PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan industri serta meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi mendorong perubahan karakteristik pekerjaan serta bahaya yang
ditimbulkannya. Bahaya tersebut mengandung risiko yang dapat mengakibatkan
munculnya kerugian yang sangat besar. Berbagai macam industri memiliki
karakteristik pekerjaan yang berisiko, seperti risiko keselamatan (kebakaran,
ledakan, dan tumpahan minyak) dan risiko kesehatan yaitu munculnya penyakit
akibat kerja. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang merugikan baik bagi
pekerja, perusahaan maupun lingkungan (Hikmatillah. 2005).
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor minyak bumi
serta gas alam (LNG). Bahan bakar minyak bumi dan LNG diperlukan hampir
diseluruh pelosok dunia, sehingga disadari betapa pentingnya peranan minyak bumi
dan LNG sebagai salah satu sumber devisa negara yang terbesar. Kebutuhan akan
minyak bumi dan LNG akhir-akhir ini mengalami lonjakan yang sangat pesat.
Hampir seluruh negara di dunia ini memerlukan bahan bakar jenis ini, baik untuk
keperluan industri maupun untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Indonesia sebagai
salah salah satu negara produsen minyak bumi sangat memperhatikan masalah ini,
karena minyak bumi dan LNG berhubungan dengan kehidupan orang banyak
(Hikmatillah. 2005).
Setiap aktivitas dalam melakukan eksplorasi dan produksi minyak dan gas
bumi kerja dapat menimbulkan potensi/risiko bahaya yang beraneka ragam, hal ini
tergantung pada sumber dan jenis bahaya yang ada dan terpapar oleh para pekerja.
Sumber bahaya dapat berasal dari manusia, peralatan, material/bahan, dan
lingkungan. Jenis-jenis bahaya tersebut antara lain : bahaya fisik, bahaya kimia,
bahaya biologi, dan bahaya psikososial. Bahaya-bahaya tersebut perlu diperhatikan
oleh para pekerja maupun pihak perusahaan dalam rangka mencegah terjadinya
kecelakaan yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban dan kerugian, baik moril
maupun materiil. Dengan melakukan langkah pengendalian dan identifikasi terhadap
bahaya-bahaya yang ada agar tidak menimbulkan penyakit akibat kerja ataupun
kecelakaan akibat kerja pekerja, dan kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai
dengan yang direncanakan (Ginanjar. 2007).
Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju,
adil makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.
Pembangunan ketenagakerjaan yang merupakan bagian penting dari pembangunan
nasional merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan,
pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,
efektif dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan
memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
Dalam pembangunan
Selain itu peran sumber daya manusia dalam suatu perusahaan semakin penting
dan strategis, karena semua perusahaan dituntut efisien dengan produktivitas yang
tinggi serta mutu yang baik. Paradigma yang lebih mengutamakan pada peningkatan
kualitas dan kuantitas dirasakan kurang memperhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan para pekerja, sehingga banyak sekali kecelakaan dan gangguan kesehatan
yang dialami para pekerja. Oleh karena itu, perlu adanya paradigma baru dalam
menanggulangi masalah-masalah tersebut. Salah satu upaya dalam meningkatkan
mutu dan efisiensi tersebut dapat dilakukan melalui program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), hal ini dapat kita lihat secara filosofis, legalitas maupun
ekonomis pentingnya
program tersebut
di suatu tempat
kerja/perusahaan
(Hikmatillah. 2005).
Beberapa hal yang mendasari pentingnya program keselamatan dan kesehatan
kerja antara lain (Hikmatillah. 2005) :
1. Secara Filosofis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu Hak Asasi Manusia
(HAM), alasan ini merupakan hal yang bersifat universal, karena semua manusia
memerlukan kesehatan dan keselamatan dalam menjalankan segala aktivitasnya
termasuk pekerjaan. Manusia merupakan aset yang paling berharga, terutama dari
sumbangan pengetahuan, keterampilan dan kreatifitasnya dalam memajukan
perusahaan. Oleh karena itu penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
2. Secara Legalitas
Agar pelaksanaan HAM tersebut berjalan baik, maka diperlukan suatu pedoman
dalam bentuk aturan hukum baik ditingkat internasional, nasional maupun lokal
dan perusahaan. Sehingga setiap pekerja mendapat perlakuan yang sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan.
3. Secara Ekonomis
Dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
masalah efisiensi biaya atau nilai ekonomis, yang dapat menjamin keseimbangan
antara pelaksaan HAM dan keberlangsungan produksi di perusahaan sehingga
pekerjaan yang berorientasi pada hasil tetap berjalan lancar dan perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Sehubungan dengan perlindungan terhadap tenaga kerja, pemerintah telah
melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan
yaitu :
1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan (Silalahi B dan
S. Rumondang, 1995).
2. Undang-undang
Nomor
Tahun
1970,
tentang
Keselamatan
Kerja
(Sumamur,1996).
3. Peraturan Pemerintah No. 05 /MEN/ 1996, mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Suardi, Rudi 2005).
B. Tujuan Magang
C. Manfaat Magang
Hasil dari pelaksanaan magang
1. Perusahaan
Sebagai masukan atau saran mengenai kondisi perusahaan yang dapat digunakan
sebagai bahan-bahan untuk melaksanakan upaya-upaya pengendalian lingkungan dan
pencegahan kecelakaan serta peningkatan mutu pelaksanaan program-program
kesehatan kerja dan keselamatan.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan bidang kesehatan kerja,
keselamatan dan lingkungan, serta pengembangan dan aplikasinya di dalam praktek.
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan mahasiswa adalah :
1. Tanggal 26 Oktober 2008
Mahasiswa mengajukan surat permohonan dan proposal magang/PKL kepada
bagian HRD VICO Indonesia.
2. Tanggal 28 Januari 2009
Mahasiswa menerima surat balasan yang menyatakan bahwa VICO Indonesia
menerima permohonan mahasiswa untuk melaksanakan magang/PKL yang
terhitung mulai 1 Februari - 28 Februari 2009.
3. Tanggal 4 Februari
Mahasiswa mempersiapkan diri untuk melaksanakan magang.
B. Lokasi
Pengambilan data dilakukan di VICO Indonesia, yang merupakan unit
pengolahan minyak dan gas bumi yang berlokasi di :
Jl. Cendrawasih No. 1 Muara Badak, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.
C. Pelaksanaan
Pengambilan data ini dilaksanakan pada tangal 5 Februari - 28 Februari 2009
setiap hari Senin sampai Minggu dengan jam kerja dari jam 07.30 16.30 WITA,
dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Observasi dan pendataan mengenai proses produksi.
2. Observasi, pendataan, dan pengukuran faktor bahaya (kebisingan).
BAB III
HASIL MAGANG
2. UNOCAL
3. TOTAL Indonesia
4. HALLIBURTON
5. BAKER and SCHLUMBERGER
ROY M. Huffington dan Jenderal Arch Sproul kemudian mempromosikan
bagian mereka dari system kontrak bagi hasil ini kepada para penanam modal
lainnya, termasuk Union Texas dan mitra pendahulu LASMO, OPICOIL dan
Universe Gas & Oil. Dengan kekuatan gabungan usaha bersama ini, mereka mulai
mengeksplorasi daerah cekungan Kutai untuk mencari minyak. Begitu sumur
tahapan pertama di bor, gas alam ditemukan bukan minyak. Inilah lapangan Badak,
yang merupakan salah satu ladang gas terbesar di daerah ini. Akan tetapi karena
lokasinya
ditengah
hutan
Kalimantan,
nilai
intensitif
domestik
untuk
Perusahaan
Persentase (%)
1
Union Texas East Kalimantan, Ltd
26,25
2
Lasmo Sanga-Sanga, Ltd
26,25
3
Virginia Indonesia Company (VICO)
15,625
4
Universe Gas & Oil Company, Inc
4,375
5
Opicoil Houston, Inc
20
Tabel 1. Persentase kepemilikan dalam perusahaan afiliasi VICO Indonesia
Dalam operasinya di Indonesia, Perusahaan terikat kontrak Bagi Hasil
(Production Sharing Contract) dengan BP Migas. Pembagian keuntungan bersih
perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Gas
b. Minyak
3. Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan VICO Indonesia melewati beberapa tahap.
Berikut adalah urutan proses produksi dimulai dari sumur produksi hingga gas
dan minyak siap dikirimkan.
Well
Satellite
Separator
Gas
Oil
Water
Dehydrator
Heat Treater
Pollution control
Compessor
Oil
Badan export
Manifold
Tank
Water
Water injection
Bontang
F yang
3) Pipelines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari plant ke
central plant.
Minyak mentah dari lapangan Badak dikirim ke Santan untuk diolah
lebih lanjut melalui pipa 10 dan 12. Sedangkan gas dari central plant Badak
dikirim ke Bontang melalui 4 jalur pipa yaitu pipa 36,36F, 42, dan 42H.
Pipa-pipa di VICO Indonesia menggunakan color code untuk mengetahui
isi dari pipa. Color code adalah pemberian lapisan warna pada bagian luar
pipa. Hal ini dilakukan untuk mempermudah bilamana terjadi kebocoran, maka
akan cepat diketahui pipa mana yang harus ditangani. Berdasakan color code,
pipa terbagi menjadi:
1) Pipa merah untuk fire water
2) Pipa kuning untuk produk gas
3) Pipa hijau untuk crude oil
4) Pipa abu-abu untuk produk glycol
5) Pipa biru untuk produk air.
Jalur pipa berada underground (bawah tanah), khususnya pipelines pada
kedalaman lebih dari 1,5 meter. Sedangkan pemasangan flowlines diusahakan
melalui tempat yang mudah dijangkau dan dipasang di atas suatu support agar
tidak cepat terkorosi.
sekitar makasar. Terletak kurang lebih 80 mil di sebelah timur laut Balikpapan
dan 30 mil di sebelah timur Samarinda yang meliputi area seluas 12.617 km2.
Secara geografis lapangan operasi VICO Indonesia terletak pada ketinggian 52,22
m diatas permukaan laut.
efektifitas
biaya
melalui
perbaikan
yang
VICO
Organization
VIC
President &
Bad
ak
Supply
Chain
Nila
m
Muti
ara
Operate and
Corporate
Provide
services
Sembe
rah
HR &
Servic
6. Fasilitas kesejahteraan
Fasilitas kesejahteraan yang disediakan di VICO Indonesia antara lain
a) Tempat tinggal
VICO Indonesia menyediakan mess/tempat tinggal sementara bagi karyawan
yang berlokasi di badak camp.
b) Sarana kesehatan
Klinik umum, poli jantung, poli gigi, laboratorium dan klinik darurat yang
terletak di lapangan badak sebagai sarana pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja.
c) Olahraga
VICO Indonesia menyediakan Sport Hall yang di dalamnya terdapat lapangan
bulutangkis, lapangan badminton, lapangan basket, tempat aerobik, tempat
fitnes dengan instrukturnya.
d) Recreation hall
VICO Indonesia menyediakan tempat hiburan yang di dalamnya terdapat
bilyard, snooker, bioskop mini, karaoke, dan tempat untuk mengakses internet.
e) Perlengkapan kerja
Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pekerja, pihak VICO
Indonesia menyediakan pakaian seragam, sedangkan para pekerja yang terkait
langsung dengan operasi, disediakan safety shoes, ear plug, gloves, masker,
dan jas hujan. Bagi para tamu juga disediakan pinjaman alat pelindung diri
sesuai dengan tempat yang tamu kunjungi.
7. Tenaga kerja
VICO Indonesia mengklasifikasikan pegawai/tenaga kerja dalam dua kategori
dengan, yaitu:
a) Pegawai tetap
Pegawai tetap adalah mereka yang nama-namanya terdaftar di VICO Indonesia
dan dianggap menjadi pegawai tetap dan tidak terikat jangka waktu dalam
melaksanakan pekerjaan.
b) Pegawai kontrak (contractor)
Pegawai kontrak adalah mereka yang terikat jangka waktu kerjanya. Bila masa
kontrak habis, pegawai tersebut berhenti bekerja dari Perusahaan. Pegawai
kontrak ini disediakan oleh perusahaan-perusahaan penyedia jasa tenaga kerja
terlatih dalam bidangnya.
2. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang terdapat di
lingkungan kerja VICO Indonesia.
a. Kebakaran
VICO Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang minyak
dan gas bumi dimana minyak dan gas bumi dihasilkan dari ratusan sumur yang
ada di beberapa lapangan yaitu lapangan Badak, Nilam, Sambera, Mutiara,
dan Pamaguan. Selain itu hasil produksinya juga merupakan bahan yang
mudah terbakar. Potensi bahaya kebakaran juga dapat berasal dari penggunaan
energi listrik bertegangan tinggi pada unit penyediaan energi dan unit
penyimpanan bahan dan hasil produksi.
b. Peledakan
Penggunaan boiler pada unit produksi panas dan penyediaan bahan
bakar di VICO Indonesia berpotensi menimbulkan bahaya peledakan. Di
tambah lagi terlibatnya bahan kimia yang dapat meledak pada konsentrasi
tertentu, dan adanya gas-gas serta adanya penggunaan mesin dengan tekanan
yang tinggi yang dapat meningkatkan potensi terjadinya peledakan.
c. Bahaya dari peralatan proses produksi
Dalam kegiatan pengoperasiannya maka VICO Indonesia terdiri dari
unit-unit proses dan sarana penunjang lainnya. Setiap unit proses maupun
sarana penunjang terdiri dari berbagai rangkaian tangki pemprosesan sesuai
dengan bahan yang diolah dalam tangki tersebut, sedangkan pada sarana
penunjang (utilitis) terdiri dari pembangkit tenaga listrik, steam generator,
Cooling Water System, Compressor, Unit Pengolahan Air. Hampir semua
kegiatan pada unit-unit proses maupun sarana penunjang mengandung resiko
bahaya seperti kebakaran, peledakan maupun kecelakaan kerja.
Beberapa potensi bahaya yang dapat diidentifikasikan antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Potensi bahaya fisik
a) Hampir semua produksi memiliki faktor bahaya kebisingan.
b) Udara sekitar yang panas, apalagi di dekat dapur pembakar, di beberapa
tempat suhu kerja panas (furnace, pipa steam, dapur).
c) Adanya pekerjaan di ketinggian yang mempunyai resiko terjatuh atau
peralatan kerja yang jatuh dan mengenai pekerja di bawahnya.
d) Terjatuh kedalam lubang galian.
2) Potensi bahaya mekanikal
Dalam proses produksi di gunakan mesin-mesin produksi yang dalam
pengoperasiannya memiliki potensi bahaya tertentu. Sebagian besar
pengoperasian mesin dilakukan melalui control room, sehingga terjadinya
kecelakaan kerja yang menimpa karyawan dapat diminimalkan.
3) Potensi bahaya listrik
Bahaya listrik yaitu bahaya akibat tersengat aliran listrik pada saat
sedang melakukan perbaikan atau penggunaan alat-alat kerja yang
berhubungan dengan sumber tenaga listrik.
C. SISTEM MANAJEMEN K3
1. Bentuk Unit yang Menangani K3
Suatu sistem manajemen yang menangani K3 adalah HSES (Health, Safety,
Environment, and Security), yang berada dibawah pimpinan Vice President HSES
and Operation Integrity. HSES sendiri telah terbagi secara specifik dan berada
dibawah pimpinan manager pada masing-masing bidangnya, dapat dilihat dalam
bagan organisasi HSES and Operation Integrity pada lampiran.
Pada masing-masing HSES perusahaan memiliki representative pada
masing-masing area perusahaan, yang bertanggung jawab pada masing-masing
areanya, dan juga membuat laporan tentang tahapan kerja dan bahaya yang dapat
menimpa pekerja sekaligus usaha untuk menanggulangi resiko dan harus
malaksanakan program HSES yang ada, laporan akan diserahkan pada masingmasing bagian dari HSES.
Perusahaan melakukan program ini pada semua plan dan fasilitas yang
digunakan untuk pelaksanaan operasi perusahaan.
e) Analisis dan prosedur tugas kritis
Mengidentifikasi semua aktivitas yang berisiko tinggi pada perusahaan. Semua
kegiatan yang berisiko akan menjadi subjek dari task risk assesment sebagai
dasar dari task analysis procedure.
f) Laporan dan investigasi kecelakaan
Metode investigasi dan pengukuran dari setiap kejadian, baik sebab langsung
ataupun tidak langsung dapat diidentifikasi untuk mengoreksi aktifitas agar
tidak terjadi kecelakaan yang terulang.
g) Observasi tugas
Program ini membantu dalam menetapkan tempat yang cukup aman untuk
pelaksanaan kerja atau operasi termasuk didalam TRA atau Task Analysis
Program.
h) Kesiapan keadaan darurat
Dalam program ini perusahaan berusaha menetapkan program pada saat
emergency dan persiapan dari kemungkinan bahaya kebakaran di perusahaan
dengan tujuan untuk meringankan beban perusahaan jika terjadi kebakaran.
ke
dalam
pelatihan
bidang
kesehatan,
keselamatan,
dan
perlindungan lingkungan.
l) Alat pelindung diri
Perusahaan mewajibkan setiap pekerja untuk memakai PPE guna melindungi
pekerja dari bahaya kesehatan dan keselamatan yang tidak bisa dihindari.
m) Pengendalian higiene kesehatan
Semua pekerja diwajibkan mengikuti Medical Check Up adapun waktunya
disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan bahan yang dipakai dalam bekerja.
Perusahaan juga mempunyai program Occupational Health yang menjamin
bahwa adanya bahaya dalam semua pelaksanaan operasi di perusahaan sudah
dikenali dan dikontrol.
n) Evaluasi sistem
Sistem ini penting untuk memeriksa sistem manajemen pada perusahaan untuk
menemukan standar yang diinginkan dan diharapkan oleh manajemen.
o) Manajemen perubahan rekayasa
Penting untuk mengurangi bahaya pada saat desain mesin dari setiap
perubahan yang baru. Penting juga untuk mengidentifikasi bahaya yang ada
sebelum terjadi perubahan.
p) Komunikasi perorangan
Setiap pekerja akan menerima instruksi tentang apa yang harus mereka
lakukan, bagaimana cara melakukannya, dan pekerjaan apa yang harus
dikerjakan selanjutnya.
q) Komunikasi kelompok
Termasuk dalam suatu promosi yang efektif dalam berkomunikasi antara
Supervisor dan pekerja. Juga dapat mengembangkan team spirit dalam tim
kerja.
r) Promosi umum
Perilaku pekerja bisa menjadi pengaruh yang positif dan negatif bagi promosi
HSE di perusahaan.
s) Penerimaan pegawai dan penempatan
Perusahaan menyadari bahwa suksesnya perusahaan tergantung dari kualitas
pekerjanya. Hiring and Placement yang baik adalah bagian yang penting dari
suatu manajemen yang baik.
t) Manajemen material dan jasa
Prosedur
material
dan
procurement
menyediakan
kesempatan
untuk
mengidentifikasi
bahwa
perusahaan
mempunyai
manajemen
benar dan memastikan penyelesaian pekerjaan yang aman, tepat waktu dan
hemat.
b. Hentikan setiap saat (Stop immediately). Keputusan untuk menghentikan setiap
pekerjaan yang membahayakan didukung oleh semua manajer.
c. Laporkan segera (Report immediately). Melaporkan semua accident dan
incident/near miss berarti menyelamatkan jiwa, sedang menyembunyikan akan
berakibat hukuman.
2. Delapan Standar Praktek Keselamatan Kerja
a. Izin bekerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan yang melibatkan kegiatan masuk ke ruang
tertutup/terbatas, pekerjaan pada sistem energi, atau gangguan tanah, dimana
kemungkinan terdapat bahaya yang tersembunyi, di kedalaman dua meter atau
pekerjaan panas di lingkungan yang berpotensi eksplosif, harus disertai ijin
terlebih dahulu.
Isolasi sistem energi, mekanis, listrik, proses, hidrolik dan lainnya tidak dapat
dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku.
d. Keselamatan kendaraan
Kendaraan dapat dioperasikan dengan syarat telah diinspeksi dan dipastikan
layak pakai, pengemudi yang terlatih, jumlah penumpang sesuai kapasitas,
sabuk pengaman terpasang, dan pengemudi tidak boleh menggunakan HP atau
radio.
e. Perubahan tanah
Pekerjaan yang melibatkan pemotongan tanah oleh manusia, lubang, parit dan
lekukan pada permukaan tanah yang terbentuk karena pembuangan tanah tidak
boleh dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku.
f. Izin masuk ruang tertutup/terbatas
Harus memiliki izin yang berlaku untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan keselamatan yang diharuskan.
g. Operasi pengangkatan
Pengangkatan memakai hoist, crane, atau alat pengangkat mekanis lainnya
tidak dapat dilakukan tanpa persyaratan keselamatan yang berlaku.
h. Manajemen perubahan
Pekerjaan yang timbul karena terjadinya perubahan sementara atau permanen
pada organisasi, karyawan, sistim, proses, prosedur, peralatan, produk,
material, bahan-bahan, dan undang-undang serta peraturan yang berlaku tidak
boleh dilanjutkan kecuali bila manajemen perubahan sudah dibuat.
3. Tujuan Unit K3
Perusahaan dikenal mempunyai HSE yang bagus dan juga memiliki
kebijakan untuk menjadi tetangga yang baik dengan masyarakat sekitar. Hal
tersebut menjadi hal yang sangat kritis dalam meraih bisnis yang sukses dan untuk
dapat meraih misi perusahaan. Hal yang harus dicapai demi tercapainya tujuan
tersebut:
a. Tidak adanya kecelakaan yang terjadi.
b. Tidak ada hal apapun yang berbahaya bagi manusia.
c. Tidak merusak lingkungan.
d. Bergotong royong.
Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan menempatkan beberapa
organisasi untuk mendukung HSE Management System, antara lain :
a. Kebijakan HSE yang berupa pernyataan untuk mengidentifikasi sistem.
b. Komitmen dari line management untuk melakukan pelaksanaannya.
Setiap pekerja diharuskan atau wajib bersikap aktif dalam pelaksanaan HSE
Management System.
Indonesia
Legislation
Environmental Management
System
Contained in 3 EMS Manual
(For ISO 14001 Certification)
5. Health Benefit
Bagian ini berfungsi untuk mengatur mekanisme pelaksanaan ketentuan dan
peraturan kesehatan bagi para karyawan, yang dilaksanakan oleh departemen field
health and medical services departement.
Kegiatan atau tugas dari bagian Health Benefit adalah :
a. Mengatur petunjuk pelaksanaan peraturan kesehatan.
b. Menyiapkan kartu pengenal berobat untuk bekerjasama dengan bagian Kuratif
dan Rehabilitatif.
c. Melakukan monitoring dan kontrol terhadap pelaksanaan field health and
medical services departement.
d. Melakukan revisi.
e. Evaluasi dan meninjau ulang pelaksanaan field health and medical services
departement.
3. Menggalakkan olah raga secara teratur bagi pekerja yaitu menyediakan berbagai
fasilitas olah raga untuk pekerja dari perusahaan,
4. Imbauan untuk tidak merokok,
5. Imbauan untuk makan yang teratur dan seimbang.
Larangan untuk tidak merokok selalu digalakkan baik berupa Imbauan melalui
poster ataupun melalui penyuluhan-penyuluhan.
F. Ergonomi
Untuk menghindarkan Penyakit Akibat Kerja dilakukan penyesuaian mesinmesin dan peralatan kerja terhadap tenaga kerja menurut dasar-dasar hukum kerja.
Untuk itu VICO Indonesia memeperhatikan masalah diantaranya:
1. Sikap Kerja
Sikap kerja yang banyak dilakukan oleh karyawan VICO Indonesia adalah
sikap kerja duduk. Karena mesin-mesin produksi dijalankan melalui panel-panel
kontrol. Jadi untuk pekerjaan berdiri atau berjalan hanya dilakukan pada saat
melakukan pengecekan ke lapangan dan juga pada saat melakukan pekerjaan
perbaikan mesin-mesin. Untuk tempat duduk atau kursi kerja dapat dinaik
turunkan sesuai tinggi badan pemakai, sandaran dada sudah disesuaikan,
dilengkapi dengan sandaran tangan serta roda pada kaki kursi, sehingga mudah
untuk berpindah posisi dan menjangkau benda yang letaknya jauh.
2. Tata Letak
Tata letak diatur sesuai dengan bentuk tubuh pekerja untuk membuat tenaga
kerja bekerja secara nyaman dan ergonomis sehingga terhindar dari Penyakit
Akibat Kerja serta dapat mengurangi kelelahan. Tata letak yang diperhatikan
antara lain:
a. Kontrol panel
Panel yang digunakan untuk mesin produksi, semuanya dibuat dengan
menyesuaikan tinggi badan rata-rata orang Indonesia. Dalam hal pembuatanya
telah diperhitungkan dengan anthropometri orang Indonesia pada umumnya,
sehingga pada saat melakukan pekerjaan tenaga kerja tidak melakukan gerakan
yang berlebih dan upaya-upaya yang tidak perlu.
b. Meja kerja
Untuk meja kerja dibuat rata-rata sesuai tinggi siku tenaga kerja pada saat
duduk dan tempat duduk dapat di atur berdasar tinggi seseorang.
G. Pengelolaan Lingkungan
Sistem pengelolaan lingkungan perusahaan VICO Indonesia sesuai dengan
prosedur lingkungan, yaitu :
1. Rencana dan standar pengelolaan lingkungan,
2. Penyaringan lingkungan,
3. Penilaian lingkungan,
4. Survey rona awal lingkungan,
5. Pengelolaan limbah,
6. Pemantauan lingkungan,
: hijau
2. Limbah anorganik
: kuning
3. Limbah metal
: merah
4. Limbah B3
: hitam
Limbah yang bersal dari proses kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi ada
di VICO Indonesia sebelum di buang ke lingkungan sekitar terlebih dahulu
dilakukan pengolahan limbah, meliputi ;
1. Prosedur pengolahan limbah
a. Limbah yang terkontaminasi/tercemar oleh minyak, seperti produce water dan
lube oil dikumpulkan dan diproses / diolah di pollution control untuk
dipisahkan dengan air yang tercampur. Sludge yang dihasilkan dari aktifitas
operasi dikumpulkan dalam tangki pengumpul untuk dipisahkan dengan
minyak yang tercampur didalamnya dan oil water di angkut ke pollution
control sedangkan sludge-nya diproses dengan tehnik bioremediasi. Drilling
Cutting dan Contaminated soil diolah dengan menggunakan teknik
Bioremediasi.
b. Material scrap dan limbah non B3, diangkut ke nilam pipe yard untuk Badak,
Nilam, dan Samberah dan ke Gelondrong Junk untuk Mutiara, yang kemudian
dibawa dan diperiksa oleh BP Migas dan dilelang.
c. Limbah B3, dikemas secara tertutup dan diberi label dengan jelas lalu dibawa
ke nilam pipe yard sebagai tempat penyimpanan sementara untuk Badak,
Nilam, Samberah dan Mutiara Central Plant Yard untuk mutiara yang
kemudian dibawa oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri).
d. Limbah biomedis, seperti limbah cair dibawa ke sewage treatment plant.
Limbah padat dikumpulkan dan dikemas kemudian diberi label dan disimpan
H. Emergency Response
Keadaan darurat di VICO Indonesia akan terkendali dengan mulainya terdengar
suara sirine yang ada di area VICO Indonesia.
Ketika terjadi keadaan darurat, maka sirine akan berbunyi (sirine terputus-putus
setiap lima detik). Setiap orang harus berkumpul di tempat berkumpul yang telah
ditetapkan dan melapor ke petugas yang ditunjuk untuk menghitung karyawan di
tempat berkumpul. Jika evakuasi diperlukan, perusahaan berhak untuk mengarahkan
dan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang ada.
Jika tindakan medis darurat diperlukan, maka perusahaan berhak untuk
mengarahkan dan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang tersedia dengan
biaya yang sesuai. Perusahaan dapat menerapkan back charge atau pemotongan
tagihan yang timbul sebagai akibat biaya penanganan.
Klasifikasi sirine tanda keadaan darurat.
1. Keadaan darurat di plant : sirine listrik dan sirine yang berada di stasiun pemadam
kebakaran (badak, saliki, nilam, dan Pamaguan) akan berbunyi terputus-putus
selama sepuluh detik dan jeda lima detik.
2. Evakuasi plant ; sirine listrik dan sirine yang berada di stasiun pemadam
kebakaran akan berbunyi terputus-putus selama tiga puluh detik dan jeda lima
detik.
3. Keadaan darurat besar di luar plant ; sirine listrik dan sirine yang berlokasi di
stasiun pemadam kebakaran (sumur, kampung) akan berbunyi terputus-putus
selama lima detik dan jeda lima detik.
4. Keadaan darurat selesai (all clear) ; sirine listrik dan sirine yang berlokasi di
stasiun pemadam kebakaran akan berbunyi tanpa henti selama lima belas detik.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Potensi Bahaya
VICO Indonesia telah melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang
diakibatkan oleh
peledakan, kebocoran bahan kimia serta kondisi dan tindakan yang tidak aman
dengan menyediakan alat pemadam kebakaran, pengamanan tempat - tempat
penyimpanan bahan kimia mudah terbakar dan meledak, pengamanan pada mesin,
dan pengamanan pada tenaga kerja dengan menyediakan alat pelindung diri sesuai
dengan potensi bahaya yang dihadapi. Hal ini telah sesuai dengan Undang - Undang
No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 yang mengatur tentang syarat syarat keselamatan kerja dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya
kebakaran dan peledakan.
VICO Indonesia juga telah membentuk tim pemadam dan penanggulangan
kebakaran, yang melibatkan dari berbagai unsur, baik karyawan shift maupun non
shift. Tim ini telah melakukan pelatihan secara terprogram, berkesinambungan dan
bertahap yang terkoordinasi dari bagian Safety. Setiap shift ada tim yang selalu siap
selama 24 jam. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
186/MEN/1996 tentang Penanganan Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, yang
menyebutkan bahwa harus diadakan penjagaan terus menerus selama 24 jam
termasuk hari libur, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi.
Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan peralatan seperti : Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) yang terpasang tiap jarak 15 meter di area produksi,
hidrant pada tempat-tempat tertentu yang memiliki resiko kebakaran seperti tempat tempat penyimpanan bahan baku, bahan kimia dan control room. Hal ini sesuai
dengan Permenaker No. 04/MEN/1980 tentang Alat Pemadam Api Ringan.
Terhadap potensi bahaya lain yaitu kondisi yang tidak aman dan tindakan yang
tidak aman. Dalam mengantisipasi kondisi berbahaya perusahaan telah melakukan
inspeksi secara rutin yang dilakukan oleh Safety Inspector. Inspeksi dilaksanakan
dengan menggunakan Check List dan hasil inspeksi dibawa dalam rapat manajemen
untuk dilakukan tindakan perbaikan. Kemudian dilakukan evaluasi atas tindakan
perbaikan tersebut. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. Faktor Bahaya
1. Faktor Fisik
a. Kebisingan
Laporan hasil pengukuran kebisingan yang terdapat pada lampiran 9
menunjukkan adanya beberapa hasil pengukuran yang melebihi nilai ambang
batas kebisingan di tempat kerja yaitu berdasarkan Kepmenaker No. 51/MEN
/1999 tentang Nilai Ambang Batas faktor fisik di tempat kerja, NAB kebisingan
yang diperkenankan untuk waktu pemaparan kebisingan selama 8 jam sehari atau
40 jam seminggu adalah 85 dBA.
Sebagai upaya preventif tentang bahaya kebisingan yang melebihi NAB,
topik kebisingan sering dibawakan dalam safety meeting dengan karyawan. Selain
itu juga ada pemberian tanda/rambu zona PPE yang memuat kewajiban untuk
memakai pelindung telinga di tempat kerja. Untuk tindakan pengendalian pada
tenaga kerja yang terpapar kebisingan adalah dengan penyediaan alat pelindung
diri yang salah satu contohnya adalah Ear plug telah sesuai dengan UU No 1
tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada BAB X, Kewajiban
pengurus pasal 14 ayat c yang bunyinya menyediakan secara cuma-cuma, semua
alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petujuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
a) Kadar penerangan di ukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik setinggi
tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan umum (+ 1
meter).
b) Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux (0,5 ft
candles)
c) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan harus
paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux (2 ft candles).
d) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan
barang kasar seperti :
1) Mengerjakan bahan-bahan yang kasar.
2) Mengerjakan arang atau batu.
3) Menyisihkan barang-barang yang besar.
4) Mengerjakan bahan tanah atau batu.
5) Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai.
6) Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar harus
paling sedikit mempunyai kekuatan 50 lux (5 ft candles)
e) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barangbarang kecil secara sepintas lalu seperti :
1) Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai
(semifinished).
2) Pemasangan yang kasar.
3) Penggilingan padi.
4) Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas.
Jenis Kegiatan
Pekerjaan kasar dan
Tingkat
Pencahayaan
Minimal (LUX)
100
Keterangan
Ruang penyimpanan dan ruang
300
500
Pekerjaan halus
1000
200
1500
Tidak
menimbulkan
bayangan
Pekerjaan terinci
3000
Tidak
menimbulkan
bayangan
Tabel 2. Tabel intensitas cahaya di
1405/MENKES/SK/XI/02.
kerja
berdasar
Kepmenkes
c. Iklim kerja
Di VICO Indonesia secara umum kondisi iklim kerja telah baik karena
menurut pemantauan saya disini sudah ada ventilasi yang cukup dan dipasang Air
Conditioner (AC) pada masing-masing ruangan kantor sehingga suhu ruangan
dapat diatur untuk kenyamanan. Hal itu saya kemukakan berdasarkan pemantauan
saja karena kami tidak melakukan pengukuran dengan alat yang pasti. Dimana
untuk suhu yang ideal atau nikmat untuk orang Indonesia adalah 24-26 0C
(Sumamur, 1996).
d. Vibrasi
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
No.
Kep.
C. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan di VICO Indonesia telah dilaksanakan berdasarkan
Kep.men.KLH No. KEP-02/MEN/KLH/I/1988, tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan dan PP RI Nomor 188 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Serta KepmenLH No.09 Tahun 1997 perubahan
KepmenLH No.42/MENLH/10/96 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi (Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral, 2004).
Limbah-limbah yang ada di VICO Indonesia antara lain :
a. Olie Bekas Unit
b. Potongan-potongan logam dari proses service dan maintenance di Workshop
c. Sampah non logam dari kegiatan Workshop (Plastik, karet, ban bekas, baterai,
kaleng bekas).
VICO Indonesia dalam pengolahan limbah baik olie bekas, potongan logam
dan sampah non logam dari kegiatan workshop selalu memperhatikan kelestarian
lingkungan. Limbah-limbah di tampung di dalam tempat penampungan yang
kemudian diambil untuk dikirim dan diolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan limbah
Bahan berbahaya dan beracun.
D. Sistem Manajemen K3
Sesuai dengan undang-undang N0. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk menciptakan keselamatan kerja
ditempat kerja maka di VICO Indonesia telah terbentuk sistem manajemen yang
menangani K3 di VICO Indonesia adalah HSES (Health, Safety, Environment, and
Security), yang berada dibawah pimpinan Vice President of HSES and Operation
Integrity. HSES sendiri telah terbagi secara specifik dan berada dibawah pimpinan
manager pada masing-masing bidangnya.
Sistem Manajemen HSE VICO Indonesia dibuat guna menyampaikan resiko
yang terkait dengan operasi perusahaan yang mencakup rentangan yang luas dalam
aktivitas eksplorasi dan eksploitasi yang berpotensi menimbulkan resiko tinggi.
Sistem manajemen K3 ini berisi 22 elemen utama yang terdiri dari 20 elemen ISRS
(International Safety Rating System) dengan 2 elemen tambahan dari perusahaan
yaitu manajemen resiko dan manajemen lingkungan.
VICO Indonesia juga memiliki Sistem Keselamatan Kerja yang telah
diterapkan, yang disebut dengan Delapan Standar Praktek Keselamatan Kerja VICO
Indonesia, yaitu:
1. Izin bekerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan yang melibatkan kegiatan masuk ke ruang
tertutup/terbatas, pekerjaan pada sistem energi, atau gangguan tanah dimana
kemungkinan terdapat bahaya yang tersembunyi, dikedalaman dua meter atau
pekerjaan panas di lingkungan yang berpotensi eksplosif, harus disertai izin
terlebih dahulu.
2. Bekerja pada ketinggian
Dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian dua meter (6 kaki) pekerjaan tidak
dapat dilaksanakan tanpa memperhatikan persyaratan keselamatan yang
diharuskan, pekerja tidak boleh menciptakan suasana yang membahayakan orangorang dibawah karena jatuhnya obyek dan material, jangan membiarkan perkakas
berserakan dan memakai PPE dengan lengkap.
3. Isolasi energi
Isolasi sistem energi, mekanis, listrik, proses, hidrolik dan lainnya tidak dapat
dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku.
4. Keselamatan kendaraan
Kendaraan dapat dioperasikan dengan syarat telah diinspeksi dan dipastikan layak
pakai, pengemudi yang terlatih, jumlah penumpang sesuai kapasitas, sabuk
pengaman terpasang, dan pengemudi tidak boleh menggunakan HP atau radio.
5. Perubahan tanah
Pekerjaan yang melibatkan pemotongan tanah oleh manusia, lubang, parit dan
lekukan pada permukaan tanah yang terbentuk karena pembuangan tanah tidak
boleh dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku
6. Ijin masuk ruang tertutup/terbatas
Harus memiliki ijin yang berlaku untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan keselamatan yang diharuskan
7. Operasi pengangkatan
Pengangkatan memakai hoist, crane, atau alat pengangkat mekanis lainnya tidak
dapat dilakukan tanpa persyaratan keselamatan yang berlaku
8. Manajemen perubahan
Pekerjaan yang timbul karena terjadinya perubahan sementara atau permanen
pada organisasi, karyawan, sistim, proses, prosedur, peralatan, produk, material,
bahan-bahan, dan undang-undang serta peraturan yang berlaku tidak boleh
dilanjutkan kecuali bila manajemen perubahan sudah dibuat.
Pada masing-masing HSES perusahaan memiliki representative pada masingmasing area perusahaan, yang bertanggung jawab pada masing-masing areanya, dan
juga membuat laporan tentang tahapan kerja dan bahaya yang dapat menimpa
pekerja sekaligus usaha untuk menanggulangi risiko dan harus malaksanakan
program HSES yang ada, laporan akan diserahkan pada masing-masing bagian dari
HSES.
Dengan telah diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di VICO Indonesia berarti telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 05/MEN/1996 Bab III pasal 2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) bahwa, Setiap tempat kerja yang mempekerjakan tenaga
kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatakan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja
wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
unsur - unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh. Menu juga dibuat bervariasi setiap
harinya untuk menghindari kebosanan dari tenaga kerja.
dan
keluarga
VICO
Indonesia
diberi
kebebasan
untuk
memeriksakan diri ke poliklinik tanpa dipungut biaya. Penyakit yang sering terjadi
adalah penyakit penyakit ringan seperti flu, batuk, panas dan sebagainya. Tenaga
kesehatan terdiri dari dokter perusahaan, perawat, petugas laboratorium, farmasi dan
ahli kesehatan Kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per 01/MEN/1979 pasal 1 tentang Kewajiban Latihan Higene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan
yang menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga paramedis
diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapat latihan
dalam bidang Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 01/MEN/1976
tentang Kewajiban Latihan Higene Perusahaan Kesehatan Bagi Dokter Perusahaan
(Sumamur P.K., 1996).
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perusahaan meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan awal, ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja pasal 1 yang berbunyi Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima
melakukan pekerjaan.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan satu tahun sekali (general check
up), ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
02/MEN/1980 pasal 1 (b) yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu - waktu tertentu terhadap
tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan bila ada keluhan - keluhan dari
tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 pasal 1 (c) yang menyebutkan bahwa
pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Perusahaan juga telah mengikutsertakan semua tenaga kerjanya dalam
program Jamsostek. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang - Undang No. 03
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Depnaker RI. 2001).
Seperti yang disebutkan dalam pasal 3 (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per 03/MEN/1982 bahwa setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Ayat (2) disebutkan bahwa pengurus wajib
memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Tujuan pelayanan kesehatan kerja berdasar Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/MEN/1982 pasal 1 yaitu :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja.
G. Ergonomi
Secara umum penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam pelaksanaan
pekerjaan di VICO Indonesia telah dilaksanakan meskipun belum optimal. Jam kerja
bagi pekerja 5 : 2 yaitu 8 jam kerja per hari dan libur 2 hari dengan istirahat 1 1/2
jam istirahat dan bagi pekerja 2 : 2 yaitu bekerja selama 2 minggu dan libur 2
minggu dengan istirahat 1 jam perhari, ini telah sesuai dengan Undang Undang
No. 13 tahun 2003 pasal 77 ayat (1). Dengan adanya shift kerja yang teratur dan
terpogram dengan baik diharapkan tenaga kerja dapat terhindar dari rasa bosan dan
kejenuhan.
Perusahaan juga telah menyediakan alat angkat - angkut (Forklift, Troli, dan
lain-lainnya) di unit - unit kerja tertentu untuk mengurangi beban kerja dalam
mengangkat angkut barang, material dan memberi kemudahan pada tenaga kerja
dalam bekerja. Seluruh proses produksi di VICO Indonesia telah menggunakan
sistem pengendali yang ada di control room. Sistem yang digunakan adalah sistem
komputerisasi sehingga lebih memudahkan pekerja dalam menangani pekerjaannya.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 huruf
(m) menyatakan bahwa salah syarat keselamatan kerja adalah memperoleh
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerjanya.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu diperhatikan masalah ergonomi yang meliputi
jenis pekerjaan, jumlah jam kerja atau shift kerja, kesesuaian alat atau mesin dengan
tenaga kerja.
H. Emergency Response
Sesuai dengan Permenaker No. Per. 05/MEN/1996 mengenai Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sub (c) butir kedua mengenai
prosedur menghadapi keadaan darurat dan rencana pemulihan keadaan darurat yang
dapat mengancam keselamatan pekerja dan penyediaan sarana yang dibutuhkan
(Tarwaka, 2008). Tim K3 juga mempersiapkan personil yang diberikan tugas untuk
melakukan operasi penyelamatan dalam menghadapi keadaan darurat, menjamin
bahwa personil tersebut mendapatkan latihan yang cukup sehingga mampu
melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu dibuat prosedur rencana pemulihan
keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan
membantu pemulihan tenaga kerja. Semua hal tersebut diatas juga telah dilaksanakan
oleh VICO Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan observasi, interviu, pendataan, dan pembahasan terhadap
faktor yang ada di dalam aspek aspek kesehatan dan keselamatan kerja, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Potensi bahaya yang ada di VICO Indonesia antara lain : bahaya peledakan,
kebakaran, kebocoran bahan kimia dan bahaya dari pengoperasian mesin serta
lingkungan kerja.
2. Faktor bahaya yang ada di VICO Indonesia antara lain : kebisingan, pencahayaan,
bahan kimia berbahaya dan faktor bahaya biologi. Untuk faktor faktor bahaya
yang lain misal : iklim kerja, Vibrasi, dan pencahayaan masih dalam tahap yang
tidak menghawatirkan karena berada di bawah nilai ambang batas, sehingga tidak
memberi pengaruh yang berarti bagi tenaga kerja, tetapi pemantauan untuk faktor
bahaya tetap terus dilaksanakan guna meningkatkan kesehatan dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
3. VICO Indonesia telah menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja dengan baik, yang menggunakan sistem HSE (Health, Safety, Environment).
Sistem ini berisi 22 elemen utama yang terdiri dari 20 elemen ISRS (International
Safety Rating System) dengan 2 Elemen tambahan dari perusahaan yaitu
manajemen resiko dan manajemen lingkungan.
4. VICO Indonesia telah menyediakan poliklinik dan unit gawat darurat yang
dilengkapi peralatan medis dan obat obatan. Tenaga paramedis telah
mendapatkan pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja. Perusahaan juga telah
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan program Jamsostek.
5. VICO Indonesia telah menyediakan kantin dengan menu makanan yang memiliki
gizi berimbang yang dibutuhkan oleh tenaga kerja.
6. VICO Indonesia menerapkan waktu kerja 5 : 2 yaitu 5 hari kerja dan libur 2 hari
selama 1 minggu, dan waktu kerja 2 : 2 yaitu kerja selama 2 minggu selama 1
bulan dan libur selama 2 minggu dengan istirahat setiap hari 1 jam.
7. VICO Indonesia telah mengelola limbah-limbah industrinya sehingga lingkungan
sekitar tetap sehat dan aman dari bahan berbahaya dan beracun.
B. Saran
Berdasarkan
hasil
pembahasan
dan
kesimpulan
tersebut,
penulis
3. Tempat cuci tangan sebelum makan yang berada di dekat ruang makan sebaiknya
diperbanyak agar seluruh pekerja dapat cuci tangan sebelum makan.
4. Sosialisasi kebersihan tempat kerja dan asrama/camp sebaiknya selalu di
tingkatkan, karena di asrama masih ada yang memelihara kucing.
5. Dalam hal pelayanan kesehatan kerja, hendaknya pemantauan isi kotak Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang disediakan ditiap-tiap unit kerja dilakukan
secara teratur agar obat atau peralatan yang sudah tidak berfungsi dan sudah
kadaluwarsa dapat segera di ganti.
6. Pelatihan P3K kepada seluruh karyawan agar lebih ditingkatkan lagi supaya
pertolongan pertama dapat segera dilakukan oleh pekerja apabila terjadi
kecelakaan.
7. Peningkatan pelatihan pemadaman kebakaran kepada seluruh karyawan, sehingga
seluruh karyawan dapat sigap bila terjadi kebakaran.