Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan


sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya
peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu akan
terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya
potensial yang mungkin timbul.

Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman
merupaka hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menuntut
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja
termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan
meningkatkan K3 di sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin
risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja dengan cara
promotif, preventif, kutartif, dan rehabilitatif, serta meningkatkan produktivitas dan
efisien.

1.2 Dasar Hukum

1
Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan
usaha demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka
ada beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :

A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja


B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan
kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di
tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi dokter perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan
hiperkes bagi paramedic perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan
kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering
yang mengelola makanan bagi tenaga kerja
O. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan
pertama pada kecelakaan di tempat kerja.

1.3 Profil Perusahaan


1.3.1 Sejarah dan perkembangan perusahaan

Nestle Indonesia adalah anak perusahaan Nestle S.A., yang berpusat di


Vevey, Swiss, dan telah beroperasi selama 150 tahun. Sebagai perusahaan gizi,
kesehatan dan keafiatan terkemuka di dunia, Nestle mulai beroperasi di
Indonesia tahun 1971. Nestle Indonesia kini mengoperasikan empat pabrik yaitu

2
Pabrik Kejayan di Jawa Timur untuk mengolah produk susu seperti DANCOW
dan BEAR BRAND, Pabrik Panjang di Lampung untuk mengolah kopi instan
NESCAFE, Pabrik Cikupa di Banten untuk memproduksi produk kembang gula
FOX'S, POLO dan CRUNCH, serta Pabrik Karawang di Jawa Barat untuk
memproduksi DANCOW, MILO dan CERELAC.

1.3.2 Visi, Misi, dan Motto Perusahaan

PT Nestl Indonesia, sebagai salah satu produsen makanan terbesar di


Indonesia memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih
sehat. Selain itu, visi dari PT Nestl Indonesia adalah:

1. Meraih kepercayaan konsumen, dan menjadi perusahaan makanan


dan nutrisi yang terkemuka serta terpandang di Indonesia.
2. Menjamin keuntungan dan kelangsungan pertumbuhan jangka panjang
dengan modal yang efisien bagi perusahaan, melalui pelayanan yang
mampu meningkatkan kualitas kehidupan konsumen.
3. Menjadi pemimpin pangsa pasar atau posisi no. 2 yang kuat di setiap
kategori Selain visi dan misi, PT Nestl Indonesia juga menetapkan
motto perusahaan mereka, yaitu Passion for Our Consumers Melalui
motto ini, PT Nestl Indonesia selalu berusaha untuk memberikan
yang terbaik bagi konsumennya.

1.3.3 Jumlah Tenaga Kerja

PT Nestle Indonesia Cikupa Factory memiliki kurang lebih 253 orang


dimana semuanya adalah karyawan tetap. Jam kerja pegawai yaitu 40 jam
dalam seminggu dilaksanakan pada hari Senin Minggu, dibagi tiga shift yaitu
pukul 08.00 16.00 WIB, 16.00 23.00 WIB, 23.00 08.00 WIB.

1.3.4 Jaminan Asuransi

Seluruh karyawan perusahaan memiliki jaminan asuransi BPJS


kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.

1.4 Alur Produksi

3
Permen merupakan salah satu produk yang digemari, sebagai produk
confectionery, permen dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan bahan
bakunya, yaitu sugar confectionery chocolate confectionery. Selain itu,
penggolongan permen juga dapat berdasarkan pada perbedaan tekstur dan
pengolahannya, yaitu permen kristalin (krim) dan non kristalin. Permen fox
merupakan contoh permen Kristal.

Pengukuran bahan
Sesuai formula atau resep membuat permen

Pelarutan atau pencampuran


Bahan utama: surosa, air dan sirup glukosa
Bahan tambahan: pewarna dan zat pengasam

Pemanasan atau pemasakan


Suhu sekitar 140-15000 C

Pendinginan
Suhu sekitar 40-4300 C
Sampai konsistensi memadat

Pencetakan
Kelembaban udara dijaga rendah

1.5 Landasan Teori


1.5.1 KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja,


beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23).
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi
tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat
yang berada di lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.

4
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang
membantu seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang
optimal, yaitu terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan
intelektual. Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku
dan lingkungan kerja sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi
kesehatan adalah:

Mengembangkan perilaku kerja sehat


Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan

Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat


kerja yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar
lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada
saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif
diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan
antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi
kedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat
pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.

Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan.
Gizi kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan
makan pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga
kerja tentang gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa
dimakan tidak diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :

Pekerja tidak bekerja dengan maksimal


Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang

5
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan
pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas yang setinggi tingginya.

1.5.2 ERGONOMI

Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor


Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu
rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada
prosesnya dibutuhkan kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes),
manusia (dokter dan paramedik) serta mesin perusahaan (ahli tehnik).
Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.

Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan


erat dengan produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi
adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.

Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban


kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja,

6
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja,
3) Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka


kesakitan akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan
kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik,
alur kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera,
kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :

1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan
otot dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up
take dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.

Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:

1. Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan


posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

7
3. Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.


Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan


kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan. Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang
Berkaitan dengan Ergonomi

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis


teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara
lain :

1) Pemeriksaan sebelum bekerja bertujuan untuk menyesuaikan


dengan beban kerjanya.
2) Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai
dengan pekerjaannya danmendeteksibila ada kelainan.
3) Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda danyang sudah berumur.

1.5.3 P3K

Sarana P3K terletak di perbatasan antara beberapa departemen dengan


letak yang agak tersembunyi, hal ini bertolakbelakang dengan kebijakan
Permenakertrans RI No. 15/MEN/VIII/2008. Dalam Permenakertrans tersebut,
dijabarkan bahwa Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja (P3K)
adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami
sakit atau cidera di tempat kerja.

Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi ruang


P3K, kotak P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat transportasi,
fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat
kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus. Pengusaha wajib

8
menyediakan ruang P3K dalam hal proses produksi mempekerjakan
pekerja/buruh 100 orang atau lebih atau kurang dari 100 orang dengan potensi
bahaya tinggi.

Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang
harus dekat dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan dekat
dengan tempat parker kendaraan.

Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu


terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna putih dengan lambang P3K berwarna hijau dengan isi
kotak sesuai dengan Permenakertrans yang mengatur. Penempatan kotak P3K
juga harus pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau dengan diberi tanda
arah yang jelas dan cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan dan
disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada, dan dalam hal tempat kerja
dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

9
10
BAB II

PELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan Waktu Pelaksanaan


Walk trough survey pada PT. Nestle Indonesia Cikupa Factory dilaksanakan
pada hari Jumat, tanggal 17 Februari 2017, mulai pukul 09.00 12.00 WIB.

2.2 Lokasi Pengamatan


PT. Nestle Indonesia Cikupa Factory, JL Raya Serang, Km. 12, Bitung,
Cikupa, Dukuh, Tangerang, Banten 15710

2.3 Dokumentasi Pengamatan

11
12
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara kami dengan pihak


Personalia diketahui bahwa PT Nestle Indonesia Cikupa Factory memiliki fasilitas
kesehatan untuk karyawan berupa poliklinik serta tenaga paramedis perusahaan
yang tersedia pada jam 08.00 16.00 WIB.

Apabila terdapat keluhan kesehatan atau kecelakaan kerja pada


karyawan dan tamu perusahaan di luar jam praktik paramedis, karyawan atau
tamu perusahaan tersebut dapat ditangani di poliklinik oleh dokter on call.

PT. Nestle Indonesia Cikupa Factory telah menyiapkan daftar nomor


telepon rumah sakit terdekat dan dokter on call yang dapat dihubungi di poliklinik.
Selain itu, pihak perusahaan sudah menyiapkan kotak P3K di setiap ruangan.
Tenaga kerja juga telah terdaftar dalam BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.

3.2 Program Kesehatan Kerja


a. Promotif
Penyuluhan kesehatan berkala hanya dilakukan 1 tahun sekali dan tidak
melibatkan semua tenaga kerja
Terdapat poster poster dan slogan K3 di lingkungan perusahaan

b. Preventif
Dokter perusahaan melakukan pemantauan lingkungan kerja secara
berkala.
Penggunaan APD berjalan dengan baik di perusahaan.
Perusahaan rutin melakukan medical check up untuk seluruh karyawan
satu tahun sekali
Perusahaan menyediakan fasilitas olahraga untuk seluruh karyawan

c. Kuratif
Terdapat klinik, dokter, dan perawat perusahaan
Tenaga kerja juga telah terdaftar dalam BPJS Kesehatan dan
Ketenagakerjaan

13
d. Rehabilitatif
Tidak adanya pelayanan rehabilitatif dikarenakan tidak adanya
kecelakaan kerja yang membutuhkan tersebut. Tetapi jika terjadi
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka karyawan tersebut
akan diberikan kompensasi oleh perusahaan sesuai dengan kebijakan
yang berlaku.

3.3 Pencegahan HIV/AIDS dan Narkoba

Menurut keterangan narasumber, tidak dilakukan Screening HIV dan


Narkoba terhadap Tenaga Kerja, dan belum pernah dilakukan pencegahan HIV
dan Narkoba oleh perusahaan. Yang dilakukan hanya pemeriksaan kesehatan
secara berkala dengan pemeriksaan darah lengkap.

3.4 Pemeriksaan Awal, Berkala, dan Khusus

1. Pemeriksaan Kesehatan Kerja Awal


Dilakukan setiap kali rekrutmen karyawan yang datanya akan disimpan oleh
tim dokter perusahaan
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Dilakukan setiapa satu tahun sekali oleh RS yang bekerja sama dengan
perusahaan PT. Nestle Indonesia Cikupa Factory
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Tidak ada pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan dengan kebutuhan
atau butuh perhatian khusus, seperti : audiometri, spirometri, pemeriksaan
mata, dan lain lain.

14
3.5 Kesesuaian Pekerja dengan Alat

1) Sikap dan Cara Kerja

Dari pengamatan singkat kami di PT Nestle Indonesia Cikupa Factory


mengenai sikap dan cara kerja secara umum ergonomis pada perusahaan
tersebut sesuai, terbukti dengan adanya:

- Sebagian besar kursi memiliki sandaran kaki, Kursi dapat diatur naik
turun, Tinggi mesin tempat bekerja sesuai pada dengan posisi dan tinggi
pekerja
- Dan jika mengangkat barang pekerja sudah menggunakan trolley.

2) Beban Kerja

Hasil pengamatan yang dilakukan, karyawan bekerja dari hari Senin-Minggu


dengan jam kerja dibagi kedalam 3 shift yaitu: 08.00 16.00 WIB, 16.00 23.00
WIB, 23.00 08.00 WIB. Tiap shift mendapat 1x makan.

3) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja cukup luas sehingga karyawan dapat bergerak dengan


leluasa dan efisien.

3.6 Program Pemenuhan Gizi Pekerja, Kantin/ Ruang Makan

PT. Nestle Indonesia Cikupa Factory memiliki satu ruang makan di dalam
perusahaan untuk karyawan. Kebutuhan makan karyawan menggunakan jasa
kantin di perusahaan. Menurut narasumber PT. Nestle Indonesia Cikupa Factory
mendapatkan makanan sesuai dengan standar pemenuhan gizi yang seimbang,
namun tidak dibedakan jumlah kebutuhan kalori dari setiap departemen. Jam
istirahat dan makan dijadwalkan oleh perusahaan, dan disesuaikan dengan
situasi kerja.

3.7 Sepuluh Besar Penyakit Pada Pelayanan Kesehatan


Sudah ditanyakan namun tidak ada pendataan dari narasumber

15
3.8 Penyakit Akibat Kerja yang Sering Terjadi

Menurut narasumber sejak sepuluh tahun lalu belum ditemukan penyakit


yang sacara spesifik diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

3.9 Sarana P3K

Fasilitas kesehatan yang tersedia berupa kotak P3K yang terdapat pada
setiap ruangan. Setiap karyawan mengetahui isi P3K dan isi kotak P3K hanya
terdiri dari antiseptik, plester, pembalut, dan beberapa obat. Narasumber
mengakui bahwa isi kotak P3K belum memenuhi standar. Selain itu tidak ada
yang dilatih untuk menggunakan peralatan P3K sehingga dalam keadaan yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut akan di bawa ke Rumah Sakit terdekat.

3.10 Personil Kesehatan

PT Nestle Indonesia Cikupa Factory memiliki klinik dengan 1 dokter


perusahaan dan 1 perawat.

16
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Penanganan Saran


1. Fasilitas Kotak P3K tidak Memperbaiki
Pelayanan sesuai dengan kotak P3K
Kesehatan standarisasi menurut sesuai standar
permenaker yang berlaku
2. Program Tidak adanya Jika terjadi Membangun
Kesehatan pelayanan kecelakaan program
rehabilitatif kerja atau rehabilitasi
dikarenakan tidak penyakit akibat untuk berjaga -
adanya kecelakaan kerja maka jaga bila terjadi
kerja yang karyawan kecelakaan
membutuhkan tersebut akan kerja
tersebut diberikan
kompensasi
oleh
perusahaan
sesuai dengan
kebijakan yang
berlaku.

3. Pencegahan Tidak dilakukan Hanya Melakukan


HIV/AIDS Screening HIV dan dilakukan penyuluhan
dan Narkoba Narkoba terhadap pemeriksaan mengenai
Tenaga Kerja, dan kesehatan HIV/AIDS dan
belum pernah secara berkala Narkoba
dilakukan dengan
penyuluhan HIV dan pemeriksaan
Narkoba oleh darah lengkap
perusahaan
4. Pemeriksaan Tidak ada Pemeriksaan Perlu perhatian
Kesehatan pemeriksaan khusus dapat khusus bagi

17
kesehatan khusus dilakukan karyawan yang
bagi karyawan secara pribadi di sudah bekerja
dengan kebutuhan rumah sakit dengan lama
atau butuh perhatian dengan dan dengan
khusus, seperti : menggunakan paparan khusus
audiometri, BPJS (contoh :
spirometri, Kesehatan pencahayaan
pemeriksaan mata, atau bising)
dan lain lain.
5. Kesesuaian Ada beberapa Diadakan
Pekerja Pekerja yang tidak penyuluhan
dengan Alat mengetahui postur atau pelatihan
kerja yang mengenai
ergonomis ergonomi serta
posisi dan
postur kerja
yang ergonomis
dan manfaat
ergonomi pada
tenaga kerja
6. Sarana P3K Isi P3K dan isi kotak Mengisi unit
P3K hanya terdiri P3K dengan
dari antiseptik, unit yang
plester, pembalut, terlatih dan
dan beberapa obat. memiliki
Tidak ada yang sertifikat
dilatih untuk pelatihan
menggunakan
peralatan P3K
7. Personil Dokter dan perawat Langkah yang
Kesehatan di perusahaan tidak diambil oleh
24 jam pihak
perusahaan
hendaklah
menambah

18
tenaga
kesehatan guna
membantu
dokter
perusahaan
untuk
memberikan
pelayanan
kesehatan yang
baik kepada
para tenaga
kerja

19
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sistem kesehatan kerja di PT Nestle Indonesia Cikupa Factory sudah


memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja
Program kesehatan dalam bidang promotif dan preventif telah berjalan
dengan baik
Sistem ergonomi di PT Nestle Indonesia Cikupa Factory sudah memenuhi
syarat ergonomi

5.2 Saran

Sebaiknya PT Nestle Indonesia Cikupa Factory memperbaiki kotak P3K


sesuai standar yang berlaku
Sebaiknya PT Nestle Indonesia Cikupa Factory membangun program
rehabilitasi untuk berjaga - jaga bila terjadi kecelakaan kerja
Sebaiknya PT Nestle Indonesia Cikupa Factory melakukan penyuluhan
mengenai HIV/AIDS dan Narkoba
Sebaiknya PT Nestle Indonesia Cikupa Factory melakukan perhatian
khusus bagi karyawan yang sudah bekerja dengan lama dan dengan
paparan khusus (contoh : pencahayaan atau bising)
Sebaiknya PT Nestle Indonesia Cikupa Factory mengadakan penyuluhan
atau pelatihan mengenai ergonomi serta posisi dan postur kerja yang
ergonomis dan manfaat ergonomi pada tenaga kerja
Sebaiknya PT Nestle Indonesia Cikupa Factory menunjuk dokter
perusahaan menjadi dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan
kerja dan upayakan ada perbaikan jadwal untuk dokter perusahaan agar
unit pelayanan kesehatan dapat diakses oleh tenaga kerja setiap hari

20
BAB VI

PENUTUP

Semoga dengan disusunnya laporan ini, dapat kita jadikan pedoman


pembelajaraan dalam menambah wawasan mengenai Hiperkes bagi para
mahasiswa atau Instansi, dalam melaksanakan tugasnya. Semoga apa yang
kami sampaikan diatas mengenai aspek Kesehatan dan Ergonomi di lingkungan
kerja PT. Nestle Indonesia Cikupa Factory dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jika suatu saat kita menjumpai kendala dalam mengelola kesehatan di


lingkungan kerja, baik itu dalam suatu perusahaan atau Instansi, maka kita
sudah dapat mengambil langkah-langkah antisipasi bagaimana cara
menyelesaikan permasalahan tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai