Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

ASPEK HIGIENE INDUSTRI

PT MARTINA BERTO TBK

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat

Pelatihan HIPERKES dan Keselamatan Kerja

PERIODE 17-23 Oktober 2023

Disusun Oleh Kelompok 1:

HIGIENE INDUSTRI

dr. Ach. Guntur Hermawan Suryo Aji,M.B dr. An.Ag. Ngr. Bagus Wibisana Esa.P.
dr. Afandi Achmad dr. Damai Setio Wati
dr. Agung Amalia dr. Danti Iwan Gusmana
dr. Ahmad Nazharuddin Lubis dr. Dian Fransisca Ghozali
dr. Alya Yomi Sari dr. Dian Leandro Purba
dr. Aminah Citrasari dr. Fani Nur Fajri Fauzi
dr. Fania Salsabilla Mahatma Putri

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan


menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan meli-
batkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya
akibat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya adalah menciptakan
perusahaan yang higienis agar lingkungan kerja menjadi aman, nyaman dan sehat.
Menurut Sumakmur (1999), higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
higiene beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
penguku- ran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan
tersebut serta bila diperlukanberupatindakan pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar
perusa- haan terhindar dari bahaya akibat kerja serta diharapkan dapat mencapaiderajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Untuk itu setiap perusahaan diharapkan untuk mampu menerapkan Sistem Manaje-
men Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-masing. Sis-
tem manajemen tersebut diharapkan menjadi siklus yang tidak terputus dan
berkesinambun- gan. Dimulai dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan ulang dan
pada akhirnya pen- ingkatan berkelanjutan.

Salah satu tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan
hazard (potensi bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko
bagi tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia dan biologi. Faktor yang juga tidak kalah
pentingnya adalah penilaian upaya-upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah
dilakukan salah sat- unya dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

B. Dasar Hukum

2
a. UUD 1945 Pasal 27 ayat 2.
b. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
c. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan

Interna- sional No.120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.


d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya
e. Permenakertrans No. 3 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Kimia di Tempat Kerja
f. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersi- han serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
g. Peraturan Mentri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersi-
han, serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

C. Profil Perusahaan

PT. Martina Berto didirikan tahun 1977 oleh Dr. HC Martha Tilaar,
Pranata Bernard dan Theresa Harsini. Awal mula berdirinya perusahaan ini adalah usaha salon
kecan- tikan kecil yang didirikan oleh Ibu Martha Tilaar di Jakarta tahun 1970. Sejak dari salon
kecil ini sudah dimulai usaha untuk membuat dan memasarkan jamu-jamuan komersial.
Tahun 1976 usaha salon ini mulai berkembang yang ditandai dengan dibukanya salon
kecantikan yang kedua. Dan beberapa tahun kemudian, usaha salon kecantikan tersebut
telah berkem-
bang pesat menjadi 9 salon kecantikan milik Ibu Martha Tilaar sendiri, 16 salon di bawah
lisensi, serta 4 sekolah kecantikan.

Pada tahun 1997 dimulai produksi jamu-jamuan komersial berskala rumah


tangga yang diberi merek dagang Sari Ayu Martha Tilaar dan pada tahun 1981 telah dipro-
duksi sebanyak 46 jenis produk. Seiring dengan kapasitas permintaan 6 yang besar maka
pada tahun 1981 didirikanlah sebuah industri modern pertama yaitu PT. Martina Berto di
Jl. Pulo Ayang No. 3, Kawasan Industri Pulogadung (KIP) dengan luas 4200 m2. Perusahaan
ini memproduksi kosmetik dan obat herbal dengan brand “Sariayu-Martha Tilaar”. Lima
tahun kemudian yaitu tahun 1986 didirikanlah pabrik modern kedua yang terletak di Jl. Pulo
Kamb- ing II No. 1, KIP yang memiliki luas lebih besar dari pabrik pertama yaitu 4600 m2.
Saat ini kegiatan utama PT. Martina Berto, Tbk antara lain : 1) memproduksi

produk kosmetik dan obat tradisional, 2) memasarkan dan menjual kosmetik, pelayanan ke-

3
cantikan dan obat herbal tradisional, serta 3) mendukung aktivitas perusahaan cabang yaitu
PT. Cedefindo sebagai perusahaan kontrak produk kosmetik dry, semi-solid, dan aerosol. Se-
lain itu perusahaan ini juga melakukan formulasi kosmetik, registrasi, membuat bahan
baku/ kemasan, proses produksi, pengemasan dan pelayanan logistik one-stop baik internal
Martha Tilaar Group maupun eksternal ke perusahaan luar. Produk kosmetik PT Martina Berto
antara lain : Belia, Caring Colour, Biokos, Cempaka Kosmetik, Dwi Sri Spa, Mirabella,
PAC, Sari- ayu.
PT. Martina Berto Tbk. Memiliki karyawan kurang lebih 4600 orang, dengan
jumlah tenaga kerja yang bekerja di pabrik yang disurvei sebanyak 1600, termasuk staff dan
di tambah pegawai magang. Jam kerja pegawai dilaksanakan pada hari Senin – Jumat pukul
07.00-16.00 WIB. Waktu istirahat di bagi tiga shift yaitu masing-masing pukul 10.00 WIB,
12.00 WIB, dan 14.00 WIB.

D. Alur Produksi

Pertama-tama menyediakan bahan baku untuk isi dan kemasan. Sebelum digunakan
bahan baku disimpan di gudang, lalu oleh kantor produksi dibuatkan jumlah dan jadwal
pro- duksi. Setelah ada jadwal, bahan baku di olah dan dikerjakan di bagian masing-
masing, yaitu untuk bahan baku isi diolah dan dikerjakan di bagian pembuatan isi dan
bahan baku kemasan diolah dan dikerjakan di bagian kemasan. Setelah semua selesai
dikerjakan maka barang pro- duksi akan diperiksa di bagian kontrol kualitas untuk
memeriksa dan memastikan barang yang telah jadi aman dan siap untuk diproduksi.
Setelah lulus di bagian kontrol kualitas
barang produksi selanjutnya disimpan di bagian logistik, dan didistribusikan ke bagian pen -

jualan.

E. Landasan Teori

1. Definisi
Yang dimaksud dengan hygiene perusahaan adalah merupakan spesialisasi
kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap
faktor-faktor pengganggu kesehatan karyawan yang bersifat medis.

Higiene perusahaan ini lebih mengarah pada:

4
a. Ditujukan terhadap masyarakat tenaga kerja yang lebih mudah didekati dan
diperiksa kesehatannya secara periodic daripada masyarakat umum.
b. Khusus memperhatikan lingkungan kerja.

c. Bersasaran meningkatkan produktifitas.


d. Didukung oleh undang-undang dalam ruang lingkup ketenaga kerjaan.

Penerapan hygiene perusahaan ini hanya dapat dilaksanakan secara tepat jika
semua keaktifan dalam suatu perusahaan dikenal dengan jelas, termasuk pemakaian
macam-macam mesin dan alat-alat, perkakas dan sebagainya. Atas dasar ini dapat
dibuat dugaan tentang bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja dan
masyarakat luas. Dugaan sekedarnya ini harus dibuktikan ketepatannya dengan
pen- gukuran-pengukuran yang sesuai. Dengan demikian diperoleh penilaian
lingkungan kerja yang obyektif. Salah satu tahapan yang paling penting dari siklus
tersebut adalah penentuan hazard (potensi bahaya) yang terdapat pada perusahaan
dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia dan
biologi.

1) Faktor Fisik

a. Bising

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya


yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengaki-
batkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A)
(KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002).
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu di-
ambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan,
pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan
ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung diri se-

hingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.

5
2) Faktor Biologis

Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah


Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point)
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.

Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor
biologis dapat dikategorikan menjadi:

- Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya)


- Arthopoda (crustacea, arachmid, insect)
- Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma)
- Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris)

Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:

- Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)


- Ingesti/ saluran pencernaan
- Kontak dengan kulit
- Kontak dengan mata, hidung, mulut

3) Faktor Kimia
a. Klasifikasi:
Berdasarkan Bentuknya:
- Partikulat:

6
Yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersidi
udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga
kecepatan jatuh- nya mempunyai stabilitas cukup sebagai suspensi di
udara. Perlu di ingat
bahwa partikel-partikel debu selalu berupa suspensi.
Partikel dapat diklasifikasikan:

· Debu di udara (airbon dust)

· Kabut (mist)

· Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil konden-


sasi bahan-bahan dari bentuk uap. Asap juga ditemui pada sisa
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung
karbon, karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m
(micron)

- Non Partikulat

· Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon


dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal,
dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan
suhu dan
penambahan tekanan.

· Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan
tekanan ruangan cairan mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung
dari kemampuan penguapannya. Bahan-bahan yang memiliki

titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang
memiliki titik didih yang tinggi.

b. Pengaruh Bahan Kimia

- Iritasi

adalah diartikan suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya


apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena
biasanya kulit, mata dan saluran pernapasan.

7
· Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia
tertentu dengan klulit, bahan itu akan merusak lapisan yang
berfungsi sebagai pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis
(peradangan kulit).
· Iritasi melalui mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan
kimia dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang
ringan sampai kerusakan permanen.
· Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia
berupa bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan
rasa terbakar apabila terkena pada daerah saluran pernapasan
bagian atas (hidung dan Kerongkongan).

- Asfiksia

Adalah istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses


oksigensi dalam jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple
asphyxiantion dan chemical asphyxiantion

· Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini


berhubungan dengan kadar oksigen di udara yang digantikan
dan didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida,
ethane, hydrogen atau helium yang kadar tertentu
mempengaruhi kelangsungan hidup.

· Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan


kimia). Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat
mempengaruhi dan mengganggu kemampuan tubuh untuk
mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah

karbon monoksida.

8
- Kehilangan kesadaran dan mati rasa. Paparan terhadap konsentrasi yang
relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti ethyl dan prophyl alcohol
(alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic keton), acetylene
hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan syaraf
pusat.
- Keracunan Tubuh

Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan sistemika di-


hubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari tubuh
ter- hadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan
dapat menyebar keseluruh tubuh.

- Kanker

Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-


sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang
bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah beber-
apa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia
seperti arsenik, asbestos, chromium, nikel dapat menyebabkan kanker
paru-paru.

- Paru-paru kotor (pneumoconiosis) adalah suatu keadaan yang dise-


babkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus daerah per-
tukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru.. Con-

toh bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline


silica, asbestos, talc, batubara dan beryllium.

4) Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
• Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan.

• Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam men-
erapkan Good Manufacturing Practices (GMP).

9
• Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan
lingkungan sekitar perusahaan.
• Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah,konsumen
terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan makanan.
• Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan
mutu dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari konsumen.
• mengurangi biaya recall.

• Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene pekerja


yang terlibat.
Sanitasi industri meliputi:
• Water supply

Suplai air dibagi menjadi 2 berdasarkan penggunaannya yaitu:


- Domestik à untuk karyawan, makan, minum, dll
- Proses produksi
• Pembuangan kotoran dan sampah

Sampah dibagi menjadi dua yaitu:


- Domestik à berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi
- Sampah industri à padat, cair
Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam pengelolaannya.
Sampah dapat diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat ataupun sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dan dikembalikan
ke alam sebagai bahan

yang tidak berbahaya dan mudah terurai.


Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat ter-
tentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).
Bahan ini diru- muskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi
mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan
sumber daya.
Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai
keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperda-

10
gangkan, diangkut dan lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau

11
bubuk pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pe-
warna, bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu.
Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik. Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal dan di antaranya
60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap
tahun diperdagangkan.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang
bersumber dari pabrik industri Bahan beracun dan berbahaya banyak
digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai penolong. Beracun
dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu
sendiri, baik dari
jumlah maupun kualitasnya.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah

terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioak-
tif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain.
Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat
merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya se-
hingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada
waktu tertentu.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya pada suatu ruang
dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam
jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak mem-

bahayakan lingkungan ataupun pemakai.


Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai
ambang batasnya.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam
jangka waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam
jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan
penanggulangan haruslah merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu
yang cukup jauh.

12
Melihat pada sifat-sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan
pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah
pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.
Sumber: Catatan Sekolah

Jenis Limbah Industri


Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi limbah yang mem-
punyai nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah yang mempunyai nilai
ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah.
Misalnya: tetes merupakan limbah pabrik gula.
Tetes menjadi bahan baku untuk pabrik alkohol. Ampas tebu dapat dijadikan ba-
han baku untuk pabrik kertas, sebab ampas tebu melalui proses sulfinasi dapat

menghasilkan bubur pulp. Banyak lagi limbah pabrik tertentu yang dapat diolah
untuk menghasilkan produk baru dan menciptakan nilai tambah.
Limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun
tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuan-
gan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan
merusakkan lingkungan; Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil
sampingan dan juga dapat merupakan semacam "katalisator". Karena sesuatu ba-
han membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air
ini harus dibuang lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya

dan beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku
harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam
bahan dan harus dibuang setelah proses produksi.
Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan penolong.
Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: limbah
cair, limbah gas/asap dan limbah padat. Ada industri tertentu menghasilkan
lim-
bah cair dan limbah padat yang sukar dibedakan. Ada beberapa hal yang sering
keliru mengidentifikasi limbah cair, yaitu buangan air yang berasal dari pending-
inan. Sebuah pabrik membutuhkan air untuk pendinginan mesin, lalu meman-
faatkan air sungai yang sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain. Karena
ke-

13
butuhan air hanya untuk pendinginan dan tidak untuk lain-lain, tidaklah tepat
bila air yang sudah tercemar itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut. Pabrik
hanya menggunakan air yang sudah air yang sudah tercemar pabrik harus selalu
dilakukan pada berbagai tempat dengan waktu berbeda agar sampel yang diteliti
benar-benar menunjukkan keadaan sebenarnya.
Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.
Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin
memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain be-
rakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat
dan malam hari turun bersama embun.
Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan
sampingan hasil proses produksi. Pada beberapa industri tertentu limbah ini ser-

ing menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan


satu pabrik pula. Limbah penduduk kota menjadikan kota menghadapi problema
kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya sistem pengolahannya menjadi per-
soalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah.
Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia
maupun biologi. Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini, sedangkan limbah
gas yang sering dinilai berdasarkan satu karakteristik saja seperti halnya
limbah
padat. Berbeda dengan limbah padat yang menjadi penilaian adalah karakteristik
fisikanya, sedangkan karakteristik kimia dan biologi mendapat penilaian dari

sudut akibat. Limbah padat dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air
dan limbah gas dilihat dari sudut kualitatif maupun kuantitatif.
Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam
proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pen-
cuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu
ke- mudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini
mengaki-
batkan buangan air.

14
Limbah Gas dan Partikel
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2
dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami aki-
bat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel
dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata
telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran
berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu)
ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokar-

bon dan lain-lain.

Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua
bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, po-
tongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan
berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian

dibuang dan dibakar

• Sanitasi makanan

Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam proses produksi. Sani-


tasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga kerja ataupun proses pro-
duksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan merupakan usaha pencegahan
penyakit, dapat menjadi pertimbangan ekonomi dalam penyediaan makanan
dan merupakan pencegahan penyakit yang efektif. Hal –hal yang diper-
hatikan dalam sanitasi makanan adalah:

15
- Kebersihan makanan à penyediaan bahan makanan,
pengolahan makanan, pengangkutan bahan makanan dan penyajian
makanan
- Kebersihan peralatan
- Kebersihan fasilitas
- Kantin dan ruang makan
- Kercunan makanan
• Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden

Vektor adalah binatang yang berperan dalam pemindahan penyakit dari sum-
bernya ke manusia. Contoh – contoh vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa,
kutu dan lain – lain. Masing – masing vektor membawa penyakit tertentu dan da-
pat mengenai tenaga kerja, sehingga dapat menurunkan produktivitas.Pengen-
dalian vektor dapat dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri ataupun memakai

jasa pengendalian vektor profesional


• Perlengkapan fasilitas sanitasi

Fasilitas kebersihan merupakan hal yang mutlak harus tersedia dalam industri.
Memgang peranan penting dalam proses produksi. Fasilitas kebersihan menjamin
tenaga kerja untuk menjalankan fungsi – fungsi biologis seperti buang air kecil,
buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan lain – lain.
Hal – hal yang termasuk fasilitas kebersihan yaitu:
- WC (kakus) à memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding
dengan jumlah pekerja

- Tempat cuci
- Tempat mandi à membersihkan badan sebelum pulang
- Tempat baju kerja (locker) à tempat ganti pakaian sebelum dan
sesudah kerja
- Ruang makan dan kantin à memenuhi syarat – syarat rumah makan
se- hat atau kantin sehat.
• Ketata rumah tanggaan
Ruang lingkup kerumah tanggaan meliputi:
- Perencanaan yang baiki
- Pelaksanaan yang teratur dan terus menerus

16
- Pengecekan dan evaluasi
Pada prinsipnya ketata rumah tanggaan adalah usaha yang terus menerus dan konsis-
ten dalam menjalankan fungsi – fungsi sanitasi.

BAB II
PELAKSANAAN

A. Tanggal dan waktu pengamatan

Pengamatan dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2018 pukul 13.00 hingga 16.00

17
B. Lokasi pengamatan

Pengamatan dilaksanakan di PT. Martina Berto, Tbk.

C. Dokumen pengamatan

18
19
20
21
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Faktor Bahaya Fisika

a. Kebisingan

Dari hasil pengamatan langsung tanpa menggunakan alat ukur, pada koridor-
terdapat kebisingan yang cukup mengganggu, yang lokasinya berada dekat dengan
lokasi produksi. Pada ruangan produksi dan packaging, kebisingan tidak dapat dinilai
(pengamatan terbatas). Saat dilakukan kunjungan, pekerja tidak tampak menggu-
nakan pelindung telinga.

b. Pencahayaan

Untuk ruangan-ruangan di PT. Martina Berto Tbk seperti processing room,


producing room, dinilai telah memiliki pencahayaan yang baik. Pencahayaan yang
kurang ditemukan pada ruangan-ruangan lain, seperti museum.

c. Suhu / Iklim Kerja

Pada ruang produksi tidak diketahui suhu ruangan secara langsung karena
tidak dapat melakukan pengukuran. Namun terdapat fasilitas AC pada ruangan pro-

duksi tertentu, pada ruangan “Liquid Processing” terdapat embun di kaca, diperki-
rakan ada peningkatan kelembaban. Di ruang museum, suhu ruangan dirasakan
cukup panas. Hal ini mungkin disebabkan oleh terlalu banyak pengunjung pada saat
pengamatan dilakukan.

d. Getaran

Tidak diketahui adanya potensi bahaya getaran di sekitar lokasi produksi

e. Radiasi

Tidak diketahui adanya potensi bahaya akibat radiasi dari seluruh ruangan.

22
B. Faktor Bahaya Biologi

Dilakukan sanitasi atau pembersihan besar di area tertentu, 1 bulan sekali, tu-
juannya untuk mengurangi tumbuhnya mikroba maupun bakteri. Setelah
melakukan pengamatan dari luar ruang produksi dan laboratorium PT. Martina
Berto Tbk didapatkan kondisi ruangan tersebut bersih dan tidak diketahui ada
faktor bahaya biologi.

C. Faktor Bahaya Kimia

Dari hasil pengamatan, untuk faktor bahaya kimia yang ada di lingkumgan
kerja terdapat pada bahan baku dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan pada
proses produksi. Setiap 6 bulan sekali dilakukaan pengecekan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup untuk pengendalian faktor kimia, fisika, dan biologi. Anca-
man bahaya dari partikulat debu, uap yang dihasilkan oleh bahan kimia tesebut
sudah diminimalisasi dengan penggunaan APD (alat pelindung diri) seperti
Masker, Sarung Tangan, Topi dan Baju Pelindung.

D. Kebersihan Umum

Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan fasilitas air minum di lokasi


produksi, serta tersedia tempat cuci tangan yang memadai di setiap bagian.

Dalam higienitas perorangan, perusahaan telah menerapkan seragam kerja


dicuci rutin setiap hari, diberikan topi serta sarung sepatu untuk menjaga kebersi-
han saat produksi.

E. Petugas Higiene

23
Pemeliharaan fasilitas industri di PT. Martina Berto Tbk, dinilai cukup bagus
karena jadwal kebersihan dicantumkan di setiap WC, dengan frekuensi bilas dan
keringkan lantai setiap saat, pembersihan toilet dan wastafel 4 kali sehari, pen-
gosongan tempat sampah 3 kali sehari dan tugas pembersihan exhause, dinding,
setiap minggu. Usaha pencegahan serta pembasmian vektor penyakit kurang
diketahui.

F. Pengolahan Limbah

Perusahaan telah menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang cukup baik,


sehingga hasil pengolahan limbah produksi, berupa air yang dapat digunakan
kembali untuk mencuci kendaraan bermotor, menyiram tanaman, dll. Air tersebut
dikembalikan ke got pabrik. Di daerah luar pabrik, pada saat hujan lebat, dite-

mukan beberapa sampah seperti kayu dan plastik di got yang menghambat
drainage got sehingga terjadi penghambatan. Untuk pengelolaan limbah cair di-
lakukan sendiri dengan dilakukan pengecekan detiap hari sesuai baku mutu se-
belum dialirkan ke sungai cakung. Untuk limbah padat non B3 bekerja sama den-
gan petugas kebersihan Pulau Gadung. Untuk pengelolahan limbah medis dan
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), PT.Martina Berto Tbk menyerahkan limbah
tersebut kepada perusahaan lain dari pihak ke 3.

24
BAB
IV
PEMECAHAN MASALAH

Komponen Permasalahan Permasalahan Penanganan

Fisika Bising Tidak a danya ear plug Melakukan pemeriksaan tingkat ke-
bisingan terlebih dahulu di lokasi-
lokasi yang dicurigai sumber
kebisin- gan (cth : disamping
tempat
produksi,dll)
Pusat lokasi bising yang dekat
Pemeriksaan screening awal
dengan lokasi produksi
terhadap tenaga kerja yang

mendapatkan pa-
paran

Pencahayaan Daerah museum terkesan ku- Diberikan penambahan cahaya lampu


rang cahaya

Iklim/Suhu Panas dalam ruang museum. Melakukan kordinasi dengan petugas


yang terkait agar dapat dilakukan
penyesuaian suhu ruangan sesuai
den- gan keadaan.

Getaran Tidak di ketahui -

Radiasi Tidak di ketahui -

Kimia Bahan Tidak di ketahui -

Sifat Tidak dik etahui -

Penyimpanan Tidak d iketahui -

Biologi Agen in feksius Tidak d iketahui -

Tumbuhan Terdapat tumbuhan dalam ru-


25
angan

Mikrobiologi Tidak d iketahui -

Serangga Tidak di ketahui -

Kebersihan Penyediaan air Ditemukan fasilitas air minum


Umum di lokasi produksi

Perlengkapan Tersedia tempat cuci


fasilitas higien tangan yang bersih dan
memadai di setiap bagian.

Higien SDM Seragam kerja pegawai dicuci


rutin setiap hari.

Petugas Pemeliharaan Tercantumkan jadwal kebersi- Berkoordinasi dengan bagian yang


Higien fasilitas industri han, jumlah dan tugas dari terkait dalam pemeliharaan fasilitas.
petugas kebersihan.

Pencegahan Tidak diketahui


dan pembas- -
mian vektor
penyakit

Pengelolaan Terdapat fasilitas pengelolaan


Limbah limbah

Hasil pengelolaan limbah -


berupa air yang dapat digu-
nakan kembali

26
27
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Penilaian higiene industri yang ditemukan pada PT. Martina Berto Tbk, yaitu
pada faktor fisika berupa kebisingan, pencahayaan, suhu, sedangkan faktor kimia
dan biologi tidak diketahui karena peninjau tidak diberikan cukup waktu dan ke-
sempatan untuk melihat langsung proses produksi dalam melakukan penilaian.
Pada faktor kebersihan umum secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik,

hanya ditemukan masalah di got luar pabrik. Pada pengelolaan limbah tidak dida-
patkan masalah.

b. Kami menilai bahwa perusahaan ini sudah cukup baik menerakan prinsip-prinsip
hiperkes dan keselamatan kerja bagi tenaga kerjanya.

B. Saran

Dilakukan peninjauan ulang terhadap tempat – tempat yang memiliki faktor


bahaya, diberikan waktu yang cukup untuk melakukan peninjauan langsung serta
melakukan koordinasi pada pihak terkait untuk mengendalikan bahaya yang ada.

28
HASIL DISKUSI

Pertanyaan kelompok A2
1. Bagaimana sistem pengolahan limbah pada PT. Martina berto? Apakah
sudah sesuai atau belum ? (dr.Ilham)

Sudah sesuai Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 pasal 3 ayat 1, setiap perusahaan
harus memiliki area pengolahan limbah. Dimana PT. Martina Berto memiliki dua
limbah yaitu limbah padat dan cair. Untuk limbah cair industri dibuang ke area wwtp
dan limbah cair domestik dibuang ke stp dan dilakukan pengecakan terlebih dahulu
setiap hari berdasarkan baku mutu yang ditetapkan. Untuk limbah padat dibagi
menjadi limbah B3, non B3, dan medis. PT Martina Berto hanya menyimpan dan
tidak memiliki sistem pengolahan limbah, limbah tersebut diserahkan ke pihak ke3.
Untuk limbah non B3, terdapat kerjasama dengan petugas Pulau Gadung untuk
diambil setiap hari. Limbah padat medis dari kegiatan klinik diambil secara rutin oleh
pihak B3 dan diberikan bukti tanda terima pengangkutan. (dr.anisya)
2. Bagaimana proses sterilisasi pada PT martina berto ? (dr.Eric)

Sterilisasi dilakukan dgn cara sanitasi alat dan ruangan, proses tersebut dilakukan
setelah proses produksi. Selain itu, terdapat proses sterilisasi yang sesuai jadwal,
dimana dilakukan sanitasi keseluruhan peralatan, mesin dan ruangan. Peralatan
dikeluarkan dahulu baru disanitasi ruangan. Kegiatan sterilisasi dibersihkan oleh
quality control. (dr.ahda)

Pertanyaan Kelompok A3
1. Bagaimana PT martina berto melakukan pemantauan dan

pengukuran faktor fisika, kimia, dan biologi pada PT martina berto?

(Dr.Belina)
29
Pemantauan dan pengukuran faktor fisika, kimia dan biologi dilakukan pengujian 1
thn sekali bekerja sama dgn balai besar K3. Serta dilakukan pemeriksaan 6 bln sekali
faktor fisika, kimia, biologi di kementrian lingkungan hidup.
Untuk air limbah 1 bulan sekali di laboratorium yang sudah tersertifikasi, dan 2 bln
Pemantauan dan pengukuran faktor fisika, kimia dan biologi dilakukan pengujian 1
thn sekali bekerja sama dgn balai besar K3. Serta dilakukan pemeriksaan 6 bln sekali
faktor fisika, kimia, biologi di kementrian lingkungan hidup. (dr. anggia)
2. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai protokol covid 19 saat ini?
(Dr.Azhari)
Sejak penetapan status pandemi dilonggarkan PT Martina Berto masih melakukan
protokol Covid 19 dengan dilaksanakan dgn cukup baik seperti pengukuran suhu

untuk evaluasi, masih dilakukannya pengaturan social distancing dan semua SDM
sudah dilakukan vaksinasi booster yang berkejasama dgn rumah sakit. (dr.alfian)

Pertanyaan kelompok A4
1. Apakah pernah terdapat penyakit akibat kerja di PT martina berto?
(Dr.Lilia)
Sejauh ini PAK (penyakit akibat kerja) belum ada laporan.
Jika ada, karyawan yg sudah keluar jika mengalami/merasakan PAK diperiksa dokter
klinik terlebih dahulu apakah benar PAK, kemudian dilaporkan ke perusahaan, dari
perusahaan membuat laporan ke dinas ketenagakerjaan kemudian akan dilakukan
investigasi dan disimpulkan apakah benar PAK atau bukan. Ditelusuri tempat kerja
sebelumnya, riwayat sakit sebelumnya dan MCU sebelum masuk. Kemudian jika
terdapat kesimpulan PAK akan dilaporkan ke BPJS tk, dan dilakukan invesitigasi
dahulu oleh pihak BPJS TK lagi, jika benar terbukti maka akan diberi santunan.
(dr.atikah)

2. Apakah di lakukan pengujian secara berkala terhadap sumber air disekitar

30
perusahaan? berkaitan dengan pencemaran dari hasil produksi limbah?
(dr.luthfy)
Untuk hal ini tidak dilakukan pengujian dikarenakan untuk sumber air sendiri
perusahaan tidak menggunakan air tanah yang ada di area perusahaan. Perusahaan
menggunakan air PAM sebagai sumber air untuk produksi serta menggunakan mesin
pengolahan untuk air produksinya. Sedangkan untuk sehari hari seperti minum itu
menggunakan air kemasan ataupun air galon dengan merek tertentu. Sedangkan
aktivitas yang lainnya menggunankan air PAM. (dr.asy syifa)

Pertanyaan DR. Daafi Armanda, S.T, MM

1. Sebagai dokter perusahaan bagaimana anda berperan dalam hygiene

industri?

Cabang ilmu mengendalikan berbagai macam faktor bahaya, sehingga proses industri
berjalanan dengan aman. Bisa melakukan identifikasi faktor kimia, biologi, fisika.

Setelah identifikasi, berkewajiban untuk mengendalikan faktor tersebut dgn


melakukan promkes, dan awareness pekerja terhadap PAK atau kecelakaan
kerja(dr.alfian).

2. Bagaimana melakukan pemeriksaan kesehatan dalam hygiene industri?

Pemeriksaan kesehatan secara berkala, sudah diatur di dalam permenaker No.280


untuk pemeriksaan kesehatan pekerja, bekerja sama dgn perusahaan . Pemeriksaan
kesehatan, dan riwayat paparan dan penilaian terhadap lingkungan kerja seperti
menilai kebisingan dan debu. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, kebisingan
sesuai bagian pekerjaannya dan bagaimana dampaknya. Penilaian fungsi kesehatan
pekerja. (dr.alfian)
3. Apabila menemukan pekerja PAK, bagaimana langkah-langkah yang
diambil sebagai dokter

31
perusahaan?
Skrining hal utama, langkah-langkah tersebut adalah :


Diagnosa klinis, pemeriksaan penunjang. Jika pajanan berasal dari lingkungan
kerja


Cari apakah ada hubungan pajanan yang berhubungan dgn tempat dia bekerja


Pajanan tersebut apakah memang cukup menyebabkan diagnosa klinis


Adakah faktor lain yang berperan seperti, genetik atau kebiasaan buruk


Apakah ada faktor lain diluar pekerjaan, pekerjaan lain, atau hobi dan riwayat
perjalanan

Setelah hal tersebut disingkirkan, bisa ditetapkan PAK atau bukan


Pemeriksaan kesehatan menyeluruh, pengobatan, perawatan yang sesuai dengan
penyakit terkena untuk mengurangi gejala, dan menyampaikan hasil diagnosa dan
rekomendasi tindakan selanjutnya/ perubahan jenis kerja.

Bisa dilakukan terapi oleh dokter perusahaan terapi sampai rehabilitatif. Jika PAK
tidak bisa ditangani,dan hanya bisa dilakukan oleh dokter yang lebih kompeten ,
maka dikonsulkan ke dokter spesialis okupasi atau strata III untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang dan terapi selanjutnya. Jika sudah tegak bahwa PAK, bisa

melakukan pelaporan ke perusahaan dan ditindaklanjuti ke dinas ketenagakerjaan ke


BPJS tk 2x24 jam.

(dr.Ajeng, dr. Dewi , dr. Alfian)

32

Anda mungkin juga menyukai