Anda di halaman 1dari 30

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. MARIMAS PUTRA KENCANA


TANGGAL 4 – 9 November 2019

KELOMPOK 1

HYGIENE INDUSTRI

Anggota Kelompok :

dr. Indra Wahyu N

dr. Azif Zilal F

dr. Muamar Aulia G

dr. Ihsan Haris M

dr. Indri Puspitasari

dr. Triyani Desi P

dr. Anggi Danu P

dr. Dody Eka S

dr. Luthfi Fathin F

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTERIAN TENAGA KERJA RI.

PERIODE 4 – 9 NOVEMBER 2019

SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini, pembangunan nasional berkembang seiring dengan berjalannya


perkembangan industri yang ditandai dengan modernisasi pada mekanisme produksi. Yakni,
terjadi peningkatan penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, dan teknologi tinggi lainnya,
serta bahan berbahaya. Namun, kemudahan dalam proses produksi dapat pula meningkatkan
jumlah dan jenis bahaya di tempat kerja. Selain itu, tercipta lingkungan kerja yang kurang
memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut akan sangat
mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat kecelakaan kerja.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah perusahaan menjadi
sebuah keharusan guna meminimalisir kejadian kecelakaan kerja. Pada hakikatnya, faktor K3
berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pencapaian produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah
melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien,
dan produktif. Salah satu caranya adalah menciptakan perusahaan yang higiene agar
lingkungan kerja menjadi aman, nyaman, dan sehat.
Higiene perusahaan adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik, kimia,
radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan.Upaya ini terutama dilakukan dalam hal
pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan melaksanakan pengawasan terhadap
segala kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan.
Dengan demikian, sasaran kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja dan lingkungan
perusahaan. Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan merupakan upaya pencegahan
timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi perusahaan.
Sedangkan menurut Sumakmur, higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene
beserta praktiknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit
kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut, serta

1
apabila diperlukan berupa tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-masing, di mana sistem
tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan berkesinambungan. SMK3 dimulai
dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan ulang hingga pada akhirnya peningkatan
berkelanjutan. Salah satu tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan
hazard (potensi bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi
tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia maupun biologi.
Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan dan
Kerja (SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk upaya pencegahan timbulnya penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan akibat proses produksi perusahaan, maka pada hari
Kamis, 7 November 2019 telah dilakukan kunjungan ke PT. Marimas Putera Kencana.
Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini lebih difokuskan untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.
Marimas Putera Kencana
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT. Marimas
Putera Kencana
3. Mengetahui pengelolaan limbah industri di PT. Marimas Putera Kencana
Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh di lapangan dan
kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang ada di PT. Marimas Putera
Kencana. Diharapkan alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan dalam proses tersebut
dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang terlibat sehingga dapat mengurangi potensi
adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna memaksimalkan kinerja para karyawan.

1.2 DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja


2. UU No. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan
international No. 120 mengenai higine dalam perniagaan dan kantor-kantor
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan Kimia
Berbahaya.

2
4. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja.
5. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan dan
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
6. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86 dimana
dikatakan bahwa pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja.
7. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tentang tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
8. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 tentang hak setiap buruh atau pekerja untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
9. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 tentang setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
10. PP No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3

1.3 PROFIL PERUSAHAAN


1. Nama Perusahaan: PT. Marimas Putera Kencana
2. Alamat: Jalan Candi I / D-21, Kawasan Industri Candi Gatot Subroto, Semarang Jawa
Tengah, 50146
3. Sejarah dan Perkembangan:
PT. Marimas Putera Kencana merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang industri pangan dengan produk utama berupa minuman serbuk aneka rasa.
Perusahaan yang didirikan oleh Harjanto Kusuma Halim, MSc ini, pada mulanya
berbentuk home industry yang dikelola dengan sistem manajemen keluarga dan
mendapat ijin usaha pada tanggal 16 Agustus 1995. Seiring berjalannya waktu,
perusahaan home industry ini berkembang menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT)
dengan nama PT. Ulam Tiba Halim yang kemudian mengalami perubahan nama
menjadi PT. Marimas Putera Kencana pada tanggal 14 Desember 2001.
PT. Marimas Putera Kencana berada di dalam naungan Marifood bersama dengan
PT. Ulam Tiba Halim, CV. Apromas Sejahtera Mandiri, CV. Herba Liem Putra, dan
CV. Papan Estu Jaya. PT. Ulam Tiba Halim merupakan distributor semua produk
yang dihasilkan oleh PT. Marimas Putera Kencana. CV. Apromas Sejahtera

3
merupakan perusahaan yang secara khusus menangani Marimas Es Lilin, sedangkan
CV. Herba Liem Putra merupakan perusahaan yang secara khusus menangani Serbat.
CV. Papan Estu Jaya merupakan perusahaan penyedia sarana dan prasarana semua
perusahaan di bawah naungan Marifood
PT. Marimas Putera Kencana memiliki tiga pabrik yang memproduksi beragam
minuman dan makanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Unit
Produksi 1 difokuskan untuk memproduksi minuman serbuk yang mengandung susu,
creamer, dan vitamin meliputi Milkimas Es Puter, Marimas Es Lilin, Koko Beluk
Icepresso, Fullvita, Teh Arum, Indosedap Susu Jahe, Marimas Adem, Marimas Fruitz,
dan Serbat. Unit Produksi 2 difokuskan untuk memproduksi minuman serbuk buah
meliputi Marimas dan Mariteh. Unit Produksi 3 difokuskan untuk memproduksi
makanan meliputi Kreker Beras dan Kongbap Multi Grain Mix. PT. Marimas Putera
Kencana berada di bawah naungan Marifood bersama dengan 4 perusahaan lainnya.
PT. Marimas Putera Kencana memiliki visi untuk menjadi produsen minuman
serbuk nomor satu di pangsa pasarnya.PT. Marimas Putera Kencana berkomitmen
untuk senantiasa memenuhi harapan pelanggan secara terus menerus dengan
melaksanakan sistem mutu yang terdokumentasi melalui: 1. Penyertaan setiap
individu karyawan secara terpadu; 2. Penanaman sikap mental yang proaktif; 3.
Tindakan perbaikan yang berkesinambungan.
PT. Marimas Putera Kencana hingga saat ini sudah memiliki total lahan dengan
luas 15.000 m2 . Lahan seluas 2.000 m2 digunakan sebagai kantor, 7.000 m2
digunakan sebagai pabrik, dan 6.000 m2 digunakan untuk gudang. PT. Marimas
Putera Kencana memiliki beberapa lokasi perusahaan di Kawasan Industri Candi,
Jalan Gatot Subroto, Semarang meliputi: Kantor pusat khusus untuk kepentingan
administrasi dan operasional, Unit Produksi 1 (UP 1), Unit Produksi 2 (UP 2), Unit
Produksi 3 (UP 3), Departemen Pengendali Lingkungan, Departemen Teknik,
Departemen Umum, Gudang gula, dan Gudang bahan baku penolong.
PT Marimas Putera Kencana telah mengembangkan dan mengimplementasikan
sistem jaminan mutu sesuai dengan ISO 9001, menerapkan sistem keamanan pangan
yang tersertifikasi ISO 22000, menciptakan produk yang halal sesuai dengan Sistem
Jaminan Halal yang berlakukan dan di syahkan oleh LPPOM MUI.

4
PT. Marimas Putera Kencana telah melakukan Pemeriksaan kesehatan (awal dan
rutin), pemeriksaan/pengukuran lingkungan (internal dan eksternal), penyediaan kotak
P3, APD, simulasi kebakaran dan asuransi BPJS Ketenagakerjaan.
3. Jumlah Karyawan: Total karyawan di PT. Marimas Putera Kencana adalah  1000
orang.
4. Jam Kerja Karyawan:
 Factory:
- Shift I : 07.00 – 15.00
- Shift II : 15.00 - 23.00
- Shift III: 23.00 - 07.00
 Office : 08.00 - 16.00
5. Jaminan Asuransi Kesehatan: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
6. SMK3L: PT. Marimas Putera Kencana belum memiliki departemen khusus yang
membidangi K3 tetapi masih dalam tahap pengajuan. Saat ini, PT Marimas Putera
Kencana baru memiliki departemen lingkungan yang mengatur seputar faktor-faktor
lingkungan, sanitasi, dan limbah.
1.4 ALUR PRODUKSI

Gambar 1. Alur Produksi PT. Marimas Putera Kencana

5
1.5 LANDASAN TEORI
A. Hygiene Industri
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta
lingkungannya.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja


Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara lain
faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan limbah.
Faktor Fisik
1) Bising:
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
 Jenis kebisingan:
- Kebisingan terus-menerus: dihasilkan oleh mesin-mesin yang berputar;
- Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang di udara;
- Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam, bom meledak.
 Akibat kebisingan:

Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan
akibat kebisingan, perubahan ambang
pendengaran
Akibat batas permanen akibat kebisingan
lahiriah Rasa tidak nyaman atau stress meningkat,
Akibat fisiologis tekanan darah meningkat, sakit kepala,
bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca dan
gaya hidup
psikologis sebagainya.
Merintangi kemampuan mendengarkan
Gangguan
TV, radio, percakapan, telpon dan
pendengaran
sebagainya.

6
Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, yaitu 85 dB (A)
(Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011). Agar kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan, perlu diambil tindakan seperti penggunaan
peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan,
penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak
ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak
mengganggu kesehatan atau membahayakan.

2) Getaran:
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin
atau alat dijalankan dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis.
 Jenis getaran:
- Getaran seluruh tubuh, mempunyai frekuensi 1-80 Hz;
- Vibrasi segmental, dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan dan
tangan. Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.

3) Iklim dan Suhu:


Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara efisien dan produktif bila
lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah
24°C-26°C. Bila iklim kerja panas dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam
bekerja dan gangguan kesehatan.

4) Pencahayaan:
 Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
- Pencegahan kesilauan;
- Arah sinar;
- Warna;
- Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.
 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:

7
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan rangkap
- Sakit kepala
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap kontras
warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun

 Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut.


Tingkat
Jenis
pencahayaan Keterangan
Kegiatan
minimal (Lux)
Ruang penyimpanan dan ruang
Pekerjaan
peralatan/instalasi yang
kasar & tidak 100
memerlukan pekerjaan yang
terus-menerus
kontinyu
Pekerjaan
Pekerjaan dengan mesin dan
kasar dan 200
perakitan kasar
terus-menerus
Pekerjaan kantor/administrasi,
Pekerjaan rutin 300 ruang kontrol dan pekerjaan mesin
dan perakitan atau penyusun
Pembuatan gambar atau bekerja
Pekerjaan agak dengan mesin kantor pekerja
500
halus pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
Pemilihan warna, pemrosesan,
Pekerjaan
1000 tekstil, pekerjaan mesin halus dan
halus
perakitan halus
1500
Mengukir dengan tangan, pekerjaan
Pekerjaan amat (tidak
mesin dan perakitan yang sangat
halus menimbulkan
halus
bayangan)
3000
Pekerjaan (tidak Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
detail menimbulkan sangat halus
bayangan)

 Beberapa hal yang dapat menurunkan intensitas penerangan:


- Adanya debu atau kotoran pada bola lampu;
- Bola lampu yang sudah lama;
- Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami;
- Perubahan letak barang-barang.

8
Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah Kepres No.
22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point) penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan
yang memiliki resiko kontaminan khusus.

Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor
biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan hewan
invertebrata (protozoa, ascaris).
 Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:
1. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
2. Ingesti/ saluran pencernaan
3. Kontak dengan kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, mulut.
 Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan:
1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan baru,
pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;
2. Dilarang makan dan minum di area produksi;
3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu
yang mengandung organisme patogen dengan cara menutupi hidung dan mulut
dengan tujuan untuk menghindari debu respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat menuangkan
bahan baku;
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan produksi.
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali
setiap bulan;

9
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan mencuci tangan
di air mengalir dan sabun;
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan pendingin
ruangan untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah
penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari. Salah satunya kantin
atau tempat makan para pekerja berada di ruangan tertutup sehingga lalat tidak dapat
keluar masuk dan hinggap pada makanan pekerja.

Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja. Bahan
kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan campurannya yang
bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di setiap proses industri.
Paparan terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk
memahami faktor kimia di tempat kerja, seorang ahli K3 harus memiliki pengetahuan
tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya
dapat dilakukan dengan melihat pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data
Sheet (MSDS).

1) Klasifikasi (berdasarkan bentuknya):


 Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di
udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan
jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagai suspensi di udara. Bentuk ini
memiliki ukuran 0.02-500µm. Yang termasuk dalam bentuk partikulat
diantaranya adalah sebagai berikut.

10
- Debu: merupakan suspensi partikel benda padat di udara. Butiran debu ini
dihasilkan oleh pekerjaan mekanisasi, seperti pekerjaan yang berkaitan
dengan gerinda, pemboran, pemecahan, dan penghancuran material padat.
Ukuran debu dapat bervariasi mulai dari yang dapat terlihat dengan mata
telanjang (50µm) sampai dengan yang tidak terlihat. Partikel debu yang
berukuran kurang dari 10µm dapat membahayakan kesehatan karena dapat
terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, dan yang berukuran 0.5 – 4 µm
dapat terdeposit pada alveolus paru, seperti debu kapas, silica, dan asbes.
- Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil kondensasi bahan-bahan
dari bentuk uap, biasanya terjadi setelah penguapan dari logam cair. Uap
dari logam cair terkondensasi menjadi partikel-partikel padat di dalam
ruangan logam cair tersebut, misalnya pada pekerjaan penyolderan,
pengelasan, atau peleburan logam. Contoh: metal fume pada peleburan
logam seperti ZnO dan PbO.
- Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai hasil
proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses electroplanting
dan penyemprotan di mana cairan tersebar, terpercik atau menjadi busa
partikel buih yang sangat kecil. Contoh: kabut minyak yang dihasilkan
selama operasi memotong dan gerinda.
- Asap (smoke): adalah partikel-partikel karbon yang mempunyai ukuran
kurang dari 0.5µm dan bercampur dengan senyawa hidrolarbon sebagai
hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar, seperti hasil
pembakaran batubara.
- Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan fog bersama di udara.
Smog terdapat pada pekerjaan pembuihan.

 Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang tertutup dan
dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat dengan pengaruh dari
gabungan kenaikan tekanan dan pengurangan suhu. Gas dapat berdifusi
dengan cara menjalar atau menyebar. Contoh : bahan seperti oksigen,
nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan

11
normal, dapat diubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu
dan penambahan tekanan.
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan normal
berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang. Uap dapat
dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan menambah tekanan atau
menurunkan suhu. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang rendah
lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang tinggi.
Contoh bentuk uap adalah uap air, uap minyak, uap merkuri, uap toluen.

2) Pengaruh Fisiologis dan Patologis Bahan Kimia:


 Bahan kimia iritatif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau
menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh
yang terkena biasanya kulit, mata, dan saluran pernapasan.
- Iritasi melalui kulit  apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu
dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai
pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan kulit).
- Iritasi melalui mata  kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia
dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai
kerusakan permanen.
- Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa
bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila
terkena pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung dan
kerongkongan).
 Bahan kimia bersifat asfiksian merupakan bahan kimia yang dapat
menyebabkan asfiksia, yaitu keadaan sesak napas dihubungkan dengan
gangguan proses oksigensi dalam jaringan tubuh, sehingga menimbulkan
sensasi tercekik dan dapat menyebabkan kematian. Terdapat dua jenis
asfiksia, yakni:
- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan
dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas
seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atau helium yang
kadar tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup.

12
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada
situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan
mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat
asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida, nitrogen, propan, argon,
dan metana.
 Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan mati rasa.
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu
seperti ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan methylethyl keton
(aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat
menekan susunan syaraf pusat.
 Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang dalam kosentrasi
relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan
menyebabkan kematian. Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan
sistemik dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari
tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat
menyebar keseluruh tubuh. Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida,
benzene, dan sianida.
 Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor
(benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru
muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun.
Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, kromium, nikel dapat menyebabkan
kanker paru-paru.
 Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam tubuh
dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti pneumoconiosis.
Pneumoconiosis adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya
partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan
adanya reaksi dari jaringan paru dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh
bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica,
asbestos, talc, batubara dan beryllium.

3) Pengukuran:Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan kimiawi di


tempat kerja, maka perlu dilakukan pengukuran/pengujian terhadap faktor kimia

13
yang memapari tempat tersebut dengan cara pengambilan sample yang
selanjutnya akan dianalisa. Dalam melakukan pengukuran pada lingkungan kerja
diperlukan pengambilan sample yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam
kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya harus representatif dalam 8 jam kerja.
Metode yang digunakan antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH,
AIHA, dan lain-lain. Beberapa instrument analisis yang digunakan dalam
pengujian faktor kimia adalah AAS untuk analisis kadar logam, GC untuk kadar
hidrokarbon, spectrophotometer UV/Vis untuk analisis gas organic, dan X-Ray
deffractometer. Nilai Ambang Batas (NAB), diatur berdasarkan surat edaran
Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor kimia dan faktor
fisikadi tempat kerja.Kategori nilai ambang batas:
 NAB rata-rata selama jam kerja
 NAB pemaparan singkat
 NAB tertinggi

4) Pengendalian: Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan


berbagai cara seperti:
 Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
 Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang
dibuat oleh suatu perusahaan, berisikan antara lain kandungan/komposisi, sifat
fisik dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai
NAB, efek terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama
keracunana, alamat dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
 Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di
bidang kimia.
 Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan dengan
tahapan sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi

14
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar potensi
bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya adalah
keputusan menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.

Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
 Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan;
 Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP);
 Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan
lingkungan sekitar perusahaan;
 Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah, konsumen
terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan makanan;
 Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan mutu
dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari konsumen;
 Mengurangi biaya recall.
 Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene pekerja
yang terlibat.

Sanitasi industri meliputi:


1) Water supply: Suplai air dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya, yaitu:
 Domestik  untuk karyawan, makan, minum, dll
 Proses produksi
2) Pembuangan kotoran dan sampah: Sampah dibagi menjadi dua, yaitu:
 Domestik  berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi
 Sampah industri  padat, cair

15
Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam pengelolaannya.Sampah dapat
diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak
bisa dimanfaatkan lagi dan dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak
berbahaya dan mudah terurai.
3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam proses
produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga kerja ataupun
proses produksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan merupakan usaha
pencegahan penyakit, dapat menjadi pertimbangan ekonomi dalam penyediaan
makanan dan merupakan pencegahan penyakit yang efektif. Hal–hal yang
diperhatikan dalam sanitasi makanan adalah:
 Kebersihan makanan  penyediaan bahan makanan, pengolahan makanan,
pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan
 Kebersihan peralatan
 Kebersihan fasilitas
 Kantin dan ruang makan
 Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang yang
berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke manusia. Contoh-contoh
vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-lain. Masing-masing
vektor membawa penyakit tertentu dan dapat mengenai tenaga kerja, sehingga
dapat menurunkan produktivitas. Pengendalian vektor dapat dilakukan oleh pihak
perusahaan sendiri ataupun memakai jasa pengendalian vektor profesional.
5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal yang mutlak
harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting dalam proses produksi.
Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk menjalankan fungsi-fungsi
biologis seperti buang air kecil, buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan
lain-lain. Hal – hal yang termasuk fasilitas kebersihan, yaitu:
 WC (kakus)  memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding
dengan jumlah pekerja.
 Tempat cuci.
 Tempat mandi  membersihkan badan sebelum pulang.
 Tempat baju kerja (locker)  tempat ganti pakaian sebelum dan sesudah
kerja.

16
 Ruang makan dan kantin  memenuhi syarat – syarat rumah makan sehat
atau kantin sehat.

Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah industri
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang memiliki nilai ekonomis
berupa limbah yang dengan melakukan proses lanjut akan memberi nilai tambah,
serta limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomis berupa limbah yang diolah dalam
bentuk proses apapun tidak dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat
mempermudah sistem pembuangan.

Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya ditempatkan
pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya serta apakah
termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang bukan termasuk B3 perlu dipilah
lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk
kedalam limbah B3 adalah limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang
bersifat racun dan berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam
jumlah sedikit tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup
dan sumber daya.Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu
sesuai dengan spesifikasinya.Kontainer tempat menampung limbah yang termasuk
kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada waktu pengumpulan
dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir B3. Secara
umum, pengolahan limbah industri dapat dilakukan melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
 Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan secara
gravitasi.
 Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan aliran
udara yang dimasukkan kedalam sistim.
 Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar minyak dari
aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan spesifitas
gravities anatara air dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:

17
 Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata menjadi
gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
 Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
 Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah kedalam
reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi yang sangat
tinggi.
 Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme dimasukkan
kedalam beberapa media.
 Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan dangkal
untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses alami dengan
melibatkan ganggang dan bakteri.
 Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa
microbial aktif dalam lapisan sludge.
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal
dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut.
Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas
dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.
1) Mengontrol Emisi Gas Buang:
 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas
sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar
dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber);
 Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena
filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat;
 Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat
dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter)
untuk menyempurnakan pembakaran;
 Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat dikurangi

18
kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan
bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan
polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:
 Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,
agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja
yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap
diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/debu) harus
segera diganti dengan yang baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung
pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu
banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya.
 Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang
ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip
kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas
buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel /
debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin
besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
 Filter Basah:
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja
filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah
digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan:
 Pegendap Sistem Gravitasi:
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang
ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 µ atau lebih. Cara kerja alat
ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat

19
yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan
kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah
akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung
pada dimensi alatnya.
 Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang
kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah
aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan
udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.Alat pengendap
elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan
antara 25-100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana
dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang
merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif.
Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona
discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor
seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan
udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda
yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding
tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.

20
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PELAKSANAAN


Dilakukan pengamatan pada hari Kamis, 7 November 2019 pukul 08.00-12.00 WIB oleh
kelompok I higiene industri.

2.2 LOKASI PENGAMATAN


Lokasi pengamatan adalah di PT. Marimas Putra Kencana bertempat di Jalan Candi I / D-
21, Kawasan Industri Candi Gatot Subroto, Semarang Jawa Tengah, 50146

21
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dilakukan di PT. Marimas Putra Kencana sebagai berikut:

3.1. FAKTOR FISIK

1. Bising
Berdasarkan hasil pengamatan secara tidak langsung, wawancara dan data tertulis
yang didapat dari petugas P2K3. Kebisingan yang diakibatkan oleh mesin-mesin
produksi telah dilakukan pengukuran pada tanggal 20 Juni 2019 dengan NAB terukur
yang terdapat pada tabel di bawah.

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Tampak dalam table bahwa NAB terukur pada masing-masing site produksi kurang
dari 85 dBA yang merupakan NAB yang diperbolehkan.

22
2. Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, penerangan di tempat kerja PT.
Marimas Putra Kencana menggunakan sumber pencahayaan alami dan buatan karena
cahaya matahari dapat masuk dan para pekerja yang bekerja dalam ruangan dibantu
oleh beberapa lampu neon yg terdapat di atap-atap pabrik. Menurut informasi yang
diperoleh dari narasumber bahwa belum dilakukan pengukuran terhadap intensitas
pencahayaan di tempat kerja yang mengacu kepada Peraturan Menteri Perburuhan
No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam
Tempat Kerja. Menurut pengamatan yang kami lakukan di tempat kerja secara
langsung, para pekerja tidak tampak mengalami gangguan dalam hal
pencahayaan/penerangan di tempat kerja mereka. Tempat pengambilan uji coba untuk
pemeriksaan intensitas penerangan berada di Ruang SL-2 dengan hasil pengujian 296
Lux dengan syarat minimal 300 Lux, hal tersebut menunjukkan masih kurangnya
intensitas penerangan di ruangan tersebut. Intensitas penenerangan di ruangan
tersebut dapat di tambah dengan cara penambahan penerangan buatan maupun
penerangan alami. Penerangan buatan dipilih dengan penambahan pemasang lampu di
ruangan tersebut, penerangan alami dipilih dengan cara penambahan jendela tetapi
tidak terbuka dikarenakan untuk menghindari serbuk hasil produksi keluar dari
ruaangan dn mencemari udara di sekitar pabrik.

3. Getaran
Beberapa alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan berpotensi
menimbulkan getaran. Salah satunya forklift yang digunakan untuk transportasi alat-
alat dan alat mixer yang digunakan untuk mencampur bahan. Namun berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan secara langsung, getaran pada alat-alat tersebut tidak
teralalu dirasakan dan juga para pekerja tidak mengalami masalah dengan getaran
yang ditimbulkan oleh alat-alat tersebut.

4. Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan suhu yang didapatkan cukup
nyaman untuk pekerja dan tergolong sejuk namun tidak terdapat data NAB ISBB.

23
3.2. FAKTOR KIMIA

Berdasarkan hasil pengamatan secara tidak langsung, wawancara dan data


tertulis yang didapat dari petugas P2K3. Zat-zat kimia berupa limbah sisa hasil
produksi tidak ada di PT. Marimas Putra Kencana, zat-zat kimia yang ada di PT.
Marimas Putra Kencana merupakan zat kimia dari lingkungan produksi (debu dan
Timbal ) dan dari alat-alat mesin produksi dengan hasil masih berada di nilai ambang
(masih aman untuk pekerja melakukan pekerjaannya di ruangan tersebut). Hasil
terlampir di bawah ini,

3.3. FAKTOR KIMIA

1. Pengecatan
Dalam proses pengecatan terdapat potensi bahaya berupa solvent yang dapat terhirup dan
mengganggu kesehatan. Tidak dilakukan pengamatan secara langsung terhadap debu
pada proses produksi. Perusahaan telah menyediakan APD untuk tenaga kerja berupa
masker khusus.

2. Bahan Berbahaya dan Beracun


Dari hasil pengamatan, tidak ditemukan bahan berbahaya dan beracun pada proses
produksi.

3.1. FAKTOR BIOLOGI

Ketika melakukan pengamatan di PT. Marimas Putra Kencana, faktor biologi yang
ditemukan pada pekerja pabrik antara lain :

24
- Karyawan baru akan dilakukan pemeriksaan kesehatan atau medical
check up kemudian dilanjutkan pemeriksaan rutin setiap tahun,
meliputi pemeriksaan darah rutin, urin rutin, elektrokardiografi,
pendengaran, penglihatan, dan lain lain.
- Bagi karyawan dan pengunjung diwajibkan mengenakan alat
pelindung diri / APD ketika bekerja maupun saat jadwal kunjungan.
APD meliputi : Apron, topi, masker, sarung tangan, sandal khusus,
- Seluruh karyawan dan pengunjung dilarang membawa makanan dan
minuman di Lokasi Produksi, mereka disediakan tempat khusus untuk
makan dan minum yang lokasinya terpisah dari ruang produksi
- Untuk kebersihan perorangan di perusahaan ini setiap orang yang
masuk harus diberikan desinfeksi alkohol 70 %.
- Letak toilet terpisah jauh dari ruang produksi, ini memungkinkan
mencegah kontaminasi dari urin ataupun feses dari toilet, Bagi para
petugas hanya bisa memakai toilet pada istirahat, tidak bisa sewaktu
waktu.

3.2. KEBERSIHAN / SANITASI

- Seluruh ruangan dalam pabrik (ruang mesin, ruang gudang, ruang


mixing, ruang pengemasan) tampak bersih, karena dibersihkan setiap
saat, yakni sebelum memulai kegiatan produksi, saat istirahat dan saat
selesai kegiatan produksi, kebersihan dipabrik ini di tanggung jawab
oleh department kesehatan lingkungan di pabrik ini
- Toilet terletak jauh dari ruang produksi, tampak bersih harum, tersedia
sabun didalamnya, toilet juga dibersihkan setiap saat. Didalam toilet
juga tersedia sabun, pel, dan disetiap sudut tersedia tempat sampah,
kemudian disini juga tersedia tempat mandi bagi karyawan, dan
masing masing mempunyai loker sendiri sendiri

25
- Diberbagai kawasan produksi ada beberapa tempat sampah, dan sudah
dipisah baik organik maupun non organik, atau pemisahan sampah
kertas, plastik dsb, disitu juga terdapat sapu, serokan tempat sampah
yang tertata rapi disetiap sudut ruangan, namun terkadang dibeberapa
tempat sampah tersebut masih ada tong yang tidak tersedia.
- Tidak ada tempat pembakaran sampah , semua sampah di buang ke
tempat pembuangan sampah dengan truk sampah
- Karyawan dipabrik ini minum ditempat khusus yang telah disediakan,
diluar ruang produksi, tempat pengisian ulang air minum juga tersedia
didekat ruang produksi.
- Karyawan pabrik punya waktu satu jam untuk istirahat di ruang
istirahat yang telah disediakan.
- Gudang dan tempat penyimpanan tampak bersih, dan dibersihkan
teratur
- Di pabrik ini tidak ada kantin, karyawan hanya disediakan nasi, di
ruang makan namun karyawan menyediakan lauk dan peralatan makan
sendiri,
- Di pabrik ini tidak tampak tikus nyamuk dan hewan- hewan lainya,
karena ruang produksi, tidak ada celah untuk masuk.

3.1. PETUGAS HIGIENE INDUSTRI

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, terdapat peraturan yang


mengharuskan bagi seluruh tenaga kerja untuk penggunaan sarung tangan, masker dan
penutup kepala. Tenaga kerja juga disediakan tempat untuk membersihkan tangan
dengan sabun khusus. Selain itu, tenaga kebersihan (cleaning sevice) disini menurut
narasumber hanya berlaku tiap shift dan ketika pengamatan sedang dilakukan tampak
sedang menyapu dan membersihkan taman di sekitar gedung.

3.2. PENGOLAHAN LIMBAH

26
Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi di PT. Marimas Putra Kencana ada 3
macam yaitu limbah padat, limbah cair, dan emisi udara.

1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi adalah etiket, karton bekas,
karung gula, plastik foil. Limbah-limbah tersebut akan dilakukan pemantauan
setiap hari. Limbah padat yang memiliki nilai ekonomis dijual sehingga memiliki
nilai (income) untuk perusahaan, sementara limbah padat yang tidak memiliki nilai
ekonomis dan tidak termasuk dalam B3 dikelola oleh dinas kebersihan setempat
dan dibuang di TPA.

2. Limbah Cair
Limbah cair PT. Marimas Putera Kencana merupakan buangan dari air sisa pencucian
alat, sanitasi gedung dan sanitasi mesin. Dalam hal penanganan limbah di
PT.Marimas Putera Kencana dilakukan oleh Departemen Pengendalian Lingkungan di
Unit Pengolahan Air Limbah. Air sisa pencucian dan sanitasi akan dialirkan ke IPAL
dengan menggunakan pipa-pipa. bahwa air limbah berasal dari keluaran rangkaian
pipa yang akan di saring. Air limbah yang dihasilkan bersifat asam. Air limbah yang
bersih dari kotoran akan di netralisasi dengan penambahan penetral pH dan koagulan.
untuk menguraikan air limbah ditambah dengan bakteri pada lumpur aktif. Setelah
beberapa hari lumpur disaring . Air limbah yang telah difiltrasi dialirkan menuju bak
kontrol (fish pond) yang berfungsi untuk menampung air hasl pengolahan dan
didalamnya terdapat ikan yang digunakan sebagai indikator air limbah. Selanjutnya
hasil pengolahn yang sudah aman akan dibuang ke sungai.

3. Limbah Gas
PT. Marimas Putra Kencana dalam proses produksi tidak memiliki alat yang
mengeluarkan produk sisa gas. Alat berupa genset akan digunakan saat keadaan
darurat

27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

PT. Marimas Putra Kencana merupakan perusahaan yang memproduksi minuman


serbuk dan makanan. Secara umum, penatalaksanaan sistem K3 di perusahaan tersebut dari
penilaian higiene industri sudah berjalan dengan cukup baik, namun masih ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki.
Berdasarkan pengamatan dalam bidang higiene industri yang telah dilakukan ke PT.
Marimas Putra Kencana didapatkan adanya faktor risiko baik dibidang fisika, dan biologi.
Selain itu di perusahaan tersebut belum memiliki departemen K3 di perusahaan tersebut.

4.2 SARAN

1. Menambahkan penerangan buatan berupa lampu dan penerangan alami berupa jendela
kaca yang tertutup.
2. Menambahkan jumlah tempat sampah.
3. Menyediakan kantin khusus untuk karyawan.
4. Pembentukan SMK3L
5. Menyediakan lebih banyak media dan sarana untuk mempromosikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.

28
BAB V
PENUTUP

Demikian laporan kunjungan perusahaan mengenai higiene industri di PT. Marimas


Putra Kencana ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan,
baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Semoga apa yang tertuang di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya pada
umumnya dan PT. Marimas Putra Kencana sendiri agar dapat lebih meningkatkan lagi
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan higiene
industri di lingkungan kerjanya sehingga dapat menjamin kesehatan dan keselamatan para
pekerjanya dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

29

Anda mungkin juga menyukai