Anda di halaman 1dari 26

ANJAK PIUTANG

BAB I
LATAR BELAKANG
1. Latar belakang
Menghadapi era globalisasi dan perkembangan perekonomian suatu
bangsa, peran masyarakat dibidang ekonomi dan pembangunan sangat
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bangsa.
Terutama bagi para pengusaha baik pengusaha besar maupun usaha kecil
menengah (UKM). Untuk dapat bertahan dan terus berkembang, mereka
dituntut untuk mampu mengelola usahanya dengan baik.
Pada umumnya, setiap perusahaan mempunyai berbagai macam
aktivitas usaha. Perusahaan harus mampu mengelola aktivitas tersebut dengan
baik agar tidak menghambat aktivitas kegiatan yang lain. Aktivitas oprasional
perusahaan misalnya, melakukan penjualan barang atau jasa baik dilakukan
secara tunai maupun kredit sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Apabila transaksi pembayaran dilakukan secara tunai perusahaan akan
langsung menerima keuntungan yang didapatkan, akan tetapi bila transaksi
dilakukan secara kredit maka perusahaan akan mempunyai piutang atau
tagihan yang harus mempunyai pengelolaan yang baik agar piutang atau
tagihan tersebut dapat diterima sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolaan
piutang harus dilakukan dengan baik mengingat piutang juga merupakan
sumber pendapatan perusahaan yang belum terbayar. Apabila dalam penagihan
piutang dagang perusahaan mengalami kemacetan, perusahaan secara otomatis
akan mengalami kerugian bahkan menghadapi permasalahan besar yang pada
akhirnya nanti perusahaan mengalami kebangkrutan. Itu semua dikarenakan

perputaran produk yang dihasilkan dan perputaran keuangan yang tidak stabil
atau terganggu. Dan apabila terjadi seperti itu, apa yang seharusnya dilakukan
perusahaan apabila perusahaan membutuhkan perputaran modal yang cepat
untuk memenuhi perputaran aktivitas selanjutnya? Salah satu solusi yang
harus dilakukan adalah dengan cara pengalihan atau penjualan piutang kepada
pihak lain.
Oleh karena itu perusahaan pembiayaan anjak piutang (Factoring)
sangat berperan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Perusahaan
pembiayaan anjak piutang (Factoring) yang bertujuan untuk memperlancar
kegiatan penyelesaian utang atau piutang dan membantu perusahaan dalam
mengelola transaksi penjualan secara kreditnya agar terhindar dari resiko yang
tidak diharapkan perusahaan. Pengelolaan yang secara efektif dan efesien
inilah

yang

harus

dibutuhkan

dan

dikembangkan

oleh

perusahaan

untuk meningkatkan fungsi dan kredibilitasnya di dunia usaha yang sejalan


dengan perkembangan perekonomian yang terus maju.
Di Indonesia lembaga Anjak Piutang secara resmi dimulai dan
dikembangkan dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang
Lembaga Pembiayaan, yang ditindaklanjuti oleh Keputusan Menteri
Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Keputusan Presiden No 61 Tahun1988 tentang Lembaga Pembiayaan
merupakan usaha pemerintah untuk memformalkan kegiatan anjak piutang
yang sudah ada di masyarakat,dan menjadikan usaha anjak piutang menjadi

suatu bagian dari Lembaga Pembiayaan,yang juga dapat dilakukan oleh Bank
dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Kegiatan anjak piutang di Indonesia berkembang baik sejak adanya
Keputusan

Presiden

No.

61

dan

Keputusan

Meteri

Keuangan

No.1251/KMK.13/1988 tanggal 20 desember 1988. peraturan ini terutama


untuk memberikan alternatif pembiayaan usaha dari berbagai jenis lembaga
keuangan, termasuk perusahaan anjak piutang. Pembiayaan usaha diberikan
keleluasaan untuk mengembangkan usaha dengan modal yang hanya tidak
bersumber dari lembaga keuangan saja. Jasa anjak piutang dapat diberikan
oleh suatu lembaga keuangan sebagai salah satu kegiatan usahanya, dan
diberikan oleh suatu bank, dan dapat diberikan oleh suatu lembaga keuangan
yang secara khusus memberikan jasa anjak piutang.
Meningkatnya volume perdagangan secara kredit yang berskala besar
akan diikuti oleh semakin rumitnya kegiatan penagihan. Dengan demikian,
factoring akan mendapat tempat dan memiliki prospek bisnis yang besar.
Hadirnya factoring di Indonesia akan memperkaya dan menambah sumber
pembiayaan perusahaan disamping aspek positif lainnya, yaitu: Dorongan
ekonomis bagi perekonomian secara keseluruhan, Bantuan kepada produsen
dimasa ekonomi mengalami kelesuan, Bantuan kepada eksportir memperoleh
uang tunai dan Jasa-jasa keuangan yang baru untuk mobilisasi dana.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam tulisan ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Anjak Piutang?

2. Bagaimana peran Anjak Piutang bagi kehidupan ekonomi?


3. Hambatan-hambatan apa saja yang dapat menghambat perkembangan
Anjak Piutang di Indonesia?
4. Bagaimana Anjak Piutang yang dilakukan oleh Clipan Finance sebagai
perusahaan pembiayaan?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah
ini adalah
1. Untuk mengetahui lebih jelas apa itu Anjak Piutang (Factoring)
2. Untuk mengetahui Peran Anjak Piutang (Factoring) di dalam kegiatan
Ekonomi
3. Untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan perkembangan Anjak Piutang
(Factoring) di Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana Anjak Piutang (Factoring) yang diberikan
Clipan Finance.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Anjak Piutang (Factoring)
Menurut Kasmir dalam Bank dan Lembaga Keuangan lainnya
menjelaskan bahwa anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan factoring
adalah perusahaan yang kegiatannya melakukan penagihan atau pembelian atau
pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan dengan
imbalan atau pembayaran tertentu dari perusahaan (klien).
Menurut Siamat (2005:597), Anjak piutang dapat didefinisikan
sebagai transaksi pembelian dan atau penagihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek klien (penjual) kepada perusahaan factoring, yang
kemudian akan ditagih oleh perusahaan anjak piutang kepada pembeli karena
adanya pembayaran kepada klien oleh perusahaan factoring (factor).
Menurut Perpres no.9 tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan, Anjak
piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas
piutang tersebut.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988
Tanggal 20 Desember 1988, anjak piutang (factoring) adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.
2. Kegiatan Anjak Piutang
Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih
pengurusan piutang suatu perusahaan dengan suatu tanggungjawab tertentu

sesuai kesepakatan dengan pihak pemilik piutang (kreditor). Kegiatan


perusahaan anjak piutang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988 yaitu:
1. Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu
2. Pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagangan dengan
harga yang sesuai dengan kesepakatan
3. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan
anjak piutang dapat mengelola kegiatan administrasi kredit suatu
perusahaan sesuai kesepakatan.
Perusahaan anjak piutang memperoleh keuntungan dari berbagai biaya
yang dikenakan terhadap kliennya. Biaya-biaya tersebut terdiri dari:
1. Jasa Penagihan
Yaitu biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang kepada
kliennya, yang dikenal dengan istilah fee dengan besarnya yang dihitung
sesuai dengan persentase tertentu. Besarnya fee tersebut ditentukan sesuai
kesepakatan dengan kliennya.
2. Biaya Administrasi
Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah melakukan
pengelolaan piutang dari perusahaan kreditor dan besarnya biaya
administrasi tersebut ditentukan sesuai kesepakatan.
3. Pelaku dalam Anjak Piutang
Dalam kegiatan transaksi perusahaan anjak piutang terdapat pihakpihak yang terlibat yang saling berkepentingan yaitu:
1. Kreditor yaitu pihak yang menyerahkan tagihannya kepada pihak anjak
piutang untuk ditagih, dikelola ataupun diambil alih dengan cara dikelola
atau dibeli sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.

2. Perusahaan anjak piutang.


3. Debitur yaitu pihak yang mempunyai utang terhadap kreditur.
Kreditor menyerahkan permasalaah piutangnya kepada perusahaan
anjak piutang baik dengan cara memberitahu debitur maupun tidak. Setelah itu,
perusahaan anjak piutang melakukan penagihan kepada debitur sesuai
kesepakatannya dengan pihak kreditor. Debitur kemudian membayar utang
tersebut kepada perusahaan anjak piutang. Selanjutnya setelah semua persoalan
utang piutang diselesaikan, perusahaan anjak piutang membayar kepada
kepada kreditor sesuai dengan tanggung jawabnya.
4. Ruang Lingkup Anjak Piutang
Dilihat dari ruang lingkup operasi, kegiatan transaksi anjak piutang
dapat dibedakan dalam bentuk:
1. Anjak Piutang Domestik
Mekanisme perdagangan tanpa melibatkan jasa anjak piutang akan
menyebabkan kurang lancarnya cash flow perusahaan. Jangka waktu
piutang dagang umumnya berkisar antara 30-90 hari. Bagi perusahaan yang
memiliki modal kerja yang terbatas penjualan kredit akan sangat
mengganggu arus kas yang pada gilirannya akan mempengaruhi kelancaran
usaha atau produksi bagi perusahaan manufaktur. Penggunaan anjak piutang
memungkinkan penjual untuk mengubah penjualan kreditnya tersebut ke
dalam bentuk tunai. Ilustrasinya dapat diikuti pada Gambar berikut.

Mekanisme transaksi dalam negeri dengan menggunakan jasa anjak


piutang tersebut biasanya dilakukan dengan fasilitas disclosed factoring.
Proses anjak piutang dalam negeri sebagaimana digambarkan pada Gambar
diatas dapat dijelaskan berdasarkan tahap tahap berikut: transaksi jual beli
barang diikuti dengan penyerahan barang dan faktur (1) dan (2). Kemudian
klien menyerahkan pula kopi faktur kepada perusahaan anjak piutang (3).
Berdasarkan kopi fakturtersebut dan sesuai dengan persetujuan, perusahaan
anjak piutang segera membayar klien maksimum 80% dari nilai faktur (4).
Perusahaan anjak piutang secara, aktif melakukan penagihan sesuai dengan
syarat pembayaran yang telah disetujui (5). Pihak customer selanjutnya
membayar kepada perusahaan anjak piutang sesuai dengan besarnya kontrak
(6). Setelah selesai seluruh pembayaran perusahaan anjak piutang melunasi
sisa pembayaran (refirnd) kepada klien sebesar 20% dari nilai faktur
dikurangi biaya anjak piutang yang besarnya telah disepakati dalam kontrak
(7).
2. Anjak Piutang Internasional
Anjak piutang internasional atau sering juga disebut export factoring
merupakan fasilitas untuk membantu mempercepat proses pembayaran tunai

atas transaksi antarpenjual di suatu negara (eksportir) dengan pembeli dari


negara lain (importir). Dengan memanfaatkan jasa anjak piutang maka
perdagangan ekspor impor barang memungkinkan eksportir dapat segera
menerima tunai hasil penjualannya. Dalam anjak piutang internasional
terdapat 4 (empat) pihak yang terlibat, yaitu :
1. Eksportir
2. Importir
3. Perusahaan anjak piutang eksportir (export factor) dan
4. Perusahaan anjak piutang importir (import factor).
Dalam transaksi factoring internasional, biasanya perusahaan anjak
piutang menjamin 100% atas kemungkinan tidak dibayarnya utang pihak
importir. Mekanisme anjak piutang internasional dapat diikuti pada Gambar
dibawah:

Transaksi tersebut dimulai dengan pihak eksportir membuat kontrak


factoring dengan perusahaan anjak piutang yang selanjutnya disebut export
factor. Pihak eksportir mengajukan permohonan credit limit kepada export
factor sehubungan dengan rencana ekspornya. Export factor selanjutnya
menghubungi pihak korespondennya di negara di mana customer (importir)
tersebut berkedudukan dalam hal ini di Jepang. Corespondent factor ini
akan menjadi import factor. Pihak import factor melakukan investigasi
kredit untuk mengetahui kondisi atau credit standing importir. Apabila
import factor menyetujui permohonan pihak importir, maka import factor
akan memberi jaminan untuk membayar berdasarkan jumlah tagihan
(faktur) yang di factoring-kan sampai jumlah credit limit yang disetujui oleh
import factor. Apabila segala persyaratan dan semua ketentuan telah
disepakati oleh pihak pihak terkait, maka proses anjak piutang akan terjadi
dengan mekanisme berikut:
Eksportir mengapalkan barangnya untuk dikirimkan kepada importir.
Pada waktu yang sama, eksportir mengirimkan fakturnya dengan
memberitahukan agar importir melakukan pembayaran kepada import factor
pada saat penjualan kredit tersebut jatuh tempo (1). Setelah barang
dikapalkan, eksportir menyampaikan copy faktur dan dokumen dokumen
pengapalan kepada export factor (2). Selanjutnya export factor membayar
sampai maksimum 80% dari total nilai faktur sesuai dengan kontrak kepada
eksportir (3). Oleh export factor, copy faktur dan dokumen pengapalan
dikirirnkan kepada import factor (4). Import factor menyiapkan sales ledger
dan melakukan penagihan kepada importir berdasarkan faktur dan dokumen

pengapalan yang diterima dari export factor pada saat penjualan kredit
tersebut jatuh tempo (5). Import factor kemudian melakukan pembayaran
kepada export factor sebesar 100% dari total nilai faktur setelah dikurangi
persentase tertentu yang telah disepakati selambat-lambatnya 90 hari setelah
tanggal pengiriman barang. Pembayaran tersebut harus dilakukan tanpa
memperhatikan apakah import factor telah menerima pembayaran dari
importir atau belum (6) dan (7). Selanjutnya, export factor melunasi sisa
pembayaran (20%) kepada eksportir setelah dikurangi biaya-biaya
factoring.
5. Mekanisme Kegiatan Anjak Piutang
1. Disclosed Factoring
Yaitu penyerahan piutang kepada perusahaan anjak piutang dengan
sepengatahuan debitur. Adapun proses mekanisme transaksi ini terjadi
sebagai berikut:
1. Terjadi transaksi penjualan secara kredit kepada pelanggan (klien)
2. Negosiasi dan kontrak anjak piutang antara perusahaan (klien) dengan
lembaga anjak piutang (factoring) dimana perusahaan menyerahkan
kopi faktur penagihan piutang dan dokumen terkait lainnya sedangkan
dokumen asli tetap dipegang perusahaan.
3. Lembaga anjak piutang memberikan pembiayaan maksimal 80% dari
nilai faktur.
4. Pada saat jatuh tempo perusahaan akan menagih kepada debitur /
pelanggan.

5. Perusahaan akan mengembalikan pinjaman dana kepada factoring


ditambah dengan biaya anjak piutang (service charge/discount charge).

2. Undisclosed Factoring
Yaitu penyerahan piutang kepada perusahaan anjak piutang tanpa
sepengatahuan debitur atau notifikasi kepada customer. Adapun proses
mekanisme transaksi ini terjadi sebagai berikut:
1. Terjadi penjualan secara kredit kepada pelanggan (klien)
2. Negosiasi dan kontrak factoring antara perusahaan (klien) dengan
lembaga anjak piutang dimana perusahaan menyerahkan faktur
penagihan dan dokumen terkait lainnya (dokumen asli).
3. Perusahaan memberitahu kepada debitur kalau piutang dan penagihan
sudah dialihkan ke lembaga anjak piutang.
4. Lembaga anjak piutang memberikan pembiayaan maksimum 80% dari
nilai faktur.
5. Pada saat jatuh tempo lembaga anjak piutang melakukan penagihan
kepada debitur.
6. Pelanggan (debitur) membayar tagihan kepada anjak piutang.

7. Lembaga anjak piutang menyerahkan sisa dan (20% Nilai faktur) kepada
perusahaan (klien) setelah sebelumnya dikurangi biaya administrasi.

6. Fasilitas yang Diberikan oleh Perusahaan Anjak Piutang

Fasilitas yang diberikan oleh perusahaan Anjak piutang kepada


Kreditor dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu:
1. Berdasarkan Pemberitahuan
a. Disclosed yaitu dalam penagihan piutangnya dengan sepengetahuan
debitur.
b. Undisclosed yaitu dalam penagihan piutangnya tanpa sepengetahuan
debitur, kecuali jika terdapat pelanggaran terhadap kesepakatan yang
telah dibuat dan atau perusahaan anjak piutang mengandung suatu resiko.
2. Berdasarkan Tanggung Jawab
a. Withrecourse yaitu jika debitur tidak dapat melunasi utangnya maka
resiko tersebut akan dikembalikan oleh pihak anjak piutang kepada pihak
kreditur.
b. Without recourse yaitu semua resiko tak terbayar dalam penagihan
piutang menjadi tanggung jawab perusahaan anjak piutang.
3. Berdasarkan Pelanggan

a. Full Service Factoring yaitu fasilitas yang diberikan mencakup semua


fasilitas dalam jasa pembiayaan maupun non-pembiayaan, termasuk
fasilitas untuk menanggung resiko terhadap kredit yang macet.
b. Resourse Factoring yaitu pemberian semua fasilitas kecuali resiko kredit
tetap ada pada kreditor.
c. Bulk Factoring, jasa yang dibeikan hanya fasilitas pembiayaan dan
pemberitahuan jatuh tempo.
d. Maturity Factoring, fasilitas yang diberikan adalah perlindungan kredit
yang meliputi pengurusan atas penjualan, penagihan dari debitur dan
perlindungan atas piutang. Jasa ini diberikan tanpa pembiayaan
e. Invoice discounting, hanya diberikan untuk jasa yang berbentuk
pembiayaan anjak piutang
f. Undisclosed factoring, pemberian proteksi terhadap kemacetan pelunasan
piutang sampai dengan persentase tertentu dari jumlah faktur yang telah
disetujui.
g. Advance payment,

yaitu

transaksi

pengalihan

piutang

dimana

pembayarannya dilakukan pada saat jatuh tempi dan besarnya sekitar


80% dari nilai faktur.
4. Berdasarkan Wilayah
a. Domestic factoring merupakan perusahaan anjak piutang yang beroperasi
hanya di wilayah Indonesia.
b. International Factoring merupakan kegiatan anjak piutang yang dapat
dilakukan antarnegara biasanya merupakan fasilitas pembiayaan eksporimpor.
7. Jasa-jasa dan Biaya yang diberikan
Dalam kegiatannya secara umum kegiatan anjak piutang mempunyai
dua macam jasa yang ditawarkan. Jasa yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Jasa Pembiayaan (financing service)

Dalam jasa ini, perusahan anjak piutang melakukan pembayaran


dimuka kepada kreditor yang besarnya tergantung kesepakatan kedua belah
pihak. Kontrak dalam perjanjian tersebut dapat dibuat berdasarkan
withrecourse ataupun without recourse. Dalam hal ini besarnya pembiayaan
dilakukan sekitar 60%-80% dari total piutang setelah dilakukan kontrak dan
bukti-bukti penjualan.
2. Jasa Non-Pembiayaan (non-financing service)
Dalam jasa yang diberikan yaitu pemberian jasa pengelolaan
administrasi kredit yang meliputi:
a. Analisis kelayakan suatu kredit;
b. Melakukan administrasi kredit;
c. Pengawasan terhadap kredit termasuk pengendaliannya;
d. Perlindungan terhadap suatu resiko kredit.
Dari jasa yang diberikan tersebut terdapat dua jenis biaya yang dibebankan
terhadap kliennya yaitu fee dan biaya administrasi terhadap pembiayaan
tertentu.
8. Keuntungan Anjak Piutang
Keuntungan yang diperoleh masing-masing pihak yang terlibat dalam
kegiatan anjak piutang adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan anjak piutang
a. Memperoleh keuntungan berupa fee dan biaya administrasi.
b. Membantu menyelesaikan permasalahan antara Kreditor dan debitur.
c. Membantu penyelenggaraan pihak kreditor dalam penyelenggaraan
kredit.
2. Bagi Kreditor
a. Mengurangi resiko kerugian dengan tertagihnya piutang
b. Memperbaiki system administrasinya
c. Memperlancar kegiatan usahanya
d. Dengan tertagihnya piutang maka kreditor dapat berkonsentrasi ke
kegiatan usaha yang lain.
3. Bagi Debitur
Memberikan motivasi untuk segera melunasi utangnya terhadap kreditor.

BAB III
PERMASALAHAN

Peran Anjak Piutang Dalam Ekonomi


Kenyataan selama ini banyak sektor usaha yang menghadapi berbagai
masalah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Masalah masalah tersebut pada
prinsipnya berkaitan antara lain: kurang kemampuan dan terbatasnya sumbersumber permodalan, lemahnya pemasaran sehingga target penjualan tidak
tercapai. Di samping itu perusahaan hanya terkonsentrasi pada usaha peningkatan
produksi dan penjualan sedangkan administrasi penjualan termasuk penjualan
secara kredit (Piutang) masih terabaikan.
Kelemahan dibidang manajemen/ pengelolaan piutang menyebabkan
semakin meningkatnya kredit macet. Kondisi seperti ini mengancam kontinuitas
usaha yang pada gilirannya akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh
sumber pembiayaan dari lembaga keuangan. Beberapa manfaat yang dapat
diberikan lembaga anjak piutang dalam rangka mengatasi masalah dunia usaha
adalah sebagai berikut:

Penggunaan jasa anjak piutang akan menurunkan biaya produksi dan biaya
penjualan.

Anjak piutang dapat memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk


pembayaran dimuka (Advanced Payment) sehingga akan meningkatkan
Crediet standing perusahaan .

Kegiatan anjak piutang dapat meningkatkan kemampuan bersaing


perusahaan klien karena klien dapat mengadakan transaksi perdagangan
secara bebas baik perdagangan dalam negeri maupun perdagangan
internasional.

Meningkatkan kemampuan klien dalam memperoleh laba melalui


peningkatan perputaran modal kerja.

Menghilangkan risiko kerugian akibat terjadinya kredit macet karena


resiko kredit macet ini dapat diambil alih oleh lembaga anjak piutang.

Kegiatan anjak piutang dapat mempercepat proses ekonomi dan


meningkatkan pendapatan nasional

Hambatan-Hambatan yang dihadapi


Dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yang dapat
menghambat dalam proses perkembangan Anjak Piutang di Indonesia, antara lain:
a) Tidak adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara
khusus yang mengatur tentang kegiatan Anjak Piutang. Di Malaysia,
kegiatan Anjak Piutang telah diatur secara khusus dalam perangkat hukum
sendiri.
b) Keunggulan Anjak Piutang dengan kegiatan pembiayaan lain adalah
bahwa pada umumnya tidak memakai sistem jaminan, namun pada
perkembangannya di Indonesia, ada juga perusahaan Anjak Piutang yang
mensyaratkan adanya jaminan tambahan sehingga hal tersebut dirasa
memberatkan Klien yang mengakibatkan penggunaan jasa Anjak Piutang
kurang diminati.
c) Bagi negara-negara dimana Anjak Piutang (salah satunya Indonesia) belum
berkembang, ada kecenderungan pendapat bahwa Factor hanya dapat
bertindak sebagai debt collector, sehingga Klien akan menyerahkan bad
debts atau piutang-piutang yang sulit tertagih kepada Factor. Akibatnya,

jasa Anjak Piutang mendapat reputasi yang kurang baik dan menjadi
kurang diminati sebagai salah satu alternatif pembiayaan.
d) Kurang professionalnya perusahaan pembiayaan yang menjalankan usaha
Anjak Piutang tersebut menyebabkan timbul penyimpangan tujuan
sebenarnya dari kegiatan Anjak Piutang.
e) Biaya yang mahal. Secara keseluruhan kegiatan Anjak Piutang
memerlukan biaya yang agak besar, apabila dibandingkan dengan kegiatan
peminjaman ke Bank. Hal ini juga menjadi pertimbangan bagi Klien untuk
menjual piutangnya kepada Factor.
f) Kurangnya sosialisasi mengenai kegiatan Anjak Piutang di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan keterbatasan informasi mengenai jasa Anjak Piutang
dimana masyarakat masih sulit mendapatkan dan menemukan informasi
mengenai kegiatan Anjak Piutang dalam dunia usaha di Indonesia.
Studi Kasus Anjak Piutang di Clipan Finance
Sebagai contoh, untuk dapat memahami pembahasan mengenai anjak
piutang, penulis mengambil contoh perusahaan pembiayaan Clipan Finance.
Profil Clipan Finance
Didirikan sejak 15 Januari 1982, Clipan Finance merupakan salah satu
Perseroan pembiayaan tertua yang telah dikenal luas di Indonesia. Awal
pendiriannya Clipan Finance merupakan Perseroan patungan dengan pemegang
saham Credit Lyonnais dari Perancis sebagai pemegang saham mayoritas dan PT
Bank Pan Indonesia Tbk (Panin Bank).
Clipan Finance merupakan Perseroan pembiayaan yang pertama Go
Public di tahun 1990. Kini Pemegang Saham Perseroan adalah 51,49% PT Bank
Pan Indonesia Tbk dan sisanya dimiliki oleh investor dan masyarakat luas.
Sesuai dengan ketentuan pasal 3 ayat 1 tentang Anggaran Dasar,
maksud dan tujuan Perseroan, Clipan Finance adalah perusahaan pembiayaan

yang mempunyai segmen bisnis berupa Pembiayaan Konsumen (Consumer


Financing), Sewa Pembiayaan (Leasing), dan Anjak Piutang (Factoring).
Kegiatan usaha Perseroan lebih difokuskan pada pembiayaan
konsumen otomotif retail yang portfolionya telah mencapai 53% dari seluruh total
portfolio kegiatan usaha Perseroan. Sampai dengan akhir tahun 2014, Perseroan
telah memiliki 18 kantor cabang dan 20 kantor pemasaran yang tersebar di
wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.
Produk-Produk Clipan Finance
Berikut ini adalah 3 (tiga) jenis usaha yang dikembangkan Perseroan
sesuai dengan ijin yang dimiliki yaitu:
a. Pembiayaan Konsumen (Consumer Financing)
Lebih difokuskan pada kegiatan pembiayaan atas kepemilikan kendaraan
bermotor roda empat khususnya kendaraan bekas baik kendaraan niaga
maupun non-niaga dengan jenis dan merek kendaraan yang memiliki nilai
jual kembali yang tinggi.
b. Sewa Pembiayaan (Leasing)
Lebih difokuskan pada kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal berupa alat-alat berat baru khususnya dan kendaraan bermotor
roda empat niaga dan non niaga bekas yang umum digunakan untuk kegiatan
di berbagai industri dan memiliki risiko yang rendah.
c. Anjak Piutang (Factoring)
Lebih difokuskan pada kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
suatu Perseroan dari transaksi perdagangan dalam negeri.

Pertumbuhan Anjak Piutang di Clipan Finance


Di usia yang lebih dari 32 tahun dalam industri pembiayaan, Clipan
Finance terbukti tangguh melewati berbagai krisis yang melanda industri
keuangan di Indonesia dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sebagai
dampak krisis ekonomi global. Pada awal didirikan, Clipan Finance lebih dikenal
dengan kegiatan sewa pembiayaan (leasing) alat berat. Seiring berjalannya waktu,
focus utama pembiayaan Perseroan beralih dari sewa pembiayaan alat berat ke
pembiayaan konsumen mobil bekas. Dalam kondisi persaingan yang semakin
ketat, dimana setiap jenis usaha di pacu untuk dapat terus bertumbuh dengan tetap
memperhitungkan risiko yang menyertai dan tidak mengesampingkan prinsip
kehati-hatian, diperlukan keahlian dan kematangan untuk dapat membaca peluang
yang ada dan mengubahnya menjadi sesuatu yang berguna bagi Clipan Finance.
Kondisi tersebut dialami oleh Clipan Finance, dimana Clipan Finance berhasil
melihat potensi pasar yang besar dan memanfaatkan peluang yang ada dengan
mengembangkan pembiayaan anjak piutang sejak tahun 2006.
Keberhasilan Clipan Finance dalam membaca peluang bisnis dan
mentransformasikannya ke dalam unit bisnis yang ada di Clipan Finance
membuahkan hasil yang manis. Karena saat ini produk pembiayaan anjak piutang
memberikan kontribusi yang signifikan bagi Clipan Finance. Pengembangan
pembiayaan anjak piutang yang memerlukan sumber dana yang besar dan sumber
daya yang professional dan kompeten dibidangnya merupakan entry-barrier bagi
perusahaan pembiayaan lainnya untuk masuk dan mengembangkan produk ini.
Pada tahun 2014, jumlah pembiayaan anjak piutang adalah sebesar
Rp. 2 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 39% dari total pembiayaan

Clipan Finance. Piutang Pendapatan anjak piutang meningkat sebesar 3,4% dari
Rp 292 miliar di tahun 2013 menjadi Rp 302 miliar di tahun 2014. Pendapatan
anjak piutang tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar 28,8% terhadap jumlah
pendapatan tahun 2014. Di tahun 2013, pendapatan anjak piutang memberikan
kontribusi 30,0% terhadap total pendapatan.
Anjak Piutang di Clipan Finance
Fasilitas anjak piutang merupakan fasilitas pembiayaan cepat dengan
jaminan surat piutang. Kalangan pengusaha dapat memanfaatkan fasilitas ini
untuk memperoleh pembiayaan cepat untuk memperlancar bisnis dan usaha.
Fasilitas ini khusus ditujukan kepada konsumen berbentuk Badan Usaha/
Perusahaan.
Fokus bisnis dalam kegiatan usaha anjak piutang Clipan Finance lebih
kepada kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam
negeri di sektor industri dan properti dengan jangka waktu maksimum 1 tahun.
Hal ini memberikan keuntungan bagi Clipan Finance karena perputaran dana yang
relatif cepat dan mengurangi risiko fluktuasi tingkat suku bunga. Untuk transaksi
pembiayaan anjak piutang selain pembelian/pengalihan piutang, Clipan Finance
mewajibkan nasabah untuk memberikan jaminan tambahan dalam bentuk asset
tetap yang nilainya lebih tinggi dari nilai pembiayaan. Tagihan anjak piutang
memiliki jaminan tambahan berupa tanah dan bangunan. Jumlah pembiayaan ratarata adalah 80% dari total tagihan/piutang yang dialihkan.
Sebagian besar nasabah anjak piutang Clipan Finance adalah nasabah
korporasi. Jangka waktu tagihan anjak piutang berdasarkan periode dalam

perjanjian adalah 51 hari sampai dengan 1 tahun dan dapat diperpanjang. Pada
tahun 2014, Nilai pembiayaan anjak piutang yang dikelola Clipan Finance yaitu
sebesar Rp. 2.066 miliar. Berikut penulis sajikan table nilai tagihan anjak piutang
tahun 2011 s.d. 2014 dari Clipan Finance:

Tagihan Anjak Piutang


2500
2000
Tagihan Anjak
Piutang

1500
1000
500
0
2011

2012

2013

2014

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia (Seberapa Jauh Potret
Moneter Mewarnai Perekonomian Indonesia). PT Raja Grafindo Persada:Jakarta
Darmawi, Drs. Herman. 2006. Pasar Financial dan Lembaga-Lembaga
Financial. Bumi Aksara:Jakarta
Kasmir, S.E, M.M . 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja
Grafindo Persada:Jakarta
Kasmir, Dr. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi 10.
Rajawali Pers:Jakarta
Rahman, M. Rusydi. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Dosen UIN
Alauddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai