Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan industri serta meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi mendorong perubahan karakteristik pekerjaan serta bahaya yang
ditimbulkannya. Bahaya tersebut mengandung risiko yang dapat mengakibatkan
munculnya kerugian yang sangat besar. Berbagai macam industri memiliki
karakteristik pekerjaan yang berisiko, seperti risiko keselamatan (kebakaran,
ledakan, dan tumpahan minyak) dan risiko kesehatan yaitu munculnya penyakit
akibat kerja. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang merugikan baik bagi
pekerja, perusahaan maupun lingkungan (Hikmatillah. 2005).
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor minyak bumi
serta gas alam (LNG). Bahan bakar minyak bumi dan LNG diperlukan hampir
diseluruh pelosok dunia, sehingga disadari betapa pentingnya peranan minyak bumi
dan LNG sebagai salah satu sumber devisa negara yang terbesar. Kebutuhan akan
minyak bumi dan LNG akhir-akhir ini mengalami lonjakan yang sangat pesat.
Hampir seluruh negara di dunia ini memerlukan bahan bakar jenis ini, baik untuk
keperluan industri maupun untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Indonesia sebagai
salah salah satu negara produsen minyak bumi sangat memperhatikan masalah ini,
karena minyak bumi dan LNG berhubungan dengan kehidupan orang banyak
(Hikmatillah. 2005).

Setiap aktivitas dalam melakukan eksplorasi dan produksi minyak dan gas
bumi kerja dapat menimbulkan potensi/risiko bahaya yang beraneka ragam, hal ini
tergantung pada sumber dan jenis bahaya yang ada dan terpapar oleh para pekerja.
Sumber bahaya dapat berasal dari manusia, peralatan, material/bahan, dan
lingkungan. Jenis-jenis bahaya tersebut antara lain : bahaya fisik, bahaya kimia,
bahaya biologi, dan bahaya psikososial. Bahaya-bahaya tersebut perlu diperhatikan
oleh para pekerja maupun pihak perusahaan dalam rangka mencegah terjadinya
kecelakaan yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban dan kerugian, baik moril
maupun materiil. Dengan melakukan langkah pengendalian dan identifikasi terhadap
bahaya-bahaya yang ada agar tidak menimbulkan penyakit akibat kerja ataupun
kecelakaan akibat kerja pekerja, dan kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai
dengan yang direncanakan (Ginanjar. 2007).
Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju,
adil makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.
Pembangunan ketenagakerjaan yang merupakan bagian penting dari pembangunan
nasional merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan,
pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,
efektif dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan
memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha.

Dalam pembangunan

ketenagakerjaan perlu dibina dan dikembangkan perbaikan syarat-syarat kerja serta


perlindungan tenaga kerja dalam menuju peningkatan kesejahteraan tenaga kerja
(Ginanjar. 2007).

Selain itu peran sumber daya manusia dalam suatu perusahaan semakin penting
dan strategis, karena semua perusahaan dituntut efisien dengan produktivitas yang
tinggi serta mutu yang baik. Paradigma yang lebih mengutamakan pada peningkatan
kualitas dan kuantitas dirasakan kurang memperhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan para pekerja, sehingga banyak sekali kecelakaan dan gangguan kesehatan
yang dialami para pekerja. Oleh karena itu, perlu adanya paradigma baru dalam
menanggulangi masalah-masalah tersebut. Salah satu upaya dalam meningkatkan
mutu dan efisiensi tersebut dapat dilakukan melalui program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), hal ini dapat kita lihat secara filosofis, legalitas maupun
ekonomis pentingnya

program tersebut

di suatu tempat

kerja/perusahaan

(Hikmatillah. 2005).
Beberapa hal yang mendasari pentingnya program keselamatan dan kesehatan
kerja antara lain (Hikmatillah. 2005) :
1. Secara Filosofis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu Hak Asasi Manusia
(HAM), alasan ini merupakan hal yang bersifat universal, karena semua manusia
memerlukan kesehatan dan keselamatan dalam menjalankan segala aktivitasnya
termasuk pekerjaan. Manusia merupakan aset yang paling berharga, terutama dari
sumbangan pengetahuan, keterampilan dan kreatifitasnya dalam memajukan
perusahaan. Oleh karena itu penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
2. Secara Legalitas

Agar pelaksanaan HAM tersebut berjalan baik, maka diperlukan suatu pedoman
dalam bentuk aturan hukum baik ditingkat internasional, nasional maupun lokal
dan perusahaan. Sehingga setiap pekerja mendapat perlakuan yang sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan.
3. Secara Ekonomis
Dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
masalah efisiensi biaya atau nilai ekonomis, yang dapat menjamin keseimbangan
antara pelaksaan HAM dan keberlangsungan produksi di perusahaan sehingga
pekerjaan yang berorientasi pada hasil tetap berjalan lancar dan perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Sehubungan dengan perlindungan terhadap tenaga kerja, pemerintah telah
melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan
yaitu :
1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan (Silalahi B dan
S. Rumondang, 1995).
2. Undang-undang

Nomor

Tahun

1970,

tentang

Keselamatan

Kerja

(Sumamur,1996).
3. Peraturan Pemerintah No. 05 /MEN/ 1996, mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Suardi, Rudi 2005).

B. Tujuan Magang

Melalui Praktek Kerja Lapangan/Magang ini, beberapa tujuan yang hendak


dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui faktor bahaya yang timbul pada proses produksi maupun
lingkungan kerja di VICO Indonesia.
2. Untuk mengetahui penerapan K3L di VICO Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara pengendalian yang sudah dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan serta pencemaran lingkungan.

C. Manfaat Magang
Hasil dari pelaksanaan magang

ini diharapkan dapat memberikan manfaat

antara lain bagi :

1. Perusahaan
Sebagai masukan atau saran mengenai kondisi perusahaan yang dapat digunakan
sebagai bahan-bahan untuk melaksanakan upaya-upaya pengendalian lingkungan dan
pencegahan kecelakaan serta peningkatan mutu pelaksanaan program-program
kesehatan kerja dan keselamatan.

2. Program Diploma IV Kesehatan Kerja


Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu
yang didapat dari bangku perkuliahan, dan dapat memperoleh jalinan kerjasama yang
baik antara program studi D IV Kesehatan Kerja dengan instansi perusahaan.

3. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan bidang kesehatan kerja,
keselamatan dan lingkungan, serta pengembangan dan aplikasinya di dalam praktek.

BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA

Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara langsung


dengan tenaga kerja, serta pengukuran di tempat kerja. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut :

A. Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan mahasiswa adalah :
1. Tanggal 26 Oktober 2008
Mahasiswa mengajukan surat permohonan dan proposal magang/PKL kepada
bagian HRD VICO Indonesia.
2. Tanggal 28 Januari 2009
Mahasiswa menerima surat balasan yang menyatakan bahwa VICO Indonesia
menerima permohonan mahasiswa untuk melaksanakan magang/PKL yang
terhitung mulai 1 Februari - 28 Februari 2009.
3. Tanggal 4 Februari
Mahasiswa mempersiapkan diri untuk melaksanakan magang.

B. Lokasi
Pengambilan data dilakukan di VICO Indonesia, yang merupakan unit
pengolahan minyak dan gas bumi yang berlokasi di :
Jl. Cendrawasih No. 1 Muara Badak, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.
C. Pelaksanaan
Pengambilan data ini dilaksanakan pada tangal 5 Februari - 28 Februari 2009
setiap hari Senin sampai Minggu dengan jam kerja dari jam 07.30 16.30 WITA,
dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Observasi dan pendataan mengenai proses produksi.
2. Observasi, pendataan, dan pengukuran faktor bahaya (kebisingan).

3. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai fasilitas pelayanan kesehatan.


4. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai gizi kerja.
5. Observasi dan pendataan mengenai ergonomi.
6. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai sistem keselamatan kerja.
7. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai manajemen K3.
8. Observasi dan pendataan mengenai emergency planning.

BAB III
HASIL MAGANG

A. Gambaran Umum Perusahaan


1. Sejarah Berdirinya VICO Indonesia

VICO Indonesia merupakan salah satu perusahaan penambangan dan


pengolahan minyak dan gas bumi sebagai kontraktor bagi hasil di bawah BP Migas.
Perusahaan ini merupakan salah satu penyuplai gas kering hasil olahan ke PT Badak
NGL Co. di Bontang untuk di proses lebih lanjut menjadi LNG (Liquified Natural
Gas) dan LPG (Liquid Petroleum Gas). Produk lainnya adalah kondensant yang
dicampur dengan minyak mentah (Crude Oil) dan di alirkan ke Tanjung Santan
kemudian dikapalkan ke Kilang PERTAMINA Balikpapan. Sampai saat ini
perusahaan telah memiliki enam lapangan penambangan minyak dan gas bumi, yaitu
Badak, Nilam, Samberah, Pamaguan, Mutiara dan Wailawi dengan sumur-sumur
yang tersebar di sekitar lokasi tersebut.
Perusahaan ini mulai didirikan di Houston, Amerika Serikat yang ditandai
dengan pengeboran minyak pertama di Pensylvania. Pada saat itu pemanfaatan
minyak pada umumnya untuk pembuatan kerosin (minyak tanah).
Pada awalnya perusahaan ini dikenal dengan nama HUFFCO. Perusahaan
HUFFCO tersebut didirikan pada tahun 1958 oleh Roy M. Huffington. Nama
HUFFCO sendiri berasal dari singkatan Huffington Companies yang merupakan
nama dari pemilik perusahaan tersebut.
Di Indonesia, HUFFCO berdiri pada tanggal 8 Agustus 1968 di Jakarta.
Perusahaan ini merupakan divisi dari perusahaan Roy M. Huffington. Pada saat yang
bersamaan dilakukan penanandatanganan kontrak bagi hasil antara HUFFCO dengan
PERTAMINA. Dalam kontrak tersebut disetujui juga kesepakatan bersama bahwa
HUFFCO bertindak sebagai operator pelaksana produksi dan operasi pembagian
keuntungan dilakukan antara komponen-komponen berikut:

a. PERTAMINA, sebagai perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi nasional.


b. HUFFCO, dengan kelompok perusahaan terdiri dari:
1) Division Roy M. Huffington sebesar 23,12 %
2) Ultamar Indonesia Limited sebesar 26,25 %
3) United Texas Cooperations sebesar 26,25 %
4) Universe Tranship Incorporation sebesar 20,00 %
Kegiatan ini bermula pada tahun 1968 ketika tokoh perminyakan dari Texas,
Roy M. Huffington, dan pengusaha asal Virginia, Jenderal Arch Sproul,
menandatangani Kontrak Bagi Hasil dengan PERTAMINA yang meliputi areal
seluas 631.000 hektar di daerah Delta Sungai Mahakam yang diperkirakan kaya akan
kandungan minyak.
Penyelidikan geologis dilakukan secara kontinyu di Kalimantan Timur sejak
tahun 1970, sehingga ditemukannya Lapangan Badak pada tahun 1971 yang
merupakan sumur minyak dan gas alam. Kemudian pada tahun 1971 beberapa sumur
di eksplorasi dan eksploitasi cadangan gas berlebih, berhasil ditemukan dan sehingga
dapat mendukung proyek gas yang utama.
Lapangan Badak dalam menjalankan fungsinya didukung oleh fasilitasfasilitas proses seperti produksi gas, produksi minyak mentah, pemanfaatan gas, tank
parm, pollution control dan power plant. Untuk mendukung kelancaran aktivitas
tersebut, perusahaan tidak hanya bekerjasama dengan PERTAMINA saja, tetapi juga
dengan perusahaan asing lainnya terutama untuk memenuhi kebutuhan peralatan dan
eksploitasi. Perusahaan tersebut adalah :
1. NL BAROID

2. UNOCAL
3. TOTAL Indonesia
4. HALLIBURTON
5. BAKER and SCHLUMBERGER
ROY M. Huffington dan Jenderal Arch Sproul kemudian mempromosikan
bagian mereka dari system kontrak bagi hasil ini kepada para penanam modal
lainnya, termasuk Union Texas dan mitra pendahulu LASMO, OPICOIL dan
Universe Gas & Oil. Dengan kekuatan gabungan usaha bersama ini, mereka mulai
mengeksplorasi daerah cekungan Kutai untuk mencari minyak. Begitu sumur
tahapan pertama di bor, gas alam ditemukan bukan minyak. Inilah lapangan Badak,
yang merupakan salah satu ladang gas terbesar di daerah ini. Akan tetapi karena
lokasinya

ditengah

hutan

Kalimantan,

nilai

intensitif

domestik

untuk

mengkomersilkan cadangan ini hanya sedikit.


PERTAMINA, dengan dukungan teknis dan komersil dari perusahaan beserta
para mitra usahanya, menandatangani kontrak penjualan LNG untuk jangka waktu
20 tahun dengan lima perusahaan gas dan listrik Jepang, dan mendirikan kilang
pencairan gas di Bontang, di pantai Kalimantan Timur. Pengapalan gas cair (LNG)
dari Badak yang pertama dilaksanakan pada tahun 1977.
Saat ini, kilang gas alam cair di Bontang merupakan salah satu yang terbesar
di dunia memasok LNG dan LPG kepada para pelanggan di Jepang, Taiwan dan
Korea Selatan. Sementara itu Perusahaan terus memainkan peranan penting dalam
menumbuhkan bisnis LNG/LPG dengan tetap menyediakan dukungan komersil

kepada PERTAMINA serta dukungan teknis dalam pengoperasian minyak di


Bontang.
Perusahaan melakukan operasinya dari kantor pusat di Jakarta dan didukung
oleh sekitar 1.700 orang karyawan. Lebih dari 470 sumur telah dibor dan
menemukan cadangan gas alam sebesar 14 CTF (triliun kaki kubik) serta 457 juta
barel cadangan minyak.

2. Bentuk Badan Usaha Perusahaan


Perusahaan ini adalah suatu divisi dari suatu perusahaan yang merupakan
afiliasi dari beberapa perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota
beserta persentase kepemilikan dalam perusahaan disajikan dalam tabel berikut :
No

Perusahaan

Persentase (%)

1
Union Texas East Kalimantan, Ltd
26,25
2
Lasmo Sanga-Sanga, Ltd
26,25
3
Virginia Indonesia Company (VICO)
15,625
4
Universe Gas & Oil Company, Inc
4,375
5
Opicoil Houston, Inc
20
Tabel 1. Persentase kepemilikan dalam perusahaan afiliasi VICO Indonesia
Dalam operasinya di Indonesia, Perusahaan terikat kontrak Bagi Hasil
(Production Sharing Contract) dengan BP Migas. Pembagian keuntungan bersih
perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Gas

: 70% pemerintah RI, 30% VICO Indonesia.

b. Minyak

: 85% pemerintah RI, 15% VICO Indonesia.

3. Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan VICO Indonesia melewati beberapa tahap.
Berikut adalah urutan proses produksi dimulai dari sumur produksi hingga gas
dan minyak siap dikirimkan.

Well

Satellite

Separator

Gas

Oil

Water

Dehydrator

Heat Treater

Pollution control

Compessor

Oil

Badan export
Manifold

Tank

Water

Water injection

Bontang

Gambar 1. Proses pengolahan gas dan minyak VICO Indonesia.


a. Produksi gas
Campuran gas dan fluida yang diproduksi dari setiap well dialirkan
melalui flowline (pipa produksi) menuju satellit (stasiun pengumpul) untuk
mempermudah proses produksi sehingga lebih ekonomis. Dari satellite
campuran gas dan fluida tersebut dialirkan ke dalam separator yang berfungsi
memisahkan gas, oil/kondensat, dan water. Setelah itu untuk memenuhi
spesifikasi yang ditentukan gas, oil/kondensat, dan water harus diproses
sebagai berikut :
1) Gas
Gas dialirkan ke dalam dehydrator untuk mengurangi cairan yang masih
terdapat di dalam gas sehingga gas yang didapat sesuai spesifikasi. Proses yang

terjadi disini hanya pemisahan secara mekanik. Proses pengurangan cairan


dengan menggunakan chemical berlangsung di dalam tabung besar atau disebut
glycol. Proses ini bertujuan untuk meminimalkan cairan pada gas.
2) Kondensat
Kondensat merupakan hasil sampingan dari gas yang mengalami
perubahan tekanan dan temperatur dari tinggi menjadi rendah pada saat
mengalir dari reservoir gas ke atas (well head). Sedangkan minyak merupakan
hasil yang diperoleh dari reservoir minyak dan tidak mengalami perubahan
fisik saat diproduksi dari bawah ke atas. Kondensat memiliki berat jenis yang
lebih ringan daripada minyak.
Kondensat dan minyak ini dicampurkan lalu dialirkan ke dalam heat
treater untuk mengurangi kadar air yang terkandung. Dengan pemanasan ini
terjadi pemisahan minyak dengan air yang lebih baik. Selain itu tejadi juga
perubahan sebagian minyak menjadi gas sehingga perlu dilakukan kondensasi
yang dilakukan pada kondensor. Setelah gas tersebut berubah menjadi minyak
kembali maka dialirkan ke dalam pipa yang juga mengalirkan minyak dari heat
treater. Minyak ini pada akhirnya dikirim nenuju Tanjung Santan.
3) Air
Air merupakan produk yang ikut terbawa dari dalam sumur dan ikut dalam
proses produksi untuk dipisahkan dari minyak dan gas. Sebelum dikirim ke
water injection well, air harus dikurangi kadar ppm-nya pada pollution control.
VICO Indonesia membuang hasil produksi air ke dalam sumur-sumur yang
tidak produktif lagi.

b. Produksi minyak mentah


Sumur-sumur produksi minyak yang dimiliki VICO Indonesia memiliki
lokasi yang berjauhan. Setiap sumur memiliki plant-nya sendiri. Untuk
mengefisienkan kegiatan produksi maka minyak dari masing-masing sumur
harus dikumpulkan pada suatu tempat pengolahan yaitu Badak plant yang
merupakan sentral dari plant.
Sumur-sumur yang menghasilkan minyak mentah memiliki tekanan yang
berbeda-beda yaitu :
1) Sumur dengan tekanan tinggi (High Pressure): > 850 psi
2) Sumur dengan tekanan sedang (Medium Pressure): 300-800 psi
3) Sumur dengan tekanan rendah (Low Pressure): 200-300 psi
Proses pengambilan minyak mentah dari masing-masing sumur
dilakukan dua cara. Untuk sumur bertekanan tinggi dan sedang pengambilan
minyak mentah dilakukan secara alami, sedangkan untuk sumur bertekanan
rendah dilakukan dengan bantun gas lift. Gas lift adalah suatu cara untuk
menaikan atau mengambil minyak dari dalam sumur dengan menggunakan gas
dari sumur lain. Gas yang bercampur minyak akan menurunkan berat jenis
minyak. Gelembung-gelembung gas yang naik kerangkaian pipa akan
membantu menaikkan minyak yang lebih kental.
Minyak dari sumur dialirkan ke stasiun pengumpul (Manifold) yang
dilengkapi dengan production header untuk tekanan tinggi, tekanan sedang,
dan tekanan rendah. Minyak yang terkumpul di Manifold diolah dalam
separator sehingga fasa minyak, air dan gas dapat terpisah. Sebelum masuk

separator minyak mentah harus di injeksi terlebih dahulu dengan Demulsifier


yang berguna untuk mencegah emulsi minyak mentah dengan kondensat dan
air.
Minyak dari Manifold dialirkan ke separator berdasarkan tekanannya,
yaitu minyak dari Manifold tekanan tinggi dialirkan ke separator tekanan
tinggi, minyak dari Manifold tekanan sedang dialirkan ke separator tekanan
sedang, dan minyak dari Manifold tekanan redang dialirkan ke separator
tekanan rendah. Separator ini akan memisahkan fasa minyak, air dan gas. Gas
yang terpisah akan akan dialirkan ke glycol contacor sedangkan fasa minyak
dan air dialirkan ke Chemical Electric Heater untuk diproses lebih lanjut.
Chemical Electric Heater merupakan alat yang berfungsi untuk memecah
emulsi yang stabil dengan menginjeksikan kimia ke emulsi sebelum masuk ke
alat berikutnya. Pada alat ini minyak dipansakan sampai 160

F yang

menyebabkan butiran air bergerak lebih cepat sehingga mempercepat proses


pemisahaan minyak dengan air. Minyak yang di hasilkan dari proses ini
kemudian dialirkan ke Degassing Boot sedangkan air hasil pemisahan dialirkan
ke tangki pencuci (Gun Barrel).
Degassing Boot adalah bejana tegak yang berfungsi untuk memisahkan
minyak dari gas yang masih tersisa. Gas hasil pemisahaan ini kemudian
dialirkan ketempat pembakaran (Flare) sedangkan minyak atau kondensat
ditampung di tangki penampung. Minyak mentah yang telah melewati
Degassing Boot diharapakan hanya mengandung sedikit gas. Untuk
menghasilkan minyak yang memenuhi standar, minyak dan kondensat

dicampur di dalam tangki pencampur. Campuran minyak dan kondensat yang


telah memenuhi standar kemudian dialirakan ke terminal Tanjung Santan.
Proses pemisahan minyak di Badak oil plant pada prinsipnya terdiri dari
dua peralatan utama yaitu fasilitas pemisahan dan pemurnian minyak.
Pemisahan dan pemurnian ini dilakukan dengan separator. Limbah yang
dihasilkan dari proses ini adalah air produksi yang kemudian di alirkan ke
polution control.
Gas kering dari glycol contactor kemudian dialirkan ke kompresor.
Kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan gas yang dikirim ke Bontang
atau gas yang digunakan untuk injeksi sumur (gas lift). Selain itu juga,
kompresor in digunakan untuk menaikkan tekanan yang digunakan sebagai
sember energi turbin untuk menghasilkan listrik bagi kepentingan seluruh
karyawan lapangan Badak.
c. Transportasi minyak dan gas
Minyak dan gas dari masing-masing sumur dikumpulkan pada suatu
tempat penampungan sementara yaitu satellite. Dari masing-masing satellite
minyak dan gas dikumpulkan ke satellite sentral kemudian dikirim ke plant.
Minyak yang terkumpul kemudian dikirim ke Santan melalui jalur pipa.
Terdapat 3 istilah untuk jalur pipa yaitu :
1) Flowlines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari sumur ke
satellit.
2) Trunklines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari satellit ke
plant.

3) Pipelines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari plant ke
central plant.
Minyak mentah dari lapangan Badak dikirim ke Santan untuk diolah
lebih lanjut melalui pipa 10 dan 12. Sedangkan gas dari central plant Badak
dikirim ke Bontang melalui 4 jalur pipa yaitu pipa 36,36F, 42, dan 42H.
Pipa-pipa di VICO Indonesia menggunakan color code untuk mengetahui
isi dari pipa. Color code adalah pemberian lapisan warna pada bagian luar
pipa. Hal ini dilakukan untuk mempermudah bilamana terjadi kebocoran, maka
akan cepat diketahui pipa mana yang harus ditangani. Berdasakan color code,
pipa terbagi menjadi:
1) Pipa merah untuk fire water
2) Pipa kuning untuk produk gas
3) Pipa hijau untuk crude oil
4) Pipa abu-abu untuk produk glycol
5) Pipa biru untuk produk air.
Jalur pipa berada underground (bawah tanah), khususnya pipelines pada
kedalaman lebih dari 1,5 meter. Sedangkan pemasangan flowlines diusahakan
melalui tempat yang mudah dijangkau dan dipasang di atas suatu support agar
tidak cepat terkorosi.

4. Lokasi dan tata letak


Lokasi VICO Indonesia adalah sekitar delta sungai Mahakam, pantai timur
Kalimantan, tempatnya antara pertemuan muara sungai Mahakam dengan laut

sekitar makasar. Terletak kurang lebih 80 mil di sebelah timur laut Balikpapan
dan 30 mil di sebelah timur Samarinda yang meliputi area seluas 12.617 km2.
Secara geografis lapangan operasi VICO Indonesia terletak pada ketinggian 52,22
m diatas permukaan laut.

Gambar 2. Peta wilayah operasional VICO Indonesia.


5. Sistem organisasi dan manajemen
a. Sistem Organisasi VICO Indonesia
VICO Indonesia memiliki arti tersendiri yang menggambarkan cara kerja
Perusahaan itu sendiri, yakni :
1) Vision (Visi)
a) Proactive (Proaktif)
b) Search for news option (Mencari peluang baru)

c) Take for action (Mengambil langkah cepat dan tepat)


2) Integrity (Integritas)
a) Open and Honest (Transparan)
b) Etnical (Sikap/perilaku etis)
c) Mutual respect and team work (Saling menghargai dan bekerja sama)
3) Commitment (Komitmen)
a) Trustworthy (Dipercaya)
b) Reliable (Diandalkan)
c) Accountable (Bertanggung jawab)

b. Visi dan misi perusahaan


1) Visi
Diakui secara internasional sebagai perusahaan energi yang dapat
diandalkan, dinamis, dan kompetitif untuk kemakmuran para pekerja,
masyarakat, pemegang saham dan Pemerintah Indonesia dengan tetap
mempertahankan keunggulan dibidang operasi dan HSE (Health, Safety,
Environtment).
2) Misi

Perusahaan akan mengembangkan, menghasilkan dan mengirimkan


gas dan minyak bumi dari Kalimantan Timur dengan cara yang dapat
diandalkan untuk kemakmuran bagi Indonesia dan pemegang saham
melalui:
a) Penerapan Teknologi yang tepat guna dan standar HSE Internasional
yang tertinggi.
b) Melaksanakan

efektifitas

biaya

melalui

perbaikan

yang

berkesinambungan di segala proses bisnis.


c) Menciptakan lingkungan kerja yang terbaik bagi para professional untuk
mengembangkan potensinya secara maksimal.
d) Meningkatkan kwalitas hidup bagi semua pihak yang terkait, termasuk
masyarakat sekitarnya.
VICO Indonesia mempunyai semboyan yaitu Living in Harmoni, Working
Dynamically (Hidup dengan Harmonis, Bekerja dengan Dinamis). Semboyan ini
terapkan dalam pekerjaan sehari-hari sehingga tercipta suasana kerja yang
dinamis dan akhirnya tujuan perusahaan tercapai dengan maksimal.

c. Susunan organisasi VICO Indonesia

VICO
Organization
VIC
President &

Bad
ak
Supply
Chain

Nila
m

Muti
ara

Operate and
Corporate
Provide
services

Sembe
rah
HR &
Servic

Gambar 3. Struktur organisasi VICO Indonesia.

6. Fasilitas kesejahteraan
Fasilitas kesejahteraan yang disediakan di VICO Indonesia antara lain
a) Tempat tinggal
VICO Indonesia menyediakan mess/tempat tinggal sementara bagi karyawan
yang berlokasi di badak camp.
b) Sarana kesehatan
Klinik umum, poli jantung, poli gigi, laboratorium dan klinik darurat yang
terletak di lapangan badak sebagai sarana pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja.
c) Olahraga
VICO Indonesia menyediakan Sport Hall yang di dalamnya terdapat lapangan
bulutangkis, lapangan badminton, lapangan basket, tempat aerobik, tempat
fitnes dengan instrukturnya.
d) Recreation hall
VICO Indonesia menyediakan tempat hiburan yang di dalamnya terdapat
bilyard, snooker, bioskop mini, karaoke, dan tempat untuk mengakses internet.

e) Perlengkapan kerja
Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pekerja, pihak VICO
Indonesia menyediakan pakaian seragam, sedangkan para pekerja yang terkait
langsung dengan operasi, disediakan safety shoes, ear plug, gloves, masker,
dan jas hujan. Bagi para tamu juga disediakan pinjaman alat pelindung diri
sesuai dengan tempat yang tamu kunjungi.

7. Tenaga kerja
VICO Indonesia mengklasifikasikan pegawai/tenaga kerja dalam dua kategori
dengan, yaitu:
a) Pegawai tetap
Pegawai tetap adalah mereka yang nama-namanya terdaftar di VICO Indonesia
dan dianggap menjadi pegawai tetap dan tidak terikat jangka waktu dalam
melaksanakan pekerjaan.
b) Pegawai kontrak (contractor)
Pegawai kontrak adalah mereka yang terikat jangka waktu kerjanya. Bila masa
kontrak habis, pegawai tersebut berhenti bekerja dari Perusahaan. Pegawai
kontrak ini disediakan oleh perusahaan-perusahaan penyedia jasa tenaga kerja
terlatih dalam bidangnya.

B. FAKTOR BAHAYA DAN POTENSI


1. Faktor Bahaya
Faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja VICO Indonesia sebagian besar
sudah dikendalikan dengan mengadakan pemantauan lingkungan kerja secara
teratur dan berkelanjutan, pemantauan tersebut meliputi :

a. Faktor bahaya fisik :


1) Iklim kerja
Iklim kerja yang dirasakan cukup panas yaitu di daerah operasi produksi
yang meliputi Badak, Sambera, Nilam, Mutiara, dan Pamaguan pada Unit
Filling, Unit Workshop, Unit Boiler, dapur, serta unit Compressor. Namun
untuk operator yang berada dalam unit, suhu kabin dibuat senyaman mungkin
dengan pemasangan AC (Air Conditioner) di dalam kabin unit masing-masing.
Begitu juga pada temperatur ruang kerja untuk area kantor, dilakukan
pemasangan AC (Air Conditioner) di setiap ruang kerja sehingga suhu ruangan
dapat diatur untuk suhu ideal antara 24-26 0C (Sumamur, 1996). Standar
pemantauan iklim kerja yang dipergunakan VICO Indonesia adalah TLV
ACGIH tahun 2008.
2) Kebisingan

Pemaparan kebisingan terdapat di beberapa bagian, diantaranya adalah


kebisingan yang ada pada kantor, di area workshop yaitu bagian maintenance,
tyre, pit stop section, yaitu bagian whell section, tire, mine support. selain itu
juga kebisingan pada unit peralatan berat (heavy equipment). Lokasi
pengukuran tingkat kebisingan dibagi sesuai dengan area kerja yang ada di
VICO Indonesia meliputi Badak, Sambera, Nilam, Mutiara, dan Pamaguan.
Kebisingan di VICO Indonesia selalu dipantau dengan standar yang
dipergunakan berdasarkan Kepmennaker. No KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika ditempat kerja dan berdasarkan TLV ACGIH
tahun 2007.
3) Penerangan
Ruangan-ruangan perkantoran, bengkel, gudang, area pengeboran, dan
ruangan-ruangan pendukung lainnya pada siang hari menggunakan penerangan
buatan berupa lampu listrik selain penerangan dari alam (sinar matahari).
Pemantaun penerangan di VICO Indonesia dilaksanakan berdasar
Kepmenkes : 1405/MENKES/SK/XI/02 mengenai Baku mutu Intensitas
Cahaya di Ruang kerja, dan berdasarkan Flynn, 1979, Reproduced, with
permission, from eastman Kodak Company, Ergonomic Design for People at
Work. Vol 1 Liftime lerning Publication 1983.
Pengukuran dilakukan secara bertahap dimana pengukuran di setiap area
tidak dilakukan dalam waktu yang sama dan diselesaikan dalam kurun waktu 1
tahun yaitu sepanjang tahun 2008.

Lokasi pengukuran pencahayaan dibagi sesuai dengan area kerja yang


ada di VICO Indonesia meliputi Badak, Sambera, Nilam, Mutiara dan
Pamaguan.
4) Vibrasi
Getaran mekanis yang terjadi bersumber dari Compressor, Tempat
kemudi kendaraan dan mesin pembangkit listrik di Unit Genset, tetapi untuk
semua unit menimbulkan getaran walaupun cuma sedikit. Getaran yang
ditimbulkan tidak mengganggu karena waktu papar pekerja tidak lama dan
pada tempat duduk kemudi kendaraan bermotor/alat berat sudah di desain
untuk mengurangi getaran yang ada. Standar yang dipergunakan di VICO
Indonesia adalah TLV ACGIH tahun 2008.
b. Faktor bahaya kimia
Faktor bahaya kimia yang ada di VICO Indonesia salah satu produk ikutan
yang secara alamiah terdapat dalam komposisi gas dan minyak mentah adalah
aromatik hidrokarbon yang di dalamnya terkandung benzene, toluene dan xylene
(BTX). Pada sumber dan lingkungan kerja, pengukuran dilakukan dengan metode
sekali waktu pengukuran (grab sampling) sedangkan pengukuran pada penerima
paparan atau dalam hal ini adalah pekerja dengan menggunakan metode
pengukuran jangka panjang (long term sampling) yang mengacu pada NIOSH
Manual of analytical Methods. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sample
udara dengan beberapa peralatan dan analisa hasil sampel dilakukan di
laboratorium yang telah ditunjuk, dalam hal ini adalah PT ALS Laboratory yang
berada di Bogor.

2. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang terdapat di
lingkungan kerja VICO Indonesia.

a. Kebakaran
VICO Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang minyak
dan gas bumi dimana minyak dan gas bumi dihasilkan dari ratusan sumur yang
ada di beberapa lapangan yaitu lapangan Badak, Nilam, Sambera, Mutiara,
dan Pamaguan. Selain itu hasil produksinya juga merupakan bahan yang
mudah terbakar. Potensi bahaya kebakaran juga dapat berasal dari penggunaan
energi listrik bertegangan tinggi pada unit penyediaan energi dan unit
penyimpanan bahan dan hasil produksi.
b. Peledakan
Penggunaan boiler pada unit produksi panas dan penyediaan bahan
bakar di VICO Indonesia berpotensi menimbulkan bahaya peledakan. Di
tambah lagi terlibatnya bahan kimia yang dapat meledak pada konsentrasi
tertentu, dan adanya gas-gas serta adanya penggunaan mesin dengan tekanan
yang tinggi yang dapat meningkatkan potensi terjadinya peledakan.
c. Bahaya dari peralatan proses produksi
Dalam kegiatan pengoperasiannya maka VICO Indonesia terdiri dari
unit-unit proses dan sarana penunjang lainnya. Setiap unit proses maupun
sarana penunjang terdiri dari berbagai rangkaian tangki pemprosesan sesuai

dengan bahan yang diolah dalam tangki tersebut, sedangkan pada sarana
penunjang (utilitis) terdiri dari pembangkit tenaga listrik, steam generator,
Cooling Water System, Compressor, Unit Pengolahan Air. Hampir semua
kegiatan pada unit-unit proses maupun sarana penunjang mengandung resiko
bahaya seperti kebakaran, peledakan maupun kecelakaan kerja.
Beberapa potensi bahaya yang dapat diidentifikasikan antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Potensi bahaya fisik
a) Hampir semua produksi memiliki faktor bahaya kebisingan.
b) Udara sekitar yang panas, apalagi di dekat dapur pembakar, di beberapa
tempat suhu kerja panas (furnace, pipa steam, dapur).
c) Adanya pekerjaan di ketinggian yang mempunyai resiko terjatuh atau
peralatan kerja yang jatuh dan mengenai pekerja di bawahnya.
d) Terjatuh kedalam lubang galian.
2) Potensi bahaya mekanikal
Dalam proses produksi di gunakan mesin-mesin produksi yang dalam
pengoperasiannya memiliki potensi bahaya tertentu. Sebagian besar
pengoperasian mesin dilakukan melalui control room, sehingga terjadinya
kecelakaan kerja yang menimpa karyawan dapat diminimalkan.
3) Potensi bahaya listrik
Bahaya listrik yaitu bahaya akibat tersengat aliran listrik pada saat
sedang melakukan perbaikan atau penggunaan alat-alat kerja yang
berhubungan dengan sumber tenaga listrik.

4) Potensi bahaya kimia


a) Terpapar bahan kimia (menghirup gas/ uap aromatik hidrokarbon) pada
saat sedang melakukan proses produksi dan pengolahan limbah
perminyakan.
b) Kekurangan oksigen pada saat melakukan pekerjaan pembersihan
(cleanning) pada ruang tertutup, misalnya dalam vessel, tangki minyak.
c) Menghirup gas yang berasal dari thinner/cat pada saat sedang melakukan
pekerjaan pengecatan pipa, furnace, stack.

C. SISTEM MANAJEMEN K3
1. Bentuk Unit yang Menangani K3
Suatu sistem manajemen yang menangani K3 adalah HSES (Health, Safety,
Environment, and Security), yang berada dibawah pimpinan Vice President HSES
and Operation Integrity. HSES sendiri telah terbagi secara specifik dan berada
dibawah pimpinan manager pada masing-masing bidangnya, dapat dilihat dalam
bagan organisasi HSES and Operation Integrity pada lampiran.
Pada masing-masing HSES perusahaan memiliki representative pada
masing-masing area perusahaan, yang bertanggung jawab pada masing-masing
areanya, dan juga membuat laporan tentang tahapan kerja dan bahaya yang dapat
menimpa pekerja sekaligus usaha untuk menanggulangi resiko dan harus
malaksanakan program HSES yang ada, laporan akan diserahkan pada masingmasing bagian dari HSES.

Sistem Manajemen HSE Perusahaan dibuat guna menyampaikan resiko


yang terkait dengan operasi perusahaan yang mencakup rentangan yang luas
dalam aktivitas eksplorasi dan eksploitasi yang berpotensi menimbulkan resiko
tinggi. Sistem ini berisi 22 Elemen utama yang terdiri dari 20 Elemen ISRS
(International Safety Rating System) dengan 2 Elemen tambahan dari Perusahaan
yaitu Manajemen Resiko dan Manajemen Lingkungan.

2. Dasar Program K3 yang Dijalankan


a) Manajemen risiko
Merupakan pusat dari aktifitas HSEMS pada perusahaan. Dalam program ini
HSE berusaha untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada, mengukur
risiko dan menempatkannya di tempat yang dapat dikontrol atau dengan
menghilangkan risiko sampai pada batas aman.
b) Kepemimpinan dan administrasi
Penting bagi suksesnya HSEMS dan Work Program pada perusahaan. Semua
manajemen akan berpartisipasi aktif dalam program ini.
c) Pelatihan kepemimpinan
Semua vice president dan manager akan di bekali training dalam HSEMS dan
loss control technic, yang juga akan dilengkapi dengan pengetahuan dan
kemampuan memimpin. Semua Superintendent dan Supervisor juga harus
mengikuti training ini.
d) Inspeksi dan perawatan yang di rencanakan

Perusahaan melakukan program ini pada semua plan dan fasilitas yang
digunakan untuk pelaksanaan operasi perusahaan.
e) Analisis dan prosedur tugas kritis
Mengidentifikasi semua aktivitas yang berisiko tinggi pada perusahaan. Semua
kegiatan yang berisiko akan menjadi subjek dari task risk assesment sebagai
dasar dari task analysis procedure.
f) Laporan dan investigasi kecelakaan
Metode investigasi dan pengukuran dari setiap kejadian, baik sebab langsung
ataupun tidak langsung dapat diidentifikasi untuk mengoreksi aktifitas agar
tidak terjadi kecelakaan yang terulang.
g) Observasi tugas
Program ini membantu dalam menetapkan tempat yang cukup aman untuk
pelaksanaan kerja atau operasi termasuk didalam TRA atau Task Analysis
Program.
h) Kesiapan keadaan darurat
Dalam program ini perusahaan berusaha menetapkan program pada saat
emergency dan persiapan dari kemungkinan bahaya kebakaran di perusahaan
dengan tujuan untuk meringankan beban perusahaan jika terjadi kebakaran.

i) Peraturan serta surat ijin kerja


Untuk menghindari kecelakaan perusahaan menetapkan adanya peraturan dan
sistem ijin kerja pada setiap asset di perusahaan. Selain itu prosedur juga
penting untuk mengurangi angka kecelakaan pada resiko tinggi.

j) Analisis kecelakaan dan insiden


Untuk mendapatkan laporan dan prosedur investigasi yang baik, penting juga
untuk menguji informasi yang diterima sebagai timbal balik positif bagi
manajemen perusahaan.
k) Pelatihan keahlian dan pengetahuan
Termasuk

ke

dalam

pelatihan

bidang

kesehatan,

keselamatan,

dan

perlindungan lingkungan.
l) Alat pelindung diri
Perusahaan mewajibkan setiap pekerja untuk memakai PPE guna melindungi
pekerja dari bahaya kesehatan dan keselamatan yang tidak bisa dihindari.
m) Pengendalian higiene kesehatan
Semua pekerja diwajibkan mengikuti Medical Check Up adapun waktunya
disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan bahan yang dipakai dalam bekerja.
Perusahaan juga mempunyai program Occupational Health yang menjamin
bahwa adanya bahaya dalam semua pelaksanaan operasi di perusahaan sudah
dikenali dan dikontrol.

n) Evaluasi sistem
Sistem ini penting untuk memeriksa sistem manajemen pada perusahaan untuk
menemukan standar yang diinginkan dan diharapkan oleh manajemen.
o) Manajemen perubahan rekayasa

Penting untuk mengurangi bahaya pada saat desain mesin dari setiap
perubahan yang baru. Penting juga untuk mengidentifikasi bahaya yang ada
sebelum terjadi perubahan.
p) Komunikasi perorangan
Setiap pekerja akan menerima instruksi tentang apa yang harus mereka
lakukan, bagaimana cara melakukannya, dan pekerjaan apa yang harus
dikerjakan selanjutnya.
q) Komunikasi kelompok
Termasuk dalam suatu promosi yang efektif dalam berkomunikasi antara
Supervisor dan pekerja. Juga dapat mengembangkan team spirit dalam tim
kerja.
r) Promosi umum
Perilaku pekerja bisa menjadi pengaruh yang positif dan negatif bagi promosi
HSE di perusahaan.
s) Penerimaan pegawai dan penempatan
Perusahaan menyadari bahwa suksesnya perusahaan tergantung dari kualitas
pekerjanya. Hiring and Placement yang baik adalah bagian yang penting dari
suatu manajemen yang baik.
t) Manajemen material dan jasa
Prosedur

material

dan

procurement

menyediakan

kesempatan

memperkenalkan standar HSE ke dalam proses procurement.


u) Keselamatan di luar pekerjaan

untuk

Perusahaan bertanggung jawab untuk melindungi pekerja dan keluarganya,


untuk menjamin bahwa mereka aman setiap saat.
v) Manajemen lingkungan
Untuk

mengidentifikasi

bahwa

perusahaan

mempunyai

manajemen

lingkungan, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah.


Prioritas utama bagi perusahaan adalah menjalankan semua pekerjaan dengan
aman, tanpa membahayakan orang dan merusak lingkungan.
Untuk mencapai komitmen tersebut, perusahaan akan terus mengamalkan
Sistem Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan (HSEMS) yang telah
terbentuk, yang mencakup tujuan-tujuan utama sebagai berikut :
1. Tanggung jawab manajemen lini, ketaatan, dan peningkatan berkesinambungan.
2. Analisis resiko.
3. Tanggung jawab individu.
4. Pelaporan atau penyelidikan kecelakaan/insiden.
5. Komunikasi dan quality assurance.
6. Pengelolaan lingkungan.
7. Manajemen kontraktor.
8. Sumber daya, keahlian dan pelatihan.
Pada perusahaan terdapat filosofi dan standar kerja yang harus menjadi
pedoman dalam bekerja bagi karyawan perusahaan dan karyawan mitra kerja, yaitu ;
1. Three Safety Golden Rules
a. Rencanakan terlebih dahulu (Think first). Perhitungan resiko dan rencana kerja
yang rinci sebelum pekerjaan dimulai akan membantu memilih PPE yang

benar dan memastikan penyelesaian pekerjaan yang aman, tepat waktu dan
hemat.
b. Hentikan setiap saat (Stop immediately). Keputusan untuk menghentikan setiap
pekerjaan yang membahayakan didukung oleh semua manajer.
c. Laporkan segera (Report immediately). Melaporkan semua accident dan
incident/near miss berarti menyelamatkan jiwa, sedang menyembunyikan akan
berakibat hukuman.
2. Delapan Standar Praktek Keselamatan Kerja
a. Izin bekerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan yang melibatkan kegiatan masuk ke ruang
tertutup/terbatas, pekerjaan pada sistem energi, atau gangguan tanah, dimana
kemungkinan terdapat bahaya yang tersembunyi, di kedalaman dua meter atau
pekerjaan panas di lingkungan yang berpotensi eksplosif, harus disertai ijin
terlebih dahulu.

b. Bekerja pada ketinggian


Dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian dua meter (6 kaki) pekerjaan
tidak dapat dilaksanakan tanpa memperhatikan persyaratan keselamatan yang
diharuskan, pekerja tidak boleh menciptakan suasana yang membahayakan
orang-orang dibawah karena jatuhnya obyek dan material, jangan membiarkan
perkakas berserakan dan memakai PPE dengan lengkap.
c. Isolasi energi

Isolasi sistem energi, mekanis, listrik, proses, hidrolik dan lainnya tidak dapat
dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku.
d. Keselamatan kendaraan
Kendaraan dapat dioperasikan dengan syarat telah diinspeksi dan dipastikan
layak pakai, pengemudi yang terlatih, jumlah penumpang sesuai kapasitas,
sabuk pengaman terpasang, dan pengemudi tidak boleh menggunakan HP atau
radio.
e. Perubahan tanah
Pekerjaan yang melibatkan pemotongan tanah oleh manusia, lubang, parit dan
lekukan pada permukaan tanah yang terbentuk karena pembuangan tanah tidak
boleh dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku.
f. Izin masuk ruang tertutup/terbatas
Harus memiliki izin yang berlaku untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan keselamatan yang diharuskan.
g. Operasi pengangkatan
Pengangkatan memakai hoist, crane, atau alat pengangkat mekanis lainnya
tidak dapat dilakukan tanpa persyaratan keselamatan yang berlaku.
h. Manajemen perubahan
Pekerjaan yang timbul karena terjadinya perubahan sementara atau permanen
pada organisasi, karyawan, sistim, proses, prosedur, peralatan, produk,
material, bahan-bahan, dan undang-undang serta peraturan yang berlaku tidak
boleh dilanjutkan kecuali bila manajemen perubahan sudah dibuat.

3. Tujuan Unit K3
Perusahaan dikenal mempunyai HSE yang bagus dan juga memiliki
kebijakan untuk menjadi tetangga yang baik dengan masyarakat sekitar. Hal
tersebut menjadi hal yang sangat kritis dalam meraih bisnis yang sukses dan untuk
dapat meraih misi perusahaan. Hal yang harus dicapai demi tercapainya tujuan
tersebut:
a. Tidak adanya kecelakaan yang terjadi.
b. Tidak ada hal apapun yang berbahaya bagi manusia.
c. Tidak merusak lingkungan.
d. Bergotong royong.
Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan menempatkan beberapa
organisasi untuk mendukung HSE Management System, antara lain :
a. Kebijakan HSE yang berupa pernyataan untuk mengidentifikasi sistem.
b. Komitmen dari line management untuk melakukan pelaksanaannya.

4. Susunan Organisasi HSE dan Tanggung Jawabnya


1) President and CEO
Bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua kegiatan dalam perusahaan
patut mendapat perhatian dalam hal HSE, sebagai pelaksana dari kebijakan
HSE Management System.
2) Badak asset vice president
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dari HSE Management System dan HSE
Work Program untuk semua operasi perusahaan di Kalimantan Timur, serta

bertanggung jawab pada Emergency Preparadness dan Crisis Management


dalam perusahaan.
3) All asset vice president
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System dan HSE
Work Program pada masing-masing asset.
4) Vice president HSES and operation integrity
a) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System dalam
semua aktivitas di perusahaan.
b) Bertanggung jawab untuk menjamin Operational Integrity untuk semua
plant dan peralatan yang digunakan dalam operasi perusahaan.
c) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan monitor dan audit yang dilaksanakan
secara regular di HSE perusahaan berdasarkan program yang disetujui oleh
President dan CEO dan HSE Executive Commitee perusahaan.
5) Human resources and services vice president
a) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System dan HSE
Work Program yang diaplikasikan pada Head Office perusahaan yaitu di
Jakarta. Dalam hal ini dia didukung oleh HSE Program Coordinator.
b) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System yang
dilaksanakan pada semua aktivitas di perusahaan, termasuk : Human
Resources, Training, Health Service dan Information System
6) Technical support vice president

a) Bertanggung jawab dalam HSE Management System khusus untuk Support


Service dalam hal Engineering dan Technical Support, termasuk
didalamnya adalah pengeboran, konstruksi, dan project engineering.
b) Bertanggung jawab dalam engineering code and standard (VES) pada
perusahaan dalam melaksanakan 14 Engineering and Change Management.
7) Safety manajer
a) Bertanggung jawab dalam Safety Department yang dilengkapi dengan
technical support, dan juga berperan sebagai pimpinan dalam semua
aktivitas safety.
b) Bertanggung jawab dalam pengenalan dan promosi bila ada ide baru dalam
technic design untuk mewujudkan norma safety ditempat kerja.
8) Medical officer chief
Bertanggung jawab dalam Medical dan Occupational Health and Hygiene
Services untuk perusahaan.
9) Field health and medical services manager
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Occupational and Hygiene
pada perusahaan dan juga dalam permasalahan medis dilapangan bagi semua
karyawan.
10) Environmental protection manager
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan Environmental Management System
termasuk mempertahankan pelaksanaan ISO 14001.
11) All employees

Setiap pekerja diharuskan atau wajib bersikap aktif dalam pelaksanaan HSE
Management System.

5. HSE Management System Basic Structure


HSE Policy Statement
(President and CEO)

Indonesia
Legislation

Company & Industry


Codes & Standard

HSE Management System


HSE Management System Reference
Manual
22 Element-Standards & Procedures

Environmental Management
System
Contained in 3 EMS Manual
(For ISO 14001 Certification)

Occupational Health & Hygiene


Management System
Occupational Health & Hygiene
Practice Manual
(Meets Best OH&IH Standards Practice)

Gambar 4. Struktur organisasi HSE

D. PELAYANAN KESEHATAN KERJA


Pelayanan kesehatan di VICO Indonesia ini bertujuan untuk memantau
kesehatan tenaga kerjanya agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat sehingga
menghasilkan produktivitas yang tinggi. Pelayanan kesehatan yang diberikan bukan
hanya untuk karyawan saja tapi juga kepada pihak ketiga/kontraktor serta untuk
keluarga karyawan. Pelayanan kesehatan di VICO Indonesia ini tidak terbatas pada
pelayanan umum saja melainkan adanya pelayanan poli jantung, poli gigi dan MCU.
Pelayanan kesehatan untuk rumah sakit rujukan yang ada di kalimantan timur adalah
rumah sakit umum Samarinda dan rumah sakit islam Dirgahayu. Upaya pelayanan
kesehatan untuk pekerja yang dilaksanakan oleh VICO Indonesia adalah melalui
Field Health and Medical Services Departement
Field health and medical services department merupakan departemen yang
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Adanya
departemen ini bertujuan untuk menurunkan angka mordibitas atau penyakit,
menurunkan angka absentisme, mencegah penyakit akibat kerja dan mengurangi
Claim karena penyakit akibat kerja. Oleh karena itu departemen ini terbagi kedalam
5 bagian atau seksi , antara lain:
1. Promotive and Preventive

Misi utama dari seksi promotive and rehabilitative adalah mencegah,


menjaga, mempertahankan serta meningkatkan derajat kesehatan karyawan
sebanyak mungkin, sehingga dapat meningkatkan tingkat produktivitas.
Usaha untuk mencapai taraf kesehatan karyawan sebaik mungkin dilakukan
antara lain melalui metode pencegahan dan promosi kesehatan (preventif &
promotive), disamping metode-metode yang lain.
Upaya yang dilakukan seksi preventive & promotive antara lain :
a. Kampanye pola hidup sehat
b. Pencegahan penyakit menular
c. Pencegahan penyakit khronis dan degenerasi
d. Pendidikan kesehatan
e. Promosi kesehatan
f. Informasi kesehatan.
Upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan, terutama ditujukan
kepada pencegahan penyakit menular dan pencegahan penyakit khronis maupun
degenerative dengan menerapkan beberapa metode. Metode-metode yang
dilaksanakan antara lain :
a. Penangan limbah B3
b. Pest control
c. Penyediaan kotak P3K
d. Senam kebugaran
e. Fitness
f. Inspeksi sanitasi dan Higiene

g. Promosi kesehatan, meliputi : pemasangan poster, pendistribusian leaflet,


training, serta ceramah-ceramah tentang kesehatan, dan lain sebagainya.
2. Curative and Rehabilitative
Tujuan seksi ini adalah melakukan tindakan pengobatan (curative) terhadap
penyakit-penyakit dan atau kecelakaan yang timbul, baik terhadap karyawan
maupun keluarganya. Pelayanan-pelayanan yang dilakukan pada bagian curative
and rehabilitatitive adalah :
a. Pelayanan pengobatan umum,
b. Kasus gawat darurat (emergency),
c. Chronic Desease Control (CDC),
d. Case management,
e. Pelayanan kesehatan gigi,
f. Klinik Jantung (tread mill),
g. Pelayanan laboratorium,
h. X Ray dan audiogram.

3. Occupational Health and Industrial Hygiene


Merupakan bagian penting dari Health program yang tujuannya adalah
mencegah timbulnya penyakit terutama penyakit akibat kerja. Seksi ini melakukan
identifikasi dan monitoring terhadap bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja,
sehingga bahaya-bahaya tersebut tidak menyebabkan terjadinya penyakit akibat
kerja pada seluruh karyawan.

Seksi-seksi dari occupational health and industrial hygiene antara lain :


a. Kesehatan kerja (occupational health) :
Bagian ini berfungsi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan
terjadwal untuk mengetahui kondisi kesehatan para karyawan, yaitu dengan
melakukan Medical Check Up.
b. Higiene industri (industrial hygiene)
Bagian ini berfungsi untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada di tempat
kerja dan melakukan langkah pengendaliannya.
Hazard : Potensi untuk menjadikan suatu kondisi kearah lebih serius
Risk

: Hazard yang menjadi kenyataan

Accident : Risk yang menjadi kenyataan


c. Occupational health hazard
Bagian inni berfungsi untuk mengidentifikasi biological hazard (parasit, ular
kobra, lebah, dan hewanhewan lain), physical hazard (noise, vibrasi,
illuminasi), chemical hazard (BTX, zat-zat kimia lain), ergonomic hazard
(kesesuaian alat kerja dengan pekerja), dan psychososial hazard. Hazardhazard tersebut diupayakan untuk dicegah (Peventif) oleh bagian atau seksi
Occupational Health and Industrial Hygiene agar para pekerja tidak
mengalami penyakit akibat kerja (Occupational Health), misalnya dengan
melakukan kegiatan monitoring terhadap bahaya-bahaya yang ada dan
menentukan langkah pengendaliannya.

4. Administrasi kesehatan (health administrator)


Merupakan tulang punggung seluruh aktifitas Field Health and Medical
Services, kegiatannya antara lain :
a. Menyusun budget dan revisinya.
b. Menyusun jadwal kerja karyawan field health and medical services
departement.
c. Melakukan pencatatan mengenai data kesakitan, kematian, incident dan
kecelakaan kerja.
d. Membuat laporan kegiatan field health and medical services departement.
e. Menyiapkan dan membuat kontrak.

5. Health Benefit
Bagian ini berfungsi untuk mengatur mekanisme pelaksanaan ketentuan dan
peraturan kesehatan bagi para karyawan, yang dilaksanakan oleh departemen field
health and medical services departement.
Kegiatan atau tugas dari bagian Health Benefit adalah :
a. Mengatur petunjuk pelaksanaan peraturan kesehatan.
b. Menyiapkan kartu pengenal berobat untuk bekerjasama dengan bagian Kuratif
dan Rehabilitatif.
c. Melakukan monitoring dan kontrol terhadap pelaksanaan field health and
medical services departement.
d. Melakukan revisi.

e. Evaluasi dan meninjau ulang pelaksanaan field health and medical services
departement.

E. Higiene Perusahaan dan Gizi Kerja


Pemantauan hygiene meliputi : pemeriksaan air minum, sanitasi air, sistem
pembuangan air limbah (waste), pemeriksaan fasilitas kantin, pemeriksaan makanan,
penjamah makanan, kebersihan kantin dan kebersihan ruangan kamar camp.
Pemantauan diperlukan sebagai langkah preventive/mencegah terjadinya kejadian
keracunan makanan, penyakit/alergi terhadap makanan tertentu VICO Indonesia
melalui Departemen K3 (HSE Department) telah melakukan inspeksi rutin yang
diadakan setiap 1 bulan sekali.
Penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari di area badak berasal dari
hasil pemompaan air sumur yang kemudian air tersebut telah di olah dengan
teknologi water treatment. Untuk mengontrol kualitas air VICO Indonesia
melakukan pengontrolan setiap bulan oleh team preventif and promotif dengan
memakai standar PerMenKes No. 907 tahun 2002.
VICO Indonesia menyediakan makan selama seluruh pekerja berada di asrama
dan pada waktu istirahat dari makan pagi sampai makan malam disediakan di resst
hall. VICO Indonesia juga menggalakkan program Gerakan Hidup Sehat dengan
berbagai kegiatan seperti :
1. Motivasi hidup sehat terhadap pekerja,
2. Kegiatan contoh hidup sehat,

3. Menggalakkan olah raga secara teratur bagi pekerja yaitu menyediakan berbagai
fasilitas olah raga untuk pekerja dari perusahaan,
4. Imbauan untuk tidak merokok,
5. Imbauan untuk makan yang teratur dan seimbang.
Larangan untuk tidak merokok selalu digalakkan baik berupa Imbauan melalui
poster ataupun melalui penyuluhan-penyuluhan.

F. Ergonomi
Untuk menghindarkan Penyakit Akibat Kerja dilakukan penyesuaian mesinmesin dan peralatan kerja terhadap tenaga kerja menurut dasar-dasar hukum kerja.
Untuk itu VICO Indonesia memeperhatikan masalah diantaranya:
1. Sikap Kerja
Sikap kerja yang banyak dilakukan oleh karyawan VICO Indonesia adalah
sikap kerja duduk. Karena mesin-mesin produksi dijalankan melalui panel-panel
kontrol. Jadi untuk pekerjaan berdiri atau berjalan hanya dilakukan pada saat
melakukan pengecekan ke lapangan dan juga pada saat melakukan pekerjaan
perbaikan mesin-mesin. Untuk tempat duduk atau kursi kerja dapat dinaik
turunkan sesuai tinggi badan pemakai, sandaran dada sudah disesuaikan,
dilengkapi dengan sandaran tangan serta roda pada kaki kursi, sehingga mudah
untuk berpindah posisi dan menjangkau benda yang letaknya jauh.

2. Tata Letak

Tata letak diatur sesuai dengan bentuk tubuh pekerja untuk membuat tenaga
kerja bekerja secara nyaman dan ergonomis sehingga terhindar dari Penyakit
Akibat Kerja serta dapat mengurangi kelelahan. Tata letak yang diperhatikan
antara lain:
a. Kontrol panel
Panel yang digunakan untuk mesin produksi, semuanya dibuat dengan
menyesuaikan tinggi badan rata-rata orang Indonesia. Dalam hal pembuatanya
telah diperhitungkan dengan anthropometri orang Indonesia pada umumnya,
sehingga pada saat melakukan pekerjaan tenaga kerja tidak melakukan gerakan
yang berlebih dan upaya-upaya yang tidak perlu.
b. Meja kerja
Untuk meja kerja dibuat rata-rata sesuai tinggi siku tenaga kerja pada saat
duduk dan tempat duduk dapat di atur berdasar tinggi seseorang.

G. Pengelolaan Lingkungan
Sistem pengelolaan lingkungan perusahaan VICO Indonesia sesuai dengan
prosedur lingkungan, yaitu :
1. Rencana dan standar pengelolaan lingkungan,
2. Penyaringan lingkungan,
3. Penilaian lingkungan,
4. Survey rona awal lingkungan,
5. Pengelolaan limbah,
6. Pemantauan lingkungan,

7. Inspeksi dan audit lingkungan,


8. Perencanaan dan penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak,
9. Pembersihan, pemulihan dan rehabilitasi lokal,
10. Dokumentasi dan pelaporan lingkungan,
11. Pengelolaan masalah sosial.
Kebijakan Lingkungan Perusahaan terpadu dengan kebijakan HSE, dimana
memiliki komitmen guna melaksanakan semua aktivitas dengan aman serta tanpa
cidera terhadap manusia dan lingkungan dengan membuat dan mempertahankan
Sistim Pengelolaan Lingkungan Perusahaan sesuai dengan International Standard
ISO 14001.
Strategi pengolahan limbah yang efektif diadopsi oleh perusahaan meliputi tiga
komponen kunci yaitu : reduce, reuse, dan recycle.
Jenis limbah yang dihasilkan oleh perusahaan adalah :
1. Limbah domestik,
2. Limbah biomedis,
3. Limbah yang tercemar oleh minyak (sludge dan limbah cair),
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),
5. Material scrap (potongan besi) dan limbah B3 (plastik tebal, karet),
Limbah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas VICO Indonesia di pisahkan
menjadi empat kategori dan pemisahannya berdasarkan warna tempat pembuangan,
antara lain :
1. Limbah organik

: hijau

2. Limbah anorganik

: kuning

3. Limbah metal

: merah

4. Limbah B3

: hitam

Limbah yang bersal dari proses kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi ada
di VICO Indonesia sebelum di buang ke lingkungan sekitar terlebih dahulu
dilakukan pengolahan limbah, meliputi ;
1. Prosedur pengolahan limbah
a. Limbah yang terkontaminasi/tercemar oleh minyak, seperti produce water dan
lube oil dikumpulkan dan diproses / diolah di pollution control untuk
dipisahkan dengan air yang tercampur. Sludge yang dihasilkan dari aktifitas
operasi dikumpulkan dalam tangki pengumpul untuk dipisahkan dengan
minyak yang tercampur didalamnya dan oil water di angkut ke pollution
control sedangkan sludge-nya diproses dengan tehnik bioremediasi. Drilling
Cutting dan Contaminated soil diolah dengan menggunakan teknik
Bioremediasi.
b. Material scrap dan limbah non B3, diangkut ke nilam pipe yard untuk Badak,
Nilam, dan Samberah dan ke Gelondrong Junk untuk Mutiara, yang kemudian
dibawa dan diperiksa oleh BP Migas dan dilelang.
c. Limbah B3, dikemas secara tertutup dan diberi label dengan jelas lalu dibawa
ke nilam pipe yard sebagai tempat penyimpanan sementara untuk Badak,
Nilam, Samberah dan Mutiara Central Plant Yard untuk mutiara yang
kemudian dibawa oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri).
d. Limbah biomedis, seperti limbah cair dibawa ke sewage treatment plant.
Limbah padat dikumpulkan dan dikemas kemudian diberi label dan disimpan

ditempat yang telah ditentukan diklinik Badak yang selanjutnya dikirim ke


Incenerator Bontang setiap 3 minggu.
e. Limbah domestik, seperti limbah cair dialirkan dan dikelola di unit-unit sewage
treatment dan septic tank yang kemudian dialirkan ke lingkungan. Limbah
padat pengelolaannya ditangani oleh operation support departement.
2. Penyimpanan Kemasan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Penyimpanan kemasan limbah bahan berbahaya beracun bertujuan untuk
melindungi para pekerja dan lingkungan disekitar perusahaan dari bahaya akibat
tumpahan atau kebocoran limbah bahan berbahaya beracun (B3). Dengan cara :
a. Penyimpanan kemasan harus dikelompokkan dengan sistem blok, jumlah
disesuaikan dengan jenis dan banyaknya limbah bahan berbahaya beracun (B3)
yang dihasilkan disetiap area / lokasi kerja.
b. Untuk pemeriksaan dan penanganan jika terjadi kebocoran, maka antar blok
harus dibuat jarak minimal 1 meter.
c. Semua kemasan limbah bahan berbahaya beracun (B3) harus tersimpan dalam
penampungan sekunder untuk menghindari kebocoran yang dapat langsung
mencemari lingkungan.
d. Tempat penyimpanan kemasan limbah bahan berbahaya beracun (B3) harus
dilengkapi dengan atap penutup/kanopi, untuk menghindari penyinaran
matahari dan masuknya air hujan secara langsung
e. Setiap Tempat Pembuangan Sampah (TPS) harus dilengkapi dengan eye/hand
wash facilities.

f. Untuk memudahkan pengontrolan, maka jumlah Tempat Pembuangan Sampah


Tempat Pembuangan Sampah (TPS) harus sedikit mungkin dan fungsinya
harus dioptimalkan. Penentuan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) harus
dikonsultasikan dengan safety and environmental department.
3. Kebijakan Drum
Kebijakan drum dilakukan untuk mengurangi resiko kesehatan dan
lingkungan yang akan timbul akibat banyaknya pemanfaatan kembali drum-drum
bekas oleh masyarakat sekitar.
Kebijakan drum ada 3, antara lain :
a. Drumless, yaitu menghindari penggunaan banyak drum dengan mengorder
bahan-bahan cair yang dipakai dalam kegiatan perusahaan dengan sistem
tangki yang bisa diisi kembali.
b. Drum reuse, yaitu drum bekas yang dipakai untuk bahan padat atau cair, baik
baru maupun limbah, dalam perusahaan harus diberi label dan yang
bertanggung jawab atas bahan atau limbah tersebut, pastikan drum dalam
kondisi baik dan tidak menimbulkan bahaya kesehatan.
c. Records and documentation, setiap area authorities agar mencatatat pemakaian
maupun pembuangan drum sebagaimana mestinya, dan harus diperbaharui
serta di dokumentasikan.

H. Emergency Response
Keadaan darurat di VICO Indonesia akan terkendali dengan mulainya terdengar
suara sirine yang ada di area VICO Indonesia.

Ketika terjadi keadaan darurat, maka sirine akan berbunyi (sirine terputus-putus
setiap lima detik). Setiap orang harus berkumpul di tempat berkumpul yang telah
ditetapkan dan melapor ke petugas yang ditunjuk untuk menghitung karyawan di
tempat berkumpul. Jika evakuasi diperlukan, perusahaan berhak untuk mengarahkan
dan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang ada.
Jika tindakan medis darurat diperlukan, maka perusahaan berhak untuk
mengarahkan dan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang tersedia dengan
biaya yang sesuai. Perusahaan dapat menerapkan back charge atau pemotongan
tagihan yang timbul sebagai akibat biaya penanganan.
Klasifikasi sirine tanda keadaan darurat.
1. Keadaan darurat di plant : sirine listrik dan sirine yang berada di stasiun pemadam
kebakaran (badak, saliki, nilam, dan Pamaguan) akan berbunyi terputus-putus
selama sepuluh detik dan jeda lima detik.
2. Evakuasi plant ; sirine listrik dan sirine yang berada di stasiun pemadam
kebakaran akan berbunyi terputus-putus selama tiga puluh detik dan jeda lima
detik.
3. Keadaan darurat besar di luar plant ; sirine listrik dan sirine yang berlokasi di
stasiun pemadam kebakaran (sumur, kampung) akan berbunyi terputus-putus
selama lima detik dan jeda lima detik.
4. Keadaan darurat selesai (all clear) ; sirine listrik dan sirine yang berlokasi di
stasiun pemadam kebakaran akan berbunyi tanpa henti selama lima belas detik.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Potensi Bahaya
VICO Indonesia telah melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang
diakibatkan oleh

potensi bahaya yang ada ditempat kerja. Seperti : kebakaran,

peledakan, kebocoran bahan kimia serta kondisi dan tindakan yang tidak aman
dengan menyediakan alat pemadam kebakaran, pengamanan tempat - tempat
penyimpanan bahan kimia mudah terbakar dan meledak, pengamanan pada mesin,
dan pengamanan pada tenaga kerja dengan menyediakan alat pelindung diri sesuai
dengan potensi bahaya yang dihadapi. Hal ini telah sesuai dengan Undang - Undang

No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 yang mengatur tentang syarat syarat keselamatan kerja dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya
kebakaran dan peledakan.
VICO Indonesia juga telah membentuk tim pemadam dan penanggulangan
kebakaran, yang melibatkan dari berbagai unsur, baik karyawan shift maupun non
shift. Tim ini telah melakukan pelatihan secara terprogram, berkesinambungan dan
bertahap yang terkoordinasi dari bagian Safety. Setiap shift ada tim yang selalu siap
selama 24 jam. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
186/MEN/1996 tentang Penanganan Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, yang
menyebutkan bahwa harus diadakan penjagaan terus menerus selama 24 jam
termasuk hari libur, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi.
Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan peralatan seperti : Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) yang terpasang tiap jarak 15 meter di area produksi,
hidrant pada tempat-tempat tertentu yang memiliki resiko kebakaran seperti tempat tempat penyimpanan bahan baku, bahan kimia dan control room. Hal ini sesuai
dengan Permenaker No. 04/MEN/1980 tentang Alat Pemadam Api Ringan.
Terhadap potensi bahaya lain yaitu kondisi yang tidak aman dan tindakan yang
tidak aman. Dalam mengantisipasi kondisi berbahaya perusahaan telah melakukan
inspeksi secara rutin yang dilakukan oleh Safety Inspector. Inspeksi dilaksanakan
dengan menggunakan Check List dan hasil inspeksi dibawa dalam rapat manajemen
untuk dilakukan tindakan perbaikan. Kemudian dilakukan evaluasi atas tindakan
perbaikan tersebut. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

B. Faktor Bahaya
1. Faktor Fisik
a. Kebisingan
Laporan hasil pengukuran kebisingan yang terdapat pada lampiran 9
menunjukkan adanya beberapa hasil pengukuran yang melebihi nilai ambang
batas kebisingan di tempat kerja yaitu berdasarkan Kepmenaker No. 51/MEN
/1999 tentang Nilai Ambang Batas faktor fisik di tempat kerja, NAB kebisingan
yang diperkenankan untuk waktu pemaparan kebisingan selama 8 jam sehari atau
40 jam seminggu adalah 85 dBA.
Sebagai upaya preventif tentang bahaya kebisingan yang melebihi NAB,
topik kebisingan sering dibawakan dalam safety meeting dengan karyawan. Selain
itu juga ada pemberian tanda/rambu zona PPE yang memuat kewajiban untuk
memakai pelindung telinga di tempat kerja. Untuk tindakan pengendalian pada
tenaga kerja yang terpapar kebisingan adalah dengan penyediaan alat pelindung
diri yang salah satu contohnya adalah Ear plug telah sesuai dengan UU No 1
tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada BAB X, Kewajiban
pengurus pasal 14 ayat c yang bunyinya menyediakan secara cuma-cuma, semua
alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petujuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

VICO Indonesia melakukan pemantauan kebisingan di tempat kerja


Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja dan berdasar pada TLV
ACGIH tahun 2007 di dalamnya disebutkan bahwa NAB untuk kebisingan adalah
85 dB (A) untuk pekerjaan yang tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu dimana tenaga kerja tidak mengalami gangguan pendengaran atau
penyakit akibat kerja (VICO Indonesia, 2005).
Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan pada tanggal 3
April 2008 sampai tanggal 15 Agustus 2008. Dapat diketahui bahwa ruangan
yang intensitas kebisingannya tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) untuk
kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu adalah di bagian generator DZ 51279
mutiara 7 boster, control room sambera 13, dan di air instrument and power
generator back up C 6200 c.
Untuk mengurangi pemaparan kebisingan pada tenaga kerja, perusahaan
telah melakukan rekomendasi herarki pengendalian serta menyediakan alat
pelindung diri berupa ear muff dan ear plug secara cuma - cuma kepada pekerja di
unit - unit yang intensitas kebisingannya telah melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB). Hal ini telah sesuai dengan Ketentuan Undang - Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan kerja.
b. Penerangan
Berdasarkan P.M.P. No. 7 tahun 1964 tentang Syarat syarat Kesehatan,
Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja, maka pada pasal 14 disebutkan
bahwa penerangan di tempat kerja harus memenuhi stadard sebagai berikut :

a) Kadar penerangan di ukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik setinggi
tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan umum (+ 1
meter).
b) Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux (0,5 ft
candles)
c) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan harus
paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux (2 ft candles).
d) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan
barang kasar seperti :
1) Mengerjakan bahan-bahan yang kasar.
2) Mengerjakan arang atau batu.
3) Menyisihkan barang-barang yang besar.
4) Mengerjakan bahan tanah atau batu.
5) Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai.
6) Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar harus
paling sedikit mempunyai kekuatan 50 lux (5 ft candles)
e) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barangbarang kecil secara sepintas lalu seperti :
1) Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai
(semifinished).
2) Pemasangan yang kasar.
3) Penggilingan padi.
4) Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas.

5) Mengerjakan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira setingkat dengan


point 4).
6) Kamar mesin dan uap.
7) Alat pengangkut orang dan barang.
8) Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal.
9) Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil.
10) Kakus, tempat mandi dan tempat kencing harus paling sedikit memiliki
kekuatan 100 lux (10 ft candles).
f) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang
kecil yang agak teliti seperti :
1) Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar).
2) Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar.
3) Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang.
4) Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda.
5) Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng.
6) Pembungkusan daging.
7) Mengerjakan kayu.
8) Melapis perabot harus paling sedikit mempunyai kekuatan 200 lux (20 ft
candles)
g) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan pembedaan yang teliti dari pada
barang-barang kecil dan seperti :
1) Pekerjaan mesin yang teliti.
2) Pemeriksaan yang teliti.

3) Percobaan-percobaan yang teliti dan halus.


4) Pembuatan tepung.
5) Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna
muda.
6) Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip
dan seleksi surat-surat harus paling sedikit mempunyai kekuatan 300 lux (30
ft candles).
Rungan-ruangan perkantoran, Workshop, Warehouse, dan ruangan-ruangan
pendukung lainnya pada siang hari menggunakan penerangan buatan berupa
lampu listrik selain penerangan dari alam berupa pencahayaan alami dari matahari
(Daily Light). Berdasarkan hasil pengukuran yang terdapat pada lampiran 10
menunjukkan adanya penerangan yang sudah sesuai dengan standar dan ada yang
belum sesuai dengan standar.
Penerangan darurat berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 adalah minimal 5
lux. Dalam hal ini VICO Indonesia hanya menempatkan lampu darurat pada
kantor (office) saja. Sedangkan pada barack-barack lain seperti camp dan kantin
masih belum tersedia.
Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan
berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 adalah minimal 20 lux. Dalam hal ini semua
halaman dan jalan-jalan serta lorong sekitar lingkungan perusahaan sudah
memenuhi standar yang ada, hanya ada beberapa tempat saja yang lampunya
harus diganti.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang


Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di Tempat Kerja untuk
pekerja kantor adalah 300 lux.
Untuk penerangan di toilet dan kitchen office berdasarkan PMP No. 7 tahun
1964 adalah 100 lux. Sedangkan dari hasil pengukuran masih banyak yang kurang
memenuhi standar tersebut.
Untuk penerangan di warehouse berdasarkan PMP No.7 tahun 1964
menyebutkan bahwa untuk tempat penyimpanan barang-barang sedang atau kecil
adalah minimal 100 lux dan untuk pekerjaan mesin serta bubut kasar (tempat
spare part yang kecil-kecil) adalah minimal 200 lux serta untuk office di
warehouse minimal 300 lux. Sedangkan dari hasil pengukuran masih banyak yang
tidak sesuai dengan standar tersebut, sehingga perlu adanya penambahan lampu
dan mengganti lampu yang sudah rusak atau redup.
Penerangan di workshop berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 menyebutkan
bahwa pekerjaan mesin dan pemeriksaan yang teliti adalah minimal 300 lux. Dari
hasil pengukuran yang kami lakukan hal tersebut sudah banyak yang terpenuhi,
hanya ada satu tempat genset yang tidak ada penerangannya. Pada hal pada area
tersebut sangat memerlukan penerangan, dimana untuk melakukan pengecakan
pada genset. Berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 menyebutkan bahwa untuk
penerangan pada kamar mesin dan uap adalah 100 lux.

Jenis Kegiatan
Pekerjaan kasar dan

Tingkat
Pencahayaan
Minimal (LUX)
100

Keterangan
Ruang penyimpanan dan ruang

tidak terus menerus


Pekerjaan kasar dan
terus menerus
Pekerjaan rutin

300

Pekerjaan agak halus

500

Pekerjaan halus

1000

Pekerjaan amat halus

200

1500
Tidak
menimbulkan
bayangan
Pekerjaan terinci
3000
Tidak
menimbulkan
bayangan
Tabel 2. Tabel intensitas cahaya di
1405/MENKES/SK/XI/02.

peralatan / instalasi yang


memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Ruangan administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin dan
perakitan/ penyusun
Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pemilihan warna, pemprosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus
dan perakitan halus
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat halus
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus
ruang

kerja

berdasar

Kepmenkes

c. Iklim kerja
Di VICO Indonesia secara umum kondisi iklim kerja telah baik karena
menurut pemantauan saya disini sudah ada ventilasi yang cukup dan dipasang Air
Conditioner (AC) pada masing-masing ruangan kantor sehingga suhu ruangan
dapat diatur untuk kenyamanan. Hal itu saya kemukakan berdasarkan pemantauan
saja karena kami tidak melakukan pengukuran dengan alat yang pasti. Dimana
untuk suhu yang ideal atau nikmat untuk orang Indonesia adalah 24-26 0C
(Sumamur, 1996).
d. Vibrasi

Getaran mekanis/Vibrasi di area kerja VICO Indonesia timbul oleh karena


mesin - mesin yang beroperasi di unit - unit kerja. Efek yang dapat ditimbulkan
dari getaran mekanis antara lain gangguan kenikmatan kerja, timbulnya kelelahan
dan bahaya terhadap kesehatan. Nilai Ambang batas getaran alat kerja yang
kontak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja menurut keputusan menteri
tenaga kerja No. 51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat
kerja yaitu 4 m/dt2 untuk pemaparan 4 8 jam perhari kerja. Usaha yang telah
dilakukan perusahaan untuk meredam getaran pada mesin - mesin yaitu dengan
memberikan bantalan peredam pada bagian bawah mesin yang berhubungan
dengan lantai untuk mencegah perambatan getaran melalui lantai. Karena tenaga
kerja umumnya bekerja berhubungan langsung dengan lantai (berdiri), mereka
hanya mencatat data - data ketika mesin beroperasi. Kegiatan tenaga kerja di
sekitar mesin kurang dari 4 jam/hari dan selebihnya di ruang operator, sehingga
getaran tersebut masih di bawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan yaitu 6
m/dt2 untuk waktu 2 - 4 jam/hari.
2. Faktor Bahaya Kimia
Bahan - bahan kimia berbahaya yang ada di area kerja VICO Indonesia
antara lain, benzene, toluene, xylene (BTX) yang berasal dari proses pengeboran,
produksi dan pengolahan limbah, berdasarkan pemantauan saya bahwa bahan
bahan kimia berbahaya tersebut sudah berada di tempat tersendiri dengan ditandai
adanya label bahaya.
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

No.

Kep.

187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja

pasal 3 disebutkan bahwa pengendalian bahan kimia berbahaya adalah dengan


penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan Label serta
penunjukan Petugas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia (HSE
VICO Indonesi, 2008). Di VICO Indonesia, telah dibuat Lembar Data
Keselamatan Bahan dan dipasang label untuk semua produk bahan kimia.
Perusahaan juga melakukan pengendalian dengan menyediakan safety shower
untuk tindakan darurat bila terkena tumpahan zat kimia dan penyediaan alat
pelindung diri untuk tenaga kerja.

C. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan di VICO Indonesia telah dilaksanakan berdasarkan
Kep.men.KLH No. KEP-02/MEN/KLH/I/1988, tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan dan PP RI Nomor 188 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Serta KepmenLH No.09 Tahun 1997 perubahan
KepmenLH No.42/MENLH/10/96 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi (Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral, 2004).
Limbah-limbah yang ada di VICO Indonesia antara lain :
a. Olie Bekas Unit
b. Potongan-potongan logam dari proses service dan maintenance di Workshop
c. Sampah non logam dari kegiatan Workshop (Plastik, karet, ban bekas, baterai,
kaleng bekas).
VICO Indonesia dalam pengolahan limbah baik olie bekas, potongan logam

dan sampah non logam dari kegiatan workshop selalu memperhatikan kelestarian
lingkungan. Limbah-limbah di tampung di dalam tempat penampungan yang
kemudian diambil untuk dikirim dan diolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan limbah
Bahan berbahaya dan beracun.

D. Sistem Manajemen K3
Sesuai dengan undang-undang N0. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk menciptakan keselamatan kerja
ditempat kerja maka di VICO Indonesia telah terbentuk sistem manajemen yang
menangani K3 di VICO Indonesia adalah HSES (Health, Safety, Environment, and
Security), yang berada dibawah pimpinan Vice President of HSES and Operation
Integrity. HSES sendiri telah terbagi secara specifik dan berada dibawah pimpinan
manager pada masing-masing bidangnya.
Sistem Manajemen HSE VICO Indonesia dibuat guna menyampaikan resiko
yang terkait dengan operasi perusahaan yang mencakup rentangan yang luas dalam
aktivitas eksplorasi dan eksploitasi yang berpotensi menimbulkan resiko tinggi.
Sistem manajemen K3 ini berisi 22 elemen utama yang terdiri dari 20 elemen ISRS
(International Safety Rating System) dengan 2 elemen tambahan dari perusahaan
yaitu manajemen resiko dan manajemen lingkungan.
VICO Indonesia juga memiliki Sistem Keselamatan Kerja yang telah
diterapkan, yang disebut dengan Delapan Standar Praktek Keselamatan Kerja VICO
Indonesia, yaitu:

1. Izin bekerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan yang melibatkan kegiatan masuk ke ruang
tertutup/terbatas, pekerjaan pada sistem energi, atau gangguan tanah dimana
kemungkinan terdapat bahaya yang tersembunyi, dikedalaman dua meter atau
pekerjaan panas di lingkungan yang berpotensi eksplosif, harus disertai izin
terlebih dahulu.
2. Bekerja pada ketinggian
Dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian dua meter (6 kaki) pekerjaan tidak
dapat dilaksanakan tanpa memperhatikan persyaratan keselamatan yang
diharuskan, pekerja tidak boleh menciptakan suasana yang membahayakan orangorang dibawah karena jatuhnya obyek dan material, jangan membiarkan perkakas
berserakan dan memakai PPE dengan lengkap.
3. Isolasi energi
Isolasi sistem energi, mekanis, listrik, proses, hidrolik dan lainnya tidak dapat
dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku.

4. Keselamatan kendaraan
Kendaraan dapat dioperasikan dengan syarat telah diinspeksi dan dipastikan layak
pakai, pengemudi yang terlatih, jumlah penumpang sesuai kapasitas, sabuk
pengaman terpasang, dan pengemudi tidak boleh menggunakan HP atau radio.
5. Perubahan tanah

Pekerjaan yang melibatkan pemotongan tanah oleh manusia, lubang, parit dan
lekukan pada permukaan tanah yang terbentuk karena pembuangan tanah tidak
boleh dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku
6. Ijin masuk ruang tertutup/terbatas
Harus memiliki ijin yang berlaku untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan keselamatan yang diharuskan
7. Operasi pengangkatan
Pengangkatan memakai hoist, crane, atau alat pengangkat mekanis lainnya tidak
dapat dilakukan tanpa persyaratan keselamatan yang berlaku
8. Manajemen perubahan
Pekerjaan yang timbul karena terjadinya perubahan sementara atau permanen
pada organisasi, karyawan, sistim, proses, prosedur, peralatan, produk, material,
bahan-bahan, dan undang-undang serta peraturan yang berlaku tidak boleh
dilanjutkan kecuali bila manajemen perubahan sudah dibuat.
Pada masing-masing HSES perusahaan memiliki representative pada masingmasing area perusahaan, yang bertanggung jawab pada masing-masing areanya, dan
juga membuat laporan tentang tahapan kerja dan bahaya yang dapat menimpa
pekerja sekaligus usaha untuk menanggulangi risiko dan harus malaksanakan
program HSES yang ada, laporan akan diserahkan pada masing-masing bagian dari
HSES.
Dengan telah diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di VICO Indonesia berarti telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 05/MEN/1996 Bab III pasal 2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) bahwa, Setiap tempat kerja yang mempekerjakan tenaga
kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatakan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja
wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.

E. Higiene Perusahaan dan Gizi Kerja


Sedangkan mengenai gizi kerja di VICO Indonesia telah bekerja sama dengan
sub kontraktor PT. Rianisa yang bertanggung jawab terhadap penyajian makanan
terhadap pekerja VICO Indonesia. Gizi kerja bagi pekerja berbeda menurut jenis
pekerjaannya (Sumamur, 1996). permasalahan yang dialami adalah kurangnya
kontrol kalori terhadap karyawan yang mengkonsumsi makanan dari luar camp.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi tenaga kerjanya VICO Indonesia telah
menyediakan kantin perusahaan dengan ruangan yang cukup luas, bersih dengan
penerangan serta ventilasi yang cukup. Dengan penyediaan kantin, ini telah sesuai
dengan Surat Edaran Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. SE 01/MEN/1979
tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan yang menyebutkan bahwa
semua perusahaan yang memperkerjakan buruh lebih dari 200 orang, supaya
menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan (Sumamur P.K., 1996).
Untuk peralatan makanan telah dilakukan sistem sterilisasi sebagai upaya
untuk membunuh kuman penyakit yaitu peralatan makan yang telah dicuci kemudian
direbus dengan air panas. Dalam penyusunan menu sudah dipertimbangkan nilai gizi
dan kalorinya dengan persetujuan ahli gizi sehingga diharapkan telah memenuhi

unsur - unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh. Menu juga dibuat bervariasi setiap
harinya untuk menghindari kebosanan dari tenaga kerja.

F. Pelayanan Kesehatan Kerja


Karyawan

dan

keluarga

VICO

Indonesia

diberi

kebebasan

untuk

memeriksakan diri ke poliklinik tanpa dipungut biaya. Penyakit yang sering terjadi
adalah penyakit penyakit ringan seperti flu, batuk, panas dan sebagainya. Tenaga
kesehatan terdiri dari dokter perusahaan, perawat, petugas laboratorium, farmasi dan
ahli kesehatan Kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per 01/MEN/1979 pasal 1 tentang Kewajiban Latihan Higene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan
yang menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga paramedis
diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapat latihan
dalam bidang Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 01/MEN/1976
tentang Kewajiban Latihan Higene Perusahaan Kesehatan Bagi Dokter Perusahaan
(Sumamur P.K., 1996).
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perusahaan meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan awal, ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja pasal 1 yang berbunyi Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima
melakukan pekerjaan.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan satu tahun sekali (general check
up), ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
02/MEN/1980 pasal 1 (b) yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu - waktu tertentu terhadap
tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan bila ada keluhan - keluhan dari
tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 pasal 1 (c) yang menyebutkan bahwa
pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Perusahaan juga telah mengikutsertakan semua tenaga kerjanya dalam
program Jamsostek. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang - Undang No. 03
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Depnaker RI. 2001).
Seperti yang disebutkan dalam pasal 3 (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per 03/MEN/1982 bahwa setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Ayat (2) disebutkan bahwa pengurus wajib
memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Tujuan pelayanan kesehatan kerja berdasar Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/MEN/1982 pasal 1 yaitu :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja.

3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik


tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit.
Mengingat hal tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga
kerjanya, VICO Indonesia telah menyediakan sebuah poliklinik yang dilengkapi
dengan peralatan medis dan obat - obatan yang memadai untuk pertolongan dan
pengobatan tingkat pertama. Untuk kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) disediakan setiap tempat yang ada kegiatan dari pekerja. Poliklinik
memberikan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan kerja dan bila pihak
poliklinik tidak dapat menangani maka pasien dibawa ke rumah sakit rujukan dengan
menggunakan mobil perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan dalam pasal
3 (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/MEN/1982
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.

G. Ergonomi
Secara umum penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam pelaksanaan
pekerjaan di VICO Indonesia telah dilaksanakan meskipun belum optimal. Jam kerja
bagi pekerja 5 : 2 yaitu 8 jam kerja per hari dan libur 2 hari dengan istirahat 1 1/2
jam istirahat dan bagi pekerja 2 : 2 yaitu bekerja selama 2 minggu dan libur 2
minggu dengan istirahat 1 jam perhari, ini telah sesuai dengan Undang Undang
No. 13 tahun 2003 pasal 77 ayat (1). Dengan adanya shift kerja yang teratur dan

terpogram dengan baik diharapkan tenaga kerja dapat terhindar dari rasa bosan dan
kejenuhan.
Perusahaan juga telah menyediakan alat angkat - angkut (Forklift, Troli, dan
lain-lainnya) di unit - unit kerja tertentu untuk mengurangi beban kerja dalam
mengangkat angkut barang, material dan memberi kemudahan pada tenaga kerja
dalam bekerja. Seluruh proses produksi di VICO Indonesia telah menggunakan
sistem pengendali yang ada di control room. Sistem yang digunakan adalah sistem
komputerisasi sehingga lebih memudahkan pekerja dalam menangani pekerjaannya.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 huruf
(m) menyatakan bahwa salah syarat keselamatan kerja adalah memperoleh
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerjanya.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu diperhatikan masalah ergonomi yang meliputi
jenis pekerjaan, jumlah jam kerja atau shift kerja, kesesuaian alat atau mesin dengan
tenaga kerja.

H. Emergency Response
Sesuai dengan Permenaker No. Per. 05/MEN/1996 mengenai Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sub (c) butir kedua mengenai
prosedur menghadapi keadaan darurat dan rencana pemulihan keadaan darurat yang
dapat mengancam keselamatan pekerja dan penyediaan sarana yang dibutuhkan
(Tarwaka, 2008). Tim K3 juga mempersiapkan personil yang diberikan tugas untuk
melakukan operasi penyelamatan dalam menghadapi keadaan darurat, menjamin
bahwa personil tersebut mendapatkan latihan yang cukup sehingga mampu

melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu dibuat prosedur rencana pemulihan
keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan
membantu pemulihan tenaga kerja. Semua hal tersebut diatas juga telah dilaksanakan
oleh VICO Indonesia.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan observasi, interviu, pendataan, dan pembahasan terhadap
faktor yang ada di dalam aspek aspek kesehatan dan keselamatan kerja, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Potensi bahaya yang ada di VICO Indonesia antara lain : bahaya peledakan,
kebakaran, kebocoran bahan kimia dan bahaya dari pengoperasian mesin serta
lingkungan kerja.
2. Faktor bahaya yang ada di VICO Indonesia antara lain : kebisingan, pencahayaan,
bahan kimia berbahaya dan faktor bahaya biologi. Untuk faktor faktor bahaya
yang lain misal : iklim kerja, Vibrasi, dan pencahayaan masih dalam tahap yang
tidak menghawatirkan karena berada di bawah nilai ambang batas, sehingga tidak
memberi pengaruh yang berarti bagi tenaga kerja, tetapi pemantauan untuk faktor
bahaya tetap terus dilaksanakan guna meningkatkan kesehatan dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
3. VICO Indonesia telah menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja dengan baik, yang menggunakan sistem HSE (Health, Safety, Environment).

Sistem ini berisi 22 elemen utama yang terdiri dari 20 elemen ISRS (International
Safety Rating System) dengan 2 Elemen tambahan dari perusahaan yaitu
manajemen resiko dan manajemen lingkungan.
4. VICO Indonesia telah menyediakan poliklinik dan unit gawat darurat yang
dilengkapi peralatan medis dan obat obatan. Tenaga paramedis telah
mendapatkan pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja. Perusahaan juga telah
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan program Jamsostek.
5. VICO Indonesia telah menyediakan kantin dengan menu makanan yang memiliki
gizi berimbang yang dibutuhkan oleh tenaga kerja.
6. VICO Indonesia menerapkan waktu kerja 5 : 2 yaitu 5 hari kerja dan libur 2 hari
selama 1 minggu, dan waktu kerja 2 : 2 yaitu kerja selama 2 minggu selama 1
bulan dan libur selama 2 minggu dengan istirahat setiap hari 1 jam.
7. VICO Indonesia telah mengelola limbah-limbah industrinya sehingga lingkungan
sekitar tetap sehat dan aman dari bahan berbahaya dan beracun.

B. Saran
Berdasarkan

hasil

pembahasan

dan

kesimpulan

tersebut,

penulis

menyampaikan saran sebagai berikut :


1. Implementasi keselamatan dan kesehatan kerja perlu lebih ditingkatkan agar
seluruh pekerja sadar akan keselamatan diri sendiri dan kesehatan dengan melalui
safety metting.
2. Pengawasan terhadap kedisiplinan tenaga kerja dalam hal pemakaian alat pelindung
diri dan prosedur kerja lebih diperketatkan lagi.

3. Tempat cuci tangan sebelum makan yang berada di dekat ruang makan sebaiknya
diperbanyak agar seluruh pekerja dapat cuci tangan sebelum makan.
4. Sosialisasi kebersihan tempat kerja dan asrama/camp sebaiknya selalu di
tingkatkan, karena di asrama masih ada yang memelihara kucing.
5. Dalam hal pelayanan kesehatan kerja, hendaknya pemantauan isi kotak Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang disediakan ditiap-tiap unit kerja dilakukan
secara teratur agar obat atau peralatan yang sudah tidak berfungsi dan sudah
kadaluwarsa dapat segera di ganti.
6. Pelatihan P3K kepada seluruh karyawan agar lebih ditingkatkan lagi supaya
pertolongan pertama dapat segera dilakukan oleh pekerja apabila terjadi
kecelakaan.
7. Peningkatan pelatihan pemadaman kebakaran kepada seluruh karyawan, sehingga
seluruh karyawan dapat sigap bila terjadi kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai