Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

KESEHATAN KERJA

PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES

Disusun Oleh Kelompok III

Ketua : Muhammad Nurhanif


Anggota : Adelia Putri Sabrina
Annisa Rahmadhania
Freza Farizan
Herwidyandari Permata Putri
Mazaya Indah Brillian Amadea
Nabilla Sophianingtyas
Pinka Anjani
Raihan Alhazmi

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


JAKARTA
MEI 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat pesat dan telah
menyumbang peranan penting dalam meningkaktan produktivitas,
khususnya dibidang perindustrian. Hal ini mendorong perusahaan secara
besar menggunakan alat-alat yang tentunya memiliki potensial bahaya yang
berbeda-beda. Potensial bahaya ini akan memberikan dampak negatif pada
para pekerja tersebut, seperti penyakit akibat kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan, terjadinya kecelakaan akibat kerja yang
tentu dapat menyebabkan kecacatan dan kematian pekerja. Dampak tersebut
dapat kita antisipasi dan cegah melalui penyesuaian dan pengelolaan antara
kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta
prakteknya dengan mengdakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengecekan
kepada lingkungan agar pekerja terhindar dari penyakit dan bahaya akibat
kerja (Sabir, 2009).
Menurut Undang-Undang pokok Kesehatan RI No. 9 tahun 1960,
kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
baik fisik, mental dan sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja.
Menurut Suma’mur, kinerja dan performa setiap petugas kesehatan
dan non kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen kesehatan kerja,
meliputi kapasitas kerja, beban kera, dan lingkungan kerja yang dapat
menjadi beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga kelompok tersebut sesuai
dan serasi, maka dapat dicapai suatu derajat kesehatan yang optimal dan
peningkatan produktivitas.
Pemerintah telah menetapkan UU No. 1 Tahun 1970 mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai dasar K3. Dengan dasar
peraturan ini, diharapkan perusahaan mampu meningkatkan kewaspadaan
dan antisipasi terhadap segala risiko bahaya. Hal ini terbukti dengan adanya
penurunan prevalensi penyakit akibat kerja dari tahun 2013 sebanyak
97.144 kasus menjadi 40.694 kasus di tahun 2014 dan penurunan angka
kecelakaan kerja sebanyak 35.917 kasus di tahun 2013 menjadi 24.910
kasus di tahun 2014 (Kemenkes, 2015).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam bidang
kesehatan kerja adalah pemenuhan gizi pekerja. Hal ini merupakan aspek
yang penting bagi kesejahteraan dan upaya peningkatan produktivitas
pekerja mengingat tenaga kerja menghabiskan waktunya 33-50% setiap dari
di tempat kerja.
Zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan
jaringan dan pemeliharaan tubuh beserta fungsnya. Masalah gizi yang buruk
dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi,
serta dipengaruhi scara tidak langsung oleh pola asuh, ketersediaan pangan,
faktor sosial, ekonomi, budaya dan politik (Unicef, 1990).
Undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Pada batasan ini, kesehatan mencakup empat aspek yaitu fisik, mental,
sosial, dan ekonomi. Kesehatan fisik antara lain dipengaruhi oleh
hygienitas, medis, diet (pola makan) dan olah raga, sehingga dalam hal ini
diberikan kesempatan untuk melakukan survey Hiperkes dan Keselamatan
Kerja di PT. Galenium Pharmasia.
B. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai objek survey pada kunjungan lapangan, yaitu
1. Penerapan aspek kesehatan kerja
2. Penerapan aspek gizi kerja

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui aspek kesehatan kerja pada pekerja di PT
Galenium Pharmasia.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana di PT
Galenium Pharmasia.
- Untuk mengetahui Penyakit Akibat Kerja di PT Galenium
Pharmasia.

D. Manfaat
Kunjungan ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran mengenai
kesehatan kerja di perusaah bagi para pekerja medis dan paramedis.

E. Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang mendasari pelayanan kesehatan kerja
antara lain.
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Pasal 8 menyebutkan kewajiban perusahaan untuk
a. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan
dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan diberikan
kepadanya.
b. Memeriksakan kesehatan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
2. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
Pasal 6 ayat 1 menyatakan ruang lingkup program yang meliputi
a. Jaminan kecelakaan kerja
b. Jaminan kematian
c. Jaminan hari tua
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan
3. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Jamsostek
4. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul karena Hubungan Kerja.
5. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kooperasi Nomor
per-01/Men/1976 Tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor per-
01/Men/1976 Tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis di
Perusahaan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.2/Men/1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyelenggaraan Tenaga Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Nomor
per-01/Men/1976 Tentang kewajiban Penyakit Akibat Kerja.
10. Permenakertrans No. per-03/Men/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja.

Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan lembaga ketiga yang ada di


perusahaan sebagai sarana perlindungan tenaga kerja terhadap setiap
gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan lembaga K3 yang sangat strategis
untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan
kesetaraan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas nasional pelayanan
kesehatan kerja (PKK).
Pelayanan kesehatan kerja adalah sarana penerapan sebagai upaya
kesehatan kerja yang bersifat komprehensif, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan kaidah yang universal.
PKK lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif, namun
tetap melaksanakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dalam peraturan menteri
disebutkan bahwa tujuan PKK adalah:
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian pekerjaan
dengan tenaga kerja
2. Melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik
tenaga kerja
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor per-01/Men/1998 tentang
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja lebih
baik dari paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar jaminan
sosial tenaga kerja
b. Keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor 33 tahun 1989 tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja. Diagnose penyakit
akibat kerja yang ditemukan saat melaksanakan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja. Diagnose dari penyakit akibat kerja yang harus dilaporkan
2x24 jam.
c. Surat edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE 01/1979 tentang
pengadaan kantin dan ruang makan. Surat ini berisi anjuran kepada
semua perusahaan untuk:
1. Menyediakan ruang makan bagi perusahaan yang
mempekerjakan buruh antara 50-200 orang
2. Menyediakan kentin untuk perusahaan yang
mempekerjakan lebih dari 200 orang
3. Mengacu pelaksanaan dengan PMP No. 7 Tahun 1964
khususnya yang termasuk dalam pasal 8
d. Surat edaran Direktorat Jenderal No. SE 07/B W1996 tentang
pengujian Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Pengujian Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
tidak boleh digunakan untuk menentukan vitamin atau bukan
vitamin yang diberikan terhadap tenaga kerja

F. Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Galenium Pharmasia Laboratories

Alamat :Jl. Raya Bogor KM 51.5 Sukaraja Bogor

Jumlah Karyawan : ±700 karyawan, 55% Laki-laki dan 45% Perempuan

Asuransi : BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan

Jenis Perusahaan : Farmasi dan Kosmetik

PT Galenium Pharmasia Laboratories bertekad untuk menjadi


perusahaan perawatan kesehatan terkemuka di bidang manufaktur dan
distribusi obat-obatan, perawatan kulit dan produk kosmetik berkualitas
tinggi. Berawal dari usaha industri rumah tangga, kini PT Galenium
Pharmasia Laboratories telah menjadi perusahaan berskala nasional dengan
fasilitas manufaktur di lahan seluas 20.000 m2, didukung peralatan modern
dengan pertumbuhan yang konsisten dan signifikan.
VISI

“Menjadi perusahaan perawatan kesehatan berkelas dunia yang


memiliki daya saing tinggi dalam melayani dan menghasilkan produk dan
jasa yang berkualitas bagi para pelanggannya.”

MISI

Meningkatkan pertumbuhan yang berkesinambungan untuk memberikan


hasil usaha terbaik kepada para pemangku kepentingan dengan
menerapkan
Tata kelola perusahaan yang baik
Memberdayakan Sumber Daya Manusia yang berkompetensi tinggi
Peduli pada kemanusiaan dan lingkungan.

7 KUALITAS NILAI BUDAYA PERUSAHAAN

1. Mengutamakan kepuasan pelanggan


2. Fokus pada target perusahaan
3. Berintegritas
4. Berinovasi
5. Gigih dan Ulet
6. Terpercaya
7. Bekerjasama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KESEHATAN KERJA
Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara
pekerjaan dan kesehatan. Ilmu tidak hanya menyangkut hubungan antara
efek lingkungan kerja dengan kesehatan pekerja, tetapi hubungan antara
status kesehatan pekerja dengan kemampuan untuk melakukan tugas yang
harus dikerjakan.
Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya
dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
adalah dengan penerapan peraturan perundangan antara lain melalui :
1. Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )
2. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap
rekayasa.
3. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-
pemeriksaan langsung di tempat kerja.

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk


peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi
fisiologi dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia
dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya
dinyatakan bahwa fokus utama kesehatan kerja, yaitu:
1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
2. Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung
keselamatan dan kesehatan
3. Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang
mendukung kesehatan dan keselamatan di tempat kerja juga
meningkatkan suasana sosial yang positif dan operasi yang lancar serta
meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok


kesehatan kerja antara lain:
1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
5. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait
terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan
kerja

B. KAPASITAS KERJA, BEBAN KERJA, LINGKUNGAN KERJA


Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga
komponen utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan
interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan
kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi
kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban
kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat
kerja.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja
pada saat bekerja, misalnya panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat
merupakan bebam tambahan trhadap pekerja. Beban beban tambahan
tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi gangguan atau
penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko
bahaya di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam
bekerja. Dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa
kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja

C. KEBIJAKAN UPAYA KESEHATAN KERJA (UKK)


Di Indonesia kebanyakan yang dilakukan dalam pelayanan upaya
kesehatan kerja di tempat pelayanan kerja yaitu :
1. UKK dilaksanakan secara paripurna, berjenjang dan terpadu.
2. Pelayanan kesehatan kerja merupakan kegiatan integral dari pelayanan
kesehatan pada kesehatan tingkat primer maupun rujukan.
3. Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi,
surveilans & standar pelayanan sesuai dengan peraturan undang-
undang dan IPTEK.
4. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kerja paripurna
5. Promosi K3 dilaksanakan secara optimal
6. Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat Nasional,
Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan & Kelurahan/Desa.
7. Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang efektif
dibidang kesehatan kerja pada masyarakat pekerja utamanya di sektor
informal.
8. Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos
UKK) sebagai mitra kerja PKM dalam rangka membudayakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

D. STRATEGI UPAYA KESEHATAN KERJA


1. Pembinaan Program
2. Pembinaan Institusi
3. Peningkatan Profesionalisme

- Pembinaan Program
1. Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat pekerja
formal & informal melalui sistem yankes yang sudah berjalan & potensi
pranata sosial yang sudah ada.
2. Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi & SIM
(Sistem Informasi Manajemen)
3. Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina Suasana,
dan Pemberdayaan & Pembudayaan K3 dikalangan dunia usaha &
keluarganya serta masyarakat sekelilingnya.
4. Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui
Kabupaten/Kota Sehat

- Pembinaan Institusi
1. Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik
Perusahaan, Puskesmas, BKKM (Balai Kesehatan Kerja Masyarakat) &
Rumah Sakit
2. Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baik lintas
program maupun lintas sektor
3. Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana utama
penerapan program K3
4. Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3.

- Peningkatan Profesionalisme
1. Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
2. Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas kesehatan melalui
Diklat.
3. Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan profesi
terkait.

E. PELAYANAN KESEHATAN KERJA


Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan di tempat kerja dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap tenaga
kerja yang berdampak positif bagi peningkatan produktifitas kerja.
Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja, didasarkan pada :
1. UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di
bidang medik.
3. Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
kerja dimana Pelayanan Kesehatan kerja diadakan tergantung pada
jumlah tenaga kerja & tingkat bahayanya

RUANG LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA


1. Pemeriksaan dan seleksi calon pekerja & pekerja
2. Pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif)
3. Peningkatan mutu & kondisi tempat kerja
4. Penyerasian kapasitas kerja, beban kerja & lingkungan kerja
5. Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam
pelayanan kesehatan kerja
JENIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif dan
5. Pelayanan Rujukan

1. Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :


a. Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
b. Pemeliharaan berat badan yang ideal
c. Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat &
aman, Higiene Kantin.
d. Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)
e. Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran
f. Konseling berhenti merokok /napza
g. Koordinasi Lintas Sektor
h. Advokasi

2. Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :


a. Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)
b. Imunisasi
c. Identifikasi & pengukuran potensi risiko
d. Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
e. Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (PAHK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) &
penyakit lainnya.
f. Monitoring Lingkungan Kerja .

3. Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :


a. Pertolongan pertama pada kasus emergency.
b. Pemeriksaan fisik dan penunjang
c. Melakukan rujukan
d. Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan
kesehatan.
e. Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum
maupun penyakit akibat kerja.
f. Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama &
terapi simtomatis

4. Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :


a. Rehabilitasi medik
b. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuannya yang masih ada secara maksimal.
c. Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.

5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita ke


sarana kesehatan yang lebih tinggi.
a. RUJUKAN MEDIK –> pengobatan & rehabilitasi –> Pos UKK –>
Puskesmas –> BKKM –> RSU/RS.Khusus
b. RUJUKAN KESEHATAN :
1. Sampel Lingkungan –> Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan/Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Sampel Laboratorium –> Balai Latihan Kerja
3. Kasus Pencemaran –> Kabupaten/Kota
BAB III
PEMBAHASAN

Kunjungan Perusahaan Bidang Kesehatan Kerja


1. PT Galenium Pharmasia Laboratories
2. 24 Mei 2018 pukul 09.00 – 11.30

Hasil Observasi (Terlampir)

Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan perusahaan :


1. Tidak ada dokter perusahaan di PT Galenium Pharmasia Laboratories.
2. Tidak tersedia klinik kesehatan di PT Galenium Pharmasia Laboratories.
3. Tersedia Ruang P3K beserta Tim P3K.
4. Tersedia Kotak P3K.
5. Tersedia obat obatan ringan.
6. Adanya kerjasama dengan fasilitas kesehatan swasta yaitu RS Family Medical
Center Bogor.

Program Kesehatan Kerja


a. Promotif
 Penyuluhan mengenai kesehatan kerja belum terlalu banyak didapatkan.
Penyuluhan di perusahaan lebih terfokus pada keselamatan kerja.
 Poster yang berhubungan mengenai kesehatan kerja tidak terlalu banyak.

b. Preventif
 Pencegahan kecelakaan kerja menjadi fokus yang lebih utama dibandingkan
kesehatan, namun masih terlihat adanya perbedaan antara instruksi dari
pembicara dan instruksi dari kertas yang dipasang.
 Dilakukan Medical Check Up pada pekerja tiap 6 bulan sekali dengan
memilih tempat pemeriksaan yang memiliki harga murah dan pelayanan
yang bagus.
c. Kuratif
 Keseluruhan pemeriksaan dan pengobatan pekerja dilakukan melalui kerja
sama dengan fasilitas kesehatan swasta.

d. Rehabilitatif
 Keseluruhan pemeriksaan dan pengobatan pekerja yang membutuhkan
rehabilitasi medik. Pihak perusahaan tetap berkoordinasi dengan pihak
fasilitas kesehatan swasta sampai dengan pekerja dinyatakan dapat kembali
bekerja.

Program Gizi Pekerja


Dari segi gizi, keseluruhan pekerja mendapatkan makanan bergizi yang memenuhi
kaidah 4 sehat 5 sempurna dan berkalori tinggi yang higienis dari perusahaan. PT
Galenium Pharmasia Laboratories membeli bahan makanan dan mengolah bahan
makanan tersebut sendiri di dapur perusahaan dengan proses yang bersih.
Perusahaan tidak memperbolehkan pekerja makan makanan dari luar dikarenakan
kalori yang kurang dari jajanan luar dan juga tidak higienis. Di dapur sudah
terpasang jadwal makanan pekerja dalam 1 bulan, panduan higienis perorangan
pengolah makanan, dan contoh bahan bahan makanan segar. Ruangan dapur sendiri
sudah terpasang lampu UV dengan fungsi untuk sterilisasi, kotak P3K, dan tempat-
tempat yang berbeda fungsi namun saat diperhatikan, ruangan dapur kurang
higienis.

Temuan penyakit yang sering dialami tidak ada perubahan banyak dengan tahun
sebelumnya yaitu Tuberkulosis (TB) dikarenakan wilayah perusahaan berdiri yaitu
wilayah endemis. Evaluasi pekerja dilakukan dengan kerja sama ke fasilitas
kesehatan swasta.

Sedangkan penyakit akibat kerja tidak ditemukan dari tahun sebelumnya hingga
saat kunjungan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari segi kesehatan kerja, PT Galenium Pharmasia Laboratories berusaha
menciptakan pekerja dan lingkungan pekerjaan yang aman, nyaman dan sehat dengan
upaya promotif berupa penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta
pemasangan poster di tiap sudut perusahaan, upaya preventif berupa instruksi dengan
semua pekerja dan training sebelum akhirnya dilepaskan ke lapangan serta
pemeriksaan MCU tiap 6 bulan sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan
kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Perusahaan juga bekerja sama ke fasilitas layanan
kesehatan swasta sehingga dapat menanggulangi akibat dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

B. Saran
1. Meningkatkan kualitas kerja dalam upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang
telah terlaksana.
2. Mengidentifikasi potensi bahaya yang ada sebelum bekerja dan selalu meninjau
kemungkinan kemungkinan yang lebih buruk.
3. Penegakan disiplin karyawan untuk mengingat keselamatan dan kesehatan terhadap
dirinya sendiri dengan cara kesadaran pemasangan APD.
4. Pembinaan K3 baik melalui pendekatan peraturan, pengawasan, standarisasi dan
pengembangan Sumber Daya Manusia yang terus menerus dan berkesinambungan.
5. Kerjasama antara pemangku kepentingan dan peran pekerja dalam menerapkan K3
harus berjalan secara sinergis untuk menjadi optimal
6. Perusahaan perlu memiliki dokter perusahaan dan fasilitas kesehatan berupa klinik
perusahaan yang hendaknya dimasukkan secara struktural ke dalam organisasi
sehingga tercapainya pelayanan kesehatan yang paripurna dalam lingkup
kedokteran industri.
FOTO OBSERVASI LAPANGAN
PRINSIP – PRINSIP PENYENGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA

CHECK
NO URAIAN KETERANGAN
Ada Tidak
- Pencegahan
kecelakaan
kerja menjadi
fokus yang
lebih utama
dibandingkan
kesehatan,
namun masih
terlihat adanya
perbedaan
antara instruksi
Pelayanan dari pembicara
Kesehatan
dan instruksi
Kerja Wajib
Melaksanakan dari kertas
A Tugas Pokok Preventif 
yang dipasang.
Pelayanan
Kesehatan - Dilakukan
Kerja secara
Medical
menyeluruh
Check Up
pada pekerja
tiap 6 bulan
sekali dengan
memilih
tempat
pemeriksaan
yang memiliki
harga murah
dan pelayanan
yang bagus.
- Penyuluhan
mengenai
kesehatan
kerja belum
terlalu banyak
didapatkan.
Penyuluhan di
perusahaan
lebih terfokus
pada
Promotif 
keselamatan
kerja.
- Poster yang
berhubungan
mengenai
kesehatan
kerja tidak
terlalu
banyak.

Keseluruhan
pemeriksaan dan
pengobatan
Kuratif  pekerja dilakukan
melalui kerja sama
dengan fasilitas
kesehatan swasta.
Keseluruhan
pemeriksaan dan
pengobatan
pekerja yang
membutuhkan
Rehabilitatif 
rehabilitasi medik.
Pihak perusahaan
tetap
berkoordinasi
dengan pihak
fasilitas kesehatan
swasta sampai
dengan pekerja
dinyatakan dapat
kembali bekerja.
Dokter pemeriksa
Dokter Pemeriksa dari RS yang

Penanggung Tenaga bekerja sama
Jawab dengan
B Pelayanan Tidak ada dokter
Dokter Perusahaan 
Kesehatan perusahaan
Kerja Adanya petugas
Paramedis
 berlisensi dalam
Perusahaan
K3
TUGAS POKOK PELAYANAN KERJA

MENURUT PERMENAKERTRANS NO. 03/1982

FORMULIR OBSERVASI

Check
No Materi Uraian Rekomendasi
Ada Tidak
Tidak
dilakukan Melakukan Medical
Pemeriksaan
karena situasi Check-up rutin dan
1 kesehatan tenaga 
dan kondisi khusus jika keluhan
kerja
yang tidak dirasakan karyawan
memungkinan
Didapatkan
karyawan
yang Melakukan
Penyesuaian mengalami pengendalian
pekerjaan TB Paru penyakit dengan
2 
terhadap tenaga kemudian di menggunakan
kerja istirahatkan masker bagi
sesuai karyawan
instruksi
dokter
Penggunaan
APD sesuai
indikasi Membudayakan
Pembinaan dan
pekerjaan perilaku
3 pengawasan 
namun menempatkan APD
lingkungan kerja
penempatan sesuai tempat
APD tidak
sesuai tempat
Makanan
- Memberikan
karyawan
rak yang sesuai
diolah di
dan
Pembinaan dan tempat
membudayakan
4 Pengawasan khusus, 
meletakkan
Sanitarir namun bahan
bahan baku di
baku makanan
rak bukan di
diletakkan di
lantai
lantai dapur
Pemberian dan
APD sudah Meneruskan budaya
Perlengkapan
digunakan menggunakan APD
5 untuk 
dengan baik dan melanjutkan
Keselamatan
oleh karyawan diluar tempat kerja
Tenaga Kerja
Merekrut dokter
Pencegahan Bekerja sama perusahaan agar
Terhadap dengan RS pengendalian
6 
Penyakit Umum FMC sebagai penyakit umum yang
dan PAK mitra utama saat ini terjadi bisa
terkendali
Karyawan diberikan
Pertolongan Adanya
pelatihan tentang
7 Pertama Pada petugas HSE √
Pertolongan Pertama
Kecelakaan di pabrik
Pada Kecelakaan
Tetap harus
dirutinkan jika tidak
Pendidikan Diikutsertakan
ada APBD bias
Kesehatan untuk dalam
refreshing training
8 Tenaga Kerja & kegiatan √
dengan
Latihan untuk APBD
mengikutsertakan
Petugas P3K HIPERKES
klinik swasta dan
kawasan industri
Nasehat Tentang
Perencanaan dan
Pembuatan Merekrut Dokter
Tempat Kerja, Tidak adanya Perusahaan atau
9 Pemilihan APD Dokter √ mencari konsultan
& Gizi serta Perusahaan Dokter Perusahaan
Penyelenggaraan untuk Advice
Makanan di
Tempat Kerja
Membantu
Usaha
Bekerja sama
Rehabilitasi
10 dengan RS √ Tidak ada
Akibat
FMC
Kecelakaan
Kerja atau PAK
Pembinaan dan
Pengawasan
Merekrut Dokter
Terhadap
Perusahaan atau
Tenaga Kerja Tidak adanya
mencari konsultan
11 yang Dokter √
Dokter Perusahaan
Mempunyai Perusahaan
untuk pengawasan
Kelainan
dan pembinaan
Tertentu Dalam
Kesehatannya
Memberikan
Laporan Berkala Belum terdapat
12 Tentang Tidak Ada √ laporan kesehatan
Pelayanan pekerja
Kesehatan Kerja
Terhadap
Pengurus

Anda mungkin juga menyukai