KESEHATAN KERJA
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat pesat dan telah
menyumbang peranan penting dalam meningkaktan produktivitas,
khususnya dibidang perindustrian. Hal ini mendorong perusahaan secara
besar menggunakan alat-alat yang tentunya memiliki potensial bahaya yang
berbeda-beda. Potensial bahaya ini akan memberikan dampak negatif pada
para pekerja tersebut, seperti penyakit akibat kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan, terjadinya kecelakaan akibat kerja yang
tentu dapat menyebabkan kecacatan dan kematian pekerja. Dampak tersebut
dapat kita antisipasi dan cegah melalui penyesuaian dan pengelolaan antara
kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta
prakteknya dengan mengdakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengecekan
kepada lingkungan agar pekerja terhindar dari penyakit dan bahaya akibat
kerja (Sabir, 2009).
Menurut Undang-Undang pokok Kesehatan RI No. 9 tahun 1960,
kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
baik fisik, mental dan sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja.
Menurut Suma’mur, kinerja dan performa setiap petugas kesehatan
dan non kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen kesehatan kerja,
meliputi kapasitas kerja, beban kera, dan lingkungan kerja yang dapat
menjadi beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga kelompok tersebut sesuai
dan serasi, maka dapat dicapai suatu derajat kesehatan yang optimal dan
peningkatan produktivitas.
Pemerintah telah menetapkan UU No. 1 Tahun 1970 mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai dasar K3. Dengan dasar
peraturan ini, diharapkan perusahaan mampu meningkatkan kewaspadaan
dan antisipasi terhadap segala risiko bahaya. Hal ini terbukti dengan adanya
penurunan prevalensi penyakit akibat kerja dari tahun 2013 sebanyak
97.144 kasus menjadi 40.694 kasus di tahun 2014 dan penurunan angka
kecelakaan kerja sebanyak 35.917 kasus di tahun 2013 menjadi 24.910
kasus di tahun 2014 (Kemenkes, 2015).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam bidang
kesehatan kerja adalah pemenuhan gizi pekerja. Hal ini merupakan aspek
yang penting bagi kesejahteraan dan upaya peningkatan produktivitas
pekerja mengingat tenaga kerja menghabiskan waktunya 33-50% setiap dari
di tempat kerja.
Zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan
jaringan dan pemeliharaan tubuh beserta fungsnya. Masalah gizi yang buruk
dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi,
serta dipengaruhi scara tidak langsung oleh pola asuh, ketersediaan pangan,
faktor sosial, ekonomi, budaya dan politik (Unicef, 1990).
Undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Pada batasan ini, kesehatan mencakup empat aspek yaitu fisik, mental,
sosial, dan ekonomi. Kesehatan fisik antara lain dipengaruhi oleh
hygienitas, medis, diet (pola makan) dan olah raga, sehingga dalam hal ini
diberikan kesempatan untuk melakukan survey Hiperkes dan Keselamatan
Kerja di PT. Galenium Pharmasia.
B. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai objek survey pada kunjungan lapangan, yaitu
1. Penerapan aspek kesehatan kerja
2. Penerapan aspek gizi kerja
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui aspek kesehatan kerja pada pekerja di PT
Galenium Pharmasia.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana di PT
Galenium Pharmasia.
- Untuk mengetahui Penyakit Akibat Kerja di PT Galenium
Pharmasia.
D. Manfaat
Kunjungan ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran mengenai
kesehatan kerja di perusaah bagi para pekerja medis dan paramedis.
E. Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang mendasari pelayanan kesehatan kerja
antara lain.
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Pasal 8 menyebutkan kewajiban perusahaan untuk
a. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan
dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan diberikan
kepadanya.
b. Memeriksakan kesehatan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
2. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
Pasal 6 ayat 1 menyatakan ruang lingkup program yang meliputi
a. Jaminan kecelakaan kerja
b. Jaminan kematian
c. Jaminan hari tua
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan
3. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Jamsostek
4. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul karena Hubungan Kerja.
5. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kooperasi Nomor
per-01/Men/1976 Tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor per-
01/Men/1976 Tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis di
Perusahaan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.2/Men/1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyelenggaraan Tenaga Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Nomor
per-01/Men/1976 Tentang kewajiban Penyakit Akibat Kerja.
10. Permenakertrans No. per-03/Men/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja.
F. Profil Perusahaan
MISI
A. KESEHATAN KERJA
Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara
pekerjaan dan kesehatan. Ilmu tidak hanya menyangkut hubungan antara
efek lingkungan kerja dengan kesehatan pekerja, tetapi hubungan antara
status kesehatan pekerja dengan kemampuan untuk melakukan tugas yang
harus dikerjakan.
Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya
dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
adalah dengan penerapan peraturan perundangan antara lain melalui :
1. Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )
2. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap
rekayasa.
3. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-
pemeriksaan langsung di tempat kerja.
- Pembinaan Program
1. Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat pekerja
formal & informal melalui sistem yankes yang sudah berjalan & potensi
pranata sosial yang sudah ada.
2. Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi & SIM
(Sistem Informasi Manajemen)
3. Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina Suasana,
dan Pemberdayaan & Pembudayaan K3 dikalangan dunia usaha &
keluarganya serta masyarakat sekelilingnya.
4. Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui
Kabupaten/Kota Sehat
- Pembinaan Institusi
1. Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik
Perusahaan, Puskesmas, BKKM (Balai Kesehatan Kerja Masyarakat) &
Rumah Sakit
2. Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baik lintas
program maupun lintas sektor
3. Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana utama
penerapan program K3
4. Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3.
- Peningkatan Profesionalisme
1. Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
2. Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas kesehatan melalui
Diklat.
3. Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan profesi
terkait.
b. Preventif
Pencegahan kecelakaan kerja menjadi fokus yang lebih utama dibandingkan
kesehatan, namun masih terlihat adanya perbedaan antara instruksi dari
pembicara dan instruksi dari kertas yang dipasang.
Dilakukan Medical Check Up pada pekerja tiap 6 bulan sekali dengan
memilih tempat pemeriksaan yang memiliki harga murah dan pelayanan
yang bagus.
c. Kuratif
Keseluruhan pemeriksaan dan pengobatan pekerja dilakukan melalui kerja
sama dengan fasilitas kesehatan swasta.
d. Rehabilitatif
Keseluruhan pemeriksaan dan pengobatan pekerja yang membutuhkan
rehabilitasi medik. Pihak perusahaan tetap berkoordinasi dengan pihak
fasilitas kesehatan swasta sampai dengan pekerja dinyatakan dapat kembali
bekerja.
Temuan penyakit yang sering dialami tidak ada perubahan banyak dengan tahun
sebelumnya yaitu Tuberkulosis (TB) dikarenakan wilayah perusahaan berdiri yaitu
wilayah endemis. Evaluasi pekerja dilakukan dengan kerja sama ke fasilitas
kesehatan swasta.
Sedangkan penyakit akibat kerja tidak ditemukan dari tahun sebelumnya hingga
saat kunjungan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari segi kesehatan kerja, PT Galenium Pharmasia Laboratories berusaha
menciptakan pekerja dan lingkungan pekerjaan yang aman, nyaman dan sehat dengan
upaya promotif berupa penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta
pemasangan poster di tiap sudut perusahaan, upaya preventif berupa instruksi dengan
semua pekerja dan training sebelum akhirnya dilepaskan ke lapangan serta
pemeriksaan MCU tiap 6 bulan sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan
kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Perusahaan juga bekerja sama ke fasilitas layanan
kesehatan swasta sehingga dapat menanggulangi akibat dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
B. Saran
1. Meningkatkan kualitas kerja dalam upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang
telah terlaksana.
2. Mengidentifikasi potensi bahaya yang ada sebelum bekerja dan selalu meninjau
kemungkinan kemungkinan yang lebih buruk.
3. Penegakan disiplin karyawan untuk mengingat keselamatan dan kesehatan terhadap
dirinya sendiri dengan cara kesadaran pemasangan APD.
4. Pembinaan K3 baik melalui pendekatan peraturan, pengawasan, standarisasi dan
pengembangan Sumber Daya Manusia yang terus menerus dan berkesinambungan.
5. Kerjasama antara pemangku kepentingan dan peran pekerja dalam menerapkan K3
harus berjalan secara sinergis untuk menjadi optimal
6. Perusahaan perlu memiliki dokter perusahaan dan fasilitas kesehatan berupa klinik
perusahaan yang hendaknya dimasukkan secara struktural ke dalam organisasi
sehingga tercapainya pelayanan kesehatan yang paripurna dalam lingkup
kedokteran industri.
FOTO OBSERVASI LAPANGAN
PRINSIP – PRINSIP PENYENGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
CHECK
NO URAIAN KETERANGAN
Ada Tidak
- Pencegahan
kecelakaan
kerja menjadi
fokus yang
lebih utama
dibandingkan
kesehatan,
namun masih
terlihat adanya
perbedaan
antara instruksi
Pelayanan dari pembicara
Kesehatan
dan instruksi
Kerja Wajib
Melaksanakan dari kertas
A Tugas Pokok Preventif
yang dipasang.
Pelayanan
Kesehatan - Dilakukan
Kerja secara
Medical
menyeluruh
Check Up
pada pekerja
tiap 6 bulan
sekali dengan
memilih
tempat
pemeriksaan
yang memiliki
harga murah
dan pelayanan
yang bagus.
- Penyuluhan
mengenai
kesehatan
kerja belum
terlalu banyak
didapatkan.
Penyuluhan di
perusahaan
lebih terfokus
pada
Promotif
keselamatan
kerja.
- Poster yang
berhubungan
mengenai
kesehatan
kerja tidak
terlalu
banyak.
Keseluruhan
pemeriksaan dan
pengobatan
Kuratif pekerja dilakukan
melalui kerja sama
dengan fasilitas
kesehatan swasta.
Keseluruhan
pemeriksaan dan
pengobatan
pekerja yang
membutuhkan
Rehabilitatif
rehabilitasi medik.
Pihak perusahaan
tetap
berkoordinasi
dengan pihak
fasilitas kesehatan
swasta sampai
dengan pekerja
dinyatakan dapat
kembali bekerja.
Dokter pemeriksa
Dokter Pemeriksa dari RS yang
Penanggung Tenaga bekerja sama
Jawab dengan
B Pelayanan Tidak ada dokter
Dokter Perusahaan
Kesehatan perusahaan
Kerja Adanya petugas
Paramedis
berlisensi dalam
Perusahaan
K3
TUGAS POKOK PELAYANAN KERJA
FORMULIR OBSERVASI
Check
No Materi Uraian Rekomendasi
Ada Tidak
Tidak
dilakukan Melakukan Medical
Pemeriksaan
karena situasi Check-up rutin dan
1 kesehatan tenaga
dan kondisi khusus jika keluhan
kerja
yang tidak dirasakan karyawan
memungkinan
Didapatkan
karyawan
yang Melakukan
Penyesuaian mengalami pengendalian
pekerjaan TB Paru penyakit dengan
2
terhadap tenaga kemudian di menggunakan
kerja istirahatkan masker bagi
sesuai karyawan
instruksi
dokter
Penggunaan
APD sesuai
indikasi Membudayakan
Pembinaan dan
pekerjaan perilaku
3 pengawasan
namun menempatkan APD
lingkungan kerja
penempatan sesuai tempat
APD tidak
sesuai tempat
Makanan
- Memberikan
karyawan
rak yang sesuai
diolah di
dan
Pembinaan dan tempat
membudayakan
4 Pengawasan khusus,
meletakkan
Sanitarir namun bahan
bahan baku di
baku makanan
rak bukan di
diletakkan di
lantai
lantai dapur
Pemberian dan
APD sudah Meneruskan budaya
Perlengkapan
digunakan menggunakan APD
5 untuk
dengan baik dan melanjutkan
Keselamatan
oleh karyawan diluar tempat kerja
Tenaga Kerja
Merekrut dokter
Pencegahan Bekerja sama perusahaan agar
Terhadap dengan RS pengendalian
6
Penyakit Umum FMC sebagai penyakit umum yang
dan PAK mitra utama saat ini terjadi bisa
terkendali
Karyawan diberikan
Pertolongan Adanya
pelatihan tentang
7 Pertama Pada petugas HSE √
Pertolongan Pertama
Kecelakaan di pabrik
Pada Kecelakaan
Tetap harus
dirutinkan jika tidak
Pendidikan Diikutsertakan
ada APBD bias
Kesehatan untuk dalam
refreshing training
8 Tenaga Kerja & kegiatan √
dengan
Latihan untuk APBD
mengikutsertakan
Petugas P3K HIPERKES
klinik swasta dan
kawasan industri
Nasehat Tentang
Perencanaan dan
Pembuatan Merekrut Dokter
Tempat Kerja, Tidak adanya Perusahaan atau
9 Pemilihan APD Dokter √ mencari konsultan
& Gizi serta Perusahaan Dokter Perusahaan
Penyelenggaraan untuk Advice
Makanan di
Tempat Kerja
Membantu
Usaha
Bekerja sama
Rehabilitasi
10 dengan RS √ Tidak ada
Akibat
FMC
Kecelakaan
Kerja atau PAK
Pembinaan dan
Pengawasan
Merekrut Dokter
Terhadap
Perusahaan atau
Tenaga Kerja Tidak adanya
mencari konsultan
11 yang Dokter √
Dokter Perusahaan
Mempunyai Perusahaan
untuk pengawasan
Kelainan
dan pembinaan
Tertentu Dalam
Kesehatannya
Memberikan
Laporan Berkala Belum terdapat
12 Tentang Tidak Ada √ laporan kesehatan
Pelayanan pekerja
Kesehatan Kerja
Terhadap
Pengurus