KESEHATAN KERJA
PT. International Chemical
Industry 10 September 2021
Disusun Oleh:
dr. Rediana Murti Novia
dr. Septian Ifriansyah
dr. Nurlaili Triakusuma
dr. Mimbar Allan Syah
dr. Beni Lestari Mahardika
dr. Muhammad Febry
dr. H. Fajaruddin Ramdhani
dr. Umi Kalsum
dr. Widya Fascha Husein
efisiensi dan produktivitas kerja. Namun, perubahan dalam proses ini juga bisa
kerja.
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan.
akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan- bahasan
dalam industi chemical, Dalam industri chemical kesehatan dan keselamatan kerja
kegiatan. Namun kecelakaan atau penyakin akibat kerja tidak dapat dihilangkan,
1
PT. International Chemical Industry yang sekarang menjadi distribusi baterai
tentunya sebagai perusahaan besar memiliki karyawan atau pekerja sebagai salah
satu asset perusahaan, oleh sebab itu Kesehatan karyawan merupakan kunci
keberhasilan, karena dengan karyawan yang sehat sama dengan perusahaan yang
2
L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan
kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering
yang mengelola makanan bagi tenaga kerja
3
VISI :
MISI :
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KESEHATAN KERJA
kesehatan ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-
tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai
kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya (Joint ILO/WHO
Committee 1995). Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja
dan masyarakat yang berada di lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja
berupa upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan
kerja sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
akibatkerja yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di
sekitar lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit
pada saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif
5
diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan
antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan
bagikedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat
pelindungdiri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Gizi kerja merupakan kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan tingkat
kesehatan tenaga kerja dan produktivitas setinggi-tingginya (Menurut Suma'mur
(1976)3). Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan
pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas yang setinggi – tingginya.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat
bekerja merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja,
sekaligus memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang
optimal.Penyakit yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi
tolak ukur dalam mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
6
B. Landasan Hukum Kesehatan Kerja.
1. UU No.14 tahun 1969 tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja
2. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4. UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Beberapa keputusan bersama antara Departemen Kesehatan dengan
Departemen lain yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
6. PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Permenakertrans No.01 tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan
8. Permenakertrans No.01 tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis
Perusahaan.
9. Permenakertrans No.02 tahun 1980 tentang pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
10. Permenakertrans No.03 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
11. Permenakertrans No.01 tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
12. Permenakertrans No.03 tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan Kerja
13. Permenkes RI No.986/1992 dan Keputusan Dirjen P2M-PL
No.HK.00.06.44 dan No.00.06.6.598 mengenai beberapa Aspek
Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit
14. Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara untuk
merumuskan melaksanakan dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya
di bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya.
7
C. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Yang dimaksud dengnan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans
No.Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha
kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.
Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Pembinaan & pengawasan Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan Lingkungan Kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitair
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan utk kes. tenaga kerja
6. Pencegahan dan pengobatan thd penyakit umum & PAK
7. P3K
8. Latihan Petugas P3K
9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi, & penyelenggaraan makanan di
tempat kerja
10. Rehabilitasi akibat Kec atau PAK
11. Pembinaan terhadap tenaga kerja yg punya kelainan.
12. Laporan berkala.
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
Penyelanggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat diselenggarakan sendiri oleh
pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan
dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa perusahaan
8
secara bersama-sama menyelanggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja.
Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala
dan pemeriksaan khusus
Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
Pertolongan pertama pada kecelakaan
Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
memilih alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan
oleh seorang dokter yang disetujui oleh direktur. Dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan professional oleh pengurus. Selain
itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang
diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan
kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).
9
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterimauntuk
melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana
mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain.
Yang di anggap perlu. Setelah pekerja terpilih,mereka berhak memperoleh
pemeriksaan kesehatan secara berkala maupun secara khusus. Pemeriksaan secara
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan seorang dokter. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam
pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh pengaruh
daripekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha usaha
pencegahan. Jika pada pemeriksaan kesehatan berkala ini di temukan kelainan
kelainan atau gangguan gangguan kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus
wajib mengadakan tindak lanjud untuk memperbaiki kelainan kelainan tersebut
dan sebab sebab nya untuk menjamin terselanggaranya keselamatan dan
kesehatankerja.
Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai
sasaran yang luas,maka pengurus dapat mamanfaatkan pelayanan kesehatan di
luar perusahaan. Sedangkan yang di maksud dengan pemeriksaan kesehatan
khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang di lakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini di maksudkan untuk
menilai adanya pengaruh pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja
atau golongan golongan tenaga kerja tertentu.
Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula
terhadap:
1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu
10
2. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat,serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
3. Tenaga kerja yang terdapat dugaan dugaan tertentu mengenai gangguan
gangguan kesehatannya perlu di lakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga di lakukan bila terdapat keluhan
keluhan di antara tenaga kerja atau atas pengamat pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja,atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan
keselamatan dan balai balainya atau atas pendapat umum di masyarakat.
Dokter yang melakukan pemeriksaan pemeriksaan kesehatan ini adalah
dokteryang di tunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Mentri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor
Per10/Men/1976 dan syarat syarat lain yang di benar kan ileh Direktur Jendral
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per
02/Men/1980).
11
Bahan kimia
Debu, uap, gas, larutan
Biologis
Fisiologis
Mental-psikologis
Tuli, Gangguan komunikasi
Heat stroke, heat cramps
Hyperpyrexia
Frostbite
Gangguan penglihatan, silau, kecelakaan
Kelainan kulit, kelainan sel darah
Katarak pada lensa mata
Conjunctivitis photoelectrica
Caisson disease
Kelelahan, gangguan gerak, gangguan penglihatan
Pneumoconiosis, dermatosis
Keracunan, dermatitis, metal fume
Fever
Hewan, tumbuhan, parasite, kuman, dll
Konstruksi mesin, sikap, cara kerja
Hubungan sosial tenaga kerja, monoton
5. Faktor Fisika
Faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika diantaranya adalah:
Iklim kerja
Kebisingan
Pencahayaan
Getaran
Gelombang mikro, dll
12
6. Faktor Kimia
Debu : Menyebabkan pneumoconiosis, silicosis
Uap : Menyebabkan metal fume fever, dermatitis,
keracunan
Gas : Menyebabkan keracunan misalnya H2S, CO, dll
Larutan : Menyebabkan dermatitis, keracunan, dll
Awan, kabut : Menyebabkan keracunan
13
8. Gizi Kerja
Gizi kerja adalah nutrisi (zat makanan) yang diperlukan pekerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya
kerja menjadi setinggi-tingginya. Gizi pada umumnya mempelajari bagaimana
memberikan makanan sebaik-baiknya sehingga kesehatan tubuh optimal dandapat
dipertimbangkan dalam menyusun menu:
Pola makan : kebiasaan makanan pokok
Kepercayaan/agama : pantang makanan tertentu
Keuangan : ekonomi, tetapi tetap bergizi
Daya cerna : makanan yang biasa dimakan masyarakat sekitar
Praktis : mudah diselenggarakan
Volume : cukup mengenyangkan
Variatif : jenis menu bervariasi
14
E. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
1. Golongan Fisik
a) Suara : Tuli
b) Radiasi
Rontgen : penyakit darah,kelainan kulit
Infra Merah : katarak
Ultraviolet : konjungtivitis fotoelektrik
c) Suhu
Panas : heat stroke, heat cramps
Dingin : frostbite
d) Tekanan Udara : tinggi ( calsson disease)
e) Cahaya : silau, asthenopia, myopia
2. Golongan kimia
a) Debu : silikosis, pneumoconosis, asbestosis
b) Uap : metal fume fever, dermatitis
c) Gas : H2S, CO
d) Larutan : dermatitis
e) Awan/kabut : insektisida, racun jamur
3. Golongan Biologis
a) Anthrax
b) Brucella (kulit), dll
4. Golongan fisiologis (ergonomi)
a) Konstruksi mesin/ tata letak/ tata ruang
b) Sikap badan dll
5. Golongan mental Psikologis
a) Monotoni
b) Hubungan Kerja (stress psikis), organisasi, dll
15
F. Manajerial Keperawatan Okupasi
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkunga kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas
kerja yang optimal. Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan
kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada disekelilingnya
(Depekes, 1995;2) Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hiperkes) adalah
bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat
pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi
konsumen dari hasil produksi perusahaan.
16
BAB III
HASIL PENGAMATAN
● Pada bagian depan poli klinik, tampak ruang tunggu yang kurang luas
untuk menampung karyawan apabila diperlukan saat medical check up.
Kemudian penempatan tandu atau alat bantu membawa pasien ke mobil
emergensi tidak sesuai dengan ketentuan medis.
● Belum tersedianya unit ambulance untuk karyawan yang mengalami PAK
atau membutuhkan pertolongan medis, tetapi menggunakan mobil pribadi
untuk evakuasi bila terjadi kecelakaan.
● Saat ini gizi karyawan tidak terukur dan tidak teranalisa dikarenakan tidak
adanya test food pada kantin.
● Untuk supply makanan ke karyawan tidak menggunakan catering atau
vendor yang ditunjuk untuk fokus terhadap penyediaan konsumsi bagi
karyawan. Hal ini digantikan oleh masyarakat atau mantan pekerja yang
mau berjualan di tempat makan yang disediakan.
● Pegawai yang berjualan dan bertugas melayanani makanan dan minuman di
17
kantin merupakan masyarakat atau mantan pekerja PT. International
Chemical Industry, sehingga belum dapat dipastikan bebas dari penyakit
menular harus mendapat didikan mengenai kebersihan dan kesehatan.
● Seluruh karyawan PT. International Chemical Industry diikutsertakan
dalam BPJS Ketenagakerjaan.
● Belum dilakukannya Daily Check Up secara rutin.
b. Preventif
Setiap karyawan yang bekerja di PT. International Chemical Industry
18
dilakukan
19
pemeriksaan kesehatan awal untuk mengetahui status kesehatan, penempatan
kerja yang tepat, serta pencegahan adanya karyawan yang sedang mengalami
sakit. Pada pelaksanaannya apabila ditemukan kasus maka akanditindaklanjuti
sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sesuai Permenaker No. 02 Tahun 1980,
sebaiknya MCU dilakukan secara berkala untuk mempertahankan derajat
kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh- pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang
perlu dikendalikan dengan usaha- usaha pencegahan.
Perusahaan juga melaksanakan drill mengenai keselamatan seperti pemadam
kebakaran, kemudian apabila terjadi gempa, dan terjadi banjir bekal apabila
keadaan tersebut terjadi seluruh karyawan tau apa yang harus dilakukan.
Pada saat pandemi, upaya preventif yang dilakukan perusahaan adalah
menerapkan Protokol Kesehatan berupa skrining karyawan dan pengunjung,
pemberian suplemen vitamin, memastikan karyawan sudah di vaksin (kecuali
karyawan yang memiliki komorbid) dan desinfeksi secara rutin seluruh bagian
pabrik. Perusahaan juga melakukan skrining karyawan berupa swab antigen rutin
seluruh karyawan setiap minggu. Prosedur sebelum memasuki pabrik bagi para
tenaga kerja dan atau tamu adalah dengan mengukur suhu tubuh serta ada
tidaknya gejala yang dikeluhkan. Namun untuk pembentukan satgas penanganan
covid 19, perusahaan belum membuat tim juga belum memiliki alur penanganan
serta isolasi. Untuk tenaga kerja dan atau tamu yang akan memasuki wilayah
pabrik namun didapatkan hasil skrining yang mengarah ke covid, perusahaan juga
belum menyediakan alur untuk penempatan atau tindak lanjut dari tenaga
kerja/tamu tersebut.
Perusahaan sangat mendukung program vaksin dari pemerintah. Sebanyak
hampir 90% karyawan sudah divaksin dosis pertama dan 65% sudah vaksin
kedua. Beberapa tenaga kerja masih belum ada yang tervaksin dikarenakan
komorbid. Namun dari pihak perusahaan tidak ada tindak lanjut terkait tenaga
kerja yang belum tervaksin tersebut untuk kedepannya. Mungkin untuk
kedepannya, pihak perusahaan membantu tenaga kerja yang belum tervaksin
untuk mendapatkan surat keterangan aman untuk vaksin dari dokter spesialis
terkait komorbid yang dimiliki.
c. Kuratif
20
Perusahaan menyediakan Unit Kesehatan Pekerja dan terdapat dokter
21
perusahaan serta paramedis. Bilamana ada karyawan yang sakit/kecelakaan kerja
dalam kategori ringan dapat ditangani dan dirawat sementara di ruang tersebut.
Kotak P3K sudah tersedia di setiap lokasi pekerjaan dan disetiap kotak P3K isinya
sudah sesuai dengan standar serta selalu dicek oleh petugas setiap bulannya.
d. Rehabilitatif
Sejauh ini, pihak PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY belum
memiliki rencana/upaya untuk mempersiapkan karena menurut keterangan selama
perusahaan tersebut berdiri belum ada karyawan yang mengalami cedera serius
dan memerlukan rehabilitasi. Sementara usaha yang dilakukan yaitu menjalin
kerjasama dengan RS. Hermina untuk penanganan kegawatdaruratan jika terjadi
kecelakaan kerja.
22
III.3 Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan yang seharusnya berupa program pemeriksaan
kesehatan bagi setiap tenaga kerja, berupa pemeriksaan awal, berkala, dan khusus
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal
Pemeriksaan kesehatan pada tahap ini berupa pemeriksaan fisik dan
kesehatan (termasuk pengukuran berat badan dan tinggi badan) ketikaakan
melakukan penerimaan calon tenaga kerja dengan tujuan bahwa calon
tenaga kerja tersebut memang layak bekerja. Apabila pada tahap ini
ditemukan kecenderungan penyakit yang akan diderita dan calon tenaga
kerja tersebut akan diterima sebagai pegawai maka akan dilakukan
pemeriksaan kembali pada pemeriksaan kesehatan berkala.
Dari hasil pengamatan dilapangan didapatkan bahwa di perusahaan ini
dilakukan pemeriksaan kesehatan pada saat penerimaan karyawan baru,
namun tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan pada saat awal sebelum
memulai pekerjaan (Daily Check Up) guna memastikan semua pekerja
yang datang dalam kondisi fit untuk bekerja, sehat, bugar dan tidak dalam
kondisi sebaliknya misalkan sakit atau terpengaruh minuman dan obat-
obatan terlarang. Pemeriksaan kesehatan yang dimaksud meliputi vital
signs atau kesadaran umum, seperti pemeriksaan tekanan darah, denyut
nadi, pemeriksaan pernapasan, pemeriksaan suhu, tes mata dan tes
keseimbangan.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan minimal
1 x setahun. Tenaga kerja diminta untuk melakukan medical check-up dan
hasilnya akan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan kesehatan tahun
lalu. Jika ditemukan kecenderungan untuk menderita penyakit tertentu
maka pihak perusahaan akan menindaklanjuti.
Dari hasil pengamatan di perusahaan ini dilakukan MCU secara sampling
dalam satu tahun, namun hanya dilakukan kepada pekerja yang memiliki
riwayat kesehatan tertentu dan yang bekerja di area tertentu.
23
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja.
Pemeriksaan ini disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja terutama yang
terpapar hazard tertentu.
Dari hasil pengamatan di perusahaan ini, tidak dilakukan pemeriksaan
khusus pada tenaga kerja, hanya dilakukan MCU setiap tahun nya untuk
pekerja tertentu.
24
III.5 10 Besar Penyakit pada Pelayanan Kesehatan
PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY memiliki Unit
Kesehatan Pekerja serta pelayanan dokter perusahaan dan paramedis pada gedung
kerjanya, namun kebutuhannya tidak sesuai dengan jumlah pekerja yg sampai
1006 orang. Berdasarkan wawancara HSE, para tenaga kerja yang memiliki
keluhan terkait kesehatan berobat di Unit Kesehatan Pekerja, fasilitas kesehatan
BPJS pekerja atau RS terdekat apabila terjadi kegawatdaruratan
25
III.8 Pemecahan Masalah
No Unit Kerja Permasalahan Penanganan
1. Fasilitas - Tidak memiliki - dilakukan pelatihan
pelayanan ambulance untuk P3K kepada pekerja di
kesehatan dan keadaan darurat. setiap area oleh
P3K - Tidak adanya petugas dokter/paramedis yang
P3K khusus yang terlatih sudah terlatih dan
dan berlisensi berlisensi sesuai
Permenaker No
15/MEN/VIII/2008
26
3. Pemeriksaan - MCU dilakukan secara - Pada tenaga kerja
kesehatan sampling pada pekerja dilakukan pemeriksaan
yang memiliki riwayat khusus apabila terjadi
kesehatan dan pekerja gangguan kesehatan
yang bekerja di area yang terjadi pada
tertentu. karyawan dalam
jumlah massif untuk
mengetahui sumber
penyebabnya.
- Dilakukan MCU secara
berkala untuk setiap
karyawan dan petugas
kantin sesuai
Permenaker No
27
02/MEN/1980
4. Program - tidak menggunakan - Pegawai kantin
pemenuhan jasa catering, dilakukan MCU dan
gizi sehingga pekerja pendidikan kesehatan
memakan makanan sesuai dengan
yang dijual di kantin Peraturan Menteri
perusahaan. Perburuhan No.7
- Pegawai yang Tahun 1964 tentang
berjualan merupakan Syarat Kesehatan,
masyarakat atau Kebersihan serta
mantan pekerja PT. Penerangan dalam
International Tempat Kerja
Chemical Industry
5. Tenaga - Paramedis yang tersedia - dibuka lowongan untuk
Kesehatan hanya 1 sehingga bila memperkerjakan
terjadi kecelakaan kerja paramedis yang terlatih
diluar jam operasional dan berlisensi serta
UKP tidak ada tenaga dibuat sistem kerja
kesehatan yang shift sesuai Permenaker
mengobservasi/mendamp No. PER 01 / MEN /
ingi korban. 1979
28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
1. Sosialisasi tentang bahaya yang ada ditempat kerja masih perlu digalakkan
mengingat penggunaan APD ditempat kerja yang masih tidak sesuai
dengan prosedur. Terdapat PER.08/MEN/VII/2010 yang mengharuskan
pemakaian APD, maka dari itu diberikan punishment and reward bagi
pekerja agar para pekerja memakai APD sesuai dengan yang seharusnya.
2. Melakukan test food atau mengadakan kerja sama dengan penyedia
makanan.
3. Membuat satuan tugas yang dapat dipimpin oleh dokter maupun
paramedis perusahaan yang nantinya akan membantu perusahaan dalam
membuat alur serta penanganan temuan pasien suspect atau probable covid
19 di perusahaan.
4. Meningkatkan sarana kesehatan yang ada agar tidak timbul penyakit
umum maupun penyakit akibat kerja pada karyawan sehingga
29
produktifitas karyawan juga tetap terjaga.
30
BAB V
PENUTU
P
Semoga dengan disusunnya laporan ini, dapat kita jadikan pedoman pembelajaraan
dalam menambah wawasan dan dapat dipraktekan mengenai Hiperkes bagi para
Medis atau Instansi kesehatan, dalammelaksanakantugasnya. Semogaapa
yangkamisampaikandiatas mengenai aspek kesehatan kerja di lingkungan kerja
PT. International Chemical Industry dapat bermanfaat bagi kita semua, sehingga
jika suatu saat kita menjumpai kendala dalam mengelola kesehatan di lingkungan
kerja baik itu dalam suatu perusahaan atau Instansi, maka kita sudah dapat mengambil
langkah-langkah antisipasi bagaimana cara menyelesaikanpermasalahantersebut.
31
32