KESEHATAN KERJA
PT. KOMATSU INDONESIA
26 Oktober 2023
Disusun Oleh:
Robiatul Adawiah, S.Kep
Ns. Sapendi Damanik, S.Kep
Ns. Dudi Mauludin, S.Kep
Ns. Masradin, S.Kep
Dwi Mike Cahyani, AMKG
Ns. Noval Bastian, S.Kep
Dwi Ivani Saputri, AMK
Ns. Muhamad Rizali Pajri, S.Kep
Wilda Marini Octaria
Roselina Hutabarat, S.Kep.,Ners
PT. Komatsu Indonesia yang bergerak di bidang manufaktur dan alat berat
memproduksi mesin alat berat kontruksi yang terdepan tentunya sebagai
perusahaan besar memiliki 2000 karyawan atau pekerja sebagai salah satu asset
perusahaan, oleh sebab itu Kesehatan karyawan merupakan kunci keberhasilan,
karena dengan karyawan yang sehat menjamin kesejahteraan tenaga kerja yang
berkaitan erat dengan produktivitas suatu perusahaan.
3
I.2 Dasar Hukum
Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan
usaha demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka
ada beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di
tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi dokter perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi paramedic perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
4
Memiliki Visi menjadi yang terdepan dan berdaya saing tinggi bagi bangsa dan
pemangku kepentingan, Komatsu Indonesia mewujudkannya melalui tiga
misi,yaitu, Bersama sama menciptakan mutu terbaik dengan pelanggan,
berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara, dan menciptakan karyawan
bermotivasi dan berkemampuan tinggi.
VISI :
Menjadi Perusahaan mesin alat berat Konstruksi yang terdepan dan
berdaya saing tinggi bagi bangsa maupun pemegang saham.
MISI :
1. Bersama-sama pelanggan menciptakan mutu terbaik
2. Berkontribusi untuk kemajuan bangsa & negara
3. Menciptakan karyawan bermotivasi & berkemampuan tinggi.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KESEHATAN KERJA
kesehatan ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan tenaga
kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan
psikologisnya, (Joint ILO/WHO Committee 1995). Kesehatan kerja adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap pekerja
dapat bekerja produktif secara sosial ekonomi tanpa membahayakan diri sendiri,
teman sekerja, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik
fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di
lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan adalah:
1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja
2. Menumbuhkan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman
3. Menurunkan angka absensi akibat sakit
4. Meningkatkan produktivitas kerja
5. Meningkatkan motivasi, disiplin dan etos kerja
Upaya preventif yaitu program pelayanan kesehatan yang bersifat
pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit. Dapat dilakukan melalui upaya
1. Melakukan penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di tempat kerja
(health hazard risk assesment) yang meliputi :
a. Identifikasi faktor bahaya kesehatan kerja melalui : pengamatan,
walk through survey, pencatatan/ pengumpulan data dan informasi
terhadap sumber-sumber yang mempengaruhi kesehatan pekerja,
6
misalnya lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi, ergonomi,
psikologi), fasilitas sanitasi (seperti toilet, wastafel), perlengkapan
kerja (seperti APD), pengelolaan kantin atau penyediaan makan bagi
pekerja
b. Penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja
c. Penetapan tindakan pengendalian faktor bahaya kesehatan pekerja
2. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan khusus) yang
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerjanya, umur serta keadaan saat
pergi dan pulang kerja, misalnya pekerja yang terpajan bising perlu
pemeriksaan audiometri.
3. Survailans dan analisis PAK dan penyakit umum lainnya
4. Pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja
5. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya
6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7. Penerapan ergonomi kerja
8. Penetapan prosedur kerja aman atau Standard Operating Procedure (SOP)
9. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
10. Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutasi, pengurangan jam kerja terpapar
faktor risiko dll)
11. Program imunisasi, misalnya imunisasi hepatitis B untuk pekerja medis
(dokter, paramedis dan pengelola sampah medis) dan hepatitis A serta
Salmonella Typhosa untuk pekerja kantin yang mengolah dan menyajikan
makanan
12. Program pengendalian binatang penular (vektor) penyakit.
13. Pelatihan mengenai P3K pada pekerja
Upaya Kesehatan Kuratif, yaitu program pelayanan kesehatan yang
bersifat terapi medis , upaya yang bisa dilakukan :
1. Pengobatan dan perawatan
2. Tindakan P3K dan kasus gawat darurat lainnya
3. Respon tanggap darurat
4. Tindakan operatif,
5. Merujuk pasien, dan lain-lain
7
Upaya Kesehatan Kuratif, yaitu program pelayanan kesehatan yang
bersifat terapi medis
1. Pengobatan dan perawatan
2. Tindakan P3K dan kasus gawat darurat lainnya
3. Respon tanggap darurat
4. Tindakan operatif,
5. Merujuk pasien, dan lain-lain.
Upaya Kesehatan Rehabilitatif, yaitu program pelayanan kesehatan yang
bersifat terapi peningkatan kondisi fisik secara maksimal khususnya fungsifungsi
organ tubuh akibat sakitnya, untuk dapat bekerja sesuai kemampuannya, upaya
yang dapat dilakukan :
1. Fisioterapi
2. Konsultasi psikologis (rehabilitasi mental)
3. Orthose dan prothese (pemberian alat bantu misalnya: alat bantu dengar,
tangan/ kaki palsu dll)
4. Penempatan kembali dan optimalisasi tenaga kerja yang mengalami cacat
akibat kerja disesuaikan dengan kemampuannya.
5. Rehabilitasi kerja
Gizi kerja merupakan kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan tingkat
kesehatan tenaga kerja dan produktivitas setinggi-tingginya (Menurut Suma'mur
(1976)3). Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
6. Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
7. Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
8. Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
9. Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
10. Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
11. Pekerja tidak teliti
12. Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan
8
pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas yang setinggi – tingginya.
9
C. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Yang dimaksud dengnan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans
No.Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha
kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.
Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Pembinaan & pengawasan Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan Lingkungan Kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitair
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan utk kes. tenaga kerja
6. Pencegahan dan pengobatan thd penyakit umum & PAK
7. P3K
8. Latihan Petugas P3K
9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi, & penyelenggaraan makanan di
tempat kerja
10. Rehabilitasi akibat Kec atau PAK
11. Pembinaan terhadap tenaga kerja yg punya kelainan.
12. Laporan berkala.
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
Penyelanggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat diselenggarakan sendiri oleh
pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan
dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa perusahaan
10
secara bersama-sama menyelanggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja.
Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala
dan pemeriksaan khusus
Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
Pertolongan pertama pada kecelakaan
Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
memilih alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan
oleh seorang dokter yang disetujui oleh direktur. Dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan professional oleh pengurus. Selain
itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang
diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan
kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).
11
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterimauntuk
melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana
mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain.
Yang di anggap perlu. Setelah pekerja terpilih,mereka berhak memperoleh
pemeriksaan kesehatan secara berkala maupun secara khusus. Pemeriksaan secara
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan seorang dokter. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam
pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh pengaruh
daripekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha usaha
pencegahan. Jika pada pemeriksaan kesehatan berkala ini di temukan kelainan
kelainan atau gangguan gangguan kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus
wajib mengadakan tindak lanjud untuk memperbaiki kelainan kelainan tersebut
dan sebab sebab nya untuk menjamin terselanggaranya keselamatan dan
kesehatankerja.
Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai
sasaran yang luas,maka pengurus dapat mamanfaatkan pelayanan kesehatan di
luar perusahaan. Sedangkan yang di maksud dengan pemeriksaan kesehatan
khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang di lakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini di maksudkan untuk
menilai adanya pengaruh pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja
atau golongan golongan tenaga kerja tertentu.
Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula
terhadap:
1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu
12
2. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat,serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
3. Tenaga kerja yang terdapat dugaan dugaan tertentu mengenai gangguan
gangguan kesehatannya perlu di lakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga di lakukan bila terdapat keluhan
keluhan di antara tenaga kerja atau atas pengamat pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja,atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan
keselamatan dan balai balainya atau atas pendapat umum di masyarakat.
Dokter yang melakukan pemeriksaan pemeriksaan kesehatan ini adalah
dokteryang di tunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Mentri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor
Per10/Men/1976 dan syarat syarat lain yang di benar kan ileh Direktur Jendral
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per
02/Men/1980).
Bahan kimia
13
Debu, uap, gas, larutan
Biologis
Fisiologis
Mental-psikologis
Tuli, Gangguan komunikasi
Heat stroke, heat cramps
Hyperpyrexia
Frostbite
Gangguan penglihatan, silau, kecelakaan
Kelainan kulit, kelainan sel darah
Katarak pada lensa mata
Conjunctivitis photoelectrica
Caisson disease
Kelelahan, gangguan gerak, gangguan penglihatan
Pneumoconiosis, dermatosis
Keracunan, dermatitis, metal fume
Fever
Hewan, tumbuhan, parasite, kuman, dll
Konstruksi mesin, sikap, cara kerja
Hubungan sosial tenaga kerja, monoton
Faktor Fisika
Faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika diantaranya adalah:
Iklim kerja
Kebisingan
Pencahayaan
Getaran
Gelombang mikro, dll
14
Faktor Kimia
Debu : Menyebabkan pneumoconiosis, silicosis
Uap : Menyebabkan metal fume fever, dermatitis,
keracunan
Gas : Menyebabkan keracunan misalnya H2S, CO, dll
Larutan : Menyebabkan dermatitis, keracunan, dll
Awan, kabut : Menyebabkan keracunan
• Suhu
• Panas : heat stroke, heat cramps
• Dingin : frostbite
• Tekanan Udara : tinggi ( calsson disease)
• Cahaya : silau, asthenopia, myopia
2. Golongan kimia
• Debu : silikosis, pneumoconosis, asbestosis
• Uap : metal fume fever, dermatitis
• Gas : H2S, CO
16
• Larutan : dermatitis
• Awan/kabut : insektisida, racun jamur
3. Golongan Biologis
• Anthrax
• Brucella (kulit), dll
4. Golongan fisiologis (ergonomi)
• Konstruksi mesin/ tata letak/ tata ruang
• Sikap badan dll
5. Golongan mental Psikologis
• Monotoni
• Hubungan Kerja (stress psikis), organisasi, dll
17
BAB III
HASIL PENGAMATAN
● Pada bagian depan poli klinik, tampak ruang tunggu yang cukup luas dan
nyaman saat berobat
● Belum adanya jadwal dinas sesuai dengan stadar dikarenakan untuk dinas
malam hanya perawatnya saja yang jaga sendiri
● Jam kerja karyawan terdisi dari 2 shift: shift pagi jam 7.30-16.30 dan shift
malam jam 21.00-04.30 dengan pemerian makan sebanyak 1x di setiap
shiftnya dan extra makanan tambahan dalam bentuk susu dan bubur
kacang serta suplemen yang diberikan 1 bulan sekali berupa multivitamin.
● Seluruh karyawan PT. Komatsu Indonesia diikutsertakan dalam asuransi
BPJS Ketenagakerjaan dan asuransi perusahaan internal yang disediakan
oleh PT. Komatsu Indonesia.
b. Preventif
Program preventif yang dilakukan di PT. Komatsu Indonesia adalah:
MCU
Pemeriksaan medical check up dilakukan secara rutin kepada setiap
karyawan. (Pre-employment dan Annual MCU). Program annual
medical check up dilakukan berdasarkan occupational related dan
non occupational related.
Dari hasil MCU karyawan ditemukan kasus tinggi mengenai
penyakit tidak menular (PTM) seperti: DM, Hipertensi, kolesterol,
obesitas, Anemia. Dokter spesialis okupasi dapat melakukan
pemantauan terhadap pegawai yang hasil medikalnya dinyatakan
tidak laik (unfit), atau memodifikasi jam kerja dan rotasi pekerjaan.
Bio monitoring: dilakukan biomonitoring lingkungan setiap tahun
Training
Untuk memaksimalkan kemampuan petugas dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas di lakukan training terkait pengendalian
Infeksi, Pelatihan kegawatdaruratan, serta pelatihan terkait standar
20
umum pelayanan Klinik Pratama. Selain petugas medis dilakukan
juga training terhadap first aider supaya kecelakaan kerja dapat
ditangani di lokasi lebih cepat.
c. Kuratif
Perusahaan menyediakan Unit Kesehatan Pekerja dan
terdapat dokter perusahaan serta paramedis. Bilamana ada karyawan yang
sakit/kecelakaan kerja dalam kategori ringan dapat ditangani dan dirawat
sementara di ruang tersebut. Kotak P3K sudah tersedia di setiap plant,
masing-masing plant terdiri dari 2 kotak P3K, setiap kotak P3K selalu
dilakukan pengecekan oleh petugas setiap bulannya.
21
karyawan sakit atau terjadi kecelakaan kerja saat dinas luar bisa di lakukan
penangan di semua rumah sakit.
d. Rehabilitatif
Sejauh ini, pihak PT. Komatsu Indonesia sudah memiliki upaya untuk
karyawan yang mengalami cedera serius dan memerlukan rehabilitasi.
Bentuk usaha yang dilakukan oleh PT Komatsu Indonesia yaitu dengan
menjalin kerjasama dengan RS sekitar yang sudah memiliki MOU untuk
penanganan rujukan kegawatdaruratan jika terjadi kecelakaan kerja.
V Tenaga Kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PT. Komatsu Indonesia,
perusahaan ini memiliki dokter perusahaan dan paramedis yang sudah berizin dan
memiliki sertifikat pelatihan. Jadi sejauh ini PT. Komatsu Indonesia untuk
menangani kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan di Unit Kesehatan Pekerja
yang kemudian akan dibawa ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut apabila
membutuhkan penanganan lebih lanjut.
23
VI Pemecahan Masalah
No Unit Kerja Permasalahan Penanganan
1. Petugas - Saat ini sudah ada - dibuka lowongan untuk
Kesehatan petugas kesehatan Dokter memperkerjakan
spesialis Okupasi (1 paramedis yang terlatih
orang), 2 orang dokter dan berlisensi serta
umum, dan 6 orang dibuat sistem kerja
perawat shift sesuai Permenaker
- Pembagian jadwal (shift) No. PER 01 / MEN /
petugas medis belum 1979
merata. Hanya ada 1
perawat yang bertugas
malam (tidak
bergantian), dan dokter
hanya on call.
2. Sarana - Saat ini sudah ada 2 - Penyediaan kotak P3K
Kesehatan kotak P3K di setiap lebih banyak, Sesuai
: Kotak Plant, namun tidak cukup Permenaker 13 tahun
P3K untuk memenuhi 2008 pasal 10: dalam
kebutuhan hal tempat kerja dengan
karyawan/pekerja unit kerja berjarak 500
m atau lebih masing
masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K
sesuai jumlah pekerja
3. Program - Ditemukan karyawan - Sosialisasi pentingnya
Preventif yang mengalami penggunaan APD saat
terhadap kecelakaan kerja akibat bekerja, resiko bahaya,
penyakit akibat kelelahan dan pencegahan
kerja - Masih tinggi kasus penyakit tidak menular,
penyakit tidak menular, sesuai dengan
seperti: Diabetes, Permenakertrans No 8
Hipertensi Tahun 2010 tentang
- Masih ditemukan APD, Permenaker no 3
karyawan yang belum tahun 1982 tentang
patuh menggunakan pelayanan kesehatan
APD. Contohnya: tenaga kerja
Masker P100, sarung
tangan, earplug
24
4. Program - Tidak ada penyusunan - Sebaiknya dilakukan
pemenuh menu makanan dari Tim penyesuaian ruang
an gizi: HSE makan seperti
kantin - Tidak ada test food pencahayaan, ventilasi,
- Tersedia ruang makan sesuai dengan
namun ventilasi ruangan Peraturan Menteri
kurang memadai Perburuhan No.7
Tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta
Penerangan dalam
Tempat Kerja
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran:
1. Sosialisasi tentang bahaya yang ada ditempat kerja masih perlu
ditingkatkan mengingat penggunaan APD ditempat kerja yang masih tidak
sesuai dengan prosedur. Terdapat PER.08/MEN/VII/2010 yang
mengharuskan pemakaian APD, maka dari itu diberikan punishment and
reward bagi pekerja agar para pekerja memakai APD sesuai dengan yang
seharusnya. Program sosialisasi via email blast, via papan pengumuman
atau penambahan banner/poster.
2. Melakukan test food dan memodifikasi tempat makan supaya tempat
makan lebih nyaman dan tidak terjadi penularan penyakit saat berkumpul
Bersama akibat ruangan uyang belum memadai
3. Meningkatkan sarana kesehatan yang ada agar saat terjadi kejadian
kecelakaan di tempat kerja, dapat segera dilakukan pertolongan pertama.
4. Melakukan perekrutan tenaga paramedis atau pembagian jadwal (shift)
yang bergantian.
26
BAB V
PENUTU
P
27