Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

KESEHATAN KERJA
PT. KOMATSU INDONESIA
26 Oktober 2023

Disusun Oleh:
 Robiatul Adawiah, S.Kep
 Ns. Sapendi Damanik, S.Kep
 Ns. Dudi Mauludin, S.Kep
 Ns. Masradin, S.Kep
 Dwi Mike Cahyani, AMKG
 Ns. Noval Bastian, S.Kep
 Dwi Ivani Saputri, AMK
 Ns. Muhamad Rizali Pajri, S.Kep
 Wilda Marini Octaria
 Roselina Hutabarat, S.Kep.,Ners

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


PERIODE 23 – 27 Oktober 2023
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUA
N

I.1 Latar Belakang


Proses perkembangan alat berat di Indonesia semakin pesat sekarang ini
yang menyebabkan terjadinya persaingan pasar semakin ketat. Dengan adanya
persaingan pasar dalam suatu organisasi pada perusahaan dituntut untuk dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat agar dapat beradaptasi terhadap perubahan
iklim usaha yang dinamis. Dalam pelaksanaan sebuah industri, terdapat beragam
aspek yang harus dievaluasi diantaranya aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran,
aspek keuangan, aspek teknik operasi, aspek manajemen/organisasi, aspek sosial
ekonomi, dan aspek dampak lingkungan. Salah satu komponen aspek dampak
lingkungan adalah dampak terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan salah satu komponen penting
untuk menjamin kesejahteraan tenaga kerja yang berkaitan erat dengan
produktivitas suatu perusahaan.

Kesehatan Kerja adalah Aplikasi Kesehatan Masyarakat pada suatu tempat


kerja, dimana pasien dari Kesehatan Kerja adalah masyarakat pekerja dan
masyarakat sekitar perusahaan tersebut (Soekidjo. N). Disiplin ilmu yang
mendalami hubungan dua arah antara pekerjaan dan kesehatan. Hubungan antara
efek lingkungan kerja dengan kesehatan kerja. Hubungan antara status kesehatan
pekerja dengan kemampuannya dalam melakukan tugas yang harus dikerjakannya
( JM. Harrington).Tujuan Utama Kesehatan Kerja adalah “Mencegah timbulnya
gangguan kesehatan dari pada mengobatinya” (Preventif & Promotif). Tujuan
Kesehatan Kerja Promosi dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan sosial dari
pekerja. Pencegahan gangguan kesehatan disebabkan oleh kondisi
kerja.Perlindungan pekerja dari resiko faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan.Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja yang
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.Penyesuaian setiap orang kepada
pekerjaannya menurut ILO/WHO 1995. Salah satu tujuan dari pelaksanaan
kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan
2
meningkatkan kegairahan serta nikmat kerja (Suma’mur,2009).

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan


sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh dari berat
tubuh, memungkinkan manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan
pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
peningkatan prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai
salah satu tujuan hidup. Di pihak lain, dengan bekerja berarti tubuh akan menerima
beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerja merupakan beban
bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban
mental. Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja di definisikan
sebagai perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntunan
pekerjaan yang harus dihadapi.

Menurut Suma’mur (2009), beban kerja merupakan kemampuan kerja


seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada lainnya dan sangat tergantung dari
tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, dan
ukuran tubuh dari yang bersangkutan. Kelelahan adalah keadaan yang disertai
penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kata kelelahan menunjukkan
keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Jadi efek pajanan bising pada tenaga kerja
adalah pengaruhnya terhadap kesehatan dan kinerjanya.Beberapa diantaranya
adalah gangguan pendengaran, komunikasi, kelelahan, respon psikologis, dan
fisiologis (Tarwaka,2010).

PT. Komatsu Indonesia yang bergerak di bidang manufaktur dan alat berat
memproduksi mesin alat berat kontruksi yang terdepan tentunya sebagai
perusahaan besar memiliki 2000 karyawan atau pekerja sebagai salah satu asset
perusahaan, oleh sebab itu Kesehatan karyawan merupakan kunci keberhasilan,
karena dengan karyawan yang sehat menjamin kesejahteraan tenaga kerja yang
berkaitan erat dengan produktivitas suatu perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut kami membuat laporan pengamatan


keselamatan kesehatan kerja (K3) melalui plant tour di lingkungan kerja PT.
Komatsu Indonesia.

3
I.2 Dasar Hukum
Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan
usaha demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka
ada beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di
tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi dokter perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi paramedic perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja

L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan


kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering
yang mengelola makanan bagi tenaga kerja

I.3 Profil Perusahaan

PT. Komatsu Indonesia merupakan Perusahaan manufaktur dan alat berat


terkemuka di Indonesia yang berada di bawah naungan merek Komatsu Global.

4
Memiliki Visi menjadi yang terdepan dan berdaya saing tinggi bagi bangsa dan
pemangku kepentingan, Komatsu Indonesia mewujudkannya melalui tiga
misi,yaitu, Bersama sama menciptakan mutu terbaik dengan pelanggan,
berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara, dan menciptakan karyawan
bermotivasi dan berkemampuan tinggi.

Komatsu Indonesia didirikan pada tahun 1982 sebagai Perusahaan


gabungan antara PT United Tractors (distributor resmi produkKomatsu
Indonesia)dan Komatsu Ltd. Jepang. Maraknya Pembangunan Insfrastruktur dan
kepemimpinan United Tractors di Pasar alat konstruksi Indonesia kala itu
melahirkan Komatsu Indonesia yang kemudian berevolusi menjadi pelopor dan
pemain terdepan industry alat berat di Asia Tenggara.

Sebagai Perusahaan berskala Internasional, Komatsu Indonesia juga turut


memproduksi unit jadi seperti bulldozer, dump truck, ekscavator hidrolik, motor
grader, serta hasil pengecoran baja komponen komponen terkait yang akan di
pasok ke seluruh Komatsu yang tersebar secara global. Dengan seluruh Upaya
tersebut, Komatsu Indonesia terus berupaya untuk menjadi mitra terpercaya untuk
setiap Pembangunan nasional.

VISI :
Menjadi Perusahaan mesin alat berat Konstruksi yang terdepan dan
berdaya saing tinggi bagi bangsa maupun pemegang saham.
MISI :
1. Bersama-sama pelanggan menciptakan mutu terbaik
2. Berkontribusi untuk kemajuan bangsa & negara
3. Menciptakan karyawan bermotivasi & berkemampuan tinggi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KESEHATAN KERJA
kesehatan ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan tenaga
kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan
psikologisnya, (Joint ILO/WHO Committee 1995). Kesehatan kerja adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap pekerja
dapat bekerja produktif secara sosial ekonomi tanpa membahayakan diri sendiri,
teman sekerja, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik
fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di
lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan adalah:
1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja
2. Menumbuhkan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman
3. Menurunkan angka absensi akibat sakit
4. Meningkatkan produktivitas kerja
5. Meningkatkan motivasi, disiplin dan etos kerja
Upaya preventif yaitu program pelayanan kesehatan yang bersifat
pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit. Dapat dilakukan melalui upaya
1. Melakukan penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di tempat kerja
(health hazard risk assesment) yang meliputi :
a. Identifikasi faktor bahaya kesehatan kerja melalui : pengamatan,
walk through survey, pencatatan/ pengumpulan data dan informasi
terhadap sumber-sumber yang mempengaruhi kesehatan pekerja,

6
misalnya lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi, ergonomi,
psikologi), fasilitas sanitasi (seperti toilet, wastafel), perlengkapan
kerja (seperti APD), pengelolaan kantin atau penyediaan makan bagi
pekerja
b. Penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja
c. Penetapan tindakan pengendalian faktor bahaya kesehatan pekerja
2. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan khusus) yang
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerjanya, umur serta keadaan saat
pergi dan pulang kerja, misalnya pekerja yang terpajan bising perlu
pemeriksaan audiometri.
3. Survailans dan analisis PAK dan penyakit umum lainnya
4. Pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja
5. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya
6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7. Penerapan ergonomi kerja
8. Penetapan prosedur kerja aman atau Standard Operating Procedure (SOP)
9. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
10. Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutasi, pengurangan jam kerja terpapar
faktor risiko dll)
11. Program imunisasi, misalnya imunisasi hepatitis B untuk pekerja medis
(dokter, paramedis dan pengelola sampah medis) dan hepatitis A serta
Salmonella Typhosa untuk pekerja kantin yang mengolah dan menyajikan
makanan
12. Program pengendalian binatang penular (vektor) penyakit.
13. Pelatihan mengenai P3K pada pekerja
Upaya Kesehatan Kuratif, yaitu program pelayanan kesehatan yang
bersifat terapi medis , upaya yang bisa dilakukan :
1. Pengobatan dan perawatan
2. Tindakan P3K dan kasus gawat darurat lainnya
3. Respon tanggap darurat
4. Tindakan operatif,
5. Merujuk pasien, dan lain-lain

7
Upaya Kesehatan Kuratif, yaitu program pelayanan kesehatan yang
bersifat terapi medis
1. Pengobatan dan perawatan
2. Tindakan P3K dan kasus gawat darurat lainnya
3. Respon tanggap darurat
4. Tindakan operatif,
5. Merujuk pasien, dan lain-lain.
Upaya Kesehatan Rehabilitatif, yaitu program pelayanan kesehatan yang
bersifat terapi peningkatan kondisi fisik secara maksimal khususnya fungsifungsi
organ tubuh akibat sakitnya, untuk dapat bekerja sesuai kemampuannya, upaya
yang dapat dilakukan :
1. Fisioterapi
2. Konsultasi psikologis (rehabilitasi mental)
3. Orthose dan prothese (pemberian alat bantu misalnya: alat bantu dengar,
tangan/ kaki palsu dll)
4. Penempatan kembali dan optimalisasi tenaga kerja yang mengalami cacat
akibat kerja disesuaikan dengan kemampuannya.
5. Rehabilitasi kerja
Gizi kerja merupakan kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan tingkat
kesehatan tenaga kerja dan produktivitas setinggi-tingginya (Menurut Suma'mur
(1976)3). Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
6. Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
7. Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
8. Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
9. Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
10. Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
11. Pekerja tidak teliti
12. Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan
8
pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas yang setinggi – tingginya.

B. Landasan Hukum Kesehatan Kerja.


1. UU No.14 tahun 1969 tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja
2. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4. UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Beberapa keputusan bersama antara Departemen Kesehatan dengan
Departemen lain yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
6. PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Permenakertrans No.01 tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan
8. Permenakertrans No.01 tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis
Perusahaan.
9. Permenakertrans No.02 tahun 1980 tentang pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
10. Permenakertrans No.03 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
11. Permenakertrans No.01 tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
12. Permenakertrans No.03 tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan Kerja
13. Permenkes RI No.986/1992 dan Keputusan Dirjen P2M-PL
No.HK.00.06.44 dan No.00.06.6.598 mengenai beberapa Aspek
Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit
14. Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara untuk
merumuskan melaksanakan dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya
di bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya.

9
C. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Yang dimaksud dengnan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans
No.Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha
kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.
Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Pembinaan & pengawasan Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan Lingkungan Kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitair
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan utk kes. tenaga kerja
6. Pencegahan dan pengobatan thd penyakit umum & PAK
7. P3K
8. Latihan Petugas P3K
9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi, & penyelenggaraan makanan di
tempat kerja
10. Rehabilitasi akibat Kec atau PAK
11. Pembinaan terhadap tenaga kerja yg punya kelainan.
12. Laporan berkala.
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
Penyelanggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat diselenggarakan sendiri oleh
pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan
dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa perusahaan

10
secara bersama-sama menyelanggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja.
Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
 Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala
dan pemeriksaan khusus
 Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
 Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
 Pertolongan pertama pada kecelakaan
 Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan
 Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
memilih alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
 Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
 Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
 Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan
oleh seorang dokter yang disetujui oleh direktur. Dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan professional oleh pengurus. Selain
itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang
diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan
kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).

11
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterimauntuk
melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana
mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain.
Yang di anggap perlu. Setelah pekerja terpilih,mereka berhak memperoleh
pemeriksaan kesehatan secara berkala maupun secara khusus. Pemeriksaan secara
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan seorang dokter. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam
pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh pengaruh
daripekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha usaha
pencegahan. Jika pada pemeriksaan kesehatan berkala ini di temukan kelainan
kelainan atau gangguan gangguan kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus
wajib mengadakan tindak lanjud untuk memperbaiki kelainan kelainan tersebut
dan sebab sebab nya untuk menjamin terselanggaranya keselamatan dan
kesehatankerja.
Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai
sasaran yang luas,maka pengurus dapat mamanfaatkan pelayanan kesehatan di
luar perusahaan. Sedangkan yang di maksud dengan pemeriksaan kesehatan
khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang di lakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini di maksudkan untuk
menilai adanya pengaruh pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja
atau golongan golongan tenaga kerja tertentu.
Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula
terhadap:
1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu

12
2. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat,serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
3. Tenaga kerja yang terdapat dugaan dugaan tertentu mengenai gangguan
gangguan kesehatannya perlu di lakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga di lakukan bila terdapat keluhan
keluhan di antara tenaga kerja atau atas pengamat pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja,atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan
keselamatan dan balai balainya atau atas pendapat umum di masyarakat.
Dokter yang melakukan pemeriksaan pemeriksaan kesehatan ini adalah
dokteryang di tunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Mentri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor
Per10/Men/1976 dan syarat syarat lain yang di benar kan ileh Direktur Jendral
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per
02/Men/1980).

D. Penyakit Akibat Kerja


Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksut Penyakit akibat kerja adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit
akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan
kesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.
Setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksan maka
dokter wajib membuat laporan medic yang bersifat rahasia (Kep 333/Men/ 1989)
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengann segera
melakukan tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus wajib
menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya (Per 01/ Men/
1981)

 Bahan kimia
13
 Debu, uap, gas, larutan
 Biologis
 Fisiologis
 Mental-psikologis
 Tuli, Gangguan komunikasi
 Heat stroke, heat cramps
 Hyperpyrexia
 Frostbite
 Gangguan penglihatan, silau, kecelakaan
 Kelainan kulit, kelainan sel darah
 Katarak pada lensa mata
 Conjunctivitis photoelectrica
 Caisson disease
 Kelelahan, gangguan gerak, gangguan penglihatan
 Pneumoconiosis, dermatosis
 Keracunan, dermatitis, metal fume
 Fever
 Hewan, tumbuhan, parasite, kuman, dll
 Konstruksi mesin, sikap, cara kerja
 Hubungan sosial tenaga kerja, monoton

Faktor Fisika
Faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika diantaranya adalah:
 Iklim kerja
 Kebisingan
 Pencahayaan
 Getaran
 Gelombang mikro, dll

14
Faktor Kimia
 Debu : Menyebabkan pneumoconiosis, silicosis
 Uap : Menyebabkan metal fume fever, dermatitis,
keracunan
 Gas : Menyebabkan keracunan misalnya H2S, CO, dll
 Larutan : Menyebabkan dermatitis, keracunan, dll
 Awan, kabut : Menyebabkan keracunan

E. Gangguan Kesehatan Dan Daya Kerja


Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan daya kerja :
1. Beban kerja :
 Fisik
 Mental
 Sosial

2. Beban tambahan akibat lingkungan kerja :


 Gol. Fisik – gol.fisiologis
 Gol. Kimia – gol. Psikologis
 Gol. Biologis
3. Kapasitas kerja :
 Suara
 Suhu
 Cahaya
 Radiasi ro/ ra, infrared, ult.Violet
 Tekanan tinggi
 Getaran
F. Gizi Kerja
Gizi kerja adalah nutrisi (zat makanan) yang diperlukan pekerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya
kerja menjadi setinggi-tingginya. Gizi pada umumnya mempelajari bagaimana
memberikan makanan sebaik-baiknya sehingga kesehatan tubuh optimal dandapat
dipertimbangkan dalam menyusun menu:
1. Pola makan : kebiasaan makanan pokok
2. Kepercayaan/agama : pantang makanan tertentu
15
3. Keuangan : ekonomi, tetapi tetap bergizi
4. Daya cerna : makanan yang biasa dimakan masyarakat sekitar
5. Praktis : mudah diselenggarakan
6. Volume : cukup mengenyangkan
7. Variatif : jenis menu bervariasi
Ketentuan pengadaan kantin dan ruang makan :
1. Ruang makan harus bersih dan sirkulasi udara harus cukup dan ruangan
yang nyaman agar karyawan dapat beristirahat dengan nyaman
2. Pemeriksaan ruangan makan harus dilakukan secara berkala
Ketentuan dapur dan ruang makan :
Untuk dapat berjalannya fungsi dapur dengan baik, maka perlu diperhatikan
beberapa hal antara lain :
1. Letak dapur tidak jauh dari ruang makan dan tidak berhubungan langsung
dengan tempat kerja.
2. Fasilitas dapur dan ruang makan cukup memadai
3. Keadaan/kondisi dapur dan ruang makan mudah dibersihkan, penerangan
cukup, ventilasi memadai, tidak menyebarkan panas/bau/uap, lantai tidak
licin, ruangan cukup dan bebas dari serangga dan binatang mengerat.

G. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja


1. Golongan Fisik
• Suara : Tuli
• Radiasi
• Rontgen : penyakit darah,kelainan kulit
• Infra Merah : katarak
• Ultraviolet : konjungtivitis fotoelektrik

• Suhu
• Panas : heat stroke, heat cramps
• Dingin : frostbite
• Tekanan Udara : tinggi ( calsson disease)
• Cahaya : silau, asthenopia, myopia
2. Golongan kimia
• Debu : silikosis, pneumoconosis, asbestosis
• Uap : metal fume fever, dermatitis
• Gas : H2S, CO
16
• Larutan : dermatitis
• Awan/kabut : insektisida, racun jamur
3. Golongan Biologis
• Anthrax
• Brucella (kulit), dll
4. Golongan fisiologis (ergonomi)
• Konstruksi mesin/ tata letak/ tata ruang
• Sikap badan dll
5. Golongan mental Psikologis
• Monotoni
• Hubungan Kerja (stress psikis), organisasi, dll

H. Manajerial Keperawatan Okupasi


Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkunga kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas
kerja yang optimal. Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan
kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada disekelilingnya
(Depekes, 1995;2) Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hiperkes) adalah
bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat
pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi
konsumen dari hasil produksi perusahaan.

17
BAB III
HASIL PENGAMATAN

III.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan P3K

 Klinik yang ada di PT Komatsu Indonesia terdiri dari 2 bagian,


yaitu: klinik pratama dan klinik okupasi.
 Pelayanan di Klinik pratama khusus untuk layanan dasar, yang
terdiri dari 2 Tempat Tidur, sedangkan klinik Okupasi khusus
layanan dokter spesialis terdapat 1 Tempat tidur.
 Layanan klinik pratama dan klinik okupasi memberikan layanan
1x24 jam dan dibagi 2 shif untuk petugas layanan kesehatan.
 Petugas Kesehatan terdiri dari 1 dokter spesialis okupasi, 3 dokter
umum (2 orang part time dan 1 orang full time) dan 6 perawat.
 Klinik PT Komatsu Indonesia memiliki 1 unit ambulance yang
digunakan untuk transportasi pasien dari lokasi kejadian
kecelakaan dan untuk merujuk pasien jika memerlukan perawatan
lebih lanjut
 Klinik PT. Komatsu sudah memiliki MOU dengan RS sekitar
seperti RSUD Cilincing, RSU KBN, dan RS Primaya Hospital
untuk rujukan dan untuk kegiatan preventif puskesmas kelurahan
sukapura dan puskesmas kecamatan cilincing.
 Visi Klinik Komatsu:
Menjadi Partner Handal bagi PT Komatsu Indonesia dalam
mengelola kesehatan dan kesejahteraan karyawan
18
Misi:
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang menerapkan care
costumer, consisten
2. Menerapkan pelayanan 5K (keteraturan, kerapihan, kebersihan,
kelestarian dan kedisiplinan)
3. Mendahulukan stragtegi promotif dan preventif dalam
memberikan pelayanan kesehatan

● Pada bagian depan poli klinik, tampak ruang tunggu yang cukup luas dan
nyaman saat berobat
● Belum adanya jadwal dinas sesuai dengan stadar dikarenakan untuk dinas
malam hanya perawatnya saja yang jaga sendiri
● Jam kerja karyawan terdisi dari 2 shift: shift pagi jam 7.30-16.30 dan shift
malam jam 21.00-04.30 dengan pemerian makan sebanyak 1x di setiap
shiftnya dan extra makanan tambahan dalam bentuk susu dan bubur
kacang serta suplemen yang diberikan 1 bulan sekali berupa multivitamin.
● Seluruh karyawan PT. Komatsu Indonesia diikutsertakan dalam asuransi
BPJS Ketenagakerjaan dan asuransi perusahaan internal yang disediakan
oleh PT. Komatsu Indonesia.

III.2 Program Kesehatan


a. Promotif
Perusahaan sudah menerapkan program promosi kesehatan, sebagai berikut:
• Saat kunjungan kami mengamati sudah terdapat poster/banner
mengenai penggunaan APD, sign mengenai larangan dan bahaya
(contoh: dilarang merokok, sign saat menyeberang, dll)
• Dilakukan program promotif kepada seluruh karyawan seperti:
konseling, dan edukasi kesehatan setiap safety meeting yang di
hadiri perwakilan dari seluruh plan dan Management dan morning
briefieng/ lunch talk
• Dilakukan vaksinanasi covid19 kepada semua karyawan
• Dilakukan promosi kesehatan kepada seruruh karyawan melalui
email blast atau di pajang di Pusat Informasi Kesehatan
• Dilakukan program GP2SP untuk pegawai Perempuan: Edukasi
Literasi terkait pengetahuan tentang reproduksi meningkatkan
19
pedulian terhadap perilaku hidup sehat, Imunisasi HPV, preventive
Penyakit TB, dan pencegahan HIV/AIDS

b. Preventif
Program preventif yang dilakukan di PT. Komatsu Indonesia adalah:
 MCU
Pemeriksaan medical check up dilakukan secara rutin kepada setiap
karyawan. (Pre-employment dan Annual MCU). Program annual
medical check up dilakukan berdasarkan occupational related dan
non occupational related.
Dari hasil MCU karyawan ditemukan kasus tinggi mengenai
penyakit tidak menular (PTM) seperti: DM, Hipertensi, kolesterol,
obesitas, Anemia. Dokter spesialis okupasi dapat melakukan
pemantauan terhadap pegawai yang hasil medikalnya dinyatakan
tidak laik (unfit), atau memodifikasi jam kerja dan rotasi pekerjaan.
 Bio monitoring: dilakukan biomonitoring lingkungan setiap tahun
 Training
Untuk memaksimalkan kemampuan petugas dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas di lakukan training terkait pengendalian
Infeksi, Pelatihan kegawatdaruratan, serta pelatihan terkait standar
20
umum pelayanan Klinik Pratama. Selain petugas medis dilakukan
juga training terhadap first aider supaya kecelakaan kerja dapat
ditangani di lokasi lebih cepat.

 Occupational Health Program


- Mental Health Issue Management: dilakukan Focus Group Discussion
kepada pegawai-pegawai yang berisiko tinggi berdasarkan hasil dari
MCU tahunan pegawai
- Weight Loss Program : untuk mencegah atau menangani obesitas
pada karyawan dilakukan pengukuran Indeks Massa tubuh. Bagi
karyawan yang skor IMT > 39 dilakukan: coaching, penghitungan
kalori, dan penghitungan langkah atau aktivitas setiap hari
- Family Webinar, dilakukan webinar bagi pegawai dan keluarga
mengenai masalah kesehatan yang dominan dialami oleh pegawai
- Training terkait mengenai kesehatan kerja seperti: sosialisasi
ergonomi, kesehatan pendengaran.
- Program GP2SP untuk pegawai Perempuan: dilakukan program ASI
di tempat kerja, Konseling ASI dan KB.

c. Kuratif
Perusahaan menyediakan Unit Kesehatan Pekerja dan
terdapat dokter perusahaan serta paramedis. Bilamana ada karyawan yang
sakit/kecelakaan kerja dalam kategori ringan dapat ditangani dan dirawat
sementara di ruang tersebut. Kotak P3K sudah tersedia di setiap plant,
masing-masing plant terdiri dari 2 kotak P3K, setiap kotak P3K selalu
dilakukan pengecekan oleh petugas setiap bulannya.

Semua karyawan diikutsertakan sebagai peserta BPJS Kesehatan,


BPJS Ketenagakerjaan serta asuransi perusahaan lainnya, sehingga apabila

21
karyawan sakit atau terjadi kecelakaan kerja saat dinas luar bisa di lakukan
penangan di semua rumah sakit.

Setiap plant di PT Komatsu Indoensia terdapat tim tanggap cepat


yang sudah dilatih dalam melakukan pertolongan pertama pada saat terjadi
kecelakaan kerja. Ketua tim tanggap cepat merupakan leader yang
menguasai lingkungan dan mekanisme kerja yang terjadi di area plant
terebut.
Pada saat terjadi kecelakaan kerja tindakan yang dilakukan oleh tim
tanggap cepat antara lain:
1. Melakukan pertolongan pertama pada korban kecelakaan kerja
2. Melakukan berikade area steril untuk dilakukan proses investigasi
3. Memberhentikan proses produksi sementara
4. Menginformasikan semua pegawai terkait adanya kejadian insiden
kecelakaan kerja
5. Melakukan flash report ke semua plant
6. Membuat accident report menggunakan 5WH
7. Melakukan presentasi pada akhir bulan
8. Melaporkan kepada head office di Jepang
Karyawan yang mengalami insiden kecelakaan kerja, dilakukan
pengobatan oleh dokter klinik atau RS yang ditunjuk untuk penanganan
lebih lanjut. Karyawan sudah mendapatkan pengobatan dapat bekerja
kembali dengan membawa bukti surat kelayanan kerja yang dikeluarkan
oleh dokter pemeriksa.

d. Rehabilitatif
Sejauh ini, pihak PT. Komatsu Indonesia sudah memiliki upaya untuk
karyawan yang mengalami cedera serius dan memerlukan rehabilitasi.
Bentuk usaha yang dilakukan oleh PT Komatsu Indonesia yaitu dengan
menjalin kerjasama dengan RS sekitar yang sudah memiliki MOU untuk
penanganan rujukan kegawatdaruratan jika terjadi kecelakaan kerja.

Bagi karyawan yang sudah mendapatkan rehabilitasi dan mengalami


kecacatan, perusahaan sudah memiliki mekanisme untuk melakukan
penilaian kemampuan terhadap kecacatan yang dialami sehingga
penempatan kerjanya disesuaikan dengan hasil analisa kecacatanya.
22
III.3 Program Pemenuhan Gizi Pekerja
Untuk supply makanan ke karyawan, PT Komatsu bekerjasama dengan
pihak ketiga menggunakan vendor yang ditunjuk untuk fokus terhadap
penyediaan konsumsi bagi karyawan. Selain itu terdapat kantin perusahaan yang
berjualan merupakan masyarakat atau mantan pekerja PT. Komatsu Indonesia
sehingga belum dapat dipastikan bebas dari penyakit menular harus mendapat
didikan mengenai kebersihan dan kesehatan. Untuk sirkulasi udara pada ruang
makan tersebut kurang baik. Saat ini gizi karyawan tidak terukur dan tidak
teranalisa dikarenakan tidak adanya test food pada kantin.

III.4 10 Besar Penyakit pada Pelayanan Kesehatan


PT. Komatsu Indonesia memiliki unit Kesehatan Pekerja serta pelayanan
dokter perusahaan dan paramedis pada gedung kerjanya. Berdasarkan wawancara
HSE, para tenaga kerja yang memiliki keluhan terbanyak sehubungan penyakit
tidak menular, seperti: hipertensi dan kolesterol.

IV Penyakit Akibat Kerja yang Terjadi


Secara subjektif berdasarkan hasil wawancara pada HSE, sejauh ini belum
ditemukan penyakit akibat kerja yg sering terjadi. Namun dalam 1 bulan terakhir
ditemukan kecelakaan akibat kelalaian karyawan (pekerja) yang kelelahan akibat
perjalanan yang tidak berhungan dengan pekerjaan.

V Tenaga Kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PT. Komatsu Indonesia,
perusahaan ini memiliki dokter perusahaan dan paramedis yang sudah berizin dan
memiliki sertifikat pelatihan. Jadi sejauh ini PT. Komatsu Indonesia untuk
menangani kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan di Unit Kesehatan Pekerja
yang kemudian akan dibawa ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut apabila
membutuhkan penanganan lebih lanjut.

23
VI Pemecahan Masalah
No Unit Kerja Permasalahan Penanganan
1. Petugas - Saat ini sudah ada - dibuka lowongan untuk
Kesehatan petugas kesehatan Dokter memperkerjakan
spesialis Okupasi (1 paramedis yang terlatih
orang), 2 orang dokter dan berlisensi serta
umum, dan 6 orang dibuat sistem kerja
perawat shift sesuai Permenaker
- Pembagian jadwal (shift) No. PER 01 / MEN /
petugas medis belum 1979
merata. Hanya ada 1
perawat yang bertugas
malam (tidak
bergantian), dan dokter
hanya on call.
2. Sarana - Saat ini sudah ada 2 - Penyediaan kotak P3K
Kesehatan kotak P3K di setiap lebih banyak, Sesuai
: Kotak Plant, namun tidak cukup Permenaker 13 tahun
P3K untuk memenuhi 2008 pasal 10: dalam
kebutuhan hal tempat kerja dengan
karyawan/pekerja unit kerja berjarak 500
m atau lebih masing
masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K
sesuai jumlah pekerja
3. Program - Ditemukan karyawan - Sosialisasi pentingnya
Preventif yang mengalami penggunaan APD saat
terhadap kecelakaan kerja akibat bekerja, resiko bahaya,
penyakit akibat kelelahan dan pencegahan
kerja - Masih tinggi kasus penyakit tidak menular,
penyakit tidak menular, sesuai dengan
seperti: Diabetes, Permenakertrans No 8
Hipertensi Tahun 2010 tentang
- Masih ditemukan APD, Permenaker no 3
karyawan yang belum tahun 1982 tentang
patuh menggunakan pelayanan kesehatan
APD. Contohnya: tenaga kerja
Masker P100, sarung
tangan, earplug

24
4. Program - Tidak ada penyusunan - Sebaiknya dilakukan
pemenuh menu makanan dari Tim penyesuaian ruang
an gizi: HSE makan seperti
kantin - Tidak ada test food pencahayaan, ventilasi,
- Tersedia ruang makan sesuai dengan
namun ventilasi ruangan Peraturan Menteri
kurang memadai Perburuhan No.7
Tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta
Penerangan dalam
Tempat Kerja

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan mengenai kesehatan kerja di PT. Komatsu Indonesia adalah:


1. Ditemukan masalah terkait Petugas Kesehatan: Pembagian jadwal (shift)
petugas medis belum merata. Hanya ada 1 perawat yang bertugas malam
(tidak bergantian), dan dokter hanya on call.
2. Fasilitas kesehatan sudah cukup memadai, seperti: Tersedia Klinik
Pratama, ada MoU dengan Rumah Sakit sekitar. Namun masih perlu
ditingkatkan seperti tersedianya kotak P3K pada setiap lantai perusahaan
dan jumlah kotak P3K yang lebih banyak
3. Program Promosi dan Pencegahan penyakit akibat kerja sudah
dilaksanakan, namun masih banyak karyawan yang belum mematuhi
aturan penggunaan APD sehingga menimbulkan resiko timbulnya
penyakit akibat kerja.
4. Program pemenuhan gizi: tidak ada test food, fasilitas ruang makanan
yang ventilasi masih kurang.

Saran:
1. Sosialisasi tentang bahaya yang ada ditempat kerja masih perlu
ditingkatkan mengingat penggunaan APD ditempat kerja yang masih tidak
sesuai dengan prosedur. Terdapat PER.08/MEN/VII/2010 yang
mengharuskan pemakaian APD, maka dari itu diberikan punishment and
reward bagi pekerja agar para pekerja memakai APD sesuai dengan yang
seharusnya. Program sosialisasi via email blast, via papan pengumuman
atau penambahan banner/poster.
2. Melakukan test food dan memodifikasi tempat makan supaya tempat
makan lebih nyaman dan tidak terjadi penularan penyakit saat berkumpul
Bersama akibat ruangan uyang belum memadai
3. Meningkatkan sarana kesehatan yang ada agar saat terjadi kejadian
kecelakaan di tempat kerja, dapat segera dilakukan pertolongan pertama.
4. Melakukan perekrutan tenaga paramedis atau pembagian jadwal (shift)
yang bergantian.

26
BAB V
PENUTU
P

Semoga dengan disusunnya laporan ini, dapat kita jadikan pedoman


pembelajaraan dalam menambah wawasan dan dapat dipraktekan mengenai
Hiperkes bagi paramedis atau Instansi kesehatan, dalam melaksanakan tugasnya.
Semoga apa yang kami sampaikan diatas mengenai aspek kesehatan kerja di
lingkungan kerja PT. Komatsu Indonesia dapat bermanfaat bagi kita semua,
sehingga jika suatu saat kita menjumpai kendala dalam mengelola kesehatan di
lingkungan kerja baik itu dalam suatu perusahaan atau Instansi, maka kita sudah
dapat mengambil langkah-langkah antisipasi bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan tersebut.

27

Anda mungkin juga menyukai