Anda di halaman 1dari 35

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 20%

Date: Sabtu, Agustus 22, 2020


Statistics: 2122 words Plagiarized / 10650 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tapi juga kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi dapat menggangu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang akhirnya akan berdampak luas pada masyarakat. Visi dari
pembangunan kesehatan di Indonesia sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam
lingkungan prilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya (Irzal, 2016)
Kecelakaan global yang dipublikasikan International Labour Organization (ILO) pada
januari 2017 menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi mencapai 1
pekerja meninggal dan 153 pekerja mengalami kecelakaan setiap 15 detik, setara
dengan 2,3 juta meninggal per-tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan
dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya.

(Penyebab, Kerja, & Pembangunan, 2017) 2 Menurut teori yang dikemukakan oleh
Henrich (1913) bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya tindakan tidak aman
(unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Tahun 1967 seorang ahli safety
lainya bernama Birds memodifikasi teori domino milik Heinrich. konsep dasar teori Birds
menyatakan bahwa setiap kecelakaan disebabkan oleh lima factor yang berurutan, yaitu
manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan kerugian.

Teori ini menekankan bahwa manajemen memegang peran penting dalam mengarungi
terjadinya kecelakaan. Birds menyatakan bahwa kesalahan manajemen merupakan
penyebab utama terjadinya kecelakaan, sedangkan tindakan tindakan tidak aman
(unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan penyebab langsung
suatu kecelakaan (Prianto, 2016) Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DPPK dan K3) Kementrian Ketenagakerjaan
(Kemenaker) Muji Handaya mengatakan, jumlah kecelakaan kerja dari tahun ke tahun
mengalami tren peningkatan sekitar 5 – 10 % setiap tahunya.

Penyebab uatama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya kesadaran akan
pentingnya penerapan K3 di kalangan industri dan masyarakat. Selama ini penerapan K3
seringkali dianggap sebagai cost beban biaya, bukan sebagai investasi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan (Ketenagakerjaan, 2016) Hal yang sama juga disampaikan oleh
Mentri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakhiri dihalaman Balai Grahadi, Surabaya, Jumat, 12
Januari 2018, saat menjadi inspektur upacara Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional belimengatakan i, br alah K3 manjadi sesuatu yang 3 membebani perusahaan.

Tetapi justru menjadi investasi perusahaan dalam mensejahtrakrja,” (Jpnn, 2018)


Penyelenggara Jamminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga ahir 2015 telah terjadi
kasus JKK sebanyak 110.285 kasus. Sementara itu untuk kasus kecelakaan yang
mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 530 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan, factor kesalahan manusia ditetapkan menjadi
inti permasalahan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja 88% disebabkan oleh Unsafe Act,
10% oleh Unsafe Condition dan 2% oleh sebab-sebab lain.

Sejalan dengan Surat Edaran dari Perintah Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dalam
rangka Bulan K3 Nasional tahun 2018 yang menyebutkan dengan menerpakan system
K3 sebagai landasan setiap pelaksanaan pekerjaan yakni dengan cara peduli terhadap
pekerja, alat, bahan, pesawat/mesin produksi, penyediaan lingkungan kejra yang aman,
nyaman dan sehat saat bekerja, perlindungan tambahan terhadap pekerja dan
lingkungan kerja dengan sifat pekerja yang beresiko tinggi. Salah satu bentuk
penyampaian pesan k3 di tempat kerja yaitu berupa Promosi K3. Promosi K3 adalah
proses yang diterapkan baik ditingkat local, nasional bahkan international pada
organisasi non pemerintah yang bertujuan untuk peningkatan keselamatan.

Proses ini termasuk semua usaha yang dapat melibatkan perubahan lingkungan (fisik,
social, teknologi, politik, ekonomi, dan organisasi) juga perubahan sikap dan prilaku
karena pelaksanaanya dapat 4 meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
keselamatan (Maurice, 1997) Menurut Tarwaka (2015) bahwa pelaksanaan Promosi K3 di
tempat kerja dapat dilakukan dengan berbagai upaya agar peraturaan perundangan
mengenai K3 dapat disampaikan dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
karyawan akan pentingnya K3 untuk dirinya, tenaga kerja, perusahaan, maupun
masyarakat sekitar perusahaan.

Bentuk promosi K3 di perusahaaan yaitu berupa poster, rambu-rambu keselamtan,


spanduk, safety talk, safety induction, tool box meeting, safety permit, pelatihan K3,
rezia kedisiplinan, dll. PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam merupakan
perusahaan jasa yang bergerak di bidang Forwarding, Transportation, Warehousing,
Material Handling dan Stevedoring pada industries Oil dan Gas. Kegiatan di PT. Citra
Pembina Pengangkutan Industries Batam ada beberapa macam kegiatan yaitu, Stuffing
/ Unstuffing Kontainer, Sortir Pipa, Stevedoring, Transporting, Material Handling serta
pergudangan.

Kegiatan Stuffing atau Unstuffing container yaitu kegiatan memasukkan atau


mengeluarkan barang dari atau ke dalam container. Kegiatan sortir pipa yaitu kegiatan
memilah pipa berdasarkan nomor Heat dari pipa. Stevedoring yaitu pekerjaan
membongkar barang dari kapal ke dermaga/ tongkang / truk atau memuat barang dari
dermaga / tongkang / truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal
dengan menggunakan derek kapal atau derek darat. Transport adalah pemindahan
bahan dalam suatu berat (Unit Load) atau Containers melalui suatu lintasan yang
jaraknya lebih dari 5 feet atau sekitar 1,5 5 meter.

Transfer adalah pemindahan bahan melaui lintasan yang jaraknya kurang dari 5 feet
atau sekitar 1,5 meter. Material Handling adalah salah satu jenis transportasi
(pengangkutan) yang dilakukan dalam perusahaan industries, yang artinya
memindahkan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal
ketempat tujuan yang telah ditetapkan (Sumber Data Primer PT.CPPI). Pada setiap tahap
– tahap proses kegitan tersebut terdapat beberapa potensi bahaya, yaitu bahaya
mekanik, bahaya fisik, bahaya kimia dan bahaya elektrik.

Pada kegiatan Stuffing / Unstuffing container, antara lain bahaya mekanik (seperti :
terjepit diantara pipa saat memasukkan pipa kedalam container, tertabrak forklift /
loader); bahaya kimia (seperti : tumpahan oil dari alat berat, iritasi mata karena debu
yang berasal dari lapangan); bahaya fisik (seperti : kebisingan dari bunyi pipa yang
berbenturan atara pipa). Berdasarkkan survey awal yang peneliti lakukan pada bulan
Maret 2020 data kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Citra Pembina Pengangkutan
Insutries Batam tahun 2016 sampai tahun 2020, angka kecelakaan kerja yang terjadi
sebanyak 52 kejadian. Kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh terjepit, material jatuh
dan karena mesin.

Berdasarkan telaah document kecelakaan tersebut termasuk tindakan tidak aman


(Unsafe Act). Akan tetapi tingkat keseriusan kecelakaan untuk kejadian fatal belum
pernah terjadi namun telah terjadi kecelakaan kerja yang serius yang mengakibatkan
Loss Time Injuries, yaitu amputasi pada bagian ibu jari. 6 Kecelakaan kerja yang terjadi di
PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam ini disebabkan oleh Unsafe Act dan
Unsafe Condition pekerja.

Berdasarkan data Safety Observation Report terdapat 124 Safety Observation Report di
tahun 2018, antara lain pekerja berjalan dibawah beban bergantung, menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sudah rusak, tidak menggunakan Tagline pada pekerjaan
Rigging, tidak mematuhi Standard Operational Procedure (SOP) melanggar Log Out Tag
Out (LOTO). Hal tersebut dapat mengakibatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja. Saat kegiatan Stuffing / Unstuffing container pada Februari 2018 mengalami
kecelakaan kerja akibat melakukan tindakan tidak aman yang menyebabkan total hari
kerja yang hilang sebesar 14 hari, yaitu kecelakaan kerja yang menyebabkan ibu jari
tangan kanan diamputasi. Beberapa kegiatan promosi K3 di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries antara lain Safety Induction, Tool box pagi, sign board, HSE
Board, rambu-rambu keselamatan, dan pengawasan.

Namun hasil wawancara dengan salah satu HSE dari beberapa kasus kecelakaan yang
pernah terjadi beberapa diantaranya ialah pekerja tidak mengikuti safety briefing pagi
yang dilakukan oleh suvervisor pada saat sebelum dimulainya aktivitas pekerjaan,
pekerja melakukan pelanggaran terkait tindakan tidak aman (unsafe action) . 7 1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara promosi keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan tindakan tidak aman (Unsafe Act) pada pekerja di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan
Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan promosi keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) dengan tindakan tidak aman (Unsafe Act) pada pekerja di PT.
Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam tahun 2020. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk
mengetahui gambaran promosi K3 dalam bentuk komunikasi Pesan K3 pada pekerja di
PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries. b. Untuk mengetahui gambaran promosi K3
dalam bentuk safety induction pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan
Industries. c. Untuk mengetahui gambaran promosi K3 dalam bentuk rambu- rambu K3
pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries.

8 d. Untuk mengetahui gambaran promosi K3 dalam bentuk pengawasan pada pekerja


di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries. e. Untuk mengetahui gambaran tindakan
tidak aman (Unsafe Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries.
f. Untuk mengetahui hubungan komunikasi pesan K3 dengan tindakan tidak aman
(Unsafe Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries. g. Untuk
mengetahui hubungan safety induction dengan tindakan tidak aman (Unsafe Action)
pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries. h. Untuk mengetahui
hubungan rambu-rambu K3 dengan tindakan tidak aman (Unsafe Action) pada pekerja
di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries. i. Untuk mengetahui hubungan pengawasan


dengan tindakan tidak aman (Unsafe Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Pekerja PT. Citra
Pembina Pengangkutan Industries Sebagai masukan untuk pekerja PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries untuk lebih memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan
kerja didalam melakukan pekerjaannya, dan sebagai masukan untuk praktisi 9 K3 di PT.
Citra Pembina Pengangkutan Industries dalam hal mempromosikan K3 secara efektif
kepada pekerja. 1.4.2 Manfaat Bagi PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Sebagai masukan untuk perusahaan agar dapat
menjalankan program K3 lebih baik lagi terutama mengenai promosi K3 untuk
meningkatkan produktifitas kerja juga kesehatan dan keselamatan pekerja melalui aspek
K3. 1.4.3 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Ibnu Sina Batam Sebagai bahan refrensi untuk
penulis lain yang ingin meneliti tentang hubungan promosi kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) dengan tindakan tidak aman (Unsafe Action). 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perilaku 2.1.1

Pengertian Perilaku Menurut Geller (2001), perilaku sebagai tingkah atau tindakan yang
dapat di observasi oleh orang lain (Gunawan & Waluyo, 2015), Skinner (1928)
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudia organisme tersebut merespon, teori
ini disebut teori -O- Ratau tius e e Sedangkan Blum (1974) mengatakan Perilaku
merupakan factor terbesar kedua setellah factor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010), Pengertian umum
perilaku adalah segala perlakuan atau tindakan yang dilakukan makhluk hidup dan pada
dasar nya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun demikian tidak
berarti bahwa perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga
bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan presepsi
(Notoatmodjo, 2010) 2.1.2

Pembentukan Perilaku Notoatmodjo (2010) menyebutkan factor yang memegang


peranan di dalam pembentukan perilaku, yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor Intern
11 berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk
mengelolah pengaruh – pengaruh dari luar. Factor ekstern meliputi objek, orang,
kelompok dan hasil – hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan
bentuk perilakunya.

Kedua factor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan
lingkungan apabila perilaku tersebut dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat
diterima oleh individu yang bersangkutan. Terbentuknya dan perubahan perilaku
manusia terjadi dikarenakan adanya proses interaksi anatara individu dengan
lingkungan melalui suatu proses yakni proses belajar. Oleh sebab itu, perubahan
perilaku dan peroses belajar itu sangat erat kaitannya. Perubahan merupakan hasil dari
proses belajar (Notoatmodjo, 2010) 2.1.3 Faktor Penentu Perilaku Promosi kesehatan
sebagai pendekatan kesehatan terhadap factor perilaku kesehatan, maka kegiatannya
tidak dari faktor – faktor yang menentukan perilaku tersebut.

Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan


determinan (factor yang mempengaruhi perilaku kesehatan itu sendiri). Dan menurut
Lawrence Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu (Notoatmodjo, 2010)
a. Faktor Pendorong (Predisposing Factors) Faktor – factor yang mempengaruhi atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, anatara lain, sikap, keyakinan, 12
kepercayaan, nilai-nilai tradisi dan sebagainya. Contohnya seorang pekerja tidak
memahami atau tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya jika tidak
menggunakan alat pelindungan diri, sehingga pekerja tersebut tidak mau memakai APD
dengan lengkap karena kurang nyaman. b.

Faktor Pemungkin (Enabling Factor) Factor yang mendorong atau memperkuat


terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang
menjadi panutan. Contohnya, setiap pekerja baru akan memasuki lokasi kerja akan di
berikan Safety Induction oleh petugas K3 mengenai dasar-dasar keselamatan bekerja,
namun karena pekerja melihat supervisor tidak mengikuti peraturan dan
membahayakan dirinya sendiri, melihat sikap supervisornya, pekerja pun melakukan hal
yang sama meskipun tahu bahaya hal tersebut juga dapat mencelakai dirinya sndiri. 2.2
Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) 2.2.1

Definisi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Istilah perilaku berbahaya berasal dari
kata Unsafe Action, Unsafe Action merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang
sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu yang tidak diinginkan atau
kecelakaan (Reason, 1990) 13 2.2.2 Klasifikasi dan Penyebabnya Unsafe Action
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu (Reason, 1990) a. Kesalahan atau kelalaian
manusia (Human Error). Kesalahan yang berasal dari seseorang yang terlibat langsung
ataupun berasal dari instansi terkait atau pihak manajemen. b.
Pelanggaran yang berupa pengabaian petunjuk atau aturan Keselahan yang merupakan
kesalahan manusia (Human Error) terdapat empat sebab kesalahan yaitu (Reason, 1990):
1). Skill Based Error (Slip & Lapses) Kesalahan yang dilakukan berhubungan dengan
keahlian yang dimiliki, kesalahan ini dibagi menjadi dua (Reason, 1990): a). Slips yaitu
suatu kesalahan tanpa disadari karena tidak sesuai dengan kebiasaannya. Contoh:
Menjalankan pekerjaan dan mengoprasikan peralatan tanpa wewenang dan tidak sesuai
dengan keahlian pekerjaan. b). Lapses adalah kesalahan karena lupa melakukan suatu
pekerjaan.

Contohnya : tidak memberikan peringatan bahaya, tidak menggunakan alat pelindung


diri dengan benar, tidak menempatkan alat kerja sesudah seselai bekerja, tidak
mengunci, dan sebagainya. 14 2). Rule Based Error (Mistake) Kesalahan ini disebabkan
salah dalam menggunakan peraturan dan prosedur kerja yang masih menggunakan
peraturan dan prosedur lama. Contohnya: pekerja tidak membaca dan mengenali
prosedur yang berlaku sebelum melakukan pekerjaan, perusahaan tidak dilakukan
pengawasan serta identifikasi bahaya dari risiko serta mengkomunikasikan, tidak
dilakukanya perbaikan alat oleh ahli, dan sebagainya (Reason, 1990) 3). Knowledge
Based Error (Mistake) Kesalahan disebabkan kurangnya pengetahuan, lingkungan
pekerjaan yang baru, beban kerja yang berlebihan, dan pengaruh dari kondisi psikologis
yang stress.

Contohnya: pekerja melakukan pekerjaan dengan terburu-buru karena dikejar target,


menjalankan mesin tidak sesuai dengan kecepatan karena tidak diberi pengarahan, dan
sebagainya (Reason, 1990) 4). Pelanggaran (Violatation) Kesalahan yang dilakukan
sengaja seperti melanggar peraturan keselamatan kerja dengan tidak menggunakan
APD, melempar alat saat memberikan kepada rekan, merokok saat bekerja, bergurau
berlebihan pada saat bekerja, mengkonsumsi alcohol atau obat-obatan, dan sebagainya.

Kesalahan dengan melakukan pelanggaran dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran


yang dapat terjadi akibat (Reason, 1990): 15 a) Dorongan pribadi, misalnya seorang
pekerja bekerja dengan terburu-buru karena ingin cepat menyelesaikan tugasnya
sehingga pekerja tersebut menggunakan jalan pintas, malas menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) lengkap dan benar karena alasan ketidaknyamanan serta ingin
menarik perhatian orang lain dengan melakukan tindakan bahaya. b) Dorongan
lingkunan kerja seperti lingkungna fisik, dan system manajemen dalam penerapan K3
yaitu atasan/pimpinan, pengawas, rekan kerja dan lain-lain. 2.3 Promosi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( K3) 2.3.1

Definisi Promosi K3 Promosi K3 adalah proses yang diterapkan ditingkat local, nasional
dan internasional oleh individu, masyarakat, pemerintah dan lainnya, termasuk
perusahaan dan organisasi non pemerintah, untuk mengembangkan dan
mempertahankan keselamatan. Proses ini mencakup semua upaya yang disepakati
untuk memodifikasi struktur, lingkungan (fisik, social, teknologi, politik, ekoonomi, dan
organisasi), serta sikap dan perilaku yang terkait dengan keselamatan (ICAO, 2013). 2.3.2
Tujuan dan Sasaran Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Kholid
(2012) tujuan promosi kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja adalah (Heri,
2017) : 16 a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja. b.

Menurunkan angka absensi kerja. c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan
lingkungan kerja. d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung dan aman. e.
Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat. f. Memberikan
dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat. Sasaran dari promosi
K3 ditempat kerja adalah : a. Primer : karyawan ditempat kerja b. Sekunder : pengelola
K3, serikat atau organisasi pekerja c. Tersier : pengusaha dan manajer/direksi Direktorat
Bina Kesehatan Departement Kesehatan RI (2007) menegaskan bahwa tujuan Promosi
Kesehatan di tempat kerja (PKDTK) atau healt promotion at the workplace adalah untuk
mempengaruhi sikap masing- masing pekerja mengenai kesehatannya secara individu,
sehingga dari hari ke hari mereka akan menentukan keputusan atas pilihannya secara
personal, menuju gaya hidup yang sehat dan lebih positif.

Selanjutnya ditegaskan bahwa, tujuan khusus secara jelas harus dinyatakan dan
disampaikan pada semua pekerja yang berpartisipasi dakam program. Yang dimaksud
dengan tujuan khusus adalah sebagai berikut (Heri, 2007): a. Mempengaruhi pekerja
untuk menerima dan memelihara gaya hidup yang sehat dan positif 17 b.
Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara kebiasaan melakukan aktifitas
fisik serta olahraga yang teratur c. Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan
memelihara kebiasaan makan makanan dengan kandungan gizi yang optimal. d.
Mempengaruhi pekerja untuk berhenti merokok. e.

Mempengaruhi pekerja untuk mengurangi, menurunkan dan menghilangkan


penyalahgunaan obat dan alcohol. f. Membantu pekerja untuk mampu dan terbiasa
mengatasi stress yang dialami dalam kehidupannya. g. Mengajarkan pekerja mengenai
kempampuan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan pertolongan pertama
pernapasan buaran (resusitasi kordiopulmonali). h. Mengajarkan pekerja mengenai
penyakit umum dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjanya serta bagaimana
mencegah serta meminimalisasi akibatnya. i. Mengadakan penilaian menyeluruh secara
medis. 2.3.3

Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja Menurut Kholid (2012),


mengembangkan promosi kesehatan ditempat kerja dapat melalui delapan langkah
yaitu (Heri, 2007): a. Menggalangkan dukungan manajemen 18 Untuk mengembangkan
promosi kesehatan ditempat kerja, dukungan dan komitmen dari pengambilan
keputusan dari semua pihak sangat penting sekali. Ini termasuk bukan saja sebagai
sponsor, tetapi komitmen untuk pelaksanaan promosi kesehatan tersebut. Para
maanajer hendaknya membuat program dan informasi umum tentang pelaksanaan
promosi kesehatan yang diedarkan keseluruh staff untuk didiskusikan.

Coordinator program hendaknya memilih fasilitas yang ada untuk pelaksanaan. b.


Melakukan koordinasi Untuk lancarnya proses jalannya pelaksanaan, para pengambilan
keputusan membentuk kelompok kerja (team) yang baik, contohmya panitia dari bagian
kesehatan, bagian keselamatan, lingkungan dan ketenagaan. Kelompok kerja tersebut
hendaknya mengikuti semua komponen yang terkait di semua tingkatan di tempat kerja
maupun di sector terkait. Anggota dari kelompok kerja disesuaikan dengan lingkungan
yang ada, baik besarnya dan struktur dari tempat kerja tersebut.

c. Penjajakan kebutuhan Team hendaknya melakukan need assessment. Hal ini untuk
mengumpulkan segala informasu yang berhubungan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja. Tujuan dari need assessment ini adalah mengindentifikasi masalah
yang mempengaruhi kesehatan dan menjadikannya program. Need assessment
merupakan dasar untuk 19 desain program dan hal ini harus focus pada permasalahan
atau perhatian dari perusahaan dan pekerja. Hasil secara rinci dari need assessment ini
hendaknya dikoordinasikan dengan team dan manajement perusahaan.

d. Memprioritaskan kebutuhan Team memprioritaskan masalah berdasarkan keinginan


dan kebutuhan masalah-masalah yang mempengaruhi kesehatan. e. Menyusun
perencanaan Berdasarkan prioritas masalah dan kebutuhan, team mengembangkan
perencanaan yaitu perencanaan jangka penjang dan jangka pendek lengkap dengan
goal dan tujuan, strateginya, aktivitasnya, biaya dan jadwal pelaksanaan. Biaya
perencanaan hendaknya diajukan setiap tahun anggaran. f. Pelaksanaan Dalam
pelaksanaan hendaknya diawali dan diberikan dukungan peralatan yang dibutuhkan,
serta partisipasi aktif dari para team dan pengambil keputusan sangan membantu
lancarnya pelaksanaan.

Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana yang dibuat, walaupun ada kemungkinan


perubahan di tengah proses pelaksanaan apabilla diberlakukan. g. Monitoring dan
evaluasi Monitoring dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk melihat
seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk 20 mengidentifikasi kesuksesan
dan masalah-masalah yang ditemui dan umpan balik (feedback) untuk perbaikan. h.
Revisi dan perbaikan program Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada
kekurangan dan masukan yang perlu untuuk pertimbangan dalam melakukan perbaikan
program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada. 2.3.4

Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja Prinsip-prinsip dasar pengembangan


komunikasi dengan pendekatan process meliputi hal-hal berikut (Heri,2007): a.
Pendekatan Interdisipliner b. Koordinasu dengan pihak penyedia layanan c. Segmentasi
khayalak sasaran d. Alur ganda untuk memperkuat e. Pre-test dengan khalayak sasaran
f. Keterlibatan lintas sector g. Pemantauan secara sistematis dan penyesuaian h.
Keseimbangan Sama halnya dengan yang disebutkan oleh Kholid (2012) mengenai
Prinsip promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dilakukan secara Comprehensive,
partisipan dan kewenangan yang ada.

Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan 21 dengan melibatkan


kerja sama dengan berbagai sector yang terkait, dan melibatkan kelompok organisasi
masyarakat yang ada sehingga lebig mantap dan berkesinambungan (Heri, 2007). a.
Komprehensif Promosi kesehatan di tempat kerja merupajan kegiatan yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu
berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan
lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku
individu dan kelompok kearah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar
tetap sehat. b.

Partisipasi Para pekerja didalam semua tingkatan dalam perusahaan hendaknya terlibat
secara aktif mengidentifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahnya
dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. partisipasi para pengambil
keputusan di tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para pekerja
untuk percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengubah gaya
hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap
penyakit. 22 c. Keterlibatan berbagai sector terkait Kesehatan yang baik adalah hasil dari
berbagai factor yang mendukung. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan
pekerja hendaknya harus. 2.3.5 Bentuk Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) a.

Komunikasi K3 / Safety Communication komunikasi kesehatan sangat penting untuk


menjaga komunikasi dua arah, memastikan bahwa staf sepenuhnya mendapatkan
informasi tentang SMS anda dan umpan balik mereka ditangkap dan ditindaklanjuti jika
perlu. Dalam International Civil Aviaton Organisation Safety Management Manual
(SMM)(2014) tentang komunikasi K3 menjelaskan bahwa: 1) Semua staf harus
mengetahui sepenuhnya Safety Management System; 2) menyampaikan informasi
peneting keselamatan; 3) jelaskan mengapa tindakan tertentu diambil; 4) jelaskan
mengapa prosedur keselamatan diperkenalkan atau diubah; dan 5) sampaikan informasi
g “bgus unt”.

23 Komunikasi K3 bisa dalam bentuk, sarana komunikasi keselamatan internal (untuk


organisasi) mencakup, namun tidak terbatas pada; 1) Buletin Keselamatan 2) Pemberian
kemanan / Safety Notice 3) Newsletters 4) Briefing 5) Pelatihan penyegaran (Refresh
training) 6) Seminar dan Workshop Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor
10 Tahun 2016 tentang tatacara pemberian program kembali kerja serta kegiatan
promotif dan kegiatan preventif kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, kegiatan
promotif adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja guna mencegah kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja.

Kegiatan yang dimaksudkan seperti: 1) Kampanye keselamatan berlalu lintas dalam


mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam perjalanan. 2) Promosi dan kampanye
perilaku hidup bersih dan sehat. 3) Pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. 4)
Peningkatan budaya keselamatan dan kesehatan kerja 5) Peningkatan gizi pekerja. 24 b,
Safey Induction Seperti yang disebutkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja, Pasal 9 ayat 1 : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang: 1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya
serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya; 2) Semua pengamanan dan alat-alat
perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja 3) Alat-alat perlindungan diri bagi
tenaga kerja yang bersangkutan. 4) Cara-cara dan sikap yang aman dalam
melaksanakan pekerjaannya.

P9 ya2: pengurus dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia


yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat- s tersebut di c,
Rambu-rambu K3 / Sign Board / Signage Menurut Goestch membuat Safety Promotion
secara visual merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan keselamatan. Sebagai
contoh, rambu keselamatan yang tampak secara visual bagi operator mesin dapat
mengingatnya untuk menggunakan pengaman mesin. Rambu-rambu diletakkan di
dekat mensin tersebut. Jika operator tidak dapat mengaktifkan mesin tanpa membaca
rambu-rambu ini, maka operator tersebut akan selalu diingatkakn untuk menggunakan
cara aman setiap kali mengoprasikan mesin (Heri, 2007).

25 Kegunaan rambu-rambu K3 tersebut antara lain (Heri, 2007) 1) Undang-undang


nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja P14b: memasang dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja” 2) Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Kriteria Audit 6 .4.4: rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda
pintu daruratpasang sesuaiard dan pedoman” d. Pengawasan.

Pengecekan terhadap tindakan pencegahan keselamatan dan kesehatan kerja adalah


penting untuk dilakukan, sama pentingnya dengan pengecekan terhadap kemajuan dan
hasil kerja. Para supervisor perlu melihatkan bahwa pertimbangan pemenuhan
kewajiban akan keselamatan, kesehatan dan lingkungan mereka adalah merupakan
bagian yang penting dari tugas. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.

26 Menurut Roughton, beberapa individu yang harus terlibat dalam mengawasi tempat
kerja yaitu (Crutchfield & Roughton, 2013): a. Pengawasan (Supervisor) Setiap pengawas
yang ditunjuk harus mendapatkan pelatihan terdahulu mengenai bahaya yang mungkun
akan ditemui dan juga pengendaliannya. b. Pekerja Ini merupakan salah satu cara untuk
melibatkan pekerja dalam proses keselamatan. Setiap pekerja harus mengerti mengenai
potensi bahaya dan cara melindungi diri dan rekan kerjanya dari bahaya tersebut.
Mereka yangterlibat dalam pengawasan membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan
mengendalikan potensi Hazard. c.

Safety Profesional Safey Profesional harus menyediakan bimbingan dan petunjuk


tentang jawaban terhadap kesuksesan atau permasalahan dalam program pencegahan
dan pengendalian bahaya. 27 2.4 Kerangka Teori Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber: Modifikasi dari: L.W Green, Notoatmodjo, 2007 Program Promosi K3 1.
Pengawasan 2. Rambu-rambu K3 3. Komunikasi K3 4. Safety Induction Faktor
Predisposisi 1. Pengetahuan pekerja a. Sumber informasi b. Motivasi c. Persepsi 2. Sikap
pekerja a. Factor emosional b. Kebudayaan Faktor Pemungkin 1. Media Promosi K3 2.
Petugas K3 3. Kesedianan sarana, prasara. Faktor Penguat 1. Prosedur K3 2.
Reward/Punisment 3. Program Promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) a.

Komunikasi K3 b. Safety Induction c. Rambu-rambu K3 d. Pengawasan Tindakan tidak


aman (Unsafe Action) 28 2.5 Kerangka Konsep Penelitian Independen Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 2.6 Hipotesis Penelitian Ho : tidak ada
hubungan antara komunikasi pesan K3 dengan tindakan tidak aman (Unsafe Action)
pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun 2020. Ha
: Ada hubungan antara komunikasi pesan K3 dengan tindakan tidak aman (Unsafe
Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun
2020.

Ho : tidak ada hubungan antara safety induction dengan tindakan tidak aman (Unsafe
Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun
2020. Ha : Ada hubungan antara safety induction dengan tindakan tidak aman (Unsafe
Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun
2020. Program Promosi K3 1. Komunikasi K3 2. Safety Induction 3. Rambu-rambu K3 4.
Pengawasan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) 29 Ho : tidak ada hubungan antara
rambu-rambu K3 dengan tindakan tidak aman (Unsafe Action) pada pekerja di PT. Citra
Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun 2020.

Ha : Ada hubungan antara rambu-rambu K3 dengan tindakan tidak aman (Unsafe


Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun
2020. Ho : tidak ada hubungan antara pengawasan dengan tindakan tidak aman (Unsafe
Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun
2020. Ha : Ada hubungan antara pengawasan dengan tindakan tidak aman (Unsafe
Action) pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Kota Batam Tahun
2020. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1

Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain


Cross Sectional Study yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika
korelasi dan asosiasi antara variabel independen (program promosi K3) dengan variabel
dependen (tindakan tidak aman/unsafe action) pada saat yang bersamaan. 3.2 Lokasi
dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries Kota Batam yang terletak di jalan Mas Suryanegara Kav. A9
Kawasan Industri Terpadu Kabil, Nongsa, Kota Batam. 3.2.2 Waktu Penlitian Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus tahun 2020. 31 3.3
Populasi dan Sampel 3.3.1

Populasi Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah keseluruh subjek yang di teliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja di area
kerja pelabuhan di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries yaitu berjumlah 96 orang.
3.3.2 Sample Penelitian Sample adalah sebagian populasi yang ciri- cirinya diselidiki atau
diukur (Arikinto, 2013) Sample dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja di bagian
pelabuhan bongkar muat di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam. 3.4

Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Total Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi (Sugiyono, 2013). Alasan mengambil total sampling karena menurut sugiyono
(2013) karena jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel
dalam penelitian. Dengan teknik pengambilan sampel tersebut maka didapatkan jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 96 orang 32 3.5 Variabel Penelitian 3.5.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Notoadmodjo, 2012). a. Variabel Bebas
Sugiyono (2014) Variabel independden merupakan variabel yang terjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah promosi kesehatan dan keselamatan kerja K3 (Komunikasi pesan
K3,Safety Induction, Rambu-rambu K3, Pengawasan). b.

Variabel Terikat Menurut Sugiyono (2014) variabel dependen (variabel terikat)


merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variebel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan tidak aman (unsafe action)
pada pekerja. 33 3.6 Definisi Operasional Definisi operasioanal adalah merupakan
penjelasan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara
operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna
penelitian (Arikunto, 2003).

Definisi operational dalam penelitian ini adalah variabel yang didalamnya yaitu variabel
independen dan variabel dependen. 34 3.6.1 Definisi Operasional Tabel. 3.1 Definisi
Operasional NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR CARA UKUR SKALA UKUR HASIL UKUR
1. Variabel Independen: -Komunkiasi K3 Penyebarluasan informasi khususnya mengenai
K3 secara merata di setiap unit kerja agar sampai ke setiap pekerja. kuesioner Lembar
kuesioner Ordinal 1 = Baik > 75% 0 = Tidak Baik< 75 % (Arikunto, 2009) 2. Variabel
Independen: -Safety Induction Suatu kegiatan pengenalan area, pemberian informasi K3
untuk karyawan baru, kontraktor atau tamu yang baru pertama kali ke lokasi perusahaan
kuesioner Lembar kuesioner Ordinal 1 = Baik > 75% 0 = Tidak Baik < 75 % (Arikunto,
2009) 3.

Variabel Independen: -Rambu-rambu K3 Peralatan berupa tanda dan tulisan yang


ditempatkan pada setiap stasiun kerja berupa lokasii rawan bahaya, tanda level bahaya,
spanduk/poster untuk memberitahukan APD yang wajib digunakan, dan ajakan
penerapan K3 guna meningkatkan K3 pekerja kuesioner Lembar kuesioner Ordinal 1 =
Baik > 75% 0 = Tidak Baik < 75 % (Arikunto, 2009) 35 NO VARIABEL DEFINISI ALAT
UKUR CARA UKUR SKALA UKUR HASIL UKUR 4. Variabel Independen: -Pengawasan
Tindakan memantau kegiatan seorang pekerja atau lebih di setiap stasiun atau area
kerja sesuaii dengan instruksi kerja serta memberikan peringatan jika terdapat hal yang
membahayakan pekerja oleh pengawas (mandor unit) dan pengawasan bagian K3.
kuesioner Lembar kuesioner Ordinal 1 = Baik > 75% 0 = Tidak Baik < 75 % (Arikunto,
2009) 5.

Variabel Dependen Tindakan tidak aman (Unsafe Action) Tindakan yang dilakukan
seseorang sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu yang tidak
diinginkan atau kecelakaan. (Reason, 1990) kuesioner Lembar kuesioner Ordinal 1 =
Aman > 75% 0 = Tidak Aman < 75 % (Arikunto, 2009) 36 3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
social yang diamati secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian
(Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lembar kuesioner dan lembar checklist. 3.8
Cara Pengumpulan Data a. Observasi Peneliti melakukan observasi dan pengamatan
terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) oleh pekerja sebelum melakukan
pengisian kuesioner dengan pekerja secara langsung. Dari observasi awal banyak
pekerja yang melakukan pelanggaaran terhadap prosedur K3 ditempat kerja, contoh
kecil nya merokok disembarang tempat meski sudah ada sign yang memberikan
informasi dilarang merokok. b.

Wawancara Untuk memperoleh data selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan


pekrja dengan menggunakan Instrument kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang sudah
disusun berdasarkan teori yang ada dan disesuaikan dengan kondisi yang ada
dilapangan. 37 3.9 Prosedur Pengolahan Data Seluruh data yang terkumpul baik data
prima maupun sekunder akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1.
Menyunting data (data editing) Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran
data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner. 2.

Mengkode Data (data coding) Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah
dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut. 3. Memasukkan data
(data enty) Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan
klasifikasi. 4. Membersihkan data (data cleaning) Pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga data
tersebut telah siap diolah dan dianalisis. 3.10 Prosedur Analisis Data 3.10.1 Analisis Data
Univariat Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, yaitu analisis
yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi 38 dari variabel
dependen (promosi K3) dan variabel independen (tindakan tidak aman/unsafe action)
dengan menggunakan program computer SPSS 20.0 3.10.2 Analisis Data Bivariat Analisis
yang dilakukan untuk mengetahui hubungan promosi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dengan tindakan tidak aman (unsafe action) di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020. Analisis data akan dilakukan
dengan teknik kompterisasi dengan cara SPSS. Penelitian taraf signifikan 95% untuk
melihat hubungan promosi K3 dengan perilaku tidak aman. Jika nilai p valueI < 0,05
maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan signifikan promosi K3 dengan
perilaku tidak aman. Jika p value > 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak artinya tidak ada
hubungan promosi K3 dengan perilaku tidak aman. 39 3.11 Jadwal Penelitian Tabel 3.2
Jadwal Penelitian No. AGENDA JADWAL Feb Mar Apr May Juni Juli Agu 1. Pengajuan
Judul 2. Persetujuan Judul 3. Penulisan Proposal 4. Sidang Proposal 5. Penulisan Skripsi
6. Sidang Skripsi 40 BAB IV HASIL 4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam
berdiri pada tahun 02 Oktober 1980 di Batam. PT. Citra Pembina Pengangkutan
Industries Batam merupakan perusahaan jasa yang bergerak dibidang Forwarding,
Transportation,Warehousing, Material Handling dan Stevadoring pada Industries Oil dan
Gas. PT. Citra Pembina Pengangkuan Industries Batam terletak di jalan Mas Suryanegara
Kavling A9 Kawasan Industries Terpadu Kabil Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau.

Jumlah tenaga kerja pada tahun 2018 sebanyak 242 orang, yaitu jumlah tenaga kerja
laki-laki sebanyak 222 orang (91,8%) dan perempuan sebanyak 20 orang (8,2%). Jam
kerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam dibagi menjadi 2 (dua) Shift
pagi dan malam. Untuk Shift pagi dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan 16.00 dan
Shift malam dimulai pada pukul 19.00 sampai dengan 03.00. untuk di area pelabuhan
terdapat Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang pada saat bekerja waktu jam kerja
hanya 5 (lima) jam per-group dan wajib dilakukan pergantian tiap 5 (lima) jam sekali. PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam memanfaatkan dan menggunakan


peralatan kerja yang up to date serta setiap pekerja yang dilatih untuk memastikan
bahwa suatu kontrak kerja sesuai dengan keinginan 41 pelanggan. Pelanggan atau
client yang ada tidak hanya berasal dari dalam Negara Indonesia, melainkan dari luar
Negara. PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam sendiri memiliki luas area
114,550 m² yang terdiri dari 1 (satu) Gedung Office, Warehouse, Workshop, Mini
Workshop, Store. PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Batam telah menerapkan Quality Management


System ISO 9001:2015, Environment Management System ISO 14001:2015, Safety
Management System OHSAS 18001:2007 dan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat Analisis univariat menggambarkan
factor individu pekerja seperti usia, masa kerja, dan pendidikan terahir pekerja. a. Data
Umum Karakteristik Responden 1. Gambaran Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja Tabel
4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja Pekerja Di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries Tahun 2020 Masa Kerja Frekuensi (n) Persen % 1 - 5 tahun 34
35.4 6 - 10 tahun 47 49.0 11- 15 tahun 15 15.6 Total 96 100 Sumber : Data Primer.
2020 42 Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa seluruh pekerja di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries dari 96 Responden memiliki karakteristik masa kerja 1-5 tahun
sebanyak 34 orang (35,4%), 6 – 10 tahun sebanyak 47 orang (49,0%), 11- 15 tahun
sebanyak 15 orang (15,6%) 2. Gambaran Karakteristik Berdasarkan Usia Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Pekerja Di PT. Citra Pembina Pengangkutan
Industries Tahun 2020 Usia Frekuensi (n) Persen % 20 - 30 tahun 13 13.5 31 - 40 tahun
35 36.5 41 - 50 tahun 45 46.9

51 – 60 tahun 3 3.1 Total 96 100 Sumber : Data Primer. 2020 Tebel 4.2 di atas
menunjukan bahwa seluruh pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries dari
96 Responden memiliki karakteristik usia 20 – 30 tahun sebanyak 13 orang (13.5%), usia
31 – 40 tahun sebanyak 35 orang (36.5%), usia 41 – 50 tahun sebanyak 45 orang
(46.9%), usia 51 – 60 tahun sebanyak 3 orang (3.1%). 43 3. Gambaran Karakteristik
Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Pekerja
Di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Pendidikan Frekuensi (n)
Persen % SD 1 1.0 SMP 9 9.4 SMA 86 89.6 Total 96 100 Sumber : Data Primer. 2020
Tebel 4.3

di atas menunjukan bahwa seluruh pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan


Industries dari 96 Responden memiliki karakteristik pendidikan SD sebanyak 1 orang
(1.0%), SMP sebanyak 9 oranng (9.4%), SMA sebanyak 86 orang (89.6%). 4. Gambaraan
Karakteristik Responden Berdasarkan Komuikasi Pesan K3 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Komunikasi Pesan K3 Di PT.Citra Pembina Pengangkutan
Industries Tahun 2020 Komunikasi Pesan K3 Frekuensi (n) Persen % Tidak Baik 38 39.6
Baik 58 60.4 Total 96 100 Sumber : Data Primer. 2020 44 Tebel 4.4 di atas menunjukan
bahwa seluruh pekerja di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries dari 96 Responden memiliki karakteristik


Komunikasi Pesan K3 Baik sebanyak 58 (60,4%) responden, Komunikasi Pesan K3 Tidak
Baik sebanyak 38 (39,6%) responden. 5. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan
Safety Induction Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Safety Induction
Di PT.Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Safety Induction Frekuensi (n)
Persen % Tidak Baik 28 29.2 Baik 68 70.8 Total 96 100 Sumber : Data Primer. 2020 Tebel
4.5 di atas menunjukan bahwa seluruh pekerja di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries dari 96 Responden memiliki karakteristik Safety


Induction Baik sebanyak 68 (70,8%) responden, Safety Induction Tidak Baik sebanyak 28
(29,2%) responden 45 6. Gambaran Karakteristik Berdasarkan Rambu – Rambu K3 Tabel
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Rambu-Rambu K3 Di PT.Citra Pembina
Pengangkutan Industries Tahun 2020 Rambu-Rambu K3 Frekuensi (n) Persen % Tidak
Baik 25 26.0 Baik 71 74.0 Total 96 100 Sumber : Data Primer. 2020 Tebel 4.6 di atas
menunjukan bahwa seluruh pekerja di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries dari 96 Responden memiliki karakteristik Rambu


– Rambu K3 Baik sebanyak 71 (74,0%) responden, Rambu – Rambu K3 Tidak Aman
sebanyak 25 (26,0%) responden.. 7. Gambaran Karakteristik Berdasaarkan Pengawasan
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengawasan Di PT.Citra Pembina
Pengangkutan Industries Tahun 2020 Pengawasan Frekuensi (n) Persen % Tidak Baik 52
54.2 Baik 44 45.8 Total 96 100 Sumber : Data Primer. 2020 46 Tebel 4.7 di atas
menunjukan bahwa seluruh pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries dari
96 Responden memiliki karakteristik Pengawasan Baik sebanyak 44 (45,8% ) responden,
Pengawasan Tidak Baik sebanyak 52 (54,2%) responden. 8.

Gambaran Karakteristik Berdasarkan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Tidak Aman/ Unsafe Action Di
PT.Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Tindakan Tidak Aman Frekuensi
(n) Persen % Tidak Aman 56 58.3 Aman 40 41.7 Total 96 100 Sumber : Data Primer. 2020
Tebel 4.8 di atas menunjukan bahwa seluruh pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan
Industries dari 96 Responden memiliki karakteristik Tindakan Aman sebanyak 56 (58,3%)
responden, Tindakan Tidak Aman sebanyak 40 (41,7%) responden. 47 4.2.2 Analisis
Bivariat a.

Hubungan Komunikasi Pesan K3 Dengan Tindakan Tidak Aman Tabel 4.9 Hubungan
Komunikasi Pesan K3 Dengan Tindakan Tidak Aman Di PT. Citra Pembina Pengangkutan
Industries Tahun 2020 Komunikasi Pesan K3 Tindakan Total % P Value Aman % Tidak
Aman % 0.139 Baik 28 29,2 30 31.3 58 60.4 Tidak Baik 12 12,5 26 27.1 38 39.6 Jumlah 40
41.7 56 58,3 96 100,0 Sumber : Data Primer. 2020 Berdasarkan table 4.9 diatas
menunjukkan hasil analisis hubungan komunikasi pesan K3 dengan Tindakan Tidak
Aman (Unsafe Action) di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020, dari 96 pekerja diperoleh yang
menyatakan Komunikasi Pesan K3 Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 28 (29,2%)
responden dan Baik terhadap Tindakan Tidak Aman sebanyak 30 (31,3%) responden,
dan responden yang menyatakan Komunikasi Pesan K3 Tidak Baik dengan Tindakan
Tidak Aman sebanyak 26 (27,1%) responden dan Komunikasi Pesan K3 Tidak Baik
dengan Tindakan Aman sebanyak 12 (12,5%) responden. 48 Pada uji statistic didapatkan
hasil p value = 0,139 dima 0,005 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
Komunikasi Pesan K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries tahun 2020. b.
Hubungan Safety Induction Dengan Tindakan Tidak Aman Tabel 4.10 Hubungan Safety
Induction Dengan Tindakan Tidak Aman Di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries
Tahun 2020 Safety Induction Tindakan Total % P Value Aman % Tidak Aman % 0,823
Baik 29 30.2 39 40.6 68 70.8 Tidak Baik 11 11.5 17 17.7 28 29.2 Jumlah 40 41.7 56 58.3 96
100,0 Sumber : Data Primer. 2020 Berdasarkan table 4.10 diatas menunjukkan hasil
analisis hubungan Safety Induction dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT.
Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020, dari 96 pekerja diperoleh yang
menyatakan Safety Induction Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 29 (30,2%)
responden dan Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 39 (40,6%) responden, dan
responden yang menyatakan Safety Induction Tidak Baik dengan Tindakan Tidak Aman
sebanyak 17 (17,7%) responden dan 49 Safety Induction Tidak Baik dengan Tindakan
Aman sebanyak 11 (11,5%) responden.

Pada uji statistic didapatkan hasil p value = 0,823 dima 0,005 yang artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara Safety Induction dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe
Action) di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020. c. Hubungan Rambu
– Rambu K3 Dengan Tindakan Tidak Aman Tabel 4.11 Hubungan Rambu-Rambu K3
Dengan Tindakan Tidak Aman Di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun
2020 Rambu – P Value Aman % Tidak Aman % 0,346 Baik 32 33.3 39 40.6 71 74.0 Tidak
Baik 8 8.3 17 17.7 25 26.0 Jumlah 40 41.7 56 58.3 96 100,0 Sumber : Data Primer. 2020
Berdasarkan table 4.11 diatas menunjukkan hasil analisis hubungan Rambu-Rambu K3
dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020, dari 96 pekerja diperoleh yang
menyatakan Rambu-Rambu K3 Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 32 (33,3%)
responden dan Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 39 50 (40,6%) responden,
dan responden yang menyatakan Rambu-Rambu K3 Tidak Baik dengan Tindakan Tidak
Aman sebanyak 17 (17,7%) responden dan Rambu-Rambu K3 Tidak Baik dengan
Tindakan Aman sebanyak 8 (8,3%) responden. Pada uji statistic didapatkan hasil p value
= 0,346 dima 0,005 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
Rambu-Rambu K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries tahun 2020. d.

Hubungan Pengawasan Dengan Tindakan Tidak Aman Tabel 4.12 Hubungan


Pengawasan Dengan Tindakan Tidak Aman Di PT. Citra Pembina Pengangkutan
Industries Tahun 2020 Pengawasan Tindakan Total % P Value Aman % Tidak Aman %
0,000 Baik 33 34.4 11 11.5 44 45.8 Tidak Baik 7 7.3 45 46.9 52 54.2 Jumlah 40 41.7 56
58.3 96 100,0 Sumber : Data Primer. 2020 Berdasarkan table 4.12 diatas menunjukkan
hasil analisis hubungan Pengawasan dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di
PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020, dari 96 pekerja diperoleh yang
51 menyatakan Pengawasan Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 33 (34,4%)
responden dan Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 11 (11,5%) responden, dan
responden yang menyatakan Pengawasan Tidak Baik dengan Tindakan Tidak Aman
sebanyak 45 (46,9%) responden dan Pengawasan Tidak Baik dengan Tindakan Aman
sebanyak 7 (7,3%) responden.

Pada uji statistic didapatkan hasil p value = 00 ana < 0,005 yang artinya ada hubungan
yang signifikan antara Pengawasan dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT.
Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020. 52 BAB V PEMBAHASAN 5.1
Analisis Univariat 5.1.1 Karakteristik Variabel Penelitian a. Komunikasi K3 Berdasarakan
hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries,
dapat dilihat bahwa responden yang mengatakan Komunikasi Pesan K3 diterapkan
dengan Baik yaitu sebanyak 58 (60,4%) responden dan yang mengatakan Komunikasi
Pesan K3 Tidak Baik sebanyak 38 (39,6%) responden.Seperti yang dilihat dari 96
reponden banyak yang mengatakan bahwa Komunikasi Pesan K3 di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries sudah dilakukan dengan baik, sesuai dengan
observasi dan wawancara singkat dengan responden di lapangan bahwa Komunikasi
Pesan K3 telah dilaksanakan secara rutin dan Komunikasi Pesan K3 telah tersampaikan
ke seluruh pekerja dengan kegiatan Komunikasi Pesan K3 rutin yang dilakukan yaitu
Safety Induction, Safety Breafing Pagi, dan Toolbox Meeting yang dilaksanakan sebelum
memulai aktifitas kerja sebagai pesan dan lisan penyebarluasan informasi pesan K3 dan
non lisan seperti adanya Sign Board dan HSE Board yang ada di area kerja.

Sedangkan pekerja yang mengatakan Komunikasi Pesan K3 Tidak Baik karena pekerja
tidak 53 mendapatkan buku saku PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 seluruhnya
dikarnakan keterbatasan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari adanya komunikasi untuk menyampaikan informasi di dalam organisasi
perusahaan, sehingga antara komunikator dengan penerima informasi dapat dengan
jelas mengerti apa yang diinginkan oleh komunikator terutama tindakan apa yang
diharapkan oleh organisasi, sehingga antara komunikator dengan penerima informasi
dapat dengan jelas mengerti apa yang diinginkan oleh komunikator terutama tindakan
apa yang diharapkan oleh organisasi.

Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara satu arah, dua arah, di antara
manajeman dengan departemen dengan bahasa yang mudah di pahami oleh kedua
belah pihak (Cooper, 2001) Sedangkan menurut effendi (2002:600), menjelaskan bahwa
komunikasi merupakan proses penyampaian suata pesan dalam bentuk lambing
bermakna sebagai pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan,
himbauan, dan sebagai panduan yang di lakukan oleh seseorang kepada orang lain,
baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan
mengubah sikap, pandangan ataupun perilaku. Di dalam International Civil Aviaton
Organization Safety Management Manual (SMM) (2014) tentang komunikasi K3
menjelaskan bahwa: 1.

Semua staf harus mengetahui sepenuhnya Safety Management System; 2.


Menyampaikan informasi penting keselamatan; 3. Jelaskan mengapa tindakan tertentu
di ambil; 54 4. Jelaskan mengapa prosedur keselamatan di perkenalkan atau diubah dan
5. Sampaikan informasi yang "bagus untuk di ketahui". b. Safety Induction Berdasarakan
hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries,
dapat dilihat bahwa responden yang mengatakan Safety Induction diterapkan dengan
Baik yaitu sebanyak 68 (70,8%) responden dan yang mengatakan Safety Induction Tidak
Baik sebanyak 28 (29,2%) responden.

Seperti yang dilihat dari 96 reponden banyak yang mengatakan bahwa Safety Induction
di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries sudah dilakukan dengan baik, sesuai
obervasi dan wawancara singkat denga responden di lapangan bahwa Safety Induction
di sampaikan oleh HSE dengan pembawaan dan penjelasan yang cukup membuat
paham pekerja dari dijelaskan tentang posisi pekerjaan yang baik dan alat pelindung diri
di area mana saja yang wajib digunakan.

Sedangkan responden yang mengatakan Safety Induction Tidak Baik karena selama ini
tidak di lakukan Refresh kepada pekerja yang seminimal nya harus di lakukan 1 tahun
sekali, dan juga saat peneliti melakukan Safety Induction untuk pertama kali , materi dan
kondisi area kerja tidak di perbaharui, sehingga ada beberapa hal yang belum di
sampaikan dalam Safety Induction. 55 Hal ini sesuai seperti yang di sebutkan dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 9 ayat 1 :
Pengurus di wajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang : 1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya. 2) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya. 3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. 4)
Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

P9 yat “ Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah
ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas ”. c.
Rambu – Rambu K3 Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Citra
Pembina Pengangkutan Industries, dapat dilihat bahwa responden yang mengatakan
Rambu-Rambu K3 diterapkan dengan Baik yaitu sebanyak 71 (74,0%) responden dan
yang mengatakan Rambu-Rambu K3 Tidak Baik sebanyak 25 (26,0%) responden. Seperti
fakta nya di lapangan rambu-rambu K3 di PT.
Citra Pembina Pengangkutan Industries sudah sangat bagus, di setiap departemen dan
lingkungaan area kerja telah terpasang rambu-rambu K3 dan poster mengenai ajakan
penerapan K3, rambu – rambu pemberitahuan 56 penggunaan APD yang wajib
digunkan pada area tertentu dan rambu-rambu tanda level bahaya di area kerja.
Sedangkan pekerja yang mengatakan rambu – rambu K3 tidak baik dikarenakan
beberapa poster hanya di print menggunakan kerja A4 sehingg beberapa poster terlihat
kecil dan cepat pudar. menurut Goestch membuat safety promotion secara visual
merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan keselamatan.

Kondisi tersebut bertentang dengan Undang-undang nomor 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja pasal 14 “ masang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunji pengaas at
keselamatan kerja” . d. Pengawasan Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan
di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries, dapat dilihat bahwa responden yang
mengatakan Pengawasan diterapkan dengan Baik yaitu sebanyak 44 (45,8%) responden
dan yang mengatakan Pengawasan Tidak Baik sebanyak 52 (54,2%) responden Seperti
yang dilihat masih banyak responden yang menyatakan bahwa Pengawasan K3 di PT.
Citra Pembina Pengangkutan Industries masih terdapat pengawasan yang kurang.
disebabkan yaitu karena anggota safety nya kurang yang menyebabkan kurang nya
pengawasan di lapangan.

Pengawasan yang di maksud seperti Pengawasan saat proses karyawan bekerja,


Pengawasan APD yang di gunakan pekerja, Pengawasan akan safety breafing yang
diberikan. 57 Hal ini tidak sesuai dengan Siagian dalam (Halimah, 2010) Pengawasan
adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengecekan terhadap tindakan pencegahan
keselematan dan kesehatan kerja adalah penting untuk dilakukan, sama pentingnya
dengan pengecekan terhadap kemajuan dan hasil kerja.

Para supervisor perlu melihat bahwa pertimbangan pemenuhan kewajiban akan


keselamatan, kesehatan dan lingkungan mereka adalah merupakan bagian yang penting
dari tugas. (Rijanto, 2010). Hal ini tidak sesuai dengan Bangum (2012) mengatakan
bahwa pengawasan atas pekerjaan karyawan dalam perusahaan sangat menentukan
hasil kerja dan keamanan kerja karyawan. Namun, tidak sedikit terjadi bahwa kurangnya
kualitas pengawasa dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja. Para pekerja
sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari pengawas untuk dapat memahami
pekerjaan mereka.
Hal ini tidak susai menurut Mansoer (1989) tentang fugsinya pengawasan adalah untuk
mengecek seluruh kegiatan dan menjaga agar kegiatan tersebut terarah dengan tepat
menuju pencapaian tujuan seperti yang direncanakan dan apabila ditemukan
penyimpangan maka diambil tindakan koreksi. 58 e. Tindakan Tidak Aman Berdasarakan
hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries,
dapat dilihat bahwa responden yang bertindak aman sebanyak 40 (41,7%) responden
yang bertindak tidak aman sebanyak 56 (58,3%) responden, berdasarkan data tersebut,
diketahui bahwa kebanyakan responden masih banyak yang sering melakukan tindakan
tidak aman disebabkan oleh beberapa hal, yaitu lemah nya pengawasan terhadap
pekerja sehingga pekerja pernah kedapatan sedang memancing di pinggir pelabuhan
area kerja, melewati tag line, merokok tidak pada area yang sudah di tetapkan dan
masih ada beberapa hal lagi yang menyebabkan pekerja merasa tidak di awasi hal ini
menyebabkan tidak terbangun kesadaran mengenai K3 sehingga banyak terjadi Perilaku
tidak aman yang dilakukan oleh pekerja.

Menurut Geller (2001) perilaku tidak aman dapat dikendalikan dengan adanya peran
pengawas dalam perilaku kerja saling berhubungan dengan target individu yang sedang
berlangsung 5.2 Analisis Bivariate 5.2.1 Hubungan Komunikasi K3 dengan Tindakan
Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020
Bersadaekan dari hasil penelitian hubungan Komunikasi Pesan K3 dengan Tindakan
Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020,
dari 96 pekerja diperoleh yang 59 menyatakan Komunikasi Pesan K3 Baik dengan
Tindakan Aman sebanyak 28 (29,2%) responden dan Baik terhadap Tindakan Tidak
Aman sebanyak 30 (31,3%) responden, dan responden yang menyatakan Komunikasi
Pesan K3 Tidak Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 26 (27,1%) responden dan
Komunikasi Pesan K3 Tidak Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 12 (12,5%)
responden.

Dari hasil uji statistic Chi Square didapatkan hasil p value = 0,139 (P < 0,005) dengan
demikian Ha ditolak dan Ho di terima, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat
hubungan antara Komunikasi Pesan K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Riska Theodora Sipayung tahun 2014
tentang hubungan promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku
aman (safe behaviour) pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit di
PT.PTPN IV Kebun Dolok Ilir, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara komunikasi
dengan perilaku aman pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit di PT.
PTPN IV Kebun Dolok Ilir.
Perbedaan hasil penelitian dengan teori kemungkinan terjadi karena adanya perbedaan
karakteristik responden seperti umur dan pendidikan biasanya sering terjadi salah
mengartikan atau salah persepsi dengan apa yang orang lain sampaikan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Suyono (2013) yang menyatakan bahwa
komunikasi memiliki hubungan yang kuat terhadap perilaku aman kerja. Semakin tinggi
tingkat intensitas komunikasi antara 60 pekerja dengan pekerja maupun pekerja dengan
manajemen, maka semakin baik pula perilaku aman pekerja.

Namun ada beberapa syarat suatu komunikasi dapat berjalan dengan efektif, antara lain
adanya perhatian, ketertarikan/minat, keinginan, keputusan dan tindakan Apabila
elemen syarat tersebut tidak terpenuhi maka tujuan komunikasi menjadi tidak tercapai,
dibutuhkan sebuah pengelolaan komunikasi dalam sebuah organisasi, tidak serta merta
hanya dikomunikasikan begitu saja Dari hasil di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa yang mengatakan komunikasi K3 baik namun masih ada pekerja yang melakukan
tindakan tidak aman karena pekerja kurang memahami pesan atau informasi yang di
berikan dan responden yang menyatakan komunikasi pesan K3 tidak baik namun
pekerja melakukan tindakan aman karena komunikasi pesan K3 tidak sampai ke seluruh
pekerja dan intensitas waktu yang terlalu singkat pada saat safety breafing pagi, namun
pekerja melakukan tindakan aman dikarenakan pengetahuan dan kesadaran pekerja itu
sendiri untuk bertindak aman. 5.2.2

Hubungan Safety Induction dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra
Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Bersadaekan dari hasil penelitian
hubungan Safety Induction dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra
Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020, dari 96 pekerja diperoleh yang
menyatakan Safety Induction Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 29 (30,2%)
responden dan Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 39 (40,6%) responden, dan
61 responden yang menyatakan Safety Induction Tidak Baik dengan Tindakan Tidak
Aman sebanyak 17 (17,7%) responden dan Safety Induction Tidak Baik dengan Tindakan
Aman sebanyak 11 (11,5%) responden.

Dari hasil uji statistic Chi Square didapatkan hasil p value = 0,823 (P < 0,005) dengan
demikian Ha ditolak dan Ho di terima, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat
hubungan antara Safety Induction dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) pada
pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Hal ini sesuai seperti
yang di sebutkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Pasal 9 ayat 1 : Pengurus di wajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang : 1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat
timbul dalam tempat kerjanya. 2) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya. 3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.

4) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. P9 yat2: Pengurus
hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa
tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas ”. 62 Hal ini sesuai
dengan penelitian yang di lakukan oleh Cio Davinsi Simanullang, (2018) yang
menyatakan bahwa tidak adanya Hubungan antara Safety Induction dengan Perilaku
aman. Dari hasil diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pekerja yang menyatakan
safety induction baik namun masih ada pekerja yang melakukan tindakan tidak aman
karena pekerja telah mengikuti Safety Induction namun materi yang di bawakan belum
update dengan kondisi perusahaan sekarang, sehingga banyak pekerja yang melakukan
tindakan tidak aman karena tidak mengetahui, namun pekerja yang bertindak aman
karena kesadaran pekerja itu sendiri walaupun ada beberapa hal yang pekerja belum
mengetahui. 5.2.3

Hubungan Rambu – Rambu K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT.
Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Bersadaekan dari hasil penelitian
hubungan Rambu – Rambu K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra
Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020, dari 96 pekerja diperoleh yang
menyatakan Rambu- Rambu K3 Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 32 (33,3%)
responden dan Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 39 (40,6%) responden, dan
responden yang menyatakan Rambu-Rambu K3 Tidak Baik dengan Tindakan Tidak
Aman sebanyak 17 (17,7%) responden dan Rambu-Rambu K3 Tidak Baik dengan
Tindakan Aman sebanyak 8 (8,3%) responden.

Dari hasil uji statistic Chi Square didapatkan hasil p value = 0,346 (P < 0,005) dengan 63
demikian Ha ditolak dan Ho di terima, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat
hubungan antara Rambu – Rambu K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
pada pekerja di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Hal ini sesuai
dengan penelitian yang di lakukan oleh Cio Davinsi Simanullang, 2018 yang menyatakan
bahwa tidak adanya Hubungan antara Rambu-Rambu K3 dengan Perilaku aman. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Riska Theodora Sipayung tahun
2014 tentang hubungan promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku
aman (safe behaviour) pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit di
PT.PTPN IV Kebun Dolok Ilir, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
rambu-rambu K3 dengan perilaku aman pada karyawan bagian produksi pengolahan
minyak sawit di PT.PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

(Sum menyatakan bahwa poster yang merupakan bentuk media dari rambu-rambu K3
dapat dipakai untuk pengarahan suatu sikap atau tindakan yang aman dan selamat.
Perbedaan hasil penelitian dengan teori kemungkinan terjadi karena adanya perbedaan
karakteristik responden seperti masa kerja dimana karyawan yang masa kerjanya lebih
lama memiliki perilaku yang kurang peduli dengan perubahan kondisi lingkungan
tempat kerjanya sehingga karyawan itu sendiri tidak memperhatikan atau tidak
menyadari bahwa adanya rambu-rambu K3 yang telah terpasang.

Dari hasil diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pekerja yang menyatakan
rambu-rambu K3 baik namun masih ada pekerja yang melakukan 64 tindakan tidak
aman keberadaan rambu-rambu K3 tersebut masih belum menyentuh para pekerja
untuk membehani atau mengarah ke tindakan yang aman, namun pekerja yang
melakukan tindakan aman walaupun rambu-rambu K3 tidak baik karena rata-rata
pekerja ialah pekerja yang sudah lama sehingga sangat paham dengan kondisi di area
kerja nya sendiri. 5.2.4 Hubungan Pengawasan K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe
Action) di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Bersadaekan dari hasil
penelitian hubungan Rambu – Rambu K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020, dari 96 pekerja diperoleh yang
menyatakan Pengawasan Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 33 (34,4%) responden
dan Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 11 (11,5%) responden, dan responden
yang menyatakan Pengawasan Tidak Baik dengan Tindakan Tidak Aman sebanyak 45
(46,9%) responden dan Pengawasan Tidak Baik dengan Tindakan Aman sebanyak 7
(7,3%) responden. Dari hasil uji statistic Chi Square didapatkan hasil p value = 0,000 (P <
0,005) dengan demikian Ho ditolak dan Ha di terima, hal ini menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara Pengawasan dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
pada pekerja di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020 Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiarsih (2017), menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara pengawasan dengan perilaku tidak aman pada
pekerja 65 departemen mechanical maintenance. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Karyani kepada 113 pekerja di Schlumberger Indonesia
tahun 2005 diperoleh bahwa supervisor (pengawas) merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap perilaku aman.

Dari hasil diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa responden yang menyatakan
pengawasan baik namun masih ada tindakan tidak aman karena pekerja sudah di beri
teguran namun pekerja tidak memperdulikan pengawas, para pekerja juga kurang
hati-hati dalam bekerja dan responden yang menyatakan pengawsan tidak baik dengan
tindakan aman karena pekerja menilai pengawas tidak kurang tegas mengawasi pekerja
namun pekerja tetap melakukan tindakan aman karena pekerja memiliki kesadaran dan
pengetahuan akan tindakan tidak aman apa saja dampak yang ditimbulkan apabila
melanggar. 66 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdan lian
pembahasantentang gan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan
Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) pada pekerja di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries Tahun 2020” en dapsim n bahwa : 1. Pekerja


yang menyatakan komunikasi pesan K3 baik sebanyak 58 (60,4%) responden dan tidak
baik sebanyak 38 (39,6%) responden. 2. Pekerja yang menyatakan safety induction baik
sebanyak 68 (70,8%) responden dan tidak baik sebanyak 28 (29,2%) responden. 3.
Pekerja yang menyatakan rambu – rambu K3 baik sebanyak 71 (74,0%) responden dan
tidak baik sebanyak 25 (26,0%) responden. 4. Pekerja yang menyatakan pengawasan
baik sebanyak 44 (45,8%) responden dan tidak baik sebanyak 52 (54,2%) responden. 5.
Pekerja yang melakukan tindakan aman sebanyak 40 (41,7%) responden dan tindakan
tidak aman sebanyak 56 (58,3%) responden. 6.

Tidak adanya hubungan Komunikasi Pesan K3 dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe
Action) di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020 dengan nilai p value
0,139 > 0,005 67 7. Tidak adanya hubungan Safety Induction dengan Tindakan Tidak
Aman (Unsafe Action) di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020 dengan
nilai p value 0,823 > 0,005 8. Tidak adanya hubungan Rambu – Rambu K3 dengan
Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries
tahun 2020 dengan nilai p value 0,346 > 0,005 9. adanya hubungan Pengawasan dengan
Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries tahun 2020 dengan nilai p value 0,000 < 0,005
6.2 Saran 6.2.1 Saran Untuk Manajemen Saran untuk Manajemen di PT. Citra Pembina
Pengangkutan Industries yaitu : 1. Meningkatkan perhatian terhadap informasi dan
pesan keselamatan yang sesuai dengan prosedur keselamatan kerja yang baik dan
efektif yang mudah di terima oleh pekerja. 2. Melibatkan pekerja dalam melaksanakan
kegiatan promosi K3 dan menyampaikan materi yang dilakukan semenarik mungkin
agar lebih menggali pengetahuan, wawasan, dan menumbuhkan rasa ingin tahu pekerja.
3.

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap rambu – rambu yang sudah ada, serta
inspeksi pada rambu – rambu yang sudah tidak jelas atau kurang tepat dalam
implementasinya. 68 4. Memberikan reward untuk pekerja yang melakukan tindakan
aman dan sanksi untuk pekerja yang melakukan tindakan tidak aman berupa sanksi
denda atau sanksi social. 5. Untuk peran HSE di lapanan lebih ditingkatkan lagi agar
lebih tegas untuk melakukan teguran karena peran HSE lapangan sangat diperlukan
untuk melakukan fungsi pengawasan pada pekerja. 6.2.1 Saran Untuk Pekerja Saran
untuk Pekerja di PT.

Citra Pembina Pengangkutan Industries yaitu : 1. Pekerja agar lebih memperhatikan


bahaya di area kerja dan selalu ingin tahu tentang perubahan keselamatan yang terjadi
di perusahaan. 2. Memastikan bekerja sesuai dengan Standart Operasional Pekerja (SOP)
/ Safe Working Prosedure (SWP). 3. Menerapkan penggunaan APD sesuai dengan
penggunaannya 4. Menerapkan budaya K3 sesuai yang telah di buat oleh perusahaan 5.
Memastikan dan memerhatikan rambu – rambu agar tidak terjadi tindakan tidak aman.
69 DAFTAR PUSTAKA Ajeng Ayuning Mutia, E. I. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e- Journal).
Crutchfield, N. &. (2016).

Safety Culture: An Innovative Leadership Approach. In safety culture.


http://doi.org/10.1016/C2011-0-07188-0. Elvira, K. P. (2013). Analisis Penerapan Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT. Rhodia Manyar . Agora. Febby Amanah
Ramadhany, T. Y. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak
Selamat (Unsafe Act) pada Pekerja di Bagian Produksi PT Lestari Banten Energi. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 2, 2019. Hadikusumo, T. A. (2007). The Unsafe
Acts and the Decision-to-Err Factors. Journal of Construction in Developing Countries,
Vol. 12, No. 1, 2007. Heri, M. (2007). Promosi Kesehatan (Pertama). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. ILO. (2018).

World Employement Social Outlook 2018 : Greening with jobs. In ILO. Karimah, K. (2017).
Pengaruh Sikap Kerja dan Peran Pengawa terhadap Perilaku Keselamtan. (Studi pada
karyawan PT BUMA site KJA Kab. Paser), 246-255. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. in Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2003).
Perilaku K3. Jakarta: Gaya Medika. Nurhuda Destari, B. W. (2017). ANALISIS
IMPLEMENTASI PROMOSI K3 DALAM UPAYA. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
(e-Journal). Nurjannah, L. (2017). Hubungan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Dengan Prilaku K3 Pada Karyawan Sub. Jurnal Kesehatan Kartika, 12 (1). Pemerintah
RI PP RI No. 50, 2. (2012). Penerapan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

Penerapan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 70 Pratama, A. K.


(2018). Hubungan karakteristik pekerja. Jurnal. HSE. Setiarsih, Y. (2017). HUBUNGAN
KARAKTERISTIK PEKERJA, PROMOSI K3, DAN. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
(e-Journal). Sugiyono. (2001). Teknik Pengambilan Sampel. Jakarta: Gaya Medika.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. In Bandung:
Alfabeta. https;//doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004. WHO. (n.d.). Kesehatan dan
Lingkungan. Jurnal Kesehatan Perumahan Lingkungan Pemukiman.
http://doi.org/10.1111/j/18347819.2006.tb00442.x. Pemerintah RI PP 50, 2012.
Penerapan Sistem Managemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jpnn. (2018). Jadikan
Perbaikan Keselamatan Kerja sebagai Investasi.

Retrieved February 12, 2018, from https://www.jpnn.com/news/jadikan-perbaikan-


keselamatan-kerja-sebagai-investasi?page=2 Karyani. Faktor – faktor yang Berpengaruh
pada Perilaku Aman (Safe Behaviour) di Schlumberger Indonesia. Tesis. Depok: FKM UI.
2005 Ketenagakerjaan, B. (2016). Jumlah kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi.
Retrieved February 13, 2018, from
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaan-kerja-di-
Indonesiamasih-tinggi.html Saut, P. D. (2018). Angka Kecelakaan Kerja RI Meningkat ke
123 Ribu Kasus di 2017. Retrieved from
https://finance.detik.com/moneter/d-3853101/angka-
kecelakaan-kerja-ri-meningkat-ke-123-ribu-kasus-di-2017 Setiarsih, Yunita Setyaningsih,
Y., & Widjasena, B. (2017).

Hubungan Karakteristik Pekerja, Promosi K3, dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan Perilaku TIdak Aman pada Pekerja Maintenance Mechanical. Siti Halimah. Faktor
- faktor yang mempengaruhi perilaku aman karyawan di PT. SIM PLANT TAMBUN
II.Skripsi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tersedia:
perpus.fkik.uinjkt.ac.id>file_digital. Download: 30 Mei 2016 Riska Theodora Sipayung.
Hubungan promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe
behavior) pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit di PTPN IV Kebun
Dolok Ilir.Skripsi.Universitas Sumatera Utara. Tersedia: Repository.usu.ac.id>bitstream.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - http://eprints.unipdu.ac.id/259/1/BAB%20I.pdf
<1% -
https://kadekaxcel22.blogspot.com/2016/03/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3.html
<1% -
https://esypurwati.blogspot.com/2014/06/sap-k3-kesehatan-dan-keselamatan-kerja.htm
l
<1% -
https://id.123dok.com/document/8yd76xgy-pelaksanaan-keselamatan-kesehatan-mem
berikan-perlindungan-meningkatkan-produktivitas-indonesia.html
<1% - https://issuu.com/beritapagi/docs/jumat__16_desember_2016
<1% - https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmanajemen/article/view/1601/664
<1% -
https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-jenis-penyebab-pencegahan-kecel
akaan-kerja.html
<1% -
https://www.scribd.com/document/394936075/Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja
-di-Bidang-Kelistrikan-Electrical-Safety-ADIMEKA-pdf
<1% -
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131873963/pendidikan/1.%20Buku%20Keselamatan%2
0dan%20Kesehatan%20Kerja%20di%20Bidang%20Kelistrikan_Electrical%20Safety_ADIM
EKA.pdf
<1% -
https://keselamatankerjaosha.blogspot.com/2016/01/keselamatan-kerja-osha.html
<1% - http://eprints.ums.ac.id/53477/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
<1% - http://eprints.undip.ac.id/60251/1/6196.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/dzx57jdq-perlindungan-hukum-terhadap-keselamata
n-dan-kesehatan-kerja-dalam-kegiatan-produksi-di-pt-sumo-internusa-indonesia.html
<1% -
https://tempebacem22.blogspot.com/2016/03/daftar-alamat-email-perusahaan.html
<1% - http://pekaes-bup.com/portoperation/
<1% - https://www.mediaedutama.co.id/bulk-material-handling.html
<1% -
https://fariedpradhana.wordpress.com/2013/09/22/material-handling-penanganan-bah
an/
<1% -
https://id.123dok.com/document/q2gp076y-identifikasi-potensi-bahaya-kecelakaan-kerj
a-di-workshop-pt-putra-tunas-megah-medan-tahun-2017-3.html
<1% - https://k3polinema.blogspot.com/2020/04/loto.html
<1% - http://repository.unimus.ac.id/1088/1/ABSTRAK.pdf
2% -
https://text-id.123dok.com/document/lzg9w6qo-hubungan-promosi-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja-k3-dengan-perilaku-aman-safe-behavior-pada-karyawan-bagian-produ
ksi-pengolahan-minyak-sawit-di-ptpn-iv-kebun-dolok-ilir.html
<1% - https://ir.pgn.co.id/static-files/76b7e151-ca83-45e5-b30f-ff142aa558d2
<1% -
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3619/DAFTAR%20ISI%20JUR
NAL%20ED.9.docx?sequence=3
<1% - http://repository.unair.ac.id/view/year/2015.default.html
<1% - https://www.scribd.com/document/346753452/Prosiding-Semnas-k3-Ugm-2016
<1% - http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123427-S-5454-Sikap%20dan-Literatur.pdf
<1% - https://takians.blogspot.com/2015/01/behavior-based-safety-keselamatan.html
<1% -
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-perilaku-menurut-ahli.
html
<1% -
https://id.123dok.com/document/4yr3dl7y-faktor-faktor-berhubungan-driving-pengem
udi-tangki-terminal-labuhan.html
<1% -
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124552-S-5805-Faktor-faktor%20yang-Literatur.pdf
<1% - http://repository.unimus.ac.id/2394/2/BAB%202.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/8yd9p41z-intervensi-penyuluhan-menggunakan-peng
etahuan-dermatitis-pencegahannya-cleaning-hidayatullah.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62560/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% - https://www.slideshare.net/HeriEstesa/laporan-mini-riset
<1% -
http://nurulramadani.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/4789/2014/10/I
GP-363-PENDIDIKAN-GIZI.pdf
1% - http://repository.unimus.ac.id/1039/3/BAB%20II.pdf
<1% - https://konsultasiskripsi.com/tag/teknik-sipil/
<1% -
https://www.liputan6.com/global/read/4316510/kasus-baru-corona-covid-19-kian-naik-
malaysia-rencana-bakal-lockdown-lagi
<1% - https://pt.scribd.com/document/191775301/blok-28-evi
<1% - https://idoc.pub/documents/promosi-kesehatan-di-tempat-kerja-ylyxpwz3kdnm
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1441/07002748.pdf;sequence=
1
<1% -
https://tipskomputerssakti.blogspot.com/2016/05/makalah-promkes-pencegahan-peny
akit.html
2% -
https://id.123dok.com/document/lzg9w6qo-hubungan-keselamatan-kesehatan-perilaku
-behavior-karyawan-produksi-pengolahan.html
1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46930/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% -
https://www.scribd.com/document/345958273/Kelompok-5-Promkes-DI-TEMPAT-KERJ
A-2-Ike
1% -
https://mahmudahceria.blogspot.com/2009/10/makalah-promosi-kesehatan-dengan.ht
ml
<1% -
https://id.123dok.com/document/nq7w92oz-pengaruh-penerapan-program-keselamata
n-dan-kesehatan-kerja-k3-terhadap-keamanan-kerja-dan-produktivitas-kerja-karyawan-
bagian-produksi-pt-sinar-oleochemichal-internasional-soci-mas-medan.html
<1% - http://djsn.go.id/pengumuman/agenda/7
<1% -
https://galihendradita.wordpress.com/2019/06/02/panduan-kesehatan-dan-keselamata
n-kerja-di-rumah-sakit/
<1% - https://abufikriyah.wordpress.com/2009/10/25/sejarah-promosi-kesehatan/
<1% - https://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/viewFile/193/204
<1% - https://www.scribd.com/document/342656243/Laporan-Pkl
<1% -
https://ilhamadjiputrap.blogspot.com/2012/10/peraturan-perundang-undangan-berkait
an.html
<1% - https://hseproject.blogspot.com/2015/02/
<1% -
https://www.scribd.com/document/385206583/eBook-Form-Checklist-Audit-Smk3
<1% -
https://www.pelajaran.co.id/2018/10/14-pengertian-pengawasan-menurut-para-ahli-terl
engkap.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/142755412/Template-Pak-Def
<1% - https://id.scribd.com/doc/7706388/Warta-Bea-Cukai-Edisi-388
<1% -
https://id.123dok.com/document/lzg9w6qo-hubungan-promosi-keselamatan-dan-kese
hatan-kerja-k3-dengan-perilaku-aman-safe-behavior-pada-karyawan-bagian-produksi-
pengolahan-minyak-sawit-di-ptpn-iv-kebun-dolok-ilir.html
<1% -
https://lppmunigresblog.files.wordpress.com/2016/05/cahaya-kampus-jurnal-volume-13
-no-2-2015-desember.doc
<1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-mufidg2a20-5281-4-bab3.pdf
<1% - http://repository.untag-sby.ac.id/262/4/BAB%203.pdf
<1% - http://repository.unpas.ac.id/11461/26/BAB%20III.pdf
<1% - http://repository.unpas.ac.id/5617/6/BAB%20III%20nita%20-%20revisi.pdf
<1% - https://lingkar-tambang.blogspot.com/2016/03/
<1% - https://karyatulisku.com/pengertian-variabel-dan-contohnya/
<1% -
http://eprints.ums.ac.id/73067/11/Naspub%20DIAN%20ISLAMI%20J410150043%20r.pdf
<1% -
https://www.scribd.com/document/361621041/Variabel-Penelitan-Dan-Definisi-Operasi
onal
<1% -
https://skripsikesehatan.blogspot.com/2011/05/hubungan-antara-peran-keluarga-dan.h
tml
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/lzgmk6zo-pengetahuan-ibu-pasca-bersalin-tenta
ng-perawatan-nifas-di-desa-karang-rejo-kecamatan-stabat-tahun-2013.html
<1% -
https://ekasetyawati123.blogspot.com/2015/03/laporan-proposal-hiperkes-k3-makassar
.html
<1% - http://repository.unpas.ac.id/36430/6/Bab%20III.pdf
<1% - http://repository.upi.edu/6060/6/D3_PER_1008870_Chapter3.pdf
<1% -
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126727-S-5604-Evaluasi%20implementasi-Lampiran
.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/9ynnl01y-analisis-penegakan-hukum-pidana-terhada
p-pelanggaran-yang-mengakibatkan-terganggunya-fungsi-jalan-studi-wilayah-hukum-
polresta-bandar-lampung-1.html
<1% -
https://docplayer.info/177761-Faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-keluhan-nyeri-
punggung-bawah-pada-proses-penyulaman-kain-tapis-di-sanggar-family-art-bandar-la
mpung-tahun-2011.html
<1% - https://www.scribd.com/document/392727243/SEMNAS-UGM-pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/395522335/Juni-2015
<1% -
https://www.scribd.com/document/391981395/Laporan-Keuangan-PT-Citra-Tubindo
<1% - https://idoc.pub/documents/kras-annual-report-2017-546g81gmwwn8
<1% - https://id.scribd.com/doc/148357818/06610094-Mutmainah-ps
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68197/Chapter%20III-VI.pdf?se
quence=3&isAllowed=y
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6394/pnymata-zaldi.pdf.txt;seq
uence=3
<1% - https://pt.scribd.com/document/334059135/SKRIPSI-ROBIATUL-ADAWIYAH-pdf
<1% -
https://id.scribd.com/doc/263524568/Faktor-yang-mempengaruhi-unsafe-act-pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/328739573_HUBUNGAN_KARAKTERISTIK_IND
IVIDU_DENGAN_TINDAKAN_PENGELASAN_DI_PT_ALIM_AMPUH_JAYA_STEEL_SIDOARJO
<1% - https://www.safetyfirst.co.id/safety-sign/
<1% - http://kc.umn.ac.id/723/3/BAB%20II.pdf
<1% -
http://fikom.weblog.esaunggul.ac.id/category/artikel-ilmiah/page/3/?mfbtdqnahfrpvqez
?zwjsbceiqgdgtdgm
<1% - https://bagastroug14.blogspot.com/2019/01/
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62565/Appendix.pdf;sequence=
1
<1% - https://pupujuniar.blogspot.com/2012/
<1% -
https://www.poltekkeskupang.ac.id/informasi/download/category/11-mkjkg.html?downl
oad=57:kmg
<1% -
https://irsyadpsy13.blogspot.com/2014/12/keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html
<1% - http://eprints.ums.ac.id/44301/1/Naskah%20Publikasi.pdf
<1% -
https://juliusruntu.blogspot.com/2014/02/pelanggaran-kontrak-psikologis-oleh.html
<1% - https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-1-1970-keselamatan-kerja
<1% - https://radenganteng.blogspot.com/
<1% -
https://villasuitehome.blogspot.com/2011/01/judul-dan-abstrak-penelitian-ekonomi.ht
ml
<1% -
https://www.scribd.com/document/374168595/8-Upaya-Meningkatkan-Ketersediaan-Sa
pi-Bali-Bakalan-Melalui-Pendekatan-Klaster-Agribisnis
<1% - https://es.scribd.com/document/364098285/92636-Siti-Halimah-Fkik
<1% -
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/101992-%5B_Konten_%5D-K
onten%20C6816.doc
<1% -
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37717/1/SELLY%20TRI%20MI
NATI-FKIK.pdf
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/view/year/2018.html
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/2915/6/Bab%203.pdf
<1% - http://eprints.undip.ac.id/view/subjects/RA0421.html

Anda mungkin juga menyukai