201 DISAHKAN OLEH : Dekan Fakultas Ilmu Keehatan Fitri Sari Dewi , SKM,
MKKK NUP : 7770608455 PERNYATAAN PENGUJI SKRIPSI Skripsi dengan judul ANALISA
PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DI PT. LANCANG KUNING
SUKSES BATAM TAHUN 2020 Yang disiapkan dan dipertahankan Oleh : ATIKA
DAMAYANTI SORAYA NPM 162410012 Akan diuji dan dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Skripsi pada tanggal 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk
diterima. Komisi Penguji: Ketua Penguji. Sekretaris Penguji. Rizqi Ulla Amaliah, M.KKK
Fitri Sari Dewi ,SKM, MKKK NIDN. 1030098702 NIDN. 0417048201 Penguji I Penguji II Ice
Irawati, SKM, M.Kes Leni Utami, S.Si, M.KM NIDN. 1027018201 NIDN.

1001057904 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi
ini tidak terlampir karya yang perna diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang
perna ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
skripsi dan disebutkan di dalam daftar pustaka. Batam, Agustus 2020 Atika Damayanti
Soraya PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS IBNU SINA Skripsi, Agustus 2020 ATIKA DAMAYANTI
SORAYA ANALISA PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DI
PT.LANCANG KUNING SUKSES TAHUN 2020 CVIII + 108 Halaman + 14 Tabel + 12
Gambar + XX ABSTRAK Behavior based safety (BBS) adalah sebuah proses yang menjadi
kemitraan keamanaan antara manajemen dan tenaga kerja dengan fokus yang
berkelanjutan terhadapat perhatian dan tindakan setiap orang, dan orang. Serta perilau
selamat (Cooper, 2009).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya
program behavior based safety dapat menurunkan unsafe behavior yang terjadi dilihat
dari angkat unsafe behavior di PT. Lancang Kuning Sukses. Dan metode DO IT menjadi
salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan merubah
perilaku-perilaku kritis. Dapat digunakan untuk menjelaskan prinsip BBS kepada para
karyawan yang telaha diberikan tugas untuk melakukan keselamatan kerja dan terus
meningkatkan ketermpilan dengan melakukan intervensi K3.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif analtik dengan observasi langsung dan
wawancara mendalam. Populasi informan dalam penelitian yaitu karyawan Departemen
HSE dan Departemen Operasional, dengan sampel 4 informan Hasil penelitin ini
diketahui dimana penerapan program behavior based safety di PT.Lancang Kuning
Sukses telah terlaksana dan penerapannya sesuai dengan kriteria penerapan behavior
based safety yang dikemukan oleh cooper dalam tarwaka (2015) diantaranya komitmen
manajemen, partisipasi karyawan, pemusatan perhatian, montoring, intervensi sistematis
dan observasional serta feedback.

Dan setelah dilakukan identifikasi dengan metode DO IT, telah terlaksananya program 1
yaitu pelaksanaan tool box meeting, program 3 pelaksanaan training K3, program 4
perilaku kepatuhan pekerja tehadap prosedur kerja dan untuk program 2 perilaku
kepada pekerja diarea produksi yang masih kurang, seperti penggunaan APD dan
perlilaku housekeeping yang dilakukan olerh pekerja. Daftar Bacaan : Kata Kunci : BBS.
Penerapan, DO IT PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS
ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS IBNU SINA Skripsi, Agustus 2020 ATIKA DAMAYANTI
SORAYA ANALISA PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DI
PT.LANCANG KUNING SUKSES TAHUN 2020 CVIII + 108 Halaman + 14 Tabel + 12
Gambar + XX ABSTRACT Behavior based safety (BBS) is a process which created security
partnership between management and labours with continuos focus toward the
attention and everyones’s behavior, and others, as well as safe behavior (cooper, 2009)
BIODATA Nama Lengkap : Atika Damayanti Soraya NPM : 162410012 Tempat Tanggal
Lahir : Medan, 27 Mei 1998 Jenis Kelamis : Perempuan Agama : Islam Alamat :
Perumahan Yose Sade Indah Blok C No 28 No.

Telepon : +62895-6036-67734 Email : Atikadamayantisoraya27@gmail.com Pendidikan :


KATA PENGANTAR Ucapan syukur Alhamdulillah kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisa Penerapan Program Behavior Based Safety
(BBS) di PT.Lancang Kuning Sukses Batam 2020“. Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu secara materi dan juga moral sehingga
Skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada : H. Andi Ibrahim selaku Ketua Yayasan Pendidikan Ibnu Sina
Batam. Assoc. Prof Dr. H. Mustaqim Syuaib, SE, MM selaku Rektor di Universitas Ibnu
Sina. Fitri Sari Dewi SKM, MKKK, selaku Dekan FIKes Universitas Ibnu Sina dan Dosen
Pembimbing II Skripsi. Ice Irawati, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) FIKes Universitas Ibnu Sina dan Dosen Penguji I Skripsi. Rizqi
Ulla Amaliah, MKKK selaku Dosen Pembimbing I Skripsi. Leni Utami, S.Si, M.KM selaku
Dosen Penguji II Pihak PT.Lancang Kuning Sukses Batam yang telah memberikan izin
untuk melaksanakan Penelitian Skripsi.

Suherno selaku HSE Manager dan Pembimbing Lapangan Skripsi di PT.Lancang Kuning
Sukses Batam yang selalu memaparkan materi dan memberi masukan dalam
penyusunan. Kedua Orang Tua saya yang menjadi penyemangat dan selalu memberikan
dukungan serta semangat. Terima kasih buat Wike, Suci, Fitri dan Dafi yang selalu
memberi dukungan dan semangat. Rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penyususnan laporan skripsi . Peneliti menyadari dalam
penyusunan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam teknik penulisan
maupun sistematikanya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
penulis butuhkan untuk penyusunan skripsi nantinya.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Wassalamualaikum,
wr.wb. DAFTAR ISI Halaman ANALISA PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY
(BBS) DI PT. LANCANG KUNING SUKSES BATAM TAHUN 2020 i PERNYATAAN
PERSETUJUAN ii PERNYATAAN PENGUJI SKRIPSI iii HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v ABSTRACT vi BIODATA vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR
GAMBAR xv DAFTAR SINGKATAN xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 8 1.3 Tujuan 8 1.3.1 Tujuan Umum 8 1.3.2
Tujuan Khusus 8 1.4 Manfaat Penelitian 8 1.4.1 PT. Lancang Kuning Sukses Batam 8 1.4.2
Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan 9 1.4.3

Bagi Peneliti 9 TINJAUAN PUSTAKA 10 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 10 2.1.1
Keselamatan Kerja 10 2.1.2 Kesehatan Kerja 10 2.1.3 Tujuan K3 11 2.2 Proses Kerja 11 2.3
Kecelakaan Kerja 12 2.4 Statistik Kecelakaan 15 2.5 Klasifikasi Akibat Kecelakaan Kerja 23
2.6 Konsep Behavior Based Safety (BBS) 26 2.7 Pengertian Behavior Based Safety (BBS)
28 2.8 Kesadaran Situasional, Observasional, dan Umpan Balik 30 2.9 Penerapan
Behavior Based Safety (BBS) dengan Metode DO IT 32 2.10 Tujuan Program Behavior
Based Safety (BBS) 40 2.11 Tujuan Perbaikan dan Kepemimpinan BBS 41 2.12 Proses
Penerapan Behavior Based Safety (BBS) 43 2.13 Pendekatan BBS Untuk Mengurangi
Unsafe Behavior 46 2.14 Tujuh Prinsip Behavior Based Safety (BBS) 48 2.15 Kerangka
Teori 50 2.16 Kerangka Konsep 51 BAB III METODE PENELITIAN 52 3.1 Rancangan
Penelitian 52 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 53 3.3

Subjek Penelitian 53 3.4 Definisi Istilah 54 3.5 Instrument Penelitian 55 3.5.1 Wawancara
55 3.5.2 Observasi 56 3.5.3 Analisis Dokumen 56 3.6 Prosedur Penglolahan Penelitian 56
3.7 Prosedur Analisis Data 57 3.8 Jadwal Penelitian 59 BAB IV HASIL 60 4.1 Gambaran
Umum Lokasi Penelitian 60 4.1.1 Susunan Organisasi PT.Lancang Kuning Sukses Batam
61 4.2 Hasil Penelitian 61 4.2.1 Data Informan 61 4.2.2.Deskripsi Hasil Penelitian 61 BAB
V PEMBAHASAN 98 5.1 Kriteria Pelaksanaan Behavior Bases Safety (BBS) 98 5.2 Metode
Behavior Based Safety (BBS) 101 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 106 6.1. Kesimpulan
106 6.1.1 kriteria penerapan Behavior Based Safety 106 6.1.2. Metode Behavior Based
Safety (BBS) 106 6.2

Saran 107 DAFTAR PUSTAKA 109 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Definisi Istilah 54
Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian 59 Tabel 4. 1 Karakteristik Informan 61 Tabel 4. 2 Pertanyaan
Partisispasi Karyawan 63 Tabel 4. 3 Pertanyaan Pemusatan Perhatian 69 Tabel 4. 4
Pertanyaan Didasarkan Pada Hasil Observasi 72 Tabel 4. 5 Pertanyaan Pengambilan
Keputusan 75 Tabel 4. 6 Pertanyaan Intervensi dan Sistematis 77 Tabel 4. 7 Pertanyaan
Umpan Balik Terhadap Perilaku Pekerja 79 Tabel 4. 8 Pertanyaan Tentang Dukungan
Kuat Dari Management 82 Tabel 4. 9 Lembar Observasi 84 Tabel 4. 10 Lembar Observasi
Terbuka 87 Tabel 4. 11 Lembar Obsevasi Tertutup 90 Tabel 4. 12 Checklist Perilaku Kritis
93 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.

1 Faktor Ancaman Risiko Kecelakaam 13 Gambar 2. 2 Blok Diagram Pengaruh Gizi Kerja
15 Gambar 2. 3 Piramida Kecelakaan 16 Gambar 2. 4 Teori Urutan Domino K3 22
Gambar 2. 5 Bagan Proses Observasi K3 dan Umpan Balik 31 Gambar 2. 6 Diagram alur
penerapan Behavior Based Safety (BBS) 45 Gambar 2. 7 Kerangka Teori 50 Gambar 2. 8
Kerangka Konsep 51 Gambar 4. 1 Struktrur Organisasi 61 Gambar 4. 2 Safety Your
Priorty 67 Gambar 4. 3 Observation Card 71 Gambar 4. 4 Bulletin Board 80 DAFTAR
SINGKATAN ABC : Activator-Behavior-Consequnce APD : Alat Pelindung Diri BBS :
Behavior Based Safety BPJS : Badan Penyelanggara Jaminan Kesehatan Sosial DK3N :
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional HSE : Health Safety Environment ILO :
International Labour Organization K3 : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OSHA :
Occupational Safety and Health Administration PAHK : Penyakit Akibat Hubungan Kerja
SOP : Standard Operational Procedure DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin
Penelitian Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
Lampiran 4 : Lembar Uji Pakar Form Wawancara Lampiran 5 : Lembar Pedoman
Wawancara Lampiran 6 : Lembar Observasi
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N) mengatakan kecelakaan kerja dapat menyebabkan terjadinya kerugian
langsung (direct last) dan kerugian tidak langsung (indirect last).

Maka perusahaan akan mengalami kerugian karena harus mengeluarkan biaya


pengobatan dan biaya perbaikan kerusakan secara produksi. Kerugian tidak langsung
berupa kerugian jam kerja dan menurunya citra perusahaan serta keperayaan
konsumen. (Septiana, 2014) Kondisi permasalahan yang ada dalam sebuah tempat kerja
saat ini menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang diseabkan oleh karena penyakit dan hubungan pekerjaan. Sekitar
300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena
penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjdi 160 juta penyakit akibat
hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. (Kurniawan, Fara, & Wahyuni, 2017).

Berdasarkan data dari The Breau Of Labor Statistic America, ada total 5.147 korban
tewas yang tercatat di Amerika Serikat pada tahun 2017, menurun 0,8 persen dari 5.190
kasus korban tewas pada tahun 2016. Banyaknya jumlah pekerja yang menderita
kecelakaan kerja termasuk penderita yang dialami oleh keluarga korban, patut untuk
mendapatkan perhatian yang serius dan nyata. (The Breau Of Labor Statistic America,
2017 ) Berdasarkan data Badan Penyelanggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS)
ketenagakerjaan tahun 2019, angka kecelakaan kerja di Indonesia cenderung meningkat.

Total kecelakaan kerja tahun 2018 tercatat sebanyak 175.000 kasus kecelakaan kerja.
Angka ini meningkat 40 persen dibandingkan dengan banyaknya dengan kasus 2017
yang hanya mencapai 123.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total kasus kecelakaan kerja,
nilai pembayaran atau klaim pun terbilang besar yakni mencapai Rp.1.2 Triliun.
Kecelakaan kerja terjadi karena rendahnya untuk berperilaku kerja yang aman. (BPJS
Ketenagakerjaan, 2018) Budaya keselamatan adalah suatu konsep yang menyangkut
manusia dimana memiliki aspek internal yang tidak terlihat (mind), dan aspek eksternal
yang terlihat (behavior) yang keberadaannya hadir dalam suatu konteks sosial.

(Tarwaka, 2015). Berdasarkan acuan bahwa unsafe behavior merupakan penyumbang


terbesar dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk mengurangi kecelakaan kerja
dan meningkatkan safety performance hanya bisa dicapai dengan usaha memfokuskan
pada pengurangan unsafe behavior. Salah satunya adalah dengan melakukan
pendekatan perilaku yaitu behavior based safety.

Teori menurut Cooper (2009), menyebutkan bahwa behavior-based safety merupakan


sebuah proses yang menciptakan kemitraan keamanan yang dilakukan antara
manajemen dan pekerja dengan fokus yang berkelanjutan terhadap perhatian dan
tindakan terhadap setiap orang dan orang lain, serta upaya untuk berperilaku selamat,
salah satu cara untuk mengidentifikasi unsafe conditions dan usafe behavior yaitu
dengan melakukan pendekatan perilaku atau yang disebut dengan BBS (Behavior Based
Safety). Behavior based safety merupakan suatu metode penerapan yang ditemukan
oleh Herbert William Heinrich. William mengemukakan bahwa kecelakaan kerja
merupakan akibat dari perilaku manusia.

Dan mengatakan bahwa fatality injury disebabkan oleh serios injury, serios injury
disebabkan oleh minor injury, minor injury disebaban near miss dan near miss
disebabkan oleh at-risk behavior. Hal ini membuktikan bahwa perilaku manusia
merupakan awal dari terjadinya kecelakaan kerja. (Mokaliran & Panjaitan, 2015) Behavior
based safety adalah suatu pendekatan dalam mencegah kecelakaan kerja melalui
pendekatan perubahan perilaku. Behavior based safety merupakan cara ilmiah untuk
memahami mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan dalam hal
keselamatan. Galler (2001), memaparkan 7 prinsip penerapan BBS di tempat kerja.

Behavior based safety sebagai alat untuk merancang intervensi perilaku dengan melihat
alasan mengapa seseorang berperilaku. Menurut kacamata BBS, perilaku merupakan
suatu inti pokok permasalahan yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan.
Penerapan BBS merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mengintervensi perilaku
tidak aman menjadi perilaku aman dalam tujuannya mencapai zero injur. BBS juga
mengidentifikasi faktor external tersebut termasuk sistem manajemen yang tidak sesuai
dengan perilaku manajemen yang tidak dapat dijadikan panutan. (Rahmawati &
Martiana, 2012).

Geller (2001) mengemukakan pentingnya pendekatan perilaku yang didasari oleh


keselamatan (behavior based safety) dalam upaya meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Dengan meningkatnya keselamatan dan kesehatan kerja maka
dapat meningkatkan produktivitas pekerja yang ada akhirnya dapat meningkatkan
kemajuan dan kesejahteraan. Selain itu, manusia merupakan salah satu aset terbesar
dalam mencapai keberhasilan perusahaan. Sehingga perlu adanya penelitian faktor apa
saja yang berhubungan dengan terbentuknya perilaku aman tenaga kerja baik internal
maupun external.

(Septiani, 2018) Pekerja cenderung berperilaku tidak aman dengan mengabaikan


keselamatan walaupun itu sangat penting untuk keselamatannya. Sebagai contoh,
dalam melaksanakan pekerjaannya pekerja seringkali tidak mengikuti Standard
Operational Procedure (SOP) dan hanya bekerja berdasarkan pengalamannya saja.
Masalah lain yang ada adalah pekerja seringkali tidak mengunakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang sudah disediakan dengan berbagai alasan.
(Septiani, 2018) Menurut data hasil penelitian safety training observation program for
supervision oleh DuPONT Company tentang causes of lost workday and restricted
workday injuries dalam penelitiannya selama 10 tahun disebutkan bahwa kecelakaan
kerja terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu
tindakan aman/unsafe action dan penyebab lainnya/other causes, faktor kerja, alat dan
bahan kerja dan kepatuhan terhadap kerja SOP kerja. (Kurniawan et al., 2017) Menurut
Multiple Causation Theory yang diperkenalkan oleh Petersen, penyebab kecelakaan
kerja yang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu unsafe acion dan
unsafe condition.

Unsafe action adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari aturan yang
sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri, orang lain,
maupun peralatan yang ada disekitarnya. Unsafe condition adalah kondisi lingkungan
kerja yang aman dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja secara langsung maupun
tidak langsung. Secara spesifik, faktor yang dapat mempengaruhi kecelakaan kerja pada
sektor kontruksi adalah faktor organisasi yang terdiri dari kebutuhan pengguna jasa,
kondisi ekonomi, manajemen proyek, manajemen tenaga kerja, budaya kesehatan dan
keselamatan kerja manajemen risiko : faktor tenaga kerja yang terdiri dari lokasi yang
berbahaya; jadwal kerja dan perawatan bangunan; faktor lokasi kerja yang terdiri dari
lokasi yang berbahaya; jadwal kerja dan perawatan bangunan; faktor material dan
perlengkapan kerja yang terjadi dari desain dan spesifikasi material, persediaan,
perawatan dan ketersediaan bahan dan alat kerja.

(Ramdan & Handoko, 2016) Kajian Heinrich dala Al-Hemound dan Al-Asfoor
menyebutkan bahwa penyebab utama dari kecelakaan kerja lebih disebabkan oleh
tindakan tidak aman (unsafe action) sebesar 88%. Oleh karenanya diperlukan kajian
untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dengan melakukan permodelan prediksi kinerja perilaku kerja aman sehingga hasil
penelitian tersebut diharapkan dapat memprediksi evaluasi kinerja perilaku aman (safe
behavior) adalah aspek penting dalam kajian behavior based safety (BBS). Perilaku kerja
merupakan semua perbuatan yang dilakuakan seseorang yang dapat diamati melalui
sikap dan tindakanya.

(Ansori, Novianti, Agustina, & Ma’ruf, 2016) PT Lancang Kuning Sukses adalah
perusahaan teknik dan kontraktor yang telah berdiri dan berpengalaman di berbagai
industri dan sektor, barbagai pengalaman telah memungkinkan untuk dapat mengubah
sebagian besar proyek, dan sekarang mengembangkan beberapa pembuatan produk
sendiri, dan terus meningkatkan kemampuan para ahli untuk menangani sebagian besar
proyek dan juga perbaikan. Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada Bulan
Maret Tahun 2020 data kecelakaan yang terjadi di PT. Lancang Kuning Sukses Batam
tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 (Bulan Februari), angka kecelakaan kerja yang
terjadi 47 kejadian.

Adapun Kecelakaan kerja yang disebabkan seperti luka goresan akibat benda tajam,
terbentur benda tumpul yaitu 7 (14,9%) kejadian, dan near miss yaitu kejadian seperti
hampir terkena jatuhan material dari atas, hampir terjatuh, dan hampir tertabrak forklift
yaitu 40 (85,1%). Berdasarkan tingkat keseriusan kecelakaan untuk kejadian fatal belum
perna terjadi. HSE Manager PT. Lancang Kuning Sukses mengatakan bahwa telah
diterapkannya Behavior Based Safety pada Bulan November Tahun 2018 tetapi masih
juga terdapatnya kecelakaan kerja. Dan sudah terjadi 7 kasus first aid. Hal tersebut
terjadi karena kecelakaan.

Dari pernyataan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisa Penerapan program Behavior Based Safety (BBS) di PT. Lancang Kuning
Sukses Batam Tahun 2020” Rumusan Masalah Bagaimana Analisa penerapan program
Behavior Bassed Safety (BBS) di PT.Lancang Kuning Sukses Batam Tahun 2020? Tujuan
Tujuan Umum Untuk mengetahui Penerapan Program Behavior Bassed Safety (BBS)
PT.Lancang Kuning Sukses Batam Tahun 2020? Tujuan Khusus Untuk mengetahui
Kriteria pelaksanaan Behavior Based Safety (BBS) di PT. Lancang Kuning Sukses Batam
2020. Untuk mengetahui Metode Behavior Based Safety di PT. Lancang Kuning Sukses
Batam Tahun 2020.

Manfaat Penelitian PT. Lancang Kuning Sukses Batam Penelitian ini dapat memberikan
informasi mengenai Behavior Based Safety (BBS), terutama pada karyawan operasional,
sehingga dapat menjadi masukan untuk dapat menurunkan angka kecelakaan kerja
pada kegiatan operasional dengan adanya Behavior Based Safety. Bagi Fakultas Ilmu
Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau pustaka,
sehingga dapat dijadikan referensi akademik tentang Behavior Based Safety.

Selain itu, dapat menjalin kerjasama dalam meningkatkan pengetahuan tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang di terapkan di PT. Lancang Kuning Sukses
Batam. Bagi Peneliti Merupakan media penerapan untuk meningkatkan wawasan,
pengetahuan, dan keterampilan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian, khususnya
mengenai Behavior Based Safety pada kegiatan operasional PT. Lancang Kuning Sukses
Batam dan konsep Keselamatan dan Kesehatan kerja yang diperoleh diperkuliahan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1

Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seseorangpun didunia ini menginginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan
lingkungan di mana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan
kerja adalah sebagai berikut: (Buntarto, 2015) adanya unsur-unsur keamanan dan
kesehatan kerja adanya kesadaran menjaga keamanan dan kesehatan kerja teliti dalam
bekerja.

Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.


2.1.2 Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan
agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setingggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dann lingkungan
kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan,
dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit.

Keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan


kemasyarakatan. (Buntarto, 2015) 2.1.3 Tujuan K3 Kesehatan dan keselamatan kerja
bertujuan untuk menjamin kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani, tenaga
kerja serta hasil karya dan budayanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan,
keselamatan, dan keamanaan kerja adalah sebagai berikut: (Buntarto, 2015) Memelihara
lingkungan kerja yang sehat Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan
akibat pekerjaan sewaktu kerja.

Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimblkan dari kerja. Memelihara moral,
mencegah, dan mengobati keracunan yang ditimbul dari kerja. Menyesuaikan
kemampuan dengan pekerjaan Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat
pekerjaan. Proses Kerja Proses kerja adalah cara, metode, teknik bagaimana
sumber–sumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dan material yang sudah ada diubah untuk
dapat memperoleh suatu hasil. Proses produksi atau proses kerja itu sendiri merupakan
suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang ataupun
jasa dengan menggunakan faktor–faktor yang sudah ada seperti tenaga kerja, mesin,
bahan baku, dan material lain agar lebih bermanfaat untuk kehidupan manusia. (Tawaka,
2014 dalam Febri, 2019) Suatu proses kerja selalu mengandung potensi bahaya yang
tidak mendapatkan perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai
kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari berbagai
kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga diluar proses
kerja/lingkungan kerja. Penyebab utama dari kecelakaan kerja pada proses kerja adalah
faktor manusia atau dikenal dengan unsafe action dan faktor lingkungan atau dikenal
dengan unsafe conditions. (Tawaka, 2014 dalam Febri, 2019) Kecelakaan Kerja Menurut
peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No : 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan/atau harta benda. Seirama dengan derap langkah pembangunan di
Negara kita, kegiatan industri ditunjukkan untuk mewujudkan industri yang maju dan
mandiri dalam rangka memasuki era industrilisasi.

Proses industrilisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi, dan
modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaaan mesin–mesin,
pesawat–pesawat, instalasi–instalasi modern serta bahan berbahaya akan semakin
meningkat / Gambar 2. 1 Faktor Ancaman Risiko Kecelakaam Sumber : (Irzal,
Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2016) Masalah tersebut di atas
dipastikan akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah ataupun
tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian
dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerjaan sebuah idustri
terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan bahwa itu
sebagian kecendrungan kecelakaan. Untuk mengukur kecendrungan kecelakaan harus
menggunakan data dari situasi yang meunjukkan tingkat risiko yang ekuivalen. Cara
yang sering dilakukan seorang manajer untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap
pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik
yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata–rata pendapat, dan
tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya
dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja lainnya.

Adapun kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat
membuat faktor–faktor kecelakaan itu tersendiri. Status kesehatan masyarakat di
Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapatkan
hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan
bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal.

(Irzal, 2016) Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada
sebagian besar masih diisi oleh petugas kesehatan dan non-kesehatan yang mempunyai
banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering
mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaa n kerja. Gizi
kerja sangat diperlukan pekerja untuk menyehatkan, mencerdasakan, meningkatkan
produktivitas kerja tanpa adanya asupan gizi, pekerja akan kehilangan konsetrasi dalam
bekerja. Yang akan mengakibatkan kelalaian hingga kecelakaan kerja / Gambar 2. 2 Blok
Diagram Pengaruh Gizi Kerja Sumber : (Irzal, Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, 2016) Statistik Kecelakaan Dari hasil penelitian E.Bird pada 1969 atas 1.753.498
akibat terjadinya kecelakaan di dunia industri.

Diperoleh rasio kecelakaan dengan angka (piramida) 1:10:30: 600, yaitu : setiap 1 kasus
kecelakaan berakibat cedera berat (kematian, cacat permanen, rawat inap di RS),
terdapat 10 kecelakaan berakibat cedera ringan (membutuhkan P3K), dan terdapat 30
kecelakaan berakibat kerusakan property/asset perusahaan, dan terdapat 600
kecelakaan tanpa kerusakan/cedera. Dan, terdapat 10.000 sumber bahaya. Maka
prioritas utama dari penanggulangan kecelakaan di tempat kerja tidak dapa hanya
dititikberatkan pada kecelakaan yang menimbulkan kerusakan property dan kecelakaan
tanpa merusak, kerena kemungkinan kecelakaan tersebut jauh lebih besar.

Maka berembanglah konsep pengendalian kecelakaan secara menyeluruh, yaitu “ total


loos control”. (A Land Mark Safety Study) / Gambar 2. 3 Piramida Kecelakaan Sumber :
(Irzal, Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2016) Dua hal yang menjadi faktor
penyebab kecelakaan kerja yang terbesar : perilaku yang tidak aman (unsafe actions)
kondisi lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions). Perbuatan berbahaya (unsafe
actions) Adalah perbuatan berbahaya dari manusia atau pekerja yang di latar belakangi
oleh faktor-faktor internal seperti sikap dan tingkah laku yang tidak aman, kurang
pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat, keletihan, dan
kelesuhan. Heinrich (1931) menyatakan bahwa sebagaian besar kecelakaan disebabkan
oleh beberapa faktor misalnya manusia atau tindakan tidak aman dari manusia.

Berdasarkan teori tersebut, maka ditinjau dari segi keselamatan dari keselamatan kerja,
unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja dapat berasar dari komponen manusi,
manajemen, material, mesin, dan medan (lingkungan kerja). Kondisi berbahaya (unsafe
conditions) Suatu kondisi tidak aman dari mesin, lingkungan, sifat pekerja, dan cara
kerja. Kondisi berbahaya ini terjadi antara lain karena: Alat pelindung tidak efektif
Pakaian kerja kurang cocok Bahan-bahan berbahaya Penerangan dan ventilasi yang
tidak baik Alat yang tidak aman walaupun dibuthkan Alat atau mesin yang tidak efektif.

Sebab-sebab terjadinya kecelakaan dapat dilihat dari dua segi yaitu : Segi mikro Segi
mikro artinya segala hal yang berhubungan dengan ruang lingkup perusahaan Sistem
manajemen Artinya apabila dalam sebuah perusahaan program kesehatan dan
keselamatan kerja tidak terlaksana dengan penuh tanggung jawab akan berdampak
negatif terhadap perusahaan, dengan adanya kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan
yang merugikan perusahaan, tenaga kerja dan masyarakat luas. Manajemen Penyebab
kecelakaan yang kedua adalah unsur manusia. Berdasarkan hasil penelitian, paling
sering melakukan hal-hal yang tingkah lakunya mendatangkan kecelakaan, karena tanpa
disadari manusia berbuat ceroboh, lengah, dan tak acuh.

Lingkungan Penyebab kecelakaan yang ketiga adalah lingkungan kerja secara


keseluruhan. Segi Makro Unsur ekstern atau yang berada diluar perusahaan, yaitu :
Pemerintah Yang dimaksud dengan pemerintah, adalah segala hal yang menyangkut
masalah kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, politik dan hukum. Pendidikan,
kebijakan pemerintah dalam menerapkan kurikulum pendidikan K3, baik di sekolah
maupun perguruan tinggi. Bidang politik, peran serta pemerintah dalam
memperjuangkan nasib perlindungan bagi tenga kerja di perusahaan.

Bidang hukum, bagaimana peraturan perundangan di bidang K3 apakah sudah


diterapkan dan diawasi pelaksanaannya secara baik dan benar. Teknologi Dalam hal
berhubungan dengan pengujian dan identifikasi kemungkinan bahaya yang akan timbul
sebagai akibat dari perkembangan teknologi dan penerapan analisis. Sosial
Lembaga-lembaga sosial bagi sektor tenaga kerja seperti asuransi dalam memberikan
penjelasan dan motivasi terhadap perusahaan agar meningkatkan program kesehatan
dan keselamatan kerja di perusahaan.

Ekonomi Kondisi ekonomi yang berat sering secara tidak langsung memaksa para
tenaga kerja, bekerja dalam kondisi tempat kerja kurang aman. Akibat kecelakaan
Terhadap manusia Rasa sakit dan trauma Kematian Cacat karena tidak berfungsinya
sebagian anggota badan Menurunya penghasilan Kesedihan bagi kerabat Terhadap
perusahaan Kerusakan peralatan mesin Rusaknya bahan baku Menurunya produksi
Hilangnya kepercayaan langganan Rusaknya lingkungan Kerugian material Penyebab
kecelakaan kerja pada masing–masing unsur, yaitu : Manusia tidak adanya unsur
keharmonisan antar tenaga kerja dengan pimpinan.

Kurangnya pengetahuan/keterampilan Ketidakmampuan fisik/mental Kurangnya


motivasi Manajemen Kurangnya pengawasan. Struktur organisasi yang tidak jelas dan
kurang tepat. Kesalahan prosedur operasi Kesalahan pembinaan pekerja. Material
Adanya bahan beracun/mudah terbakar Adanya bahan korosif Mesin Cacat pada waktu
proses pembuatan. Kerusakan karena pengolahan. Kesalahan perencanaan. Medan
Peneranagan tidak tepat (silau atau gelap). Ventilasi buruk. Housekeeping yang jelek.
Persentase penyebab kecelakaan kerja, yaitu 3% dikarenakan sebab-sebab yang tidak
bisa dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan lingkungan
lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan perilaku
yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya lima perilaku tidak aman.

Berdasarkan data dari biro pelatihan tenaga kerja, penyebab kecelakaan yang perna
terjaadi sampai saat ini adalah akibat oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:
Sembrono dan tidak hati-hati Tidak mematuhi peraturan Tidak mengikuti standar
prosedur kerja Tidak memakai alat pelindung diri dan kondisi badan yang lemah.
Kecelakaan dalam industri banyak disebabkan oleh aturan dan kondisi kerja yang tidak
mempunyai aspek keselamatan pendekatan trandisional teori penyebab kecelakaan
dikemukakan oleh H.W Heinrich pada sekitar tahun 1920-an yang diambul dari
perkembangan kasus-kasus atau laporan para ahli keselamatan kerja. Pendekatan kasus
ini menjadi sebuah teori yang disebut.dikenal dengan teori urutan domino (Domino
Sequence Theory), yaitu : Luka-luka disebabkan oleh kecelakaan. Kecelakaan disebabkan
oleh mekanis yang tidak selamat manusia atau oleh kondisi mekanis yang tidak selamat.

Tindakan dan kondisi tidak selamat disebabkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan
manusia disebabkan oleh lingkungan atau diperoleh dari kebiasaan. Lingkungan atau
kebiasan kerja yang ceroboh menyebabkan luka-luka. / Gambar 2. 4 Teori Urutan
Domino K3 Sumber : (Irzal, Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2016) Selain
teori domina, beberapa teori lain tentang penyebab kecelakaan kerja, yaitu : Pure chane
theory (teori kebetulan murni) : Kecelakaaan kerja terjadi atas “kehendak Tuhan” (act of
god) sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwa, karena kecelakaan
kerja terjadi secara keberulan saja.

Accident prone theory (Teori kecendrungan kecelakaan) : pada pekerja tertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya (bukan psikologisnya) yang
memang cenderung untuk mengalami kecelakaan, Three main factors theory (teori tiga
faktor utama) : penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan, dan manusia pekerja
itu sendiri. Two main factors theory (teori tiga faktor utama) : kecelakaan disebabkan
oleh kondisi berbahaya atau kondisi tidak aman (unsafe conditions) dan tindakan atau
perbuatan berbahaya/tidak aman (unsafe actions).

Human factors theory (teori faktor manusia) menekankan bahwa pada akhirnya semua
kecelakaan kerja, baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan
manusia. Selalu ditemui dari hasil penelitian bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh
faktor manusia. Klasifikasi Akibat Kecelakaan Kerja Standar OSHA tahun 1970, semua
luka yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja : Perawatan Ringan (First Aid) Perawatan
rinagan merupakan suatu tindakan/perawatan terhadap luka kecil berikutnya observasi,
yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment) walaupun pertolongan
pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedic. Perawatan ringan ini juga merupakan
perawatan dengan kondisi luka ringan.

Bukan tindakan perawatan darurat dengan luka yang serius dan hanya satu kali
perawatan dengan observasi berikutnya. Perawatan Medis (Medical Treatment)
Perawatan medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan luka hanya
dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedic. Yang
dapat dikatagorikan perawatan medis bila dapat dilakukan oleh tenaga medis yang
profesional : terganggunya fungsi tubuh dan sebagainya: berakibat rusaknya struktur
fisik dan berakibat komplikasi luka yang memerlukan perawatan medis lanjutan.

Hari kerja yang hilang (Lost Work Days) Hari kerja yag hilang ialah setiap hari kerja di
mana seseorang pekerja tidak dapat mengerjakan seluruh tugas utuhnya karena
mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya. Hari kerja
hilang ini dapat dibagi menjadi : Jumlah hari tidak bekerja (days away from work), yaitu
semua hari kerja di mana seseorang pekerja tidak dapat mengerjakan semua setiap
fungsi pekerjaanya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya.

Jumlah hari kerja dengan akivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua
kerja dimana seseorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat
pekerja yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap
bekerja pada tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan secara normal. Kematian
(Fatality) Dalam hal ini, kematian yang terjadi memandang waktu yang sudah berlalu
antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan
yang dideritanya, dan saat sikorban meninggal Sedang (Minor) Kecelakaan yang
menimbulkan hari hilang tidak lebih dari 21 hari kerja kalender dan tidak menyebabkan
kehilangan anggota badan atau fungsi badan.

Termasuk dalam klasifikasi sedang adalah suatu kecelakaan yang menyebabkan


pekerjaan hanya dapat melakukan aktivitas terbatas (restricted activity) dan
menyebabkan pingsan. Cacat Tetap (Permanent Disability) Cedera yang bukan berakibat
mati tetapi berakibat ketidakmampuan atau berkurangnya maupun kehilangan sebagian
atau seluruh fungsi pada tubuh tertentu (seperti sebelah kedua mata, tanagan/lengan,
kaki) dan amputasi serta dislokasi cedera ini tidak termasuk hilangnya kuku jari
tangan/kaki, hilangnya bentuk/tampak jelek, keseleo yang tidak berakibat keterbatasan
gerak tetap.

Konsep Behavior Based Safety (BBS) Dikembangkan pada akhir tahun 1970, penerapan
BBS telah memiliki catatan keberhasilan yang mengesankan. Berbagai penelitian tentang
penerapan BBS telah menunjukkan bahwa setiap “perilaku aman” meningkat maka
penyebab insiden akan menurun. Pengukuran presentase “tindakan aman” (% safe
action) adalah merupakan indikator keselamatan yang sangat baik. (Tarwaka, 2015).

Diberbagai tempat dan dalam berbagai situasi tertentu, tindakan kita tidak hanya
ditentukan oleh pengetahuan kita, tetapi juga oleh pengalaman yang kita miliki dan cara
bagaimana kita dipengaruhi oleh orang lain, sebagai contoh; dalam penggunaan sabuk
pengaman saat mengendarai mobil, di hampir semua Negara sekarang ini pengemudi
mobil wajib menggunakan sabuk pengaman, namun faktanya masih sangat banyak
orang-orang tersebut memilih untuk tidak menggenakan sabuk pengaman meskipun
mereka memiliki pengetahuan bahwa mereka akan lebih aman jika memakainya. Namun
demikian sejauh mereka tidak perna terlibat dalam kecelakaan, mereka akan
mempertimbangkan bahwa risiko yang dihadapai waktu mengendarai mobil adalah
kecil atau rendah. (Tarwaka, 2015).

Kejadian-kejadian dalam kehidupan manusia sebelumnya yang dapat mempengaruhi


perilaku kita sekarang ini disebut sebagai antesedan. Dampak positif dari perilaku
tertentu akan dapat meningkatkan perilaku seseorang dalam hal ini, jika mereka merasa
lebih nyaman untuk tidak mengenakan sabuk pengaman dan orang tersebut tidak
menggunakan sabuk pengaman. Anteseden dapat bekerja sebaliknya juga, yang berarti
bahwa jika mengamati efek negatif dari perilaku tertentu, ini akan dapat mengurangi
frekuensi perilaku. Dapat digaris bawahi, bahwa perilaku sering di adaptasi secara
langsung dari orang lain.

Cara kita memandang keselamatan jelas dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar kita,
tindakan mereka dan perilaku yang mereka tunjukkan. pikiran tentang contoh di atas,
jika kita seorang penumpang di dalam mobil yang sama sebagai seorang mengemudi
tanpa sabuk pengaman, maka kita akan terpengaruh, oleh perilaku pengemudi. Dengan
kata lain penumpang yang melihat untuk tidak menggunakan sabuk pengaman.
(Tarwaka, 2015). Pada dasarnya keselamatan di tempat kerja adalah merupakan dari 3
(tiga) komponen yang terukur, yaitu : manusia, lingkungan kerja dan perilaku pekerja.

(Tarwaka, 2015) Komponen manusia terdiri dari kemampuan fisik dan mental pekerja,
pengalaman dan pelatihan serta segala keterbatasan yang dimiikinya. Komponen
lingkungan kerja meliputi pengendalian teknik, keamanan peralatan kerja, tugas
pekerjaan dan budaya yang terjadi di lingkungan kerja. Komponen terakhir yang paling
sering diabaikan adalah komponen perilaku; apa yang orang lakukan di tempat kerja.
Selanjutnya bahwa proses BBS ditunjukan untuk memperbaiki perilaku karyawan.

Pengertian Behavior Based Safety (BBS) Behavior Based Safety (BBS) adalah suatu
perilaku keselamatan manusia di area kerja dalam indentifikasi bahaya serta menilai
potensi risiko yang timbul hingga pada tingkat yang dapat diterima (acceptable level)
dalam melakukan pekerjaan yang berinteraksi dengan aktivitas produk dan jasa
Rahardjo (2010) dalam Tarwaka (2015). Behavior Based Safety (BBS) adalah proses yang
digunakan untuk membantu karyawan mengidentifikasi dan memilih suatu perilaku
yang aman melalui suatu tindakan yang tidak aman. Rehnny sommer (2013) dalam
Tarwaka (2015).

Menurut Julian Clancy (2013) dalam Tarwaka (2015) bahwa program BBS diterapkan
untuk mengatasi keseimbangan penghargaan perilaku dengan meningkatkan rewards
bagi perilaku aman dan mengurangi rewards bagi perilaku berisiko atau perilaku tidak
aman. Selanjutnya program BBS secara tradisional berusaha utuk mencapai tujuan
dengan cara : Mendidik orang-orang di tempat kerja tentang perilaku aman dan tidak
aman. Menggunakan rekan-rekan sekerja dan supervisor untuk mengamati
aktivitas-aktivitas pekerja. Menyediakan berbagai bentuk umpan balik (feedback) bagi
individu dan kelompok untuk mengubah sikap dan perilaku yang terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara positif Behavior Based Safety (BBS) adalah
suatu proses menyediakan kesempatan bagi organisasi untuk menuju ke tingkat
penerapan keselamatan yang lebih tinggi dengan mempromosikan respon proaktif
dengan menggunakan suatu indikator penting yang dapat dipresentasikan secara
stastik, membangun kepemilikan, pemberdayaan yang berkaitan dengan keselamatan
karyawan. BBS memberikan kesempatan manajemen untuk membuktikan dan
menunjukkan nilai-nilai inti keselamatan terhadap hasil prosduksi. BBS juga merupakan
investasi bisnis yang baik.

Biaya penghematan, penurunan tingkat insiden, efisiensi waktu kerja, cara kerja yang
aman, peningkatan kualitas hasil kerja merupakan sebagian manfaat yang diperoleh dari
penerapan BBS. Kesadaran Situasional, Observasional, dan Umpan Balik Studi
kecelakaan pada berbagai pekerjaan telah mendukung suatu gagasan bahwa kurangnya
kesadaran situasional yang mencakup sekitar 2/3 dari insiden disebabkan karena
kesalahan manusia atau human error. Kesadaran situasional berkembang dari waktu ke
waktu dan presepsi dasar tentang apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya melalui
observasi dan kesadaran merupakan komponen kunci untuk mengurangi terjadinya
insiden dan dampak lingkungan kerja.

Kesadaran situasional sesorang dapat dipengaruhi oleh misalnya, masalah rumah


tangga/keluarga, kelelahan, stress/beban kerja, tugas-tugas rutin, prospek pekerjaan,
konflik, dll. Hal ini penting untuk meningkatkan kesadaran pada saat bekerja dan ini
dapat dilakukan misalnya; melalui komunikasi, interaksi, rotasi pekerjaan, perubahan
tingkat pekerjaan dan pelatihan. Berbagai survey menunjukkan bahwa faktor-faktor
terbsesar untuk meningkatkan kinerja adalah umpan balik yang adil dan bersifat
informal.

Oleh karena itu penting untuk belajar dan berlatih bagaimana memberikan umpan balik
dapat digunakan anatara rekan kerja, dari atasan terhadap bawahan atau sebaliknya.
Sarana yang berbeda-beda yang digunakan untuk menangani umpan balik memiliki
keunggulan masing-masing; apa yang biasa kita memiliki dapat digunakan dalam
banyak situasi lainnya yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, yaitu ketika kita
berhubungan dengan keluarga dan teman-teman. Kita sering dapat memilih untuk
memberikan umpan balik, baik umpan balik kostruktif ataupun apesiatif. Dengan
demikian kita data mendukung anteseden untuk perilaku kesalamatan yang baik.

Umpan balik yang adil dan peningkatan kinerja K3 dan umpan balik dapat diilustrasikan
seperti pada gambar dibawah ini : / Gambar 2. 5 Bagan Proses Observasi K3 dan Umpan
Balik Sumber : (Tarwaka, US Departement of energy, 2015) Selanjutnya, langkah-langkah
observasi K3 dan umpan balik dapat diuraikan sebagai berikut (Tarwaka, 2015) :
Melakukan perkenalan (sebagai observer), tanyakan nama pekerja diobservasi upayakan
mereka dalam keadaan tenang dan jelaskan prosesnya. Mintalah izin untuk melakukan
observasi. Mintalah kepada pekeja tersebut untuk menjelaskan pekerjaan yang sedang
dilakukan.

Mintalah kepada pekerja untuk menentukan bahaya apa saja yang sering dihadapi dan
tindakan pencegahan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang mereka lakukan. Ajukan
petanyaan-pertanyaan terbuka untuk mempelajari lebih lanjut tentang perilaku yang
tidak aman (contoh; Apa jenis kecelakaan terburuk yang perna terjadi?; Bagaimana
saudara dapat terluka saat melakukan tugas tersebut?; Mengapa saudara melakukannya
dengan cara ini?, dll) Amati pekerjaan yang sedang dilakukan Berikan umpan balik yang
sedang dilakukan Mintalah saran tentang tindakan korektif yang mungkin diperlukan
oleh pekerja untuk mengurangi risiko yang dihaadapi.

Dapatkan komitmen pribadi pekerja bahwa secara pribadi mereka akan melakaukan
tindakan ini dan berterima kasih kepada pekerja atas partisipasinya. Penerapan Behavior
Based Safety (BBS) dengan Metode DO IT Menurut Scott Geller (2005) bahwa salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan merubah perilaku-perilaku
kritis adalah dengan metode DO IT, dimana D (Define), O (Observe), I (Intervane), T
(Test) Dapat digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip BBS kepada para karyawan
yang diberikan tugas untuk melakukan intervensi atas keselamatan pekerja dan terus
meningkat keterampilan dengan melakukan intervensi K3. 2.9.1

Define Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam program Behavior Based Safety
(BBS) adalah mendefinisikan atau menentukan target-target perilaku dari pekerja yang
akan dihilangkan/ diperbaiki atau ditingkatkan/ dipertahankan. Meskipun pada
umumnya yang menjadi prioritas utama adalah perilaku tidak aman/selamat, namun
dapat juga ditentukan perilaku-perilaku aman yang harus dipetahankan atau diingatkan.
Dalam menentukan target perilaku yang akan dimasukkan ke dalam program Behavior
Based Safety (BBS), terdapat beberapa cara yag dapat dilakukan untuk menenukan
perilaku yang menjadi target, yaitu : Brainstorming : beberapa orang yang mewakili
departemen dan tingkat jabatan dimintai saran dan masukkan terhadap
perilaku-perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja dengan cara menuliskan di
atas potongan-potongan kertas.

Membentuk grup diskusi dengan beberapa orang yang mewakili setiap departemen
atau bagian. Melakukan analisis terhadap berbagai penyebab kecelakaan kerja yang
perna terjadi. Didasarkan pada temuan audit atau inspeksi K3 sebelumnya. Mungkin
akan ditemukan atau diperoleh banyak sekali perilaku tidak aman dari proses tersebut di
atas, namum pihak manajemen harus menetukan perilaku, berisiko/ tidak aman yang
akan menjadi prioritas utama untuk dimasukkan ke dalam program Behavior Based
Safety (BBS).

Definisi dari perilaku aman (safe behavior) mungkin seperti pengetahuan dasar tetang
penggunaaan alat pelindung diri tertentu atau berjalan di atas troroar pejalan kaki,
sebagai alternative, target aman dapat menjadi suatu praktek kerja (work practice) yang
memerlukan urutan tertentu mengenai perilaku aman, seperti ketika mengangkat suatu
objek kerja atau menggembok sumber-sumber energi. Selanjutnya ruang lingkup
progam behavior based safety juga harus ditentutukan agar program behavior based
safety dapat menjadi lebih fokus dan efektif.

Sebagai contoh, penetapan ruang lingkup program behavior basd safety dengan
sebagai berikut: Program 1: pelaksanaan tool box meeting. Ruang lingkupnya adalah
semua bagian di area pabrik. Program 2 : perilaku penggunaaan APD diarea produksi.
Ruang lingkupnya adalah semua operator atau pekerja yang ada di produksi Program 3
: pelaksanaan training K3. Ruang lingkupnya adalah semua pekerja diarea produksi yang
mempunyai risiko tinggi Program 4 : perilaku kepatuhan terhadap prosedur kerja. Ruang
lingkupnya adalah semua pekerja yang ada di bagian produksi. 2.9.2

Observe Setelah ditentukan perilaku berisik/tidak aman yang akan dijadikan target
dalam program behavior based safety, maka tahap selanjutnya dilakkan observasi atau
pengamatan terhadap pekerja-pekerja di area atau bagian yang sudah ditentukan.
Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan terbuka dan
pengamatan terututup. Pengamatan terbuka adalah pengamatan yang dilakukan secara
langsung dan diketahui oleh orang yang diamati. Metode ini seringkali akan
mendapatkan hasil bias karena pekerja yang merasa diamati akan bekerja secara
berhati-hati. Meskipun demikian pekerja yang sudah terbiasa berperilaku tidak aman
akan tetap memunculkan perilaku yang tidak aman.

Pengamatan tertutup adalah pengamatan yang dilakukan secara diam-diam tanpa


diketahui oleh pekerja yang diamati. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak ketiga atau
pekerja didalam grup yang sama yang diminta secara khusus melakukan pengamatan
sambil bekerja, sangat tidak dianjurkan pengamatan dilakukan oleh atasan atau
manajer, karena para pekerja yang diamati oleh atasan akan berusaha menghilangkan
perilaku tidak selamat mereka. Sebelum melakukan pengamatan, observer harus
diberikan pengarahan dan penjelasan tentang apa yang harus diamati dan berapa lama
pengamatan harus dilakukan.

Dalam melakukan pengamatan terhadap perilaku pekerja harus : 1) Spesifik sesuai


dengan yang sudah ditentukan atau didefinisikan 2) Perilaku tersebut harus teramati
dan tidak boleh berasumsi, sehingga bisa diukur atau dihitun berapa kali tindakan
tersebut dilakukan sebagai pengamata. 3) Pengamatan dan perilaku harus objektif, tidak
boleh diinterpretasikan oleh pengamatan, mencatat apa adanya sesuai yang dilihat. 4)
Pengamatan harus pada pekerjaan normal yang berlangsung sehari-hari Checklist
behavior based safety dapat bersifat spesifik untuk sesuatu tugas tertentu, seperti
checklist perilaku kritis bagi mengemudi atau setidaknya bagi untuk menunjukkan
bahwa sesorang mengetahui mengemudi dengan aman. Checklist ini dapat dikembang
secara bersama-sama dengan pendefinisan perilaku pekerja, sehingga muncul rasa
untuk memiliki dari pihak pekerja. Program 1 : pelaksanaan tools box meeting.

Toolbox meeting merupakan pembicaraan atau diskusi mengenai persiapan kerja yang
dilakukan setiap hari sebelum dimulainya hasil observasi; toolbox meeting tidak
dilakukan setiap hari Program 2 : perilaku penggunaan APD di area produksi. Contoh
hasil observasi; semua pekerja memahami memakai APD sesuai dengan potensi bahaya
di tempat kerja, awaraness pekerja untuk meningkatkan visitor yang tidak lengkap
dalam pemakaian APD juga tergolong baik Program 3: pelaksanaa training K3. Contoh
hasil observasi setiap pekerja yang baru masuk wajib memperoleh pembinaan tenaga
kerja yang dilakukan melalui training K3. Program 4 : perilaku kepatuhan terhadap
prosedur kerja.

Contoh hasil observasi; para pekerja telah mematuhi prosedur yang ada dalam setiap
tugas. Perilaku kepatuhan terhadap prosedur ini tetap dijadikan salah satu target, karena
jika perilaku ini tidak dimonitoring secara berkelanjutan akan dapat menyebabkan
dampak buruk, kesalahan prosedur atau sengaja memotong prosedur termasuksalah
satu faktor human error yang dikhawatirkan akan menimbulkan kecelakaan. 2.9.3
Intervene Tahap ketiga adalah setelah dilakukan pengamatan dan semua data hasil
observasi telah diolah atau dianalisis, maka selanjutnya dilakukan intervene untuk
memperbaiki perilaku berisiko/ tidak aman yang ditemukan dari hasil observasi. Dalam
membuat program intervensi sebaiknya melibakan pekerja pada area-area yang akan di
intervensi. Masukkan pekerja yang sehari-hari melakukan aktifitas tersebut akan sangat
penting dalam merancang program intervensi yang efektif. Dalam membuat program
intervensi juga harus ditentukan berpa lama hasil intervensi akan dilakukan agar terjadi
perubahan yang diharapkan.

Menurut fleming dan lardner (2002) unsur inti dari modifikasi perilaku adala ABC model
of behavior, yaitu : Antesedan merupakan susatu sensor yang sudah ada sebelumnya
atau masukan intelektual yang dapat memberi perilaku atau memberikan pengaruh
terhadap pengambilan keputusan. Kunci dari antesedan adalah memberitahukan
tentang apa yang harus dilakukan untuk menerima konsekuensinya; dalam bentuk
nyata/konkrit atau abstrak; hanya konsekuensi berat yang dapat mendukung perilaku.
Behaviour adalah suatu perilaku yang mengacu pada tidakan oleh individu yang dapat
diamati oleh oranag lain.

Dengan kata lain, perilaku adalah apa yang dilakukan atau dikatakan oleh sesorang,
sebagai dari kebalikan apa yang mereka fikirkan, rasakan, atau percayai. Kunci dari
modal behavior adalah pemahaman bahwa seseorang mati tidak bisa melakukannya;
perilaku harus dapat diamati dan diukur; berlangsung setiap waktu, dimanapun dan
bagi siapapun. Consequenses adalah merupakan akibat dari apa yang terjadi pada
orang-orang terdahulu sebagai akibat dari perilaku.

Konsekuensi dapat berupa hal ; Postif atau negative, apakah suatu konsekunsi dapat
membantu atau menyakiti dari sudut pandang orang-orang terdahulu? Segera terjadi
(immediate) atau masa depan (future). Kapan konsekuensinya akan terjadi? Pasti atau
tidak pasti. Apa kemungkinan bahwa orang-orang terdahulu mengalami atau
mendapatkan suatu konsekuensi dari apa yang telah dilakukan? ABC Model Of Behavior
menetukan perilaku yang dipicu oleh pendahuluannya (sesuatu yang mendahului
perilaku dan kausal terkait dengan perilaku) dan diikuti oleh konsekuensi (hasil dari
perilaku individu) yang kejadian terdahulu diperlukan, tetapi tidak cukup untuk
mendorong terjadinya perilaku. Program intervensi harus spesifik dan dijelaskan kepada
semua pekerja yang terlibat di dalamnya.

Program intervensi juga harus didukung penuh oleh manajemen puncak agar dapat
berjalan secara efektif. Contoh bentuk intervensi di tempat kerja yang dapat dilakukan
antara lain adalah sebagai berikut : Program 1 : pelaksanaan tool box meeting. Contoh
bentuk intervensi yang diberikan dalam pelaksanaan tools box meeting adalah dengan
keikutsertaan ahli K3 sebagai pembicara sekali dalam satu minggu. Dengan kehadiran
ahli K3 diharapkan dapat menjadi motivasi tersendiri lagi bagi para pekerja, menambah
wawasan materi K3 dan dapat dijadikan sarana himbuan untuk meningkatkan awareness
para pekerja terhadap K3. Program 2 : perilaku penggunaan APD.

Contoh bentuk intervensi yang diberikan terhadap perilaku penggunaan APD adalah
dengan pemasangan safety sign. Pemasangan safety sign dapat menjadi suatu media
komunikatif yang berisi himbuan untuk selalu bekerja aman salah satunya adalah
peringatan pemakaian APD secara tepat. Salah satunya adalah peringatan pemakaian
APD di tempat-tempat dengan faktor/ potensi bahaya tertentu. Program 3 : pelaksanaan
training K3.

Contoh bentuk intervensi yang diberikan pada pelaksanaan training K3 adalah dengan
refresing training yang merupakan kegiatan bertujuan untuk penyegaran kembali
terhadap training dilaksanakan setiap minggu yanitu pada hari sabtu yang diikuti oleh
HSE Departement. Materi training yang dilaksanakan dapat bervariasi, diantaranya : first
aid, first fighting dan penggunaan Program 4; perilaku kepatuhan terhadap prosedur
kerja. Contoh bentuk intervensi yang diberikan pada perilaku kepatuhan terhadap
prosedur kerja adalah dengan diberlakukannya permit serta pemasangan intruksi kerja
2.9.4

Test Tahap berikutnya adalah metode test yang merupakan metode pengukuran
dampak dari intervensi yang dilakukan dengan terus menerus melakukan pengamatan
dan pencatatan terhadap perilaku berisiko selama proses intervensi. Jika terlihat bahwa
intervensi yang dilakukan tidak efektif maka dapat dilakukan intervensi baru atau
strategi baru. Tujuan tahapan ini adalah untuk melihat efektifitas dari program intervensi
yang dibuat, namun tidak perlu terburu-buru memutuskan bahwa suatu program
intervensi tidak efektif, karena untuk merubah perilaku dibutuhkan waktu yang mungkin
cukup lama dari yang diperkirkan. Barangkali ada faktor-faktor lain yang dapat
mempengauhi perilaku berisiko dari pekerja sehingga program intervensi menjadi
kurang efektif.

Tujuan Program Behavior Based Safety (BBS) Tujuan pogram behavior based safety
adalah untuk meminimasi “Zero Accident” atau “Zero Lost Time Injury”. Namun
menjadikan tingkat kecelakaan sebagai tolak ukur kinerja keselamatan kerja belum
cukup membangun sistem keselamatan kerja yang berkelanjutan. Angka Zero Accident
atau Zero Lost Time Injury adalah hasil dari suatu proses pengendalian bahaya atau
sumber bahaya sehingga tidak terjadi kecelakaan.
Untuk menjaga hal tersebut agar tidak terjadi secara berkelanjutan maka presepsi yang
selama ini fokus pada target “Zero” harus dirubah menjadi presepsi yang baru yaitu
fokus pada perilaku keselamatan kerja yang merupakan bagian dari penyebab terjadinya
kecelakaan. Tindakan tidak aman atau yang sering dikenal sebagai unsafe action
merupakan bagian dari perilaku pekerja yang harus fokus mempertahankan target
tersebut. Fokus pada perilaku keselamatan kerja adalah bagaimana seseorang pekerja
dapat mengukur tingkat aman dan tidak aman dari setiap pekerjaan yang dilakukan.

Tolak ukur keselamatan kerja tidak hanya dilihat pada angka “Zero” akan tetapi dilihat
seberapa besar perilaku tidak aman dari pekerja dapat diturunkan hingga mencapai
keadaan “Zero Accident” atau “Zero Lost Time Injusry” yang sesungguhnya dapat
diepertahankan secara berkelanjut 2.11 Tujuan Perbaikan dan Kepemimpinan BBS Ketika
kita menggabungkan sutau peraturan tujuan secara individu yang diinginkan dengan
umpan balik yang diberikan, kita dapat menetapkan suatu target yang jelas bagi
karyawan untuk pencapai tujuan.

Penetapan tujuan akan menunjukkan kepada karyawan bahwa kita tertarik kepada
mereka secara individu, dan bahwa kita mendukung komitmen dan saling pengertian.
Dalam rangka untuk memastikan bahwa tujuan perbaikan atau peningkatan yang telah
didefinisikan telah dapat dicapai, maka penting untuk melakukan tindak lanjut terhadap
umpan balik yang diberikan. Disini kita memiliki keempatan untuk meyelaraskan antara
harapan kita dengan kinerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jika tujuan
perbaikan atau peningkatan telah dapat dicapai, kita dapat menghargainya melalui
suatu tindak lanjut.

Jika tujuan perbaikan yang ditetapkan belum dapat dicapai atau tidak mendapat
perhatian, kita perlu mengidentifikasi hambatan-hambatan mengapa tujuan yang tidak
dapat dicapai. Dengan memperkuat hal yang baik dan mengelola yang yang buruk, kita
akan dapat mendorong kinerja yang lebh lanjut. Perilaku berbasis keselamatan atau
behavior based safety (BBS) membutuhkan suatu kepemimpinan atau leadership.
Kepemimpinan adalah semua tentang bagaimana membuat orang –orang bergerak dan
berbuat kearah yang telah ditentukan.

Sebagai seorang yang profesional dalam bisnis, biasanya arah yang ingin dituju telah
diatur oleh perusahaan dan ditentukan berdasarkan tujuan perusahaan. Tujuan-tujuan
lain biasanya diatur dalam lingkungan sehari-hari dan ketika berbicara tentang BBS,
maka setiap orang memiliki peran kepemimpinan yang sama pentingnya. Kita dapat
mengambil peran sebagai pemimpin, ketika kita memimpin dengan memberikan
contoh, maka orang yang disekitar kita akan berperilaku dengan cara yang sama
dengan apa yang kita contohkan.
Dalam pemahaman dalam suatu peran sebagai suatu model peran yang baik, dalam hal
ini pemimpin terhadap suatu perilaku keselamatan, maka penting untuk diinget bahwa
rekan-rekan yang kita pengaruhi berada pada tingkat organisasi yang sama seperti diri
kita, tetapi kita juga mempengaruhi kolega yang berada di tingkat atas dan dibawah kita
juga. Dengan demikian setiap orang memegang peran kepemimpinan yang dapat
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Proses Penerapan Behavior Based Safety
(BBS) Elemen terpenting pada suatu proses dapat berdampak pula pada kesuksesan
implementasi perilaku aman.

Beberapa percobaan dilakukan dengan merancang suatu proses untuk melihat


efektivitas perubahan postif terhadap perilaku aman dan mengurangi angka kecelakaan
kerja dalam rangka pengefektifan biaya. Komponen yang ada dalam upaya penerrapan
perilaku aman, antara lain: Identifikasi at-risk behavior Pengembangan checklist dan
observer dalam melakuakn observasi Penilaian perilaku aman seara terus-menerus
Feedback umpan balik. Membangkitkan semangat keterlibatan dalam kegiatan BBS,
perlu diberikan penghargaan bagi individu maupun tim Banyak variasi pendekatan yang
dapat dilakukan dalam implementasi BBS, tetapi itu semua tergantung pada tujuan
dalam implementasi.

Pada awal pelaksanaan program ini harus sudah disepakati oleh pihak manajemen
dalam targetan pencapaian, dan menetukan acuan perperiode, sehingga pencapaian
target aman pekerja menjadi kebiasan implementasi pelaksanaan program observasi
keselamatan. Dibawah ini merupakan proses penerapan Behavior Based Safety (BBS).
Gambar 2. 6 Diagram alur penerapan Behavior Based Safety (BBS) Sumber : (Saodah,
2015) Pendekatan BBS Untuk Mengurangi Unsafe Behavior Menurut Cooper (1999)
dalam Tarwaka (2015) dalam mengidentifikasi , tedapat kiteria yang sangat penting bagi
pelaksanaan program BBS, yaitu: Melibatkan pertisipasi berdasarkan participatory
approach. Salah satu keberhasilan BBS adalah melibatkan seluruh pekerja dalam safety
management.

Sebelumnya safety management bersifat topdown approach dengan tendesi hanya


berhenti pada tingkat manajemen. Pekerja yang berhubungan langsung dengan unsafe
behavior tidak dilibatkan dalam proses perbaikan K3, BBS mengatasi hal tersebut
dengan menerapkan bottom up sehingga individu yang berpengalaman di bidangnya
terlibat langsung dalam mengidentifikasi unsafe behavior (Tarwaka, 2015) Memusatkan
perhatian secara spesifik pada perilaku tidak aman. Keberhasilan BBS dapat dilihat dari
pemfokusan pada unsafe behavior yang menjadi penyumbang terbesar terjadinya
kecelakaan di perusahaan.
Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya unsafe
behavior dapat menggunakan teknik analisis terapan perilaku dan pemberian reward
tertentu pada individu yang mengidentifikasi unsafe behavior. Perilaku aman dan tidak
aman teridentifikasi dari proses tersebut disusun dalam bentuk checklist pada format
tertentu, kemudian dimintakan peretujuan pekerja yang bersangkutan. Pekerja juga
dapat menambahkan perilaku tidak aman dalam checklist, sehingga dapat dikontrol
atau dihilangkan. Syarat yang harus dipatuhi adalah perilaku tidak aman tersebut harus
dapat diobservasi, sehingga pekerja dapat melihatnnya.

(Tarwaka, 2015) Didasarkan pada data hasil observasi Observer melakukan monitoring
terhadapat perilaku aman (safety behavior) pada kelompok kerjanya dalam waktu
tertentu. Semakin banyak observasi yang dilakukan akan semakin reliable data tersebut
dan perilaku aman akan semakin meningkat (Tarwaka, 2015) Proses pembuatan
keputusan Berdasarkan hasil observasi perilaku pekerja dirangkum dalam data
presentase jumlah perilaku aman. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat letak
hambatan yang dihadapi.

Data ini menjadi umpan balik yang dapat menjadi reinforcement positif bagi pekerja
yang telah berperilaku dengan aman, dan dapat menjadi dasar untuk melakukan koreksi
terhadap perilaku aman yang sulit dihilangkan. (Tarwaka, 2015) / Melibatkan intervensi
secara sistematis dan observasional Keistimewaan sistem BBS ini adalah adanya jadwal
intervensi yang terencana. Dimulai dari briefing pada seluruh departemen atau
lingkungan kerja yang dilibatkan, pekerja diminta menjadi relawan yang bertugas
sebagai observer yang tergabung dalam sebuah project team.

Observer harus diberi training agar dapat menjalankan tugas, kemudian


mengidentifikasi perilaku tidak aman yang hasilnya diisikan ke dalam checklist. Observer
terus melakukan observasi dan data hasil observasi kemudian dianalisi untuk
mendapatkan umpan balik dari pekerja. Team project bertugas memonitor data secara
berkala, sehingga perbaikan dan koreksi terhadapt program dapat terus dapat
dilakukan. (Tarwaka, 2015) Menitik beratkan pada umpan balik terhadap perilaku
pekerja.

Dalam sistem BBS umpan balik dapat berbentuk verbal langsung diberikan sewaktu
observasi, dalam bentuk data (grafik) yang dipasang di tempat yang strategis di
lingkungan kerja dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu dimana data
hasil observasi dianalisis untuk mendapatkan umpan balik yang detail tentang perilaku
yang spesifik. (Tarwaka, 2015) Dukungan penguat dari manager Komitmen manajemen
terhadap proses BBS ditunjukkan dengan memberikan keleluasan pada observer dalam
menjalankan tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan perilaku aman,
menyediakan sarana dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan,
memebantu menyusun dan menjalankan umpan balik dan meningkat inisiatif untuk
melakuakn perilaku aman dalam setiap kesempatan . (Tarwaka.

2015:50) Tujuh Prinsip Behavior Based Safety (BBS) Tujuh (7) prinsip dari penerapan
program behavior based safety yaitu (Geller, 2001) : Fokuskan intervensi pada perilaku
yang dapat diamati. Temukan faktor eksternal (sistem) untuk memahami dan
memperaiki perilaku Arahkan perilaku dengan activator atau dukungan dan motovasi
perilaku dengan konsekuensi yang akan diterima dari perilaku tersebuut. Fokus pada
konsekuensi positif untuk memotivisi perilaku. Terapkan metode ilmiah untuk
meningkatkan intervensi. Gunakan teori untuk mengintegrasikan informasi, tetapi tidak
untuk membatasi kemungkinan.

Desain intevensi dengan pertimbangan perasaan dan sikap internal. Kerangka Teori \
Gambar 2. 7 Kerangka Teori Kerangka Konsep Gambar 2. 8 Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil Penerapan Behavior Base Safety yang dilakukan di PT.Lancang
Kuning Sukses Batam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif analitik dengan
observasi langsung dan wawancara mendalam Pendekatan kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metedologi yang menyelidiki
suatu fenomena social dan kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden dan melakukan studi pada situasi yang sedang dialami.

Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif


berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang telah
diamati. (Sugiyono, 2013) Kualitatif analitik adalah metode yang bertujuan
mendeskripkan atau memeberi gambaran terhadap suatu objek penelitian yang diteliti
melalui sampel atau data yang telah dikumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku
umum (Sugiyono, 2013) Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan
di PT.

Lancang Kuning Sukses Batam yang terletak di Bintang Industrial Park Lot B-308,
Tanjung Uncang, Kepualauan Riau, Batam dan waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan
Juli - Agustus Tahun 2020. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini yang
berperan dalam pelaksanaan atau penerapan behavior base safety di PT. Lancang
Kuning Sukses Batam Tahun 2020 adalah sebagai berikut : Satu orang QHSE Manager
dipilih sebagai seorang informan dengan alasan untuk mengetahui tepat atau tidaknya
sasaran sistem penerapan behavior based safety.

Satu safetyman dipilih sebagai informan dengan alasan agar dapat mengukur sejauh
mana pengaruh sistem penerapan behavior based safety. Satu orang supervisor
lapangan dipilih sebagai informan yang bertujuan untuk mengetahui sebatas mana
pengetahuan foremen dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan sistem penerapan
behavior based safety. Satu orang foremen yang dipilih sebagai informan dengan tujuan
untuk mengukur apakah pengetahuan foremen tentang sistem penerapan behavior
based safety sudah sesuai diharapkan dengan manajemen apa belum.

Dengan demikian jumlah subjek dari penelitian ini adalah 10 orang. Untuk mendapatkan
data primer yang dilakukan wawancara mendalam terhadap HSE Manager selaku pihak
yang memiliki kewenangan langsung dalam penerapan behavior based safety di
lingkungan PT. Lancang Kuning Sukses Batam tahun 2020. Definisi Istilah Tabel 3. 1
Definisi Istilah NO _Variabel _Definisi Istilah _Alat Ukur _Cara Ukur _Hasil Ukur _ _1.

_Kriteria Pelasanaan Behavior Based Safety _Berujuan untuk mengetahui terlaksana atau
tidaknya kriteria pelaksanaan dari program Behavior Based Safety. _-Panduan
wawancara -Observasi Dokumen _-Wawancara -Telaah Dokumen _Deskriptif Kualitatif :
a.Terlaksana Indikator Terlaksana yaitu dengan terpenuhinya 7 Kriteria dalam
pelaksanaan BBS menurut Cooper dalam Tarwaka (2015) b.Tidak Terlaksana _ _2.
_Metode DO.IT _D (Define), O (Observe), I (Intervane), T (Test) Dapat digunakan untuk
menjelaskan prinsip-prinsip BBS kepada para karyawan yang diberikan tugas untuk
melakukan intervensi atas keselamatan pekerja _-Observasi Lapangan -Observasi
Dokumen _-Lembar Checklist -Telaah Dokumen _-Deskriptif kualitatif : a. terlaksananya
metode behavior based safety menggunakan metode DO.IT b.tidak terlaksana _ _
Instrument Penelitian Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh
peneliti dengan maksud untuk mengumpulkan data menjadi runtut, sistematis dan
mudah diperoleh. (Sujarwani, 2018) 3.5.1

Wawancara Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau


keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa tipe saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang
mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan
pertanyaan pribadi sebelum building report, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi,
berikan kesan positif dan kontrol emosi negative. 3.5.2 Observasi Observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian. (Sujarwani, 2018) 3.5.3 Analisis Dokumen Analisis dokumen lebih mengarah
pada bukti konkret, dengan instrument ini, kita diajak untuk menganalisis isi dari
dokumen-dokumen yang dapat mendukung penelitian kita.

(Sujarwani, 2018) Prosedur Penglolahan Penelitian Peneliti melakukan pencatatan data


secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi, dan wawancara yang
didapat dari informan. Pemeriksaan terhadap hasil pengumpulan data yang telah
diperoleh di lapangan dalam bentuk transkip Menganalisa hubungan antar variabel dan
membandingkan antara hasil observasi, telaah dokumen dan hasil wawancara.
Menyajikan data secara narasi Prosedur Analisis Data Prosedur analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara analisa kualitatif yaitu usaha mengamati sesuatu hal
atau benda untuk dikaji lebih lanjut dan untuk memperoleh wawasan tentang topik
tertentu, dimana penelitian yang dilakukan akan didasarkan pada mutu dan kualitas
didalamnya. Umumnya melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen.
Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode, atau tanda, dan mengkatagorikannya sehingga diperoleh suatu temuan
berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas
tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa
disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Setelah data terkumpul
selanjutnya dianalisis. Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian,
analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak adanya pedoman buku , tidak berproses.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, maka agar validasi data tetap
terjaga perlu dilakukan uji validitas dalam bentuk trigulasi. Trigulasi adalah suatu
pendekatan analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber . menurut Denzim
dalam (Moleong, 2017) Triangulasi terdiri dari : Triangulasi sumber (data) yaitu
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi metode
yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda Triangulasi penyelidikan dengan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecek kembali derajat kepercayaan
data.

Selanjutnya data primer tersebut akan dianalisis oleh peneliti dengan melakukan analisis
isi (content analysis) karena penelitian ini yang bersifat pembahasan yang mendalam
terhadap isi suatu informan tertulis terhadap hasil wawancara dengan teori yang telah
direferensi. Jadwal Penelitian Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian NO _ KEGIATAN _BULAN _ _ _
_Maret _April _Mei _Juni _Juli _Agt _ _1 _Pembuatan Proposal _ _ _ _ _ _ _ _2 _Seminar
Proposal _ _ _ _ _ _ _ _3 _Perbaikan Proposal _ _ _ _ _ _ _ _4 _Pegumpulan Data _ _ _ _ _ _ _
_5 _Pengelolahan dan Analisis Data _ _ _ _ _ _ _ _6 _Penulisan Skripsi _ _ _ _ _ _ _ _
BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian PT.Lancang Kuning Sukses berdiri
pada tahun 2012 di Batam. PT.Lancang Kuning Sukses merupakan perusahaan rekayasa
dan kontraktor yang telah didirikan dan berpengalaman dalam berbagai industri dan
sektor.

Perusahaan ini mulai didirikan sangat kecil yang terdiri dari beberapa staf dan pekerja
yang dipimpin langsung oleh Bapak Iswendra sebagai pendiri, teknik dan pemasok
barang suku cabang mesin dan juga melayani perbaikan dan perawatan mesin untuk
wilayah Batam. PT. Lancang Kuning Sukses Batam yang berlokasi di Komplek Bintang
Industrial Park II Blok B No 308. Kecamatan Batu Aji, Kelurahan Tanjung Uncang. Kota
Batam dimana jam kerja pada hari senin – kamis 08.00 – 16.00, jum’at 08.00-17.00 dan
hati sabtu 08.00-13.15. 4.1.1 Susunan Organisasi PT.Lancang Kuning Sukses Batam /
Gambar 4. 1 Struktrur Organisasi Sumber : ( PT. Lancang Kuning Sukses) 4.2 Hasil
Penelitian 4.2.1 Data Informan Tabel 4.

1 Karakteristik Informan NO _KODE _NAMA _JK _USIA _JABATAN _ _1 _IF1 _S _L _45


_QHSE Manager _ _2 _IF2 _TS _L _43 _Safetyman _ _3 _IF3 _N _L _40 _Supervisor _ _4 _IF4
_ES _L _47 _Foremen _ _ 4.2.2.Deskripsi Hasil Penelitian Pada deskripsi hasil penelitian ini,
penulis akan menyajikan hasil proses wawancara yang menjelaskan mengenai proses
wawancara kepada seluruh informan mengenai bagaimana penerapan program
behavior based safety di PT.Lancang Kuning Sukses. Proses wawancara ini
menggunakan Pedoman wawancara yang digunakan untuk seluruh informan Hasil
wawancaranya adalah sebagai berikut : 4.2.2.1 Kriteria Pelaksanaan Behavior Based
Safety (BBS) 4.2.2.1.1.

Partisipasi Karyawan Karyawan berpartisipasi dalam penerapan program BBS di PT.


Lancang Kuning Sukses. Pekerja yang berhubungan langsung dengan unsafe behavior
dilibatkan dalam proses perbaikan kinerja K3 (keselamatan dan kesehatan kerja).
Behavior based safety menerapkan sistem bottom-up, sehinga individu yang
berpengalaman seperti HSE, Supervisor dan foremen terlibat langsung dalam
mengidentifikasi unsafe behavior. Hal ini dijelaskan oleh hasil wawancara :
Tabel 4. 2 Pertanyaan Partisipasi Karyawan NO _ PERTANYAAN _ IF1 _ IF2 _ IF3 _ IF4 _ _1.

_Apakah perusahaan menerapkan Sistem Management untuk melakukan identifikasi


pada bahaya akibat kerja kepada karyawan? Jelaskan _“Ya, Sistem PTW (Permit To Work)
tersedia untuk memastikan tindakan pencegahan HSE yang spesifik dilakukan untuk
mengendalikan situasi bahaya, untuk setiap kegitan. Risk Asessment dilakukan sebelum
mememulai pekerjaan. Kemudian survey ditempat dilakukan untuk mengidentifikasi
bahaya yang berpotensi berbahaya. Hal ini dilakukan melalui inspeksi, wawancara
dengan karyawan / perwakilan, ulasan kecelakaan dan penyakit, catatan kesehatan dan
ulasan lembar data keselamatan bahan.

Identifikasi diikuti dengan penilaian resiko, rekomendasi dibuat untuk mengurangi


paparan, pencegahan, dan rekomendasi alat pelindung. Akhirnya tindakan pengendalian
diambil, termasuk penempatan tanda, penghalang dan control, perlengkapan pelindung
diberikan bagi orang-orang yang berhubungan dengan bahaya penekanan
penyimpanan minimal bahan. _“Iya, perusahaan menerapkan sistem manajemen dalam
mengidentifikasi bahaya akibat kerja dengan cara membuat pengendalian bahaya akibat
kerja.”

_“Iya, perusahaan menerapkan sistem permit to work yang bertujuan untuk mengontrol
tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja” _“Ya, perusahaan menyediakannya
karena semua pekerjaan sekecil apapun mempumyai bahaya yang bisa berakibat fatal” _
_2. _Apakah ada pengontrolan dari pihak Management terhadap karyawan yang
bertujuan untuk mengurangi perilaku tidak aman? Jelaskan _“Director menjadi
penanggung jawab tertinggi dan memantau semua program HSE. Lini manager dan
pengawas dari setiap departemen memiliki kontrak kinerja pribadi HSE yang dijadikan
sebagai KPI’s Pribadi personal business commitments (PBC).proses membangun
komitmen bisnis pribadi (PBC) dimulai dari tinjauan manajemen tahunan untuk
menetukan tujuan dan strategi utama (KPI’s) dan untuk mengukur pencapaian dari KPI
yang telah disepakati dan ditetapkan tersebut.

Risk Assesment ini menjelaskan proses manajemen resiko untuk PT.Lancang Kuning
Sukses, prosedur ini mencakup proses tinjauan untuk mengidentifikasi aspek resiko,
signifikan dari mutu kesehatan keselamatan dan lingkungan pada PT.Lancang Kuning
Sukses. Penilaian resiko dan penetapan pengukuran, control dan keefektifan. Hasil dari
penilaian harus digunakan untuk menyususn sasaran dan target untuk perbaikan
berkelanjutan dari manajemen sistem terpadu. _“Ya , dengan melakukan penegecekan
mingguan ke lapangan” _“Iya , ada pengotrolan yang dilakukan biasanya dilakukan
periode mingguan” _“Ya, karena setiap karyawan mempunyai tanggung jawab untuk
suatu pekerjaan yang aman dan yang bertujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan
kerja.” _ _3.

_Apakah ada sanksi yang diberikan dari perusahaan kepada pekerja yang tidak
mengikkutu SOP yang telah diterapkan oleh perusahaan? Jelaskan _“Untuk semua
karyawan baik pihak manajemen dan karyawan jika tidak mematuhi procedure kerja
yang akan berdampak pada keselamatan kerja pada individu orang atau lingkungan
dikenanakan sanksi yang tentu melalui insvestigasi terlebih dahulu sehingga
kedepannya tindakkan perbaikan dari prmasalah / pelanggaran tidak terulang lagi,”
_“Ya, ada dengan cara memberikan peringatan 1 peringatan ke 2 dan bahkan melakukan
pemutusan kerja” _“Iya, ada biasanya dilakukan atau dicari tau terlebih dahulu sebab
akibat, tindakan selanjutnya biasaya dapat berupa peringatan / teguran.”

_“Ada, sanski yang diberikan dari perusahaan bila suatu pekerjaan tidak sesuai dengan
procedure yang telah ditetapkan .contoh zero tolerant, warning _ _
Pernyataan tersebut didukung dalam program behavior based safety yang dituangkan
dalam safety your priorty : / Gambar 4. 2 Safety Your Priorty Sumber : (PT. Lancang
Kuning Sukses) 4.2.2.1.2 Pemusatan Perhatian Pemusatan perhatian yang dilakukan di
PT.Lancang Kuning Sukses mengidentifikasi serta memperbaiki faktor dilingkungan kerja
dan kekurangan dari sistem manajemen yang memicu terjadinya unsafe behavior,
adapun cara yang dapat digunakan seperti analisa terapan perilaku, memberi reward
tertentu pada individu yang mengidenifikasi unsafe behavior, perilaku aman dan tidak
aman yang teridentifikasi dari proses tersebut disususn dalam checklist pada format
tertentu seperti observation card sehingga tindakan perbaikan dapat dikontrol ataupun
dihilangkan Hasil tersebut berdasarkan wawancara informan tentang pemusatan
perhatian dalam behavior based safety yaitu :
Tabel 4. 3 Pertanyaan Pemusatan Perhatian NO _ PERTANYAAN _ IF1 _ IF2 _ IF3 _ IF4 _
_1.

_Apakah anda mengetauhi adanya penerapan behavior based safety di perusahaan anda
? Jelaskan _“Budaya keselamatan atau cara keselamatan dianggap dihargai dan
diprioritaskan dalam PT. LKS memiliki efek mendalam tidak hanya pada tingkat insiden
dan kinerja kesehatan dan keselamatan secara keseluruhan tetapi juga pada masalah
terkait seperti motivasi, moral dan aspek-aspek lain seperti efisiensi dan efektivitas
organisasi. Produk (perilaku dan sistem yang dapat dibuktikan) dari nilai-nilai individu
dan kelompok, sikap, persepsi, kompetensi dan pola perilaku yang menentukan
komitmen terhadap, dan gaya, manajemen kesehatan dan keselamatan organisasi atau
"hanya cara kita melakukan hal-hal di sekitar sini."

_“Ya, mengetahui karena sering diingatkan dalam safety briefing tentang program
behaviour based safety” _“Ya, saya mengetahuinya, karena memang seharusnya disetiap
perusahaan sudah diterapkan program behavior based safety yang bertujuan untuk
membentuk perilaku aman pekerja” _“Ya, saya mengetahuinya, karena disetiap
perusahan sudah seharusnya menerapkan sistem keselamatan kerja bagi karyawan
perusahaan” _ _2. _Apakah perusahaan memberikan reward kepada individu yang
melakukan identifikasi unsafe behavior ? Bagaimana bentuknya? Jelaskan. _“Ya, PT.

LKS memberikan penghargaan akan diberikan sebulan sekali untuk karyawan yang telah
melakukan observasi Kondisi tidakan aman dan perilaku tidak aman, yang sebelumnya
dilakukan seleksi oleh team HSE dari observation card yaitu yang secara kwalitas dan
kwantitas. _“Ya, memberikan penghargaan kepada karyawan yang masuk dalam
nominasi behaviour based safety” _“Iya , perusahaan memberikan reward kepada
pekerja yang melakukan perilaku aman yang bertujuan untuk memberikan penghargaan
atas perilaku yang dilakukan dan bertujuan untuk menjadikan sebagai motivasi kepada
pekerja yang lain agar dapat selalu meningkatkan perilaku aman dalam melakukan
aktivitas kerja” _“Ya ada, karena dengan adanya reward akan meningkatkan kinerja
karyawan” _ _3.

_Apakah anda mengisi form Safety Observation Report setiap melihat perbuatan yang
tidak aman / kondisi yang tidak aman? Jelaskan. _“Ya, Kami sebut Observation card”
_“Ya, pertama saya lakukan intervensi kepada karyawan setelah itu baru mengisi
observation card” _“Iya ada, kami menyebutnya observation card” _“Ya, observation card
biasa disebutnya” _ _
/Gambar 4. 3 Observation Card Sumber : (PT. Lancang Kuning Sukses) 4.2.2.1.3

Didasarkan Pada Data Hasil Observasi Observasi dilakukan guna memantau terhadap
perilaku aman (safety behavior) pada kelompok pekerja dalam waktu tertentu, semakin
seringnya dilakukan aktivitas observasi semakin mudahnya untuk melakukan perbaikan
sehingga dapat meningkatkan perilaku aman. Hasil tersebut bedasarkan wawancara
informan tentang pengetahuan tentang behavior based safety dan pengaruhnya
terhadap perilaku aman pada pekerja di tempat kerja yaitu :
Tabel 4. 4 Pertanyaan Didasarkan Pada Hasi Obsevasi NO _ PERTANYAAN _ IF1 _ IF2 _
IF3 _ IF4 _ _1. _Apakah ada kegiatan memonitoring untuk mengetahui perilaku aman
pada pekerja ? Jelaskan.

_“Semua manager melakukan kunjungan lapangan mingguan secara teratur untuk


melakukan Tur / Inspeksi Keselamatan Manajemen (Plant Tour), sesuai dengan
persyaratan Kebijakan HSE “Manajemen lini memberikan Kepemimpinan HSE dan
Melaksanakan Kebijakan HSE Lampiran SE- MST Inspection Checklist – Implementation”
_“Ya, perusahaan sendiri menyediakan atau menjadwalkan kegiatan memonitoring yang
betujuan untuk mengetahui ada atau tidak perilaku tidak aman pada pekerja pada saat
melakukan aktivitas kerjanya, begitu juga untuk perilaku kerja aman yang pekerja
lakukan yang betujuan untuk menjadikan salah satu kandidat cslon mendapatkan
reward dari perusahaan” _“Ya, ada kegiatan untuk memonitoring yang memanag sudah
khusus dijadwalkan oleh perusahaan “ _“Ya ada, semua pekerja wajib untuk
memonitoring pekerjaan yang dilakukan , agar pekerjaan tersebut aman dan terhidanr
dari bahaya.” _ _2.

_Berapa kali dalam seminggu dilakukannya monitoring terhadap karyawan untuk


melihat perilaku aman ? _“Semingu Sekali, Lampiran MST &SST Schedule” _“seminggu
sekali” _“Dilkukan seminggu sekali” _“seminggu sekali” _ _3. _Tindakan apa yang terjadi
apabila terdapat karyawan yang berperilaku tidak aman ? _“Konsuling, Peringatan,
pemutusan hubungan kerja” _“Diberikan peringatan dan diberikan edukasi tentang
bahaya yang akan timbul dari perilaku yang tidak aman” _“Biasanya dapat berupa
teguran / peringatan atau bahkan bisa sampai kepada pemutusan kontrak kerja apabila
sudah tidak bisa di ingatkan” _“Diberhentikan dulu pekerjaan dan di breafing terhadap
individu atau kelompok kerja” _ _
4.2.2.1.4

Pembuatan Keputusan Pembuatan keputusan dititikberatkan pada kasus yang paling


banyak dijumpai berdasarkan hasil observasi dalam Observation Card. Hal ini betujuan
untuk agar dapat mengetahui hambatan yang dihadapi dan dapat melakukan perbaikan
dengan salah satu cara mengangkat kasus tersebut menjadi topik dalam safety breafing.
Tetapi tidak menutup kemungiknan temuan kasus yang minin juga akan diangkat
sebagai pembahasan guna untuk meningkatkan keseamatan dan kesehatan kerja
tersebut.

Hasil tersebut berdasarkan wawancara informan tentang keterlibatan pekerja dalam


pengambilan keputusan yaitu :
Tabel 4. 5 Pertanyaan Pengambilan Keputusan NO _ PERTANYAAN _ IF1 _ IF2 _ IF3 _ IF4
_ _1. _Apakah perusahaan selalu membuat report presentase dalam jumlah perilaku
aman ? Jelaskan. _“Ya, Setiap bulan laporan Observation Card dibuat laporan untuk
mengevaluasi performance dari HSE dan untuk mebuat Tindakan perbaikan dan
program program HSE sehingga kondisi tidak aman dan Tindakan tidak aman dapat
berkurang dan mencapai Zero Insident” _“Ya, pesentase dibuat sebulan sekali sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya” _“Iya ada, adanya laporan presentase yang dibuat
dari hasil Observation card” _“Ya, perusahaan selalu membuat report presentasi
kecelakaan kerja”. _ _2.

_Tindakan apa dilakukan perusahaan apabila mengetahui meningkatnya perilaku tidak


aman ataupun kondisi tidak aman? _“Untuk Tindakan tidak aman perusahaan akan
melakukan pelatihan dengan topik tentang prilaku tidak aman ditempat kerja seperti
bercanda berlebihan, Awareness HSE dll.” _“Dilakukan refreshing trainning class (kelas
pelatihan penyegaran)” _“Biasanya dilakukan pelatihan “ _“refresing class yang di berikan
perusahaan kepada karyawan” _ _
4.2.2.1.5 Intervensi Sistematis Dan Observasional Intervensi secara sistematis dalam
penerapan behavior based safety di PT.Lancang Kuning Sukses dengan cara diterapkan
briefing dan terdapatnya team project yang disediakan perusahaan yang bertujuan
untuk memantau data secara berkala.

Briefing yang dilakukan bertujuan untuk memberikan apa saja bahaya kerja pada
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja tersebut dan untuk memberi informasi secara
langsung kepada karyawan menganai pekerja yang melakukan tindakan tidak aman /
perilaku tidak aman, apabila kejadian tersebut terjadi. Hasil tersebut berdasarkan
wawancara informan tentang intervensi sistematis dan observasional dalam BBS yaitu :
Tabel 4. 6 Pertanyaan Intervensi Sitematias dan Observasional NO _ PERTANYAAN _ IF1
_ IF2 _ IF3 _ IF4 _ _1.

_Apakah dilakukan safety briefing sebelum dimulainya kegiatan? Jelaskan isinya ? _“Ya,
HSE Induction pada saat bergabung dengan perusahaan Safety briefing sebelum
memuai pekerjan setiap department akan melakukan safety Briefing selama 10 menit.
Mengenai bahaya dan resiko pekerjaan yang akan dilakukan meningkatakan kepedulian
tentang keselamatan kerja” Lampiran HSE Induction Lampiran Attendnce TBT _“Ya,
setiap hari sebelum melakukan pekerjaan yang isinya dimulai dari pekerjaan yang akan
dilakukan serta bahaya yang timbul dari pekerjaan tersebut” _“Iya, dilakuakan setiap hari
sebelum melakukan aktivita kerja” _“Iya, tergantung jenis pekerjaannya , seperti cool
work, hot work” _ _2.

_Kapan waktu safety briefing dilakukan diperusahaan anda? _“Sebelum Mulai bekerja
dan ada perubahan metode kerja, lokasi kerja dan perubahan peralatan” _“Setiap hari
sebelum memulai pekerjaan” _“sebelum melakukan aktivitas kerja” _“Sebelum
melakukan aktivitas kerja selalu dilakukan breafing kepada pekerja” _ _3. _Apakah ada
team project team yang disediakan oleh perusahaan untuk memonitoring data secara
berkala? _“Yaa, adaa” _“Ya, ada safety komite yang anggotanya dari mulai manajemen,
supervisor, dan HSE” _“iya, pastinya ada” _“Ya ada” _ _4.2.2.1.6

Umpan Balik Terhadap Perilaku Pekerja Umpan balik / feedback secara verbal maupun
non verbal dapat dilakukan dengan cara penyampaian langsung kepada pekerja secara
individu maupun kelompok kerja mengenai perilaku spesifik yang terjadi, sedangkan
untuk non verbal sendiri dapat dilakukan dengan cara memberi informasi melauli papan
Bulletin Board yang telah disediakan oleh perusahaan. Hasil tersebut berdasarkan
wawancara informan tentang umpan balik / feedback dalam BBS yaitu : Tabel 4. 7
Pertanyaan Umpan Balik Terhadap Perilaku Pekerja NO _ PERTANYAAN _ IF1 _ IF2 _ IF3 _
IF4 _ _1.

_Apakah ada papan pengumuman yang di pasang di tempat yang strategis di


lingkungan kerja anda yang berisi data hasil observasi perilaku yang spesifik? Jelaskan
_“Ada “Bulletin Board” Papan pengumuman “Bulletin Board” juga digunakan sebagai
alat penyebaran informasi dan pendidikan HSE kepada karyawan. Setiap ada perubahan
atau penambahan pernyataan kebijakan HSE akan dapat dilihat melalui Papan
Pengumuman “Bulletin Board” ini “ _“Ada, biasanya papan pengumuman tersebut berisi
tentang informasi terbaru “ _“Iya ada, papan pengumuman yang disdiakan perusahaan
untuk mengetahuii informasi terbaru yang ada” _“Ada, papan pengumuman yang berisi
seperti statistic kecelakaan kerja,” _ _2.
_Selama dilakukan briefing yang dilakukan apakah ada penyampaian secara langsung
menganai hasil dari perilaku spesifik yang sedang terjadi? Jelaskan _“Ya, Jika ada
observasi tentang prilaku tidak aman seperti tidak menggunakan APD atau Short cut
dalam melakukan pekerjaan supervisor wajib memberikan nasihat langsung kepada
pelaku dan disampaikan kepada seluruh karyawan sebelum melakukan pekerjaan hari
berikutnya dengan tidak menyebutkan nama pelanggar.” _“Ya, dijelaskan oleh petugas
safety” _“iya ada, biasanya disampaikan waktu saat breafing “ _“Iya ada, hasil selalu
disampaikan langsung kepada karyawan betujuan untuk agar karyawan dapat
memahami dan dapat mengurangi resiko tidak aman pada pekerja” _ _/ Gambar 4. 4
Bulletin Board Sumber : (PT. Lancang Kuning Sukses)
4.1.1.2.7 Dukungan Kuat Dari Manajemen PT.Lancang Kuning Sukses telah
berkomitmen untuk menerapkan program behavior based safety dibuktikan dengan
adanya form observation card, adanya laporan berkala dan adanya reward sebagai
bentuk motivasi bagi karyawan yang melakukan pekerjaan berbasis perilaku aman.

PT.Lancang kuning Sukses berkomitmen menjaga keselamatan para pekerja dengan


menyediakan bantuan atau tindakan yang diperlukan saat dibutuhkan dan juga
memberikan keleluasan kepada observer saat melakukan tugasnya. Hasil tersebut
berdasarkan wawncara informan tentang dikingan kuat dari manajemen dalam BBS
yaitu :
Tabel 4. 8 Pertanyaan Tentang Dukungan Kuat Dari Manajemen NO _ PERTANYAAN _
IF1 _ IF2 _ IF3 _ IF4 _ _1. _Apakah perusahaan memberikan keleluasan terhaadap
observer saat melakukan tugasnya ? Jelaskan. _“Ya.Kami memberikan pernyataan tertulis
tentang kebijakan umum berkenaan dengan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
karyawan kami dan orang lain yang bukan karyawan kami, tetapi yang mungkin
terpapar risiko terhadap keselamatan dan publik mereka.

Penekanan pada bekerja bersama menuju keselamatan adalah fokus utama dan
merupakan faktor pendorong utama menuju pembentukan budaya Kesehatan,
Keselamatan dan Lingkungan yang positif. HSE culture didukung oleh tingginya jumlah
kartu “Observationc Card” yang dibuat oleh karyawan.” _“Ya, perusahaan memberikan
kebebasan observer untuk melakukan observasi tetapi dalam pelaksanaannya observer
harus mengintervensi pekerja jika menemukan perilaku yang tidak aman dilakukan oleh
pekerja” _“Ya, perusahaan selalu memberikan keleluasan” _“Ya, ada keleluasan yang
diberikan perusahaan tetapi perusahaan tetap observer tersebut tetap berada di bawah
wewenang perusahaan.” _ _2. _Apakah ada reward yang didapatkan bagi pekerja yang
melakukan perilaku aman, bentuknya seperti apa ? Jelaskan.

_“Berbentuk Piagam dan Voucher belanja” _“Ya, dipilih berdasarkan the best observasi
report yang dipilih dalam rapat bersama manajemen” _“Ya, ada biasanya dalam bentuk
voucher” _“Voucher, souvenir” _ _3. _Apakah perusahaan selalu menyediakan bantuan
atau tindakan yang diperlukan saat dibutuhkan? Jelaskan. _“Ya, Kami mempunyai
procedure tanggap darurat. Terlampir organization chart” _“Ya' perusahaan selalu
berusaha untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan” _“Ya, perusahaan selalu
menyediakannya” _“Ya,contohnya seperti saat melakukan pekerjaan lifting karyawan
kekurangakn alat bantu kerja yang dibutuhkan contohnya rantai, webbing sling, lifting
sling, sackle perusahaan harus wajib menyediakan” _ _4.2.2.2 Metode Behavior Based
Safety (BBS) 4.2.2.2.1 Define
Tabel 4.

9 Lembar Observasi Prosedur Pekerjaan _Observasi “Aman” _Observasi “Tidak Aman” _


Penjelasan _ _Perilaku Operasional Alat Berat _ _ _Operator melakukan checklist
terhadap alat berat sebelum kegiatan _ _ _Jelaskan akivitas apa saja yang diobservasi
Jelaskan perilaku tidak aman/kondisi yang diobservasi Mengapa perilaku/kondisi
(tanyakan kepada pekerja yang diamati) Mengapa pekerjaan dilakukan dengan
demikian (tanyakan pekerjaan yang diamati dan hambatanyang dihadapi) Tindakan
korektif yang diperlukan (diskusikan dengan pekerja) _ _Operator mempunyai
pandangan/luas penglihatan yang jelas pada saat bergerak _ _ _ _ _Pengendara
menggunakan seatbelt _ _ _ _ _Klakson dibunyikan di area yang berisiko tabrakan (titik
buta) _ _ _ _ _Saat Alat Berat tidak digunakan.

Alat Berat telah direm, garpu diletakan ke lantai, gigi dalam keadaan normal, mesin
dimatikan dan kunci dicabut. _ _ _ _ _Kecepatan Alat Berat kecepatan yang Aman _ _ _ _
_Operator Alat Berat menggunakan APD yang tepat (seperti safety shoes, helm,
kacamata, dll) _ _ _ _ _Perilaku Operasional _ _ _ _ _Operator menggunakan APD yang
diwajibkan (mis. Safety shoes, Kacamata Safety, Earplug, dll) _ _ _ _ _Apakah tangan
pekerja jauh dari bagian barang yang diangkat yang berbahaya? _ _ _ _ _Apakah pekerja
tidak mengakses bagian bawah mesin atau konveyor saat berpindah bagian _ _ _ _
_Apakah pekerja berjalan dalam jalur pejalan kaki _ _ _ _ _Apakah operator memegang
handrail dan pandangan lurus ke depan saat berjalan _ _ _ _ _Apakah operator bekerja di
area yang sesuai dengan otoritasnya _ _ _ _ _Apakah operator tidak berlari ataupun
bergegas di area sekitar mesin _ _ _ _ _Perilaku APD dan Housekeeping _ _ _ _
_Respirator / masker tersimpan dengan baik saat tidak digunakan _ _ _ _ _Rompi safety
digunakan di area yang diperlukan (gudang, parkiran, jalan raya untuk security) _ _ _ _
_Operator menggunakan APD yang diwajibkan (mis.

Safety shoes, Kacamata Safety, Earplug, dll) _ _ _ _ _Meletakkan kembali perlengkapan


kerja angkat berat _ _ _ _ _Area kerja bebas dari sampah, limbah, dan puing yang tidak
terorganisir _ _ _ _ _Fokus visual _ _ _ _ _Mata dan perhatian ditunjukkan untuk
tugas-tugas yang sedang berlangsung _ _ _ _ _Komunikasi _ _ _Interaksi verbal atau
nonverbal yang dapat mempengaruhi keselamatan _ _ _ _ _Pola kerja _ _ _ _
_Terburu-buru dalam melakukan aktivitas kerja. _ _ _ _ _Waktu istirahat yang singkat _ _ _
_ _ _ _ _ _ _ Dalam penelitian ini yang terdefinisikan menjadi taget Menurut Scott Geller
(2005) dalam tarwaka (2016) adalah : Program 1 : Pelaksanaan tool box meeting, Ruang
lingkupnya adalah semua bagian di area kerja PT.Lancang Kuning Sukses Program 2 :
Perilaku pada pekerja di area produksi. Ruang lingkupnya adalah semuah operator atau
pekerja yang ada di area produksi work shop PT.Lancang Kuning Sukses. Program 3 :
Pelaksanaan training K3.
Ruang lingkupnya adalah semua pekerja di area produksi yang memunyai resiko tinggi
di PT.Lancang Kuning Sukses. Program 4 : Perilaku kepatuhan terhadap posedur kerja.
Ruang lingkupnya adalah semua pekerja yang terdapat dibagian produksi di PT.Lancang
Kuning Sukses. 4.2.2.2.3 Observer 4.2.2.2.3.1 Observer Terbuka Observasi ini dilakukan
secara terbuka dimana pengamatan dilakukan secara langsung dan dan diketahui oleh
orang yang akan diamati. Observasi terbuka ini ditujakan langsung pekerja yang berada
diarea kerja PT.Lancang Kuning Sukses. Tabel 4.

10 Lembar Observasi Terbuka Prosedur Pekerjaan _Observasi “Aman” _Observasi “Tidak


Aman” _ Penjelasan _ _Perilaku Operasional Alat Berat _ _ _Operator melakukan checklist
terhadap alat berat sebelum kegiatan _? _ _Jelaskan akivitas apa saja yang diobservasi
Jelaskan perilaku tidak aman/kondisi yang diobservasi Mengapa perilaku/kondisi
(tanyakan kepada pekerja yang diamati) Mengapa pekerjaan dilakukan dengan
demikian (tanyakan pekerjaan yang diamati dan hambatanyang dihadapi) Tindakan
korektif yang diperlukan (diskusikan dengan pekerja) _ _Operator mempunyai
pandangan/luas penglihatan yang jelas pada saat bergerak _? _ _ _ _Pengendara
menggunakan seatbelt _? _ _ _ _Klakson dibunyikan di area yang berisiko tabrakan (titik
buta) _? _ _ _ _Saat Alat Berat tidak digunakan. Alat Berat telah direm, garpu diletakan ke
lantai, gigi dalam keadaan normal, mesin dimatikan dan kunci dicabut.

_? _ _ _ _Kecepatan Alat Berat kecepatan yang Aman _? _ _ _ _Operator Alat Berat


menggunakan APD yang tepat (seperti safety shoes, helm, kacamata, dll) _ _? _ _
_Perilaku Operasional _ _ _ _ _Operator menggunakan APD yang diwajibkan (mis. Safety
shoes, Kacamata Safety, Earplug, dll) _ _? _ _ _Apakah tangan pekerja jauh dari bagian
barang yang diangkat yang berbahaya? _? _ _ _ _Apakah pekerja tidak mengakses
bagian bawah mesin atau konveyor saat berpindah bagian _? _ _ _ _Apakah pekerja
berjalan dalam jalur pejalan kaki _? _ _ _ _Apakah operator memegang handrail dan
pandangan lurus ke depan saat berjalan _? _ _ _ _Apakah operator bekerja di area yang
sesuai dengan otoritasnya _? _ _ _ _Apakah operator tidak berlari ataupun bergegas di
area sekitar mesin _? _ _ _ _Perilaku APD dan Housekeeping _ _ _ _ _Respirator / masker
tersimpan dengan baik saat tidak digunakan _? _ _ _ _Rompi safety digunakan di area
yang diperlukan (gudang, parkiran, jalan raya untuk security) _? _ _ _ _Meletakkan
kembali perlengkapan kerja angkat berat _ _? _ _ _Operator menggunakan APD yang
diwajibkan (mis.

Safety shoes, Kacamata Safety, Earplug, dll) _? _ _ _ _Area kerja bebas dari sampah,
limbah, dan puing yang tidak terorganisir _ _? _ _ _Fokus visual _ _ _ _ _Mata dan
perhatian ditunjukkan untuk tugas-tugas yang sedang berlangsung _? _ _ _ _Komunikasi
_ _ _Interaksi verbal atau nonverbal yang dapat mempengaruhi keselamatan _? _ _ _
_Pola kerja _ _ _ _ _Terburu-buru dalam melakukan aktivitas kerja. _? _ _ _ _Waktu
istirahat yang singkat _? _ _ _ _ Observasi Tertutup Obsevasi ini dilakukan secara tertutup
dimana pengamatan yang dilakukan secara diam-diam tanpa diketahui oleh pekerja
yang menjadi sasaran observasi. Tabel 4.

11 Lembar Observasi Tertutup Prosedur Pekerjaan _Observasi “Aman” _Observasi “Tidak


Aman” _ Penjelasan _ _Perilaku Operasional Alat Berat _ _ _Operator melakukan checklist
terhadap alat berat sebelum kegiatan _? _ _Jelaskan akivitas apa saja yang diobservasi
Jelaskan perilaku tidak aman/kondisi yang diobservasi Mengapa perilaku/kondisi
(tanyakan kepada pekerja yang diamati) Mengapa pekerjaan dilakukan dengan
demikian (tanyakan pekerjaan yang diamati dan hambatanyang dihadapi) Tindakan
korektif yang diperlukan (diskusikan dengan pekerja) _ _Operator mempunyai
pandangan/luas penglihatan yang jelas pada saat bergerak _? _ _ _ _Pengendara
menggunakan seatbelt _? _ _ _ _Klakson dibunyikan di area yang berisiko tabrakan (titik
buta) _? _ _ _ _Saat Alat Berat tidak digunakan. Alat Berat telah direm, garpu diletakan ke
lantai, gigi dalam keadaan normal, mesin dimatikan dan kunci dicabut.

_? _ _ _ _Kecepatan Alat Berat kecepatan yang Aman _? _ _ _ _Operator Alat Berat


menggunakan APD yang tepat (seperti safety shoes, helm, kacamata, dll) _ _? _ _
_Perilaku Operasional _ _ _ _ _Operator menggunakan APD yang diwajibkan (mis. Safety
shoes, Kacamata Safety, Earplug, dll) _ _? _ _ _Apakah tangan pekerja jauh dari bagian
barang yang diangkat yang berbahaya? _? _ _ _ _Apakah pekerja tidak mengakses
bagian bawah mesin atau konveyor saat berpindah bagian _? _ _ _ _Apakah pekerja
berjalan dalam jalur pejalan kaki _? _ _ _ _Apakah operator memegang handrail dan
pandangan lurus ke depan saat berjalan _? _ _ _ _Apakah operator bekerja di area yang
sesuai dengan otoritasnya _? _ _ _ _Apakah operator tidak berlari ataupun bergegas di
area sekitar mesin _? _ _ _ _Perilaku APD dan Housekeeping _ _ _ _ _Respirator / masker
tersimpan dengan baik saat tidak digunakan _? _ _ _ _Rompi safety digunakan di area
yang diperlukan (gudang, parkiran, jalan raya untuk security) _? _ _ _ _Meletakkan
kembali perlengkapan kerja angkat berat _ _? _ _ _Operator menggunakan APD yang
diwajibkan (mis.

Safety shoes, Kacamata Safety, Earplug, dll) _ _? _ _ _Area kerja bebas dari sampah,
limbah, dan puing yang tidak terorganisir _ _? _ _ _Fokus visual _ _ _ _ _Mata dan
perhatian ditunjukkan untuk tugas-tugas yang sedang berlangsung _? _ _ _ _Komunikasi
_ _ _Interaksi verbal atau nonverbal yang dapat mempengaruhi keselamatan _? _ _ _
_Pola kerja _ _ _ _ _Terburu-buru dalam melakukan aktivitas kerja. _? _ _ _ _Waktu
istirahat yang singkat _? _ _ _ _ 4.2.2.2.3.3.Checklist Perilaku Kristis Tabel 4. 12 Checklist
Perilaku Kritis CHECKLIST PERILAKU KRITIS DALAM PENGGUNAAN APD dan
HOUSEKEEPING BAGI PEKERJA _ _ PERILAKU _ “AMAN” _ “TIDAK AMAN” _ _Perilaku
Operasional Alat Berat _ _ _ _Safety shoes _? _ _ _Helm _ _? _ _Kacamata Safety _ _? _
_Sarung tangan _ _? _ _Masker _? _ _ _Perilaku Opeasional _ _ _ _Safety Shoes _? _ _
_Helm _ _? _ _Kacamata Safety _? _ _ _Sarung Tangan _ _? _ _ Masker _? _ _ _Earplug _? _ _
_Housekeeping _ _ _ _Meletakkan kembali perlengkapan alat angkat berat seperti :
Rantai Hooks Shackle tipe G-213 & s-213 Shackle tipe G-209 & s-209 Truck buckles
Beams Wire Rope Clamp Urnbuckle wire rope sling webbing sling _ ? ? ? ? _ ? ? ? ? ? ? _
_Area kerja bebas dari sampah, limbah, dan puing yang tidak terorganisir _ _? _ _ Setelah
ditentukan perilaku yang akan dijadikan target dalam program BBS, maka selanjutnya
dilakuakan observasi ataupun pengamatan terhadap pekerja-pekerja diarea atau bagian
yang sudah ditetapkan.

Hasil pengamatan oleh penulis adalah sebagi berikut Pelaksanaan tool box meeting
Tool box meeting merupakan pembicaraan mengenai persiapan kerja yang dilakukan
sebelum dimulainya aktivitas kerja, tool box meeting ini sendiri dilakaukan setiap hari
sebelum dimulainya aktivitas kerja. Perilaku pekerja di area produksi Perilaku pada
pekerja di area produksi hasil observasi yang didapatkan masih adanya pekerja yang
tidak menggunaka APD baik dari bagian pekerja angkat angkut berat maupun pekerja
biasa. Dan masih terdapat pekerja yag tidak menerapkan perilaku housekeeping dalam
hal meletakkan kembali alat angkat kerja yang sudah digunakan dan tidak menjaga
kebersihan area kerja.

Pelaksanaan Training K3 Pelaksanaan training K3 hasil observasi yang didapatkan setiap


pekerja yang baru masuk ataupun bergabung di PT.Lancang Kuning Sukses harus
memperoleh pembinaan tenaga pembinaan tenaga kerja yang dilakuakan melalui
training K3 Perilaku kepatuhan terhadap prosedur kerja Perilaku kepatuhan pada
prosedur kerja hasil observasi para pekerja masih didapatkan tidak mematuhi prosedur
kerja yang sudah ada dalam setiap tugasnya. Kesehatan prosedur ataupun tidak
mengikuti runtut prosedur dengan benar baik dan benar merupakan salah satu faktor
yang disebabkan human error yang dapat menyebabkan kecelaan kerja. 4.2.2.2.4
Intervene a.

Activator :memasang safety sigh, peringatan pemakaian APD b. Behavior : memakai APD
saat mamasuki area kerja, meletakan kembali alat kerja yang sudah dipakai, menjaga
kebersihandi lingkungan kerja. c. Consequency : skorsing atau sanki yang diberikan
apabila melakukan pelanggaran. Setelah dilakukan pengamatan dari data observasi
yang telah diolah, maka selanjutnya dilakukan intervensi unuk memperbaiki perilaku
resiko yang ditemukan . Pelaksanaan Tool Box Meeting Intervensi yang diberikan untuk
pelaksanaan Tool box meeting adalah dngan keikikutsetaan HSE sebagai pembica sekali
dalam seminggu.
Dengan kehadiran HSE dapat menjadikan motivasi untuk pekerja , menambah wawasan
materi K3 dan juga dapat dijadikan sarana himbauan untuk meningkatkan awareness
para pekerjaterhadap K3. Perilaku pekerja di area produksi Intervensi yang diberikan
kepada perilaku pekerja di area produksi seperti penggunaan APD adalah dengan
pemasangan safety sign. Pemasangan safety sign ini sendiri dapat menjadi suatu media
komunikatif yang berisi himbauan kerja aman salah satunya dengan menggunaka APD
dengan tepat.

Selanjutnya memberikan sarana khusus untuk meletakkan alat kerja yang sudah selasai
digunakan dan juga memberikan tanda peringatan atau stiker untuk meningkatkan
kerapaian dan kebersihan area kerja. Pelaksanaan Training K3 Intervensi yang diberikan
untuk pelaksanaan training K3 adalah dengan cara memberikan refresing training agar
pekerja dapat mengingat kembali training yang sebelumnya sudah didapatkan. Perilaku
kepatuhan terhadap prosedur kerja Intervensi yang diberikan unuk perilaku kepatuhan
terhadap prosedur kerja adalah dengan di berlakukannya permit to work serta
pemasangan instruksi kerja 4.2.2.2.5 Test a.

Pada saat dilakukan simulasi keadaaan darurat, Emergency Response Team berjalan
sesuai dengan pekerjaan. b. Para pekerja memiliki mindset bahwa tanggung jawab
safety ada pada masing-masing individu c. Para pekerja sangat berminat untuk
mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan K3.
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Pelaksanaan Behavior Bases Safety (BBS) Analisa hasil
penelitian ini didapatkan dari wawancara mendalam yang telah dilakukan sebelumnya,
didalam penelitian ini yang dimaksud penerapan program behavior based safety
merupakan cara dengan penerapan pemantaun tindakan yang tidak aman pada pekerja,
yang lebih memfokuskan pada pengamatan tindakan setiap orang, serta perilaku
selamat. Proses pengamatan penerapan program behavior based safety di PT.

Lancang Kuning Sukses di catat dalam bentuk pengisian observasional card. Proses ini
juga dilakukan secara berkelanjutan agar dapat diporeleh hasil pengamatan berupa
perubahan perilaku tidak aman dari pekerja tersebut menajadi perilaku aman. Program
behavior based safety (BBS) di PT.Lancang Kuning Sukses sudah dimulai sejak tahun
2017, tujuan diterapkannya program behavior based safety tidak lain hanya untuk
meningkatkan perilaku kerja yang aman dan juga adanya pengawasan perilaku kerja
tidak aman yang dilakukan langsung oleh foremen, supervisor, dan HSE Staff. Adapun
tujuan lainnya yaitu supaya adanya keterlibatan langsung dari foremen ataupun
supervisor yang betugas selaku leader karyawan saat melakukan aktivitas kerja. PT.

Lancang Kuning Sukses menerapkan sistem managemen untuk mengidentifikasi bahaya


akibat kerja melalui permit to work dimana tujuannya untuk mengendalikan situasi
bahaya, Dan dilakukannya risk assessment sebelum melakukan aktivitas kerja,
selanjutnya apabila didapatkan bahaya yang terdapat dari lingkungan kerja akan
dilakukan survey dengan cara inspeksi dan wawancara dengan pekerja/perwakilan.
Karena tujuan dari ptogram behavior based safety adalah meminimasi “zero accident”
atau”zero lost time injury” (Tarwaka, 2015) Supervisor dan foremen melakukan observasi
perilaku tidak aman kepada pekerja dan apabila terdapatnya pekerja yang tidak
mengikuti procedure kerja ataupun melakukan aktivitas perilaku kerja tidak aman maka
akan diberikan sanksi berupa peringatan 1 maupun peringatan ke 2.

Tujuan penelitian ini sejalan dengan penelitian Saodah (2015) menyatakan bahwa tujuan
penerapan behavior based safety di PT.Inalum Kuala Tanjung untuk memeperbaiki
perilaku dan kondisi yang tidak aman sebelum terjadi cidera sehingga dapan
meminimalkan resiko kecelakaan kerja. Kegiatan monitoring dilakukan seminggu sekali
yang dilaksanakan langsung oleh manager yang bertujuan untuk melakuakan inspeksi
keselamatan manajemen apabila didapatkannya karyawan yang melakukan tindakan
tidak aman maka pekerja tersebut akan diberi peringatan, edukasi tentang akibat
bahaya kerja dan sampai pemutusan hubungan kerja apabila ditemukan perilaku yang
fatal yang dilakukan oleh pekerja tersebut.

Dan perusahaan selalu membuat report presentasi dalam katagori perilaku aman dan
tidak aman yang didapatkan dari laporan observasion card, apabila didapatkan
peningkatan perilaku tidak aman atapun kondisi tidak aman Dilakukan refreshing
trainning class (kelas pelatihan penyegaran). Perusahaan selalu melaksanakan kegiatan
breafing yang dilakukan sebelum memulai aktivitas kerja dimana breafing tersebut
berlangsung selama 10 menit, Saat dilakukannya ativitas breafing selalu dilakukan
penyampaian secara langsung meengenai hasil perilaku yang spesifik pada perusahaan.
Dan di PT.

Lancang Kuning Sukses juga menyediakan papan pengumuman “bulletin board” yang
digunakan sebagai media prantara penyebaran infromasi yang telah ditetapkan oleh
maagemen dan adanya perubahan atau penambahan pernyataaan kebijakan HSE dapat
dilihat langsung melalaui bulletin board. Menurut Dorgan (2013) penyampaian feedback
dapat dilakuakan dengan cara menjelaskan perilaku yang diamati, didiskusikan dampak
potensiap dan mendengarkan tanggapan dari pekerja yang di observasi atau diamati,
cara ini dapat berguna untuk menyampikan feedback yang positif ataupun
menyampaikan saran untuk tindakan perbaikan.

Selanjutnya kegiatan dalam program behavior based safety yaitu reward, dimana
pemberian reward / prnghargaan terhadap karyawan yang berprestasi dan bekerja
secara aman, yang diajuakan oleh supervisor dan foremen melalui obsrvasion card.
Reward ini biasanya diberikan sebulan sekali dan yang diberikan berupa voucher,
piagam dan sovenir lainnya. Menurut Julian Clancy (2013) dalam Tarwaka (2015) bahwa
program BBS diterapkan untuk mengatasi keseimbangan penghargaan perilaku dengan
meningkatkan rewards bagi perilaku aman dan mengurangi rewards bagi perilaku
berisiko atau perilaku tidak aman Hasil informasi yang didapatkan dari informan
berbading lurus dengan dokumen yang telah ditelaah di PT. Lancang Kuning Sukses,
dimana adanya card observasion,permit to work, report presentase, SE-MST Inspection
Checklist – Implementation, MST-SST Schedule.dari semua informasi dan data yang
didapatkan sesuai dengan apa yang sudah ditersedia Dan telah diterapkan di PT.
Lancang Kuning Sukses. 5.2

Metode Behavior Based Safety (BBS) Analisa penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan observasi kepada pekerja yang berada diarea kerja PT. Lancang Kuning
Sukses dengan cara menggunakan Metode DO IT dianggap paling cocok dengan
keadaaan lingkungan kerja, hal tersebut dikarenakan metode DO IT memiliki langkah
yang sistematis, terstruktur, dan penelitian yang dimulai dari awal, Metode DO IT
memiliki urutan yang baik sehingga dapat memudahkan dalam menjalankan penelitian,
metode DO IT ini dapat dikombinasikan dengan metode ABC, dmana pada tahap
intervene dilakukan kombinasi dengan metode ABC yang bertujuan mendapatkan hasil
yang lebih baik.
Menurut Scott Geller (2005) bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan merubah perilaku-perilaku kritis adalah dengan metode DO IT
Kelebihan dari metode DO IT adalah tidak menghabiskan banyak biaya, selama
pengamatan berlangsung. Para pekerja tidak harus meberhentikan aktivitas kerjanya
sehingga mereka merasa nyaman dalam bekerja. Karena itulah para pekerja tidak haus
menyediakan waktu khusus untuk menjadi objek pengamatan, sehingga biaya waktu
dna energi tidak terlalu banyak. Tetapi cukup untuk menangkap fenomena yang ada
serta memberikan solusi untuk peningkatan kesadaran K3 , biaya yang dikeluarkan juga
tidak banyak karena memanfaatkan sumber yang sudah ada.( Sukapto, 2018) 1.

Define Dengan mendefinisakn target pada tabel 4.9 maka dapat membantu untuk
mengkualifikasi apa saja yang menajadi sasaran dalam perilaku yang akan menjadi
pemantauan untuk dilakukan observasi yang berkelanjutan. 2. Observe Observasi adalah
salah satu bentuk memantau target-target yang telah di didefinisikan di tabel 4.9,
diadalam observasi yang dilakukan pada tabel 4.10 yang berjenis observasi terbuka dan
tabel 4.11 untuk observasi tertutup, selanjutnya dilakukan checklist perilaku kritis yang
menjadi fokus utama dalam permasalah dalam observasi yang telah dilakukan
sebelumnya. 3. Intervene a.

Pelaksanaan Tool Box Meeting Tool box meeting berfungsi sebagai media komunikasi
antar atasan dengan pekerja dalam koordinasi daftar pekerjaan dan tahapan pekerjaan
yang dilakukan pada hari itu untuk masing-masing pekerja sebelum memulai aktivitas
kerja. Pada pelaksanaan tool box meeting membahas proses kerja yang akan dilakukan
pada hari tersebut, namun terkadang juga membahas masalah safety dalam
melaksanakan tugas yang akan dilaksanakan. Tool box meeting sendiri menjadi media
komunikasi para atasan seperti supervisor dan foremen dalam memberi arahan untuk
melakukan aktivitas kerja yang aman kepada pekerja. Dengan demikian pelaksanaan
safety tool boox meeting di PT.Lancang kuning sukses memastikan penyampain
informasi K3 sesuai dengan apa yang disampaikan langsung ke pekerja ataupun pihak
lain. Untuk pengaturan informasi mengenai keterlibatan dan konsultasi harus
didokumentasikan dan diberikan kepada pihak yang bersangkutan.

b. Perilaku Pekerja Diarea Produksi Hasil observasi yang didapatkan dari perilaku pekerja
terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) masih didapatkan pekerja tidak
mengguakan APD baik saat memasuki area kerja ataupun melakukan kegiatan aktivitas
kerja. Pada operasional alat angkat berat masih tidak menggunakan APD seperti helm,
kacamata dan sarung tangan. Sedangkan dimana himbauan perilaku wajib menggunaan
APD bagi pekerja di area produksi sesuai dengan Peraturan Menteri dan Transmigrasi
NO. 08/MEN/VII/2010 Pasal 4 (1) dan pasal 6 (1).
mengenai kewajiban penggunaan APD ditempat kerja dan pasal 2 ayat (1,2,3) Pada
pasal 3 ayat (1,2) pengurus diwajibkan menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat
pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinan untuk pencegahan penyakit akibat kerja dan intervensi pada pemakaian APD
dengan pemasangan safety sign sesuai dengan PER.MEN/08/VII/2010 pasal 5 mengenai
kewajiban pengurus berbunyi : “pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara
tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD ditempat
kerja” Untuk perilaku housekeeping pada pekerja dipatkan masih banyak aktivitas tidak
meletakkan kembali alat yang sudah digunakan seperti rantai, hooks, Shackle tipe G-213
& s-213, Shackle tipe G-209 & s-209, wire rope sling, dan webbing sling sehingga
didapatkan alat kerja tersebut berantakan diarea kerja dan masih didapatkan sampah
plastik ataupun lainnya diarea kerja yang kemungkinan besar perilaku tersebut akan
menghampat kinerja bagi karyawan yang berada diarea lingkungan kerja tersebut.
Karena penerapan housekeeping yang baik akan menghasilkan banyak manfaat yaitu 1).

zero defect, yang artinya kualitas lebih baik seperti terhindar dari mengambil barang
atau dokumen yang salah, tempat kerja yang bersih akkan menambahkan semangat
kerja alat alat yang digunakanpun dapat digunakan bekerja dengan baik, dapat dengan
mudah dan efesien dalam memelihara peralatan, 2) zero waste yang artinya mengurangi
biaya dan meningkatka efesiensi, 3). Zero set up time yang berate menghemat waktu
dan tidak ada waktu yang terbuang dan 4) zero injury yang artinya keseamatan dan
kesehatan kerja lebih baik. c.Pelaksanaan Training K3 Dimana pelaksanaan training K3
maupun refresing training UU NO.

1 Tahun 1970 pasal 9 ayat 3 yang berisi “pengurus diwajibkan menyelenggarakan


pembinaan, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebekaran serta
peningkatan keselamanatn dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan,” d.Perilaku Kepatuhan Prosedure Kerja Dimana pelaksanaan
kepatuhan terhadap prosedur kerja yang diintervensikan dengan pemberlakuan permit
to work dan pemasangan instruksi kerja sudah berjalan dengan sesuai, pekerja selalu
menggunaka permit work sebelum mengidentifikasi bahaya dab untuk pemasangan
instrusksi kerja biasanya di cetak lalu ditempelkan di papan pengumuman yag berada di
PT. Lancang Kuning Sukses. d.Test Dengan adanya test pada upaya Penerpan BBS sudah
melakukan pemenuhan yaitu dengan cara pemantauan dan pengukuran kinerja. Dalam
hal ini organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur untuk
memantau dan mengukur kinerja K3 secara berkala.

Pengukuran ini dilakukan dalam penerapan BBS tergolong measurement of control yang
bertujuan untuk mengukur pencegahan dan pengendalian yang telah dilakukan oleh
oorganisasi. Ukuran kinerja ini dititik beratkan kepada upaya atau program K3
khususnya yang berkaitan dengan manajemen K3.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1 Kriteria penerapan Behavior
Based Safety Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Penerapan Program
Behavior Based Safety (BBS) yang di lakukan di PT. Lancang Kuning Sukses, dapat
disimpulkan bahwa PT.

Lancang Kuning Sukses telah menerapkan program BBS dibuktikan dengan adanya form
BBS report berupa observasion card yang dalam mekanisme penerapannya diisi
langsung oleh supervisor dan foremen yang telah melakukan observasi terhadap
perilaku pekerja yang sedang melakukan aktivitas kerja. Terdapat beberapa kegiatan
dalam program behavior based safety diantarannya yaitu BBS training, kampanye
keselamatan, dan BBS reward. Penerapan program behavior based safety di PT. Lancang
Kuning Sukses sudah dengan kriteria penerapan behavior based safety yang dikemukan
oleh cooper dalam tarwaka (2015) diantaranya komitmen manajemen, partisipasi
karyawan, pemusatan perhatian, monitoring, inervensi sitematis dan observasional serta
feedback. 6.1.2.

Metode Behavior Based Safety (BBS) Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh melalui
observasi tertutup, terbukan, dan checklist kritis diporeleh beberapa perilaku pekerja
melakukan tindakan tidak aman para pekerja angkat angkut berat dan pekerja
operasional seperti operator masih tidak menggunakan APD yang diwajibkan (helm,
sarung tangan, kaca mataa, masker). Dan tindakan tidak aman pada housekeeping
seperti tidak meletakkan kembali alat angkut kerja berat seperti seperti rantai, hooks,
Shackle tipe G-213 & s-213, Shackle tipe G-209 & s-209, wire rope sling, dan webbing
sling dan masih terdapatnya sampah palstik yang berada diarea kerja. 6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disarankan beberpa hal sebagai berikut : 6.2.1.
Bagi PT. Lancang Kuning Sukses a.

Untuk meningkatkan perhatian terhadap unsafe behavior pada para pekerja dilakukan
koordinasi dan komunikasi antara HSE Staff, supervisor dan foremen dan terus
meningkatkan perilaku kerja aman pada pekerja dengan cara melakukan perbaikan
terhadap hal-hal yang menjadi temuan yang dijumpai melalui observasion card b. Terus
meningkatkan partisipasi karyawan terhadap program behavior based safety harus terus
dilakukan training ataupun diadakan sosialisai tahapan / berkala memgenai program
behavior based safety dan untuk melanjutkan penerapan program behavior based
safety perusahaan harus terus memberikan motivasi dengan cara memberika apreasiasi
kepada pekerja yang melakukan perilaku kerja aman 6.2.2.

Bagi Fikes Universitas Ibnu Sina Batam Untuk dapat digunakan sebagai bahan tambahan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan menganai penerapan program behavior
based safety khusunya pada PT.Lancang Kuning Sukses Kota Batam 6.3.3. Bagi Peneliti
Untuk mendambah wawasan dan pengetahuan peneliti terutama dalam menganalisa
penerapan program behavior based safety khusunya pada PT. Lancang Kuning Sukses
Kota Batam. .
DAFTAR PUSTAKA Ansori, N., Novianti, T., Agustina, F., & Ma’ruf, A. S. (2016). Model
Prediksi Prilaku Kerja Aman Industri Kreatif Batik Tulis Sumenep. Jurnal Optimasi Sistem
Industri, 14(2), 193. https://doi.org/10.25077/josi.v14.n2.p193-203.2015 Buntarto. (2015).

Panduan Praktis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Untuk Industri. Yogyakarta:


Pustakabarupress. Geller, E. Scott. 2001. Behavioral Safety Analysis: A Necessary
Precursor to Corrective Action. Professional Safety, 45(3), 29-36 Harahap, N. A., &
Mudayana, A. A. (2019). Analisi Penerapan Housekeeping Sebagai Upaya Pencegahan
Kecelakaan Kerja di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat. 13, 21-29. Irzal. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Kencana. Karyatibrata, F. (2019). Analisa Penerapan Behavior Based Safety
Sebagai Upaya Penurunan Unsafe Action Pada Karyawan Operasional PT.Citra Pembina
Pengangkutan Industries Batam Tahun 2019.

Indo American Journal of Pharmaceutical Sciences, 23(3), 6.


https://doi.org/10.5281/zenodo.1477753 Kurniawan, B., Fara, R. A., & Wahyuni, I. (2017).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Safe Behavior Pada Pekerja Rekanan Bagian
Sipil di PT. Indonesia Power Up Semarang. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Mokaliran, C., & Panjaitan, T. W. S. (2015). Peningkatan Perilaku Aman di PT . XXX
dengan Pendekatan Behavior Based Safety. 3(2), 79–84. Moleong, L. J. (2017).
Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pratama, A. K. (2015).

Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Unsafe Action Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat
Di Pt. Terminal Petikemas Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health, 4(1), 64. https://doi.org/10.20473/ijosh.v4i1.2015.64-73 Rahmawati, N., &
Martiana, T. (2012). Analisis Safe Behavior Dengan Pendekatan Behavior-Based Safety
Pada Radiografer Di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Ramdan, I. M., & Handoko, H. N.
(2016). Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Konstruksi Informal Di Kelurahan “X” Kota
Samarinda. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 12(1), 1–6.
https://doi.org/10.30597/MKMI.V12I1.546 Saodah, Siti. (2015).

Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) dan Kecelakaan Kerja di PT. Inalum
Kuala Tanjung Tahun 2014. Jurnal. Universitas Sumatera Utara Septiani, N. (2018).
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja Dalam Penerapan Safe
Behavior Di Pt. Hanil Jaya Steel. The Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health, 6(2), 257. https://doi.org/10.20473/ijosh.v6i2.2017.257-267 Sugiyono. (2013).
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, Dan R&D.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2 Sujarwani, V. W. (2018).

Metodelogi Penelitian Bisnis Dan Ekonomi Pendekatan Kuantitatif. Yogyakarta:


Pustakabarupress. Tarwaka. (2015). Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Ergonomi (K3E)
dalam Prespektif Bisnis. Surakarta: Harapan Press.
LAMPIRAN 1 / LAMPIRAN 2 / LAMPIRAN 3/ / LAMPIRAN 4 SURAT PERNYATAAN UJI
PAKAR Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fitri Sari Dewi, SKKM, MKKK Instansi :
Dosen Universitas Ibnu Sina Jabatan : Dekan Fikes Ibnu Sina Batam Telah membaca
Form wawancara yang akan digunakan sebagai pedoman pertanyaan pada Proposal
Skripsi dengan judul “Analisa Penerapan Program Behavior Based Safety di PT.Lancang
Kuning Sukses Batam Tahun 2020” oleh : Nama : Atika Damayanti Soraya Npm :
162410012 Prodi : K3 Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat digunakan dalam
pengumpulan data laporan Proposal Skripsi .

Batam, 05 Juni 2020 Fitri Sari Dewi, SKM, MKKK NIDN. 0417048201 LAMPIRAN 5
PEDOMAN WAWANCARA ANALISA PENERAPAN PRORAM BEHAVIOR BASED SAFETY
(BBS) di PT. LANCANG KUNING SUSKSES BATAM TAHUN 2020. (Pedoman wawancara 7
Kriteria dalam pelaksanaan Behavior Based Safety) DATA UMUM 1. Nama : 2. Jenis
Kelamin : 3. Umur : 4. Jabatan : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Masa Kerja : PERTANYAAN
I.PARTISIPASI KARYAWAN Apakah perusahaan menerapkan Sistem Management untuk
melakukan identifikasi pada bahaya akibat kerja kepada karyawan? Jelaskan.

Apakah ada pengontrolan dari pihak Management terhadap karyawan yang bertujuan
untuk mengurangi perilaku tidak aman? Jelaskan Apakah ada sanksi yang diberikan dari
perusahaan kepada pekerja yang tidak mengikkutu SOP yang telah diterapkan oleh
perusahaan? Jelaskan II.MEMUSATKAN PERHATIAN apakah anda mengetauhi adanya
penerapan behavior based safety di perusahaan anda? Jelaskan Apakah perusahaan
memberikan reward kepada individu yang melakukan identifikasi unsafe behavior?
Bagaimana bentuknya ? Jelaskan. Apakah anda mengisi form Safety Observation Report
setiap melihat perbuatan yang tidak aman / kondisi yang tidak aman? Jelaskan. III.HASIL
OBSERVASI Apakah ada kegiatan memonitoring untuk mengetahui perilaku aman pada
pekerja ? Jelaskan.

Berapa kali dalam seminggu dilakukannya monitoring terhadap karyawan untuk melihat
perilaku aman ? Tindakan apa yang terjadi apabila terdapat karyawan yang berperilaku
tidak aman ? IV.PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN Apakah perusahaan selalu membuat
report presentase dalam jumlah perilaku aman ? Jelaskan. Tindakan apa dilakukan
perusahaan apabila mengetahui meningkatnya perilaku tidak aman ataupun kondisi
tidak aman? V.INTERVENSI SECARA SISTEMATIS DAN OBSERVASIONAL 12. Apakah
dilakukan safety briefing sebelum dimulainya kegiatan? Jelaskan isinya ? 13.Kapan waktu
safety briefing dilakukan diperusahaan anda? 14.

Apakah ada team project team yang disediakan oleh perusahaan untuk memonitoring
data secara berkala? VI.UMPAN BALIK TERHADAP PERILAKU PEKERJA 15.Apakah ada
papan pengumuman yang di pasang di tempat yang strategis di lingkungan kerja anda
yang berisi data hasil observasi perilaku yang spesifik? Jelaskan 16. Selama dilakukan
briefing yang dilakukan apakah ada penyampaian secara langsung menganai hasil dari
perilaku spesifik yang sedang terjadi? Jelaskan VII.DUKUNGAN PENGUAT DARI
MANAGER 17.

Apakah perusahaan memberikan keleluasan terhaadap observer saat melakukan


tugasnya ? Jelaskan. 18. Apakah ada reward yang didapatkan bagi pekerja yang
melakukan perilaku aman, bentuknya seperti apa ? Jelaskan. 19. Apakah perusahaan
selalu menyediakan bantuan atau tindakan yang diperlukan saat dibutuhkan? Jelaskan.
LAMPIRAN 6 Prosedur Pekerjaan _Observasi “Aman” _Observasi “Tidak Aman” _
Penjelasan _ _Perilaku Operasional Alat Berat _ _ _Operator melakukan checklist
terhadap alat berat sebelum kegiatan _ _ _Jelaskan akivitas apa saja yang diobservasi
Jelaskan perilaku tidak aman/kondisi yang diobservasi Mengapa perilaku/kondisi
(tanyakan kepada pekerja yang diamati) Mengapa pekerjaan dilakukan dengan
demikian (tanyakan pekerjaan yang diamati dan hambatanyang dihadapi) Tindakan
korektif yang diperlukan (diskusikan dengan pekerja) _ _Operator mempunyai
pandangan/luas penglihatan yang jelas pada saat bergerak _ _ _ _ _Pengendara
menggunakan seatbelt _ _ _ _ _Klakson dibunyikan di area yang berisiko tabrakan (titik
buta) _ _ _ _ _Saat Alat Berat tidak digunakan.

Alat Berat telah direm, garpu diletakan ke lantai, gigi dalam keadaan normal, mesin
dimatikan dan kunci dicabut. _ _ _ _ _Kecepatan Alat Berat kecepatan yang Aman _ _ _ _
_Operator Alat Berat menggunakan APD yang tepat (seperti safety shoes, helm,
kacamata, dll) _ _ _ _ _Perilaku Operasional _ _ _ _ _Operator menggunakan APD yang
diwajibkan (mis. Safety shoes, Kacamata Safety, Earplug, dll) _ _ _ _ _Apakah tangan
pekerja jauh dari bagian barang yang diangkat yang berbahaya? _ _ _ _ _Apakah pekerja
tidak mengakses bagian bawah mesin atau konveyor saat berpindah bagian _ _ _ _
_Apakah pekerja berjalan dalam jalur pejalan kaki _ _ _ _ _Apakah operator memegang
handrail dan pandangan lurus ke depan saat berjalan _ _ _ _ _Apakah operator bekerja di
area yang sesuai dengan otoritasnya _ _ _ _ _Apakah operator tidak berlari ataupun
bergegas di area sekitar mesin _ _ _ _ _Perilaku APD dan Housekeeping _ _ _ _
_Respirator / masker tersimpan dengan baik saat tidak digunakan _ _ _ _ _Rompi safety
digunakan di area yang diperlukan (gudang, parkiran, jalan raya untuk security) _ _ _ _
_Kacamata safety digunakan _ _ _ _ _Earplug digunakan _ _ _ _ _Sarung tangan safety
digunakan _ _ _ _ _Area kerja bebas dari sampah, limbah, dan puing yang tidak
terorganisir _ _ _ _ _Fokus visual _ _ _ _ _Mata dan perhatian ditunjukkan untuk
tugas-tugas yang sedang berlangsung _ _ _ _ _Komunikasi _ _ _Interaksi verbal atau
nonverbal yang dapat mempengaruhi keselamatan _ _ _ _ _Pola kerja _ _ _ _
_Terburu-buru dalam melakukan aktivitas kerja.
_ _ _ _ _Waktu istirahat yang singkat _ _ _ _ _

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64321/Cover.pdf?sequence=7&
isAllowed=y
<1% - http://eprints.undip.ac.id/59441/1/J2F008113_1.pdf
1% - http://healthsafetyprotection.com/behavior-based-safety/
<1% -
https://zombiedoc.com/seminar-nasional-kimia-dan-pembelajarannya-snkp-2014.html
<1% -
https://id.scribd.com/doc/127012244/Bahasa-Indonesia-SMA-Kelas-XI-Bahasa-Nurita-B
ayu-Kusmayati-2009
<1% -
https://jumaediedi.blogspot.com/2016/01/contoh-skripsi-pengaruh-marketing-mix.html
<1% -
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/11067/9.%20BAB
%20I.pdf?sequence=9&isAllowed=y
<1% - http://repository.untag-sby.ac.id/769/3/BAB%20II.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/345485444/Hes-Work-Plan
<1% - https://www.scribd.com/document/346753452/Prosiding-Semnas-k3-Ugm-2016
<1% - https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/18947/18029
<1% - https://aldozan.blogspot.com/2008/10/safety-terfokus-pada-behavioral.html
<1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/158/jtptunimus-gdl-suryatnoni-7892-2-8.babi.pdf
<1% - https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/article/download/3803/2575
<1% - https://univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Ridwan(2).pdf
<1% - http://journal.unair.ac.id/downloadfull/KKLK8797-b6ef652ecffullabstract.pdf
<1% - http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kklk09757edcb12full.pdf
1% - https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/article/download/7659/pdf
<1% -
https://mafiadoc.com/perdagangan-perempuan-dan-anak-di-indonesia-usaid_59fa5888
1723dd832664af3f.html
<1% - https://issindonesiablog.wordpress.com/2015/01/05/36/
<1% - http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/download/546/371
<1% -
http://industri.ft.unand.ac.id/Pdf/josifiles/vol_14_no_2_oktober_2015/JOSI%20-%20Vol.%
2014%20No.%202%20Oktober%202015%20-%20Hal%20193-203%20Model%20Prediksi
%20Prilaku%20Kerja%20Aman%20Industri%20Kreatif%20Batik%20Tulis%20Sumenep.pd
f
<1% - https://indeksprestasi.blogspot.com/2010/07/
<1% - https://es.scribd.com/document/364098285/92636-Siti-Halimah-Fkik
<1% - https://id.scribd.com/doc/309006518/3-DERMAGA-184-Maret-2014
1% -
https://id.123dok.com/document/y6ek9v7z-gambaran-behavior-based-safety-sebagai-u
paya-penurunan-unsafe-action-pekerja-bagian-stamping-perusahaan-obat-nyamuk-a-x
a-semarang-factory.html
<1% - https://issuu.com/riaupos/docs/2016-10-12
<1% - https://www.slideshare.net/irjankusumaian/makalah-keselamatan-kerja
<1% - https://www.e-jurnal.com/2014/11/pengertian-keselamatan-kerja.html
<1% -
https://hseproject.blogspot.com/2015/02/pengertian-program-k3-safety-engineer.html
<1% - https://erick-son2.blogspot.com/
<1% -
https://www.slideshare.net/mariaseptiamemorini/perhitungan-frekuensi-keselamatan-da
n-kesehatan-kerja-di-bandar-udara-syamsudin-noor
<1% -
https://www.slideshare.net/Uofa_Unsada/pengaruh-kepemimpinan-dan-penerapan-k3-k
eselamatan-kesehatan-kecelakaan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan-pt-hutama-karya
<1% -
https://ichsanwiditianto.blogspot.com/2015/04/pengertian-dan-proses-produksi.html
<1% -
https://uswapoupou.blogspot.com/2015/10/makalah-memproduksi-barang-dan-jasa.ht
ml
<1% -
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/15783/MzA4NDc=/Identifikasi-bahaya-dan
-penilaian-risiko-sebagai-upaya-pencegahan-kecelakaan-dan-penyakit-akibat-kerja-di-
unitammonium-sulfat-ii-PT-Petrokimia-Gresik-Jawa-Timur-abstrak.pdf
1% - https://eddiedandel.blogspot.com/2011/10/
<1% - https://puk-tck.blogspot.com/2008/11/
<1% -
https://bhakti-bhakti-indonesia.blogspot.com/2014/05/kesehatan-dan-keselamatan-kerj
a.html
<1% -
http://www.makalah.co.id/2015/10/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html
<1% - https://budayasafety.blogspot.com/2013/10/
<1% -
https://akhsoname.blogspot.com/2015/09/makalah-keselamatan-kesehatan-kerja.html
<1% - https://civitas.uns.ac.id/safetyculture/2016/12/30/teknik-pencegahan-peledakan/
<1% - http://repository.unimus.ac.id/2713/6/BAB%20II.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/343492937/Panduan-Dasar-k3
<1% - https://www.scribd.com/document/368725596/usaha-keselamatan-kerja
<1% - https://mustafaepid.blogspot.com/
<1% - https://kamisah-misae.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://id.scribd.com/doc/100933178/Copy-k3-Klinik
<1% - https://kamisah-misae.blogspot.com/2009/06/kecelakaan-kerja.html
1% -
https://novrizalbinmuslim23.files.wordpress.com/2012/10/modul-keselamatan-kerja.pdf
<1% - http://kharismayr.blogs.uny.ac.id/2016/06/15/kecelakaan-akibat-kerja-di-industri/
<1% -
https://penyuluhkesehatankeselamatankerja.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-kecelaka
an-kerja_1011.html
<1% -
https://achoxfuhtus.blogspot.com/2010/11/pengertian-dan-tujuan-kesehatan-dan.html
<1% -
https://id.scribd.com/doc/141171886/Cara-Menghindari-Terjadinya-Kecelakaan-Kerja-Di
tempat-Kerja
<1% -
https://teimra.blogspot.com/2017/08/menerapkan-kesehatan-kerja-di-bidang.html
<1% - https://qhseconbloc.files.wordpress.com/2011/07/safety-negara-taiwan.pdf
<1% -
https://eddiedandel.blogspot.com/2011/10/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-sektor.ht
ml
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68195/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% - http://eprints.umm.ac.id/42840/3/BAB%20II.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/110267264/MAKALAH-K3-Tugas-Prof-Rafael-FKM-UH
<1% - https://agusliadi.blogspot.com/2010/05/kecelakaan-kerja.html
<1% -
https://ramdaniharduning.blogspot.com/2012/11/pengenalan-kecelakaan-kerja.html
<1% -
https://irfan-abet.blogspot.com/2013/01/penyebab-kecelakaan-di-pertambangan.html#
!
<1% - https://ginkalilah.weebly.com/home/previous/3
<1% -
https://id.scribd.com/doc/311220613/MAKALAH-CEDERA-ATAU-KECELAKAAN-KERJA-d
oc
<1% - https://ekapandu1997.blogspot.com/
<1% - http://www.madinisafety.com/2016/12/jurnal-hse.html#!
<1% -
https://ml.scribd.com/doc/306877702/Kelas-10-SMA-Pendidikan-Agama-Kristen-Dan-B
udi-Pekerti-Siswa
<1% -
https://mudah-bahasaindonesia.blogspot.com/2016/01/contoh-kalimat-menggunakan-
kata-dari.html
1% - http://eprints.ums.ac.id/69171/4/BAB%20II.pdf
<1% - http://43217110134.blog.mercubuana.ac.id/
<1% - https://mineraliuhotp.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://id.123dok.com/document/y600lnny-modul-pengembangan-keprofesian-berkela
njutan-teknik-kelistrikan-dan-elektronika-surya-dan-angin-paket-keahlian-teknik-energi
-surya-dan-angin-program-keahlian-teknik-energi-terbarukan-kelompok-kompetensi-5
-repositori-institusi-kementerian-pendidikan-dan.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/y8kpo0ry-identifikasi-pekerjaan-ketinggian-pembang
unan-telogorejo-deskriptif-konstruksi-semarang.html
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-observasi/
<1% -
https://seismik-indonesia.blogspot.com/2012/10/do-it-behavior-based-safety.html
<1% - https://hse-k3l.blogspot.com/2013/01/berbicara-mengenai-behavior-based.html
<1% -
https://drsmusthofiqma.blogspot.com/2012/12/hadis-tentang-kepemimpinan.html
<1% - https://bahank3.blogspot.com/2015/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
<1% - https://bahank3.blogspot.com/2015/
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64408/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% - https://www.dsatria.com/2019/02/tujuan-dan-sasaran-kepemimpinan.html
<1% -
http://www.ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/ppo-kepemimpinan-kekuasaaan-p
olitik.doc
3% -
https://text-id.123dok.com/document/eqoo8x47q-behavior-based-safety-landasan-teor
i.html
<1% - https://www.scribd.com/document/365338241/12-AGIVIANA-1
<1% - http://etheses.iainkediri.ac.id/908/4/931315814-bab3.pdf
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/590/6/BAB_III.pdf
<1% - http://repository.upi.edu/9011/4/s_pls_054928_chapter3.pdf
<1% -
https://skripsimahasiswa.blogspot.com/2014/03/metode-dan-tehnik-pengumpulan-data
.html
<1% -
https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60389/BAB%20IV%20Metode%
20Penelitian.pdf?sequence=6&isAllowed=y
<1% - http://digilib.unila.ac.id/5778/15/BAB%20III.pdf
<1% -
https://repository.unsri.ac.id/1577/4/RAMA_13201_10011181520021_0006127701_03.pd
f
<1% - https://www.scribd.com/document/389660905/Nia-Rusmania-pdf
<1% - http://repository.upi.edu/27768/7/S_MIK_1006039_Chapter3.pdf
<1% -
https://paramitha-kusumawati.blogspot.com/2012/01/metode-penelitian-kualitatif.html
<1% -
https://www.ilmusaudara.com/2016/06/pengertian-teknik-sampling-dan-macam.html
<1% - https://zombiedoc.com/jurnal-sistem-informasi.html
<1% -
https://febrantoro.blogspot.com/2015/01/analisis-data-dan-validitas-penelitian.html
<1% -
https://www.ilmusaudara.com/2016/06/analisis-data-adalah-sebuah-kegiatan.html
<1% - https://prisa87.blogspot.com/2017/12/contoh-metodologi-penelitian-ptk.html
<1% - https://www.scribd.com/document/366882166/Skripsi-Siti-Ma-Rifatul-Asrofah
<1% -
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/category/jenis-produk/penelitian-ba
hasa?page=6
<1% - https://issuu.com/bpos/docs/13_mei_2014
<1% - https://www.scribd.com/document/392727243/SEMNAS-UGM-pdf
<1% - https://ayasipelitahayati.wordpress.com/category/uncategorized/
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22211/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=3
<1% - https://pt.scribd.com/document/51578889/104230510200909111-pdf
<1% -
https://mafiadoc.com/hubungan-perilaku-manajemen-keselamatan-dan-kesehatan-kerj
a_5a1840a01723dd6ddc781f48.html
<1% -
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/perjanjian-kerja-bersama-basis-data/perjanjian
-kerja-bersama-antara-pt-metro-pearl-indonesia-mpi-dengan-serikat-pekerja-nasional-
spn-pt-metro-pearl-indonesia-2019-2021
<1% - https://pt.scribd.com/document/210788809/2011-Bud
<1% - http://www.pusdiklatk3.com/2014_04_01_archive.html
<1% -
https://mafiadoc.com/1-terbentuknya-teori-organisasi-teori-file-upi_59efc35a1723dd45
c7713762.html
<1% - https://issuu.com/download-bse/docs/trenkonstruksi_edc_2
<1% - https://pt.scribd.com/document/325310206/6450408063-pdf
<1% -
https://www.slideshare.net/mariaseptiamemorini/tinjauan-keselamatan-dan-kesehatan-l
ingkungan-kerja-pada-penambangan-intan-akibat-kebisingan-di-area-pertambangan-i
ntan-cempaka-kelurahan-sungai-tiung-banjarbaru
<1% - https://drecuy1.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://edoc.pub/material-handling-10-pdf-free.html
<1% - https://edoc.pub/buku-1-laporan-bulanan-november-2016-pdf-free.html
<1% - https://www.scribd.com/document/349482353/2512204201-Master-Theses-pdf
<1% -
https://id.scribd.com/doc/39150679/Perdirjen-BPK-10-P-02-Pedoman-Pelaksanaan-SVL
K
<1% - https://zombiedoc.com/vol-25-s-sept-2017.html
<1% - http://scholar.google.co.id/citations?user=JlqV210AAAAJ&hl=id
<1% -
https://bukuamanah.blogspot.com/2013/01/metode-penelitian-pendidikan-pendekatan.
html

Anda mungkin juga menyukai