Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

KESEHATAN KERJA
PT. International Chemical
Industry 10 September 2021

Disusun Oleh:
 dr. Rediana Murti Novia
 dr. Septian Ifriansyah
 dr. Nurlaili Triakusuma
 dr. Mimbar Allan Syah
 dr. Beni Lestari Mahardika
 dr. Muhammad Febry
 dr. H. Fajaruddin Ramdhani
 dr. Umi Kalsum
 dr. Widya Fascha Husein

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


PERIODE 6 – 11 September 2011
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUA
N

I.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan adanya globalisasi maka perindustrian di Indonesia mengalami

perubahan yang besar. Perubahan ini ditandai dengan bertambah majunya

teknologi yang digunakan dalam menjalan proses sehingga dapat meningkatkan

efisiensi dan produktivitas kerja. Namun, perubahan dalam proses ini juga bisa

menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan terhadap tenaga kerja atau kecelakaan

kerja.

Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan.

Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya,

akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini

mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak- tidaknya

dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah

perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku

usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan- bahasan

marginal dalam perusahaan(Eko putra,2012).

Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam perusahaan juga berlaku

dalam industi chemical, Dalam industri chemical kesehatan dan keselamatan kerja

merupakan hal yang sangat diperhatikan untuk menjamin lancarnya seluruh

kegiatan. Namun kecelakaan atau penyakin akibat kerja tidak dapat dihilangkan,

kecelakaan dapat diminimalisir apabila penilaian risiko, terjaganya hygine

perusahaan serta kesesuaian alat dan manusia.

1
PT. International Chemical Industry yang sekarang menjadi distribusi baterai

tentunya sebagai perusahaan besar memiliki karyawan atau pekerja sebagai salah

satu asset perusahaan, oleh sebab itu Kesehatan karyawan merupakan kunci

keberhasilan, karena dengan karyawan yang sehat sama dengan perusahaan yang

sehat dan berhasil.

I.2 Dasar Hukum


Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan
usaha demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka
ada beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di
tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi dokter perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi paramedic perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja

2
L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan
kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering
yang mengelola makanan bagi tenaga kerja

I.3 Profil Perusahaan


PT. International Chemical Industry didirikan pada tahun 1968, bermula
dari sebuah home industry (family business) dengan luas sebesar 4,30 hektar.
Sebelumnya, perusahaan ini telah berdiri di medan pada tahun 1959 (PT.
Everbright Battery Factory, yang sekarang menjadi distribussi battery untuk
daerah Sumatera). Karena kerja keras dari perusahaan untuk mendayagunakan
teknologi dan pesan dari para successor untuk meneruskan perkembangan bisnis
battery maka perusahaan ini dapat menyediakan pelayanan yang memuaskan
hampir seluruh dunia. Selain itu pada tahun 1982, dibuka perusahaan ketiga di
Surabaya dengan nama PT. Hari Terang Industry. Perusahaan ini percaya bahwa
mereka akan mencapai goal jika semua pekerja selalu bekerja bersamasama untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Pesan dari para successor ABC Battery tetap
diingat oleh para Board of Director. Penjualan tidak hanya di fokuskan pada
penjualan domestic saja tetapi juga untuk permintaan International. Perusahaan
inimeyakini bahwa “Good fortune does not come all of a sudden”. Masa depan
yang baik berasal dari kombinasi semangat untuk memulai sesuatu yang baru,
kesempatan membuka bisnis yang tepat, keinginan untuk meningkatkan kualitas
produk agar kebutuhan konsumen tercapai. Seiring dengan berjalannya waktu,
ketiga perusaan ini telah memiliki perlengkapan, laboraturium, ruang testing dan
workshop yang berteknologi tinggi. Sebagai produk yang sering digunakan oleh
konsumen dengan mengandung unsur dan bahan kimia yang melalui reaksi
electrochemical, perusahaan

3
VISI :

PT. International Chemical Industry menjadi produsen terdepan dalam


produk energi ramah lingkungan yang berkualitas pilihan utama konsumen

MISI :

1. Melaksanakan sistem pengaturan berkualitas agar sesuai dengan


ISO9001:2000, bidang kesehatan dan sistem pengaturan
keamanan sesuai dengan ketetapan lembaga yang berwenang.
2. Mengikuti Undang - undang yang berlaku dan ketentuan lainnya.
3. Meningkatkan kinerja proses dengan menetapkan standar mutu dan sistem
pengaturan kualitas, lingkungan dan keamanan.
4. Mencegah kerusakan, efek samping dan polusi lingkungan dari kegiatan,
produk dan pelayanan.
5. Melampaui harapan pelanggan dan simpatisan lainnya, dalam hal kualitas,
harga, distribusi, dan pelayanan untuk mempertahankan kesetiaan
pelanggan.
6. Memanfaatkan sumber daya secara efisien dalam hal perekonomian,
tenagakerja, listrik, air dan bahan bakar dengan harga yang kompetitif.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KESEHATAN KERJA
kesehatan ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-
tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai
kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya (Joint ILO/WHO
Committee 1995). Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja
dan masyarakat yang berada di lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja
berupa upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan
kerja sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
 Mengembangkan perilaku kerja sehat
 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
 Menurunkan angka absensi sakit
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
akibatkerja yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di
sekitar lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit
pada saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif

5
diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan
antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan
bagikedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat
pelindungdiri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Gizi kerja merupakan kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan tingkat
kesehatan tenaga kerja dan produktivitas setinggi-tingginya (Menurut Suma'mur
(1976)3). Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
 Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
 Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
 Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
 Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
 Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
 Pekerja tidak teliti
 Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan
pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas yang setinggi – tingginya.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat
bekerja merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja,
sekaligus memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang
optimal.Penyakit yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi
tolak ukur dalam mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

6
B. Landasan Hukum Kesehatan Kerja.
1. UU No.14 tahun 1969 tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja
2. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4. UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Beberapa keputusan bersama antara Departemen Kesehatan dengan
Departemen lain yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
6. PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Permenakertrans No.01 tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan
8. Permenakertrans No.01 tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis
Perusahaan.
9. Permenakertrans No.02 tahun 1980 tentang pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
10. Permenakertrans No.03 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
11. Permenakertrans No.01 tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
12. Permenakertrans No.03 tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan Kerja
13. Permenkes RI No.986/1992 dan Keputusan Dirjen P2M-PL
No.HK.00.06.44 dan No.00.06.6.598 mengenai beberapa Aspek
Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit
14. Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara untuk
merumuskan melaksanakan dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya
di bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya.

7
C. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Yang dimaksud dengnan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans
No.Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha
kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.
Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Pembinaan & pengawasan Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan Lingkungan Kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitair
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan utk kes. tenaga kerja
6. Pencegahan dan pengobatan thd penyakit umum & PAK
7. P3K
8. Latihan Petugas P3K
9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi, & penyelenggaraan makanan di
tempat kerja
10. Rehabilitasi akibat Kec atau PAK
11. Pembinaan terhadap tenaga kerja yg punya kelainan.
12. Laporan berkala.
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
Penyelanggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat diselenggarakan sendiri oleh
pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan
dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa perusahaan

8
secara bersama-sama menyelanggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja.
Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
 Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala
dan pemeriksaan khusus
 Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
 Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
 Pertolongan pertama pada kecelakaan
 Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan
 Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
memilih alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
 Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
 Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
 Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan
oleh seorang dokter yang disetujui oleh direktur. Dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan professional oleh pengurus. Selain
itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang
diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan
kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).

9
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterimauntuk
melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana
mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain.
Yang di anggap perlu. Setelah pekerja terpilih,mereka berhak memperoleh
pemeriksaan kesehatan secara berkala maupun secara khusus. Pemeriksaan secara
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan seorang dokter. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam
pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh pengaruh
daripekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha usaha
pencegahan. Jika pada pemeriksaan kesehatan berkala ini di temukan kelainan
kelainan atau gangguan gangguan kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus
wajib mengadakan tindak lanjud untuk memperbaiki kelainan kelainan tersebut
dan sebab sebab nya untuk menjamin terselanggaranya keselamatan dan
kesehatankerja.
Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai
sasaran yang luas,maka pengurus dapat mamanfaatkan pelayanan kesehatan di
luar perusahaan. Sedangkan yang di maksud dengan pemeriksaan kesehatan
khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang di lakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini di maksudkan untuk
menilai adanya pengaruh pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja
atau golongan golongan tenaga kerja tertentu.
Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula
terhadap:
1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu

10
2. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat,serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
3. Tenaga kerja yang terdapat dugaan dugaan tertentu mengenai gangguan
gangguan kesehatannya perlu di lakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga di lakukan bila terdapat keluhan
keluhan di antara tenaga kerja atau atas pengamat pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja,atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan
keselamatan dan balai balainya atau atas pendapat umum di masyarakat.
Dokter yang melakukan pemeriksaan pemeriksaan kesehatan ini adalah
dokteryang di tunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Mentri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor
Per10/Men/1976 dan syarat syarat lain yang di benar kan ileh Direktur Jendral
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per
02/Men/1980).

D. Penyakit Akibat Kerja


Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksut Penyakit akibat kerja adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit
akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan
kesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.
Setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksan maka
dokter wajib membuat laporan medic yang bersifat rahasia (Kep 333/Men/ 1989)
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengann segera
melakukan tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus wajib
menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya (Per 01/ Men/
1981)

11
 Bahan kimia
 Debu, uap, gas, larutan
 Biologis
 Fisiologis
 Mental-psikologis
 Tuli, Gangguan komunikasi
 Heat stroke, heat cramps
 Hyperpyrexia
 Frostbite
 Gangguan penglihatan, silau, kecelakaan
 Kelainan kulit, kelainan sel darah
 Katarak pada lensa mata
 Conjunctivitis photoelectrica
 Caisson disease
 Kelelahan, gangguan gerak, gangguan penglihatan
 Pneumoconiosis, dermatosis
 Keracunan, dermatitis, metal fume
 Fever
 Hewan, tumbuhan, parasite, kuman, dll
 Konstruksi mesin, sikap, cara kerja
 Hubungan sosial tenaga kerja, monoton

5. Faktor Fisika
Faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika diantaranya adalah:
 Iklim kerja
 Kebisingan
 Pencahayaan
 Getaran
 Gelombang mikro, dll

12
6. Faktor Kimia
 Debu : Menyebabkan pneumoconiosis, silicosis
 Uap : Menyebabkan metal fume fever, dermatitis,
keracunan
 Gas : Menyebabkan keracunan misalnya H2S, CO, dll
 Larutan : Menyebabkan dermatitis, keracunan, dll
 Awan, kabut : Menyebabkan keracunan

F. Gangguan Kesehatan Dan Daya Kerja


Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan daya kerja :
1. Beban kerja :
 Fisik
 Mental
 Sosial

2. Beban tambahan akibat lingkungan kerja :


 Gol. Fisik – gol.fisiologis
 Gol. Kimia – gol. Psikologis
 Gol. Biologis
3. Kapasitas kerja :
 Suara
 Suhu
 Cahaya
 Radiasi ro/ ra, infrared, ult.Violet
 Tekanan tinggi
 Getaran

13
8. Gizi Kerja
Gizi kerja adalah nutrisi (zat makanan) yang diperlukan pekerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya
kerja menjadi setinggi-tingginya. Gizi pada umumnya mempelajari bagaimana
memberikan makanan sebaik-baiknya sehingga kesehatan tubuh optimal dandapat
dipertimbangkan dalam menyusun menu:
 Pola makan : kebiasaan makanan pokok
 Kepercayaan/agama : pantang makanan tertentu
 Keuangan : ekonomi, tetapi tetap bergizi
 Daya cerna : makanan yang biasa dimakan masyarakat sekitar
 Praktis : mudah diselenggarakan
 Volume : cukup mengenyangkan
 Variatif : jenis menu bervariasi

Ketentuan pengadaan kantin dan ruang makan :


1. Ruang makan harus bersih dan sirkulasi udara harus cukup dan ruangan yang
nyaman agar karyawan dapat beristirahat dengan nyaman
2. Pemeriksaan ruangan makan harus dilakukan secara berkala

Ketentuan dapur dan ruang makan :


Untuk dapat berjalannya fungsi dapur dengan baik, maka perlu diperhatikan beberapa hal antara
lain :
1. Letak dapur tidak jauh dari ruang makan dan tidak berhubungan langsung dengan
tempat kerja.
2. Fasilitas dapur dan ruang makan cukup memadai
3. Keadaan/kondisi dapur dan ruang makan mudah dibersihkan, penerangan cukup,
ventilasi memadai, tidak menyebarkan panas/bau/uap, lantai tidak licin, ruangan cukup
dan bebas dari serangga dan binatang mengerat.

14
E. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
1. Golongan Fisik
a) Suara : Tuli
b) Radiasi
 Rontgen : penyakit darah,kelainan kulit
 Infra Merah : katarak
 Ultraviolet : konjungtivitis fotoelektrik

c) Suhu
 Panas : heat stroke, heat cramps
 Dingin : frostbite
d) Tekanan Udara : tinggi ( calsson disease)
e) Cahaya : silau, asthenopia, myopia
2. Golongan kimia
a) Debu : silikosis, pneumoconosis, asbestosis
b) Uap : metal fume fever, dermatitis
c) Gas : H2S, CO
d) Larutan : dermatitis
e) Awan/kabut : insektisida, racun jamur
3. Golongan Biologis
a) Anthrax
b) Brucella (kulit), dll
4. Golongan fisiologis (ergonomi)
a) Konstruksi mesin/ tata letak/ tata ruang
b) Sikap badan dll
5. Golongan mental Psikologis
a) Monotoni
b) Hubungan Kerja (stress psikis), organisasi, dll

15
F. Manajerial Keperawatan Okupasi
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkunga kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas
kerja yang optimal. Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan
kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada disekelilingnya
(Depekes, 1995;2) Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hiperkes) adalah
bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat
pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi
konsumen dari hasil produksi perusahaan.

16
BAB III
HASIL PENGAMATAN

III.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan P3K

Poli Klinik Perusahaan

Belum tersedianya fasilitas pendukung untuk klinik kesehatan seperti :


● Belum adanya plan untuk karyawan yang membutuhkan pertolongan
terkhusus rehabilitasi.

● Pada bagian depan poli klinik, tampak ruang tunggu yang kurang luas
untuk menampung karyawan apabila diperlukan saat medical check up.
Kemudian penempatan tandu atau alat bantu membawa pasien ke mobil
emergensi tidak sesuai dengan ketentuan medis.
● Belum tersedianya unit ambulance untuk karyawan yang mengalami PAK
atau membutuhkan pertolongan medis, tetapi menggunakan mobil pribadi
untuk evakuasi bila terjadi kecelakaan.
● Saat ini gizi karyawan tidak terukur dan tidak teranalisa dikarenakan tidak
adanya test food pada kantin.
● Untuk supply makanan ke karyawan tidak menggunakan catering atau
vendor yang ditunjuk untuk fokus terhadap penyediaan konsumsi bagi
karyawan. Hal ini digantikan oleh masyarakat atau mantan pekerja yang
mau berjualan di tempat makan yang disediakan.
● Pegawai yang berjualan dan bertugas melayanani makanan dan minuman di

17
kantin merupakan masyarakat atau mantan pekerja PT. International
Chemical Industry, sehingga belum dapat dipastikan bebas dari penyakit
menular harus mendapat didikan mengenai kebersihan dan kesehatan.
● Seluruh karyawan PT. International Chemical Industry diikutsertakan
dalam BPJS Ketenagakerjaan.
● Belum dilakukannya Daily Check Up secara rutin.

III.2 Program Kesehatan


a. Promotif
Pada saat kunjungan kami melihat beberapa poster dan banner mengenai
kesehatan di lingkungan perusahaan dilarang merokok, APD, serta sign mengenai
bahaya/larangan. Disamping itu, adanya sosialisasi dengan bekerjasama Bersama
dokter-dokter asuransi perusahaan dan BPJS dalam mengkampanyekan mengenai
kesehatan kerja. Selama pandemic, peserta dibatasi 50 orang dari kapasitas
ruangan 200 orang

Perusahaan sudah menerapkan Program Kesehatan promotif berupa


repetisi informasi tentang protokol kesehatan dan informasi tentang Covid19
berupa surat edaran dan majalah dinding pada papan informasi perusahaan.

Kegiatan Promotif oleh dokter perusahaan / dokter relasi (Gambar diambil


sebelum pandemi)

b. Preventif
Setiap karyawan yang bekerja di PT. International Chemical Industry
18
dilakukan

19
pemeriksaan kesehatan awal untuk mengetahui status kesehatan, penempatan
kerja yang tepat, serta pencegahan adanya karyawan yang sedang mengalami
sakit. Pada pelaksanaannya apabila ditemukan kasus maka akanditindaklanjuti
sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sesuai Permenaker No. 02 Tahun 1980,
sebaiknya MCU dilakukan secara berkala untuk mempertahankan derajat
kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh- pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang
perlu dikendalikan dengan usaha- usaha pencegahan.
Perusahaan juga melaksanakan drill mengenai keselamatan seperti pemadam
kebakaran, kemudian apabila terjadi gempa, dan terjadi banjir bekal apabila
keadaan tersebut terjadi seluruh karyawan tau apa yang harus dilakukan.
Pada saat pandemi, upaya preventif yang dilakukan perusahaan adalah
menerapkan Protokol Kesehatan berupa skrining karyawan dan pengunjung,
pemberian suplemen vitamin, memastikan karyawan sudah di vaksin (kecuali
karyawan yang memiliki komorbid) dan desinfeksi secara rutin seluruh bagian
pabrik. Perusahaan juga melakukan skrining karyawan berupa swab antigen rutin
seluruh karyawan setiap minggu. Prosedur sebelum memasuki pabrik bagi para
tenaga kerja dan atau tamu adalah dengan mengukur suhu tubuh serta ada
tidaknya gejala yang dikeluhkan. Namun untuk pembentukan satgas penanganan
covid 19, perusahaan belum membuat tim juga belum memiliki alur penanganan
serta isolasi. Untuk tenaga kerja dan atau tamu yang akan memasuki wilayah
pabrik namun didapatkan hasil skrining yang mengarah ke covid, perusahaan juga
belum menyediakan alur untuk penempatan atau tindak lanjut dari tenaga
kerja/tamu tersebut.
Perusahaan sangat mendukung program vaksin dari pemerintah. Sebanyak
hampir 90% karyawan sudah divaksin dosis pertama dan 65% sudah vaksin
kedua. Beberapa tenaga kerja masih belum ada yang tervaksin dikarenakan
komorbid. Namun dari pihak perusahaan tidak ada tindak lanjut terkait tenaga
kerja yang belum tervaksin tersebut untuk kedepannya. Mungkin untuk
kedepannya, pihak perusahaan membantu tenaga kerja yang belum tervaksin
untuk mendapatkan surat keterangan aman untuk vaksin dari dokter spesialis
terkait komorbid yang dimiliki.

c. Kuratif
20
Perusahaan menyediakan Unit Kesehatan Pekerja dan terdapat dokter

21
perusahaan serta paramedis. Bilamana ada karyawan yang sakit/kecelakaan kerja
dalam kategori ringan dapat ditangani dan dirawat sementara di ruang tersebut.
Kotak P3K sudah tersedia di setiap lokasi pekerjaan dan disetiap kotak P3K isinya
sudah sesuai dengan standar serta selalu dicek oleh petugas setiap bulannya.

Semua karyawan diikutsertakan sebagai peserta BPJS Kesehatan, BPJS


Ketenagakerjaan serta asuransi perusahaan lainnya, sehingga apabila karyawan
sakit atau terjadi kecelakaan kerja saat dinas luar bisa di lakukan penangan di
semua Rumah Sakit.

Perusahaan juga menyediakan dukungan pengobatan saat pandemi, pemberian


obat dan suplemen meskipun didalam kontrak kerja tidak di cantumkan

d. Rehabilitatif
Sejauh ini, pihak PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY belum
memiliki rencana/upaya untuk mempersiapkan karena menurut keterangan selama
perusahaan tersebut berdiri belum ada karyawan yang mengalami cedera serius
dan memerlukan rehabilitasi. Sementara usaha yang dilakukan yaitu menjalin
kerjasama dengan RS. Hermina untuk penanganan kegawatdaruratan jika terjadi
kecelakaan kerja.

22
III.3 Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan yang seharusnya berupa program pemeriksaan
kesehatan bagi setiap tenaga kerja, berupa pemeriksaan awal, berkala, dan khusus
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal
Pemeriksaan kesehatan pada tahap ini berupa pemeriksaan fisik dan
kesehatan (termasuk pengukuran berat badan dan tinggi badan) ketikaakan
melakukan penerimaan calon tenaga kerja dengan tujuan bahwa calon
tenaga kerja tersebut memang layak bekerja. Apabila pada tahap ini
ditemukan kecenderungan penyakit yang akan diderita dan calon tenaga
kerja tersebut akan diterima sebagai pegawai maka akan dilakukan
pemeriksaan kembali pada pemeriksaan kesehatan berkala.
Dari hasil pengamatan dilapangan didapatkan bahwa di perusahaan ini
dilakukan pemeriksaan kesehatan pada saat penerimaan karyawan baru,
namun tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan pada saat awal sebelum
memulai pekerjaan (Daily Check Up) guna memastikan semua pekerja
yang datang dalam kondisi fit untuk bekerja, sehat, bugar dan tidak dalam
kondisi sebaliknya misalkan sakit atau terpengaruh minuman dan obat-
obatan terlarang. Pemeriksaan kesehatan yang dimaksud meliputi vital
signs atau kesadaran umum, seperti pemeriksaan tekanan darah, denyut
nadi, pemeriksaan pernapasan, pemeriksaan suhu, tes mata dan tes
keseimbangan.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan minimal
1 x setahun. Tenaga kerja diminta untuk melakukan medical check-up dan
hasilnya akan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan kesehatan tahun
lalu. Jika ditemukan kecenderungan untuk menderita penyakit tertentu
maka pihak perusahaan akan menindaklanjuti.
Dari hasil pengamatan di perusahaan ini dilakukan MCU secara sampling
dalam satu tahun, namun hanya dilakukan kepada pekerja yang memiliki
riwayat kesehatan tertentu dan yang bekerja di area tertentu.

23
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja.
Pemeriksaan ini disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja terutama yang
terpapar hazard tertentu.
Dari hasil pengamatan di perusahaan ini, tidak dilakukan pemeriksaan
khusus pada tenaga kerja, hanya dilakukan MCU setiap tahun nya untuk
pekerja tertentu.

Ruang Unit Kesehatan Pekerja

III.4 Program Pemenuhan Gizi Pekerja


Perusahaan tidak menggunakan jasa catering, sehingga pekerja memakan
makanan yang dijual di kantin perusahaan. Pihak perusahaan mengatakan bahwa
pegawai yang berjualan merupakan masyarakat atau mantan pekerja PT.
INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY sehingga belum dapat dipastikan
bebas dari penyakit menular harus mendapat didikan mengenai kebersihan dan
kesehatan. Untuk sirkulasi udara pada kantin tersebut cukup baik. Saat ini gizi
karyawan tidak terukur dan tidak teranalisa dikarenakan tidak adanya test food
pada kantin.

24
III.5 10 Besar Penyakit pada Pelayanan Kesehatan
PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY memiliki Unit
Kesehatan Pekerja serta pelayanan dokter perusahaan dan paramedis pada gedung
kerjanya, namun kebutuhannya tidak sesuai dengan jumlah pekerja yg sampai
1006 orang. Berdasarkan wawancara HSE, para tenaga kerja yang memiliki
keluhan terkait kesehatan berobat di Unit Kesehatan Pekerja, fasilitas kesehatan
BPJS pekerja atau RS terdekat apabila terjadi kegawatdaruratan

III.6 Penyakit Akibat Kerja yang Terjadi


Secara subjektif berdasarkan hasil wawancara pada HSSE, sejauh ini
belum ditemukan penyakit akibat kerja yg sering terjadi karena sekarang di bagian
packaging sudah menggunakan alat bantu mesin yang memudahkan pekerja untuk
bekerja secara ergonomi.

III.7 Tenaga Kesehatan


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PT. International
Chemical Industry, perusahaan ini memiliki dokter perusahaan dan paramedis
yang sudah berizin dan memiliki sertifikat pelatihan. Jadi sejauh ini PT.
International Chemical Industry untuk menangani kesehatan dan kesalamatan
kerja dilakukan di Unit Kesehatan Pekerja yang kemudian akan dibawa ke
fasilitas kesheatan tingkat lanjut apabila membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Namun paramedis yang tersedia belum memenuhi kebutuhan perusahaan jika
dibandingkan dengan jumlah pekerja. Sehingga bila terjadi kecelakaan kerja
diluar jam operasional UKP, korban dibawa oleh petugas keamanan dan
penanggung jawab lapangan yang bertugas.

25
III.8 Pemecahan Masalah
No Unit Kerja Permasalahan Penanganan
1. Fasilitas - Tidak memiliki - dilakukan pelatihan
pelayanan ambulance untuk P3K kepada pekerja di
kesehatan dan keadaan darurat. setiap area oleh
P3K - Tidak adanya petugas dokter/paramedis yang
P3K khusus yang terlatih sudah terlatih dan
dan berlisensi berlisensi sesuai
Permenaker No
15/MEN/VIII/2008

2. Program - Upaya promotif, - Melakukan upaya


kesehatan preventif dan kuratif promotif dan preventif
hanya dilakukan kepada kepada pegawai /
pekerja saja. penjual di kantin agar
- Belum dilakukan Daily mendapat didikan
Check Up sebelum mengenai kebersihan
memulai pekerjaan dan kesehatan
- Dilakukan Daily Check
Up oleh tenaga medis
guna memastikan
semua pekerja yang
datang dalam kondisi
fit untuk bekerja

26
3. Pemeriksaan - MCU dilakukan secara - Pada tenaga kerja
kesehatan sampling pada pekerja dilakukan pemeriksaan
yang memiliki riwayat khusus apabila terjadi
kesehatan dan pekerja gangguan kesehatan
yang bekerja di area yang terjadi pada
tertentu. karyawan dalam
jumlah massif untuk
mengetahui sumber
penyebabnya.
- Dilakukan MCU secara
berkala untuk setiap
karyawan dan petugas
kantin sesuai
Permenaker No

27
02/MEN/1980
4. Program - tidak menggunakan - Pegawai kantin
pemenuhan jasa catering, dilakukan MCU dan
gizi sehingga pekerja pendidikan kesehatan
memakan makanan sesuai dengan
yang dijual di kantin Peraturan Menteri
perusahaan. Perburuhan No.7
- Pegawai yang Tahun 1964 tentang
berjualan merupakan Syarat Kesehatan,
masyarakat atau Kebersihan serta
mantan pekerja PT. Penerangan dalam
International Tempat Kerja
Chemical Industry
5. Tenaga - Paramedis yang tersedia - dibuka lowongan untuk
Kesehatan hanya 1 sehingga bila memperkerjakan
terjadi kecelakaan kerja paramedis yang terlatih
diluar jam operasional dan berlisensi serta
UKP tidak ada tenaga dibuat sistem kerja
kesehatan yang shift sesuai Permenaker
mengobservasi/mendamp No. PER 01 / MEN /
ingi korban. 1979

28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan mengenai kesehatan kerja di PT. International Chemical Industry


adalah:
1. Tidak tersedianya kantin dan tidak dilakukannya test food untuk
mengukur dan menganalisa kadar gizi dalam makanan yang dikonsumsi
karyawan
2. Sarana kesehatan yang ada sudah cukup memadai seperti tersedianya
kotak P3K pada setiap lantai perusahaan dan terdapat ruang perawatan
sementara, dokter dan tenaga tanggap darurat yang dilatih khusus. Akan
tetapi masih perlu ditingkatkan dengan menyediakan ambulance untukpara
karyawan perusahaan
3. Belum adanya satuan tugas penanganan covid 19 di perusahaan
4. Sistem skrining dan alur masuk karyawan / tamu saat pandemi masih
belum tertata dengan jelas.
5. Masih banyak karyawan yang belum mematuhi aturan penggunaan APD
sehingga menimbulkan resiko timbulnya penyakit akibat kerja.

Saran
1. Sosialisasi tentang bahaya yang ada ditempat kerja masih perlu digalakkan
mengingat penggunaan APD ditempat kerja yang masih tidak sesuai
dengan prosedur. Terdapat PER.08/MEN/VII/2010 yang mengharuskan
pemakaian APD, maka dari itu diberikan punishment and reward bagi
pekerja agar para pekerja memakai APD sesuai dengan yang seharusnya.
2. Melakukan test food atau mengadakan kerja sama dengan penyedia
makanan.
3. Membuat satuan tugas yang dapat dipimpin oleh dokter maupun
paramedis perusahaan yang nantinya akan membantu perusahaan dalam
membuat alur serta penanganan temuan pasien suspect atau probable covid
19 di perusahaan.
4. Meningkatkan sarana kesehatan yang ada agar tidak timbul penyakit
umum maupun penyakit akibat kerja pada karyawan sehingga

29
produktifitas karyawan juga tetap terjaga.

30
BAB V
PENUTU
P

Semoga dengan disusunnya laporan ini, dapat kita jadikan pedoman pembelajaraan
dalam menambah wawasan dan dapat dipraktekan mengenai Hiperkes bagi para
Medis atau Instansi kesehatan, dalammelaksanakantugasnya. Semogaapa
yangkamisampaikandiatas mengenai aspek kesehatan kerja di lingkungan kerja
PT. International Chemical Industry dapat bermanfaat bagi kita semua, sehingga
jika suatu saat kita menjumpai kendala dalam mengelola kesehatan di lingkungan
kerja baik itu dalam suatu perusahaan atau Instansi, maka kita sudah dapat mengambil
langkah-langkah antisipasi bagaimana cara menyelesaikanpermasalahantersebut.

31
32

Anda mungkin juga menyukai