Disusun Oleh:
Adelia Putri Sabrina
1102013005
Pembimbing:
dr. Kesuma Mulya, Sp.Rad
Cilegon,
Agustus 2017
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anatomi
1.1.1. Pankreas
Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang terletak di bagian
posterior dari dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di
depan aorta abdominalis dan arteri serta vena mesenterica superior. Organ
ini konsistensinya padat, panjangnya ±11,5 cm, beratnya ±150 gram.
Pankreas terdiri bagian kepala/caput yang terletak di sebelah kanan, diikuti
corpus ditengah, dan cauda di sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari
pankreas yang berada di bagian belakang Arteri Mesenterica Superior
yang disebut dengan Processus Uncinatus. Pankreas terhubung ke
duodenum oleh dua saluran, yaitu duktus Santorini dan Ampula Vateri
(Simbar, 2005).
4
Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari :
Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti
anggur yang disebut sebagai asinus (pancreatic acini) yang
merupakan jaringan yang menghasilkan enzim pencernaan ke
dalam duodenum.
Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans (Islet
of Langerhans) yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang
menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam darah.
5
dengan kapasitas lebih kurang 30-50 cc dan dalam keadaan obstruksi bisa
menggembung hingga 300 cc. Kandung empedu dibagi menjadi empat
area anatomi: fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Saluran biliaris
dimulai dari kanalikulus hepatosit, yang kemudian menuju ke duktus
biliaris. Duktus yang besar bergabung dengan duktus hepatikus kanan dan
kiri, yang akan bermuara ke duktus hepatikus komunis di porta
hepatis.
6
Aliran vena pada kandung empedu biasanya melalui hubungan
antara vena vena kecil. Vena-vena ini melalui permukaan kandung
empedu langsung ke hati dan bergabung dengan vena kolateral dari
saluran empedu bersama dan akhirnya menuju vena portal. Aliran limfatik
dari kandung empedu menyerupai aliran venanya. Cairan limfa mengalir
dari kandung empedu ke hati dan menuju duktus sistika dan masuk ke
sebuah nodus atau sekelompok nodus. Dari nodus ini cairan limfa pada
akhinya akan masuk ke nodus pada vena portal. Kandung empedu
diinervasi oleh cabang dari saraf simpatetik dan parasimpatetik, yang
melewati pleksus seliaka. Saraf preganglionik simpatetik berasal dari T8
dan T9. Saraf postganglionik simpatetik berasal dari pleksus seliaka dan
berjalan bersama dengan arteri hepatik dan vena portal menuju kandung
empedu. Saraf parasimpatetik berasal dari cabang nervus vagus (Welling
& Simeone, 2009).
7
pengeluaran kolesistokinin (CCK). Hormon ini merangsang kontraksi dari
kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi, sehingga empedu
dikeluarkan ke duodenum dan membantu pencernaan dan penyerapan
lemak. Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan
akhirnya disekresikan bersama dengan konstituen empedu lainnya ke
dalam duodenum. Setelah berperan serta dalam pencernaan lemak, garam
empedu diresorpsi ke dalam darah dengan mekanisme transport aktif
khusus di ileum terminal. Dari sini garam empedu akan kembali ke sistem
porta hepatika lalu ke hati, yang kembali mensekresikan mereka ke
kandung empedu. Proses pendaurulangan antara usus halus dan hati ini
disebut sebagai sirkulasi enterohepatik (Sherwood, 2001).
Dalam keadaan dimana kandung empedu tidak berfungsi dengan
baik, garam empedu yang telah melalui sirkulasi enterohepatik sebagian
besar akan disimpan di usus halus (Barett, 2005).
8
normalnya akan melewati batas posterior pankreas dan meluas ke daerah
limpa namun terkadang bisa terbungkus dalam jaringan pankreas.
Perpindahan vena splenica ke arah belakang mengindikasikan adanya proses
intrapankreas, namun perpindahan ke depan mengindikasikan adanya lesi
retropankreatis (adrenal, ginjal, aorta).
Arteri splenica biasanya melengkung di sepanjang permukaan atas
pankreas. Visibilitasnya pada pemindaian polos akan bervariasi berdasarkan
struktur parenkim pankreas. Arteri splenica biasanya terlihat samar jika
terjadi endapan lemak pada pankreas (lipomatosis pankreas). Perubahan
struktur dinding, kaliber dan cabang pembuluh darah (arteri duodenojejunal)
dapat ditunjukkan setelah bolus media kontras intravena diberikan.
Duodenum membentuk kontur lateral dan kaudal pankreas dan
untuk melihat duodenum diperlukan media kontras intraoral. Pada pasien
yang sangat kurus, ekor pankreas tidak dapat dibedakan secara jelas dengan
konvolusi jejunum proksimal jika tidak menggunakan media kontras
intraoral karena struktur ini bisa mirip dengan lesi masa.
9
A. CYSTIC PANCREATIC DISEASE
Kista Disontogenetik (Dysontogenetic Cyst)
Kista disontogenetik adalah jenis hamartoma yang sering
terjadi pada kista multiple pada ginjal dan kadang berhubungan
dengan angioma cerebellum dan enchephalocele. Kista ini
ditemukan di caput pankreas dan memiliki gambaran “mulberry like
configuration. Gambaran kista ini terlihat hipodens dan memiliki
dinding.
10
Gambar 5. Small pseudocyst in the head of pancreas
11
B. TUMOR PANKREAS
Microcystic Adenoma
Sebelumnya neoplasma jinak ini diklasifikasikan sebagai
serous cystadenoma. Microcystic adenoma biasanya berukuran
sekitar 5 cm, namun bisa menjadi lebih besar. Secara mikroskopik,
kista ini terdiri dari kista yang sangat kecil dengan hipervaskularisasi
pada bagian septa. Keganasan pada neoplasma ini belum pernah
dilaporkan.
Pada CT-Scan non-kontras, kumpulan kista kecil dapat
memberikan gambaran seperti sarang lebah (honeycomb
appearance). Jika ditambah kontras, daerah septa akan terlihat lebih
jelas.
Macrocystic Adenoma
Tumor ini sebelumnya dikenal dengan mucinous cystic tumor
dan terjadi terutama pada wanita berusia 40-60 tahun. Macrocystic
Adenoma sering muncul di bagian ekor atau badan pankreas dan
biasanya ketika ditemukan sudah membesar. Berbeda dengan
microcystic adenoma, tumor ini dapat berubah menjadi tumor ganas
dan harus segera diangkat melalui pembedahan.
12
Gambar 9. Macrocystic Adenoma
Karsinoma Pankreas
Pemeriksaan CT-scan multisection umumnya digunakan
sebagai pemeriksaan utama pada pasien dengan dugaan kanker
pankreas. Teknik pencitraan terbaik ditentukan oleh ketersediaan dan
keahlian lokal. Alasan untuk preferensi ini meliputi kecepatan, thin
section, gambaran yang optimal, resolusi spasial yang tinggi, dan
citra yang konsisten.
Karsinoma pankreas memiliki prognosis yang cukup buruk.
Karsinoma pankreas berkembang dari lesi prekursor non-invasif
menuju kanker invasif selama periode waktu yang bervariasi.
Penyebaran regional pada tahap awal terjadi mengikuti rute saluran
kelenjar limfe dari perineural dan peripancreatic ke periaorta, gaster
dan berakhir pada kelenjar limfe mediastinum. Penyebaran secara
hematogen akan mempengaruhi hepar dan paru-paru, lalu akan
menyebar ke tulang dan ginjal.
13
Selain menggunakan CT-Scan, mendiagnosis karsinoma
pankreas juga memerlukan pemeriksaan klinis yang teliti disertai
gambaran ultrasound. Bila hasilnya meragukan, endoscopic
retrograde cholangiopancreatography (ERCP) harus dilakukan.
14
dengan baik. Jika margin pankreas tetap tidak terlihat jelas, pasien
akan ditempatkan dengan posisi lateral dan diberikan media kontras
secara oral.
Cystadenocarcinoma
Cystadenocarcinoma merupakan tumor langka yang terjadi
pada bagian ekor pankreas. Penampilannya secara makroskopis
terlihat seperti macrocystic adenoma. Keganasan dari
cystadenocarcinoma ditandai dengan adanya metastase dan infiltrasi
ke jaringan sekitarnya.
Gambaran pada CT-scan terlihat sebagai komponen padat
dengan vaskularisasi yang buruk. Pembesaran kelenjar getah bening
regional harus ditemukan untuk mengkonfirmasi diagnosis
15
keganasan. Pemberian kontras harus diberikan untuk menunjukkan
bagian septa yang hipervaskularisasi dan untuk mengevaluasi
struktur disekitarnya.
16
Gambaran CT-scan dapat berupa gambaran tumor yang besar
dan terdapat kalsifikasi. Struktur vaskular jarang terbungkus di
dalam jaringan tumor.
Tumor sel islet ditunjukkan sebagai zona hiperdens yang
memiliki batas dan ireguler. Karena tingkat vaskulariasinya tinggi,
nekrosis sentral jarang terjadi pada lesi masa yang besar. Lesi
hipervaskularisasi tampak sebagai area hiperdens pada CT-scan
dengan kontras.
Tumor Sekunder
Tumor sekunder pankreas biasanya timbul akibat tumor primer
dari paru-paru, payudara, tiroid, hati, ovarium atau testis. Gambaran
CT-Scan pada tumor sekunder tidak dapat dibedakan dari tumor
primer pankreas. Kemungkinan diagnosis sering dilakukan dengan
melihat adanya bukti metastase lain, pola penyebaran dan jika jenis
tumor primer diketahui.
C. PANKREATITIS
Pankreatitis Akut
Kehadiran batu empedu dianggap berhubungan dengan adanya
pankreatitis akut. Pankreatitis akut dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Edematous pancreatitis (interstitial)
b. Hemorrhage pancreatitis (necrotizing)
17
Gambaran pada CT-scan menunjukkan gambaran
pembengkakan pankreas yang berlebihan. Pada pankreatitis akut,
pankreas biasanya dikeliling oleh zona eksudatif isodens atau sedikit
hipodens. Bila pankreatitis akut disertai asites, akan timbul tanda
“halo” pada hepar bagian bawah.
18
Pankreatitis hemoragik menyebabkan pembengkakan pankreas
yang cukup besar dan batas kelenjar bertumpang tindih dengan
massa nekrotik/eksudatif di sekitarnya. Perdarahan dapat
menyebabkan peningkatan atenuasi pankreas lokal atau umum. Bila
terdapat inhomogenitas jaringan, maka harus dicurgai adanya
nekrosis.
Pankreatitis Kronis
Secara etiologis, pankreatitis lebih sering disebabkan oleh
alkohol daripada penyakit empedu. Pembengkakan pankreas yang
umum atau terlokalisasi atau dilatasi duktus pankreas dapat terjadi
akibat sklerolipomatosis pada perjalanan penyakit lebih lanjut.
Atrofi pankreas juga sering diamati pada stadium lanjut penyakit.
Dilatasi tidak terjadi karena stenosis saluran pankreas atau oleh
traktus dari parenkim pankreas. Kalsifikasi yang terlokalisasi
19
terutama pada sistem duktus terjadi lebih sering pada pankreatitis
kronis yang berhubungan dengan alkohol (sekitar 40%)
dibandingkan dengan masalah pada empedu (sekitar 22%).
Kalsifikasi adalah tanda diagnostik utama pada pankreatitis
kronis. Area kalsifikasi sering memiliki konfigurasi linier yang
sesuai dengan jalannya saluran pankreas. Terkadang pankreas hanya
tampak sebagai selubung berserat di sekitar saluran pankreas.
Obstruksi terkait atrofi pankreas dapat disebabkan oleh penggantian
jaringan lemak di lobulus pankreas oleh jaringan ikat interlobular
(sklerolipomatosis). Diagnosis pankreatitis kronis dapat dilakukan
dengan akurat apabila terdapat bukti atrofi pada kepala pankreas
disertai kalsifikasi parenkim ekstensif dan dilatasi duktus pankreas.
Dilatasi duktus pankreas bisa lebih baik ditunjukkan setelah
pemberian media kontras. Dilatasi yang terjadi selama pankreatitis
kronis mungkin disebabkan oleh atrofi atau penyumbatan pankreas
Abses Pankreas
Abses pankreas biasanya terjadi akibat infeksi pseudokista
selama terjadi pankreatitis akut maupun kronis. Gambaran CT-Scan
tampak sebagai massa hipodens yang terisolasi dan moderat di
dalam dan di sekitar pankreas. Akumulasi gas adalah satu-satunya
faktor pembeda patognomonik.
20
Gambar 19. Abses Pankreas
D. TRAUMA PANKREAS
Trauma abdomen dapat berefek pada pankreas terutama pada
trauma tumpul. Trauma yang sering terjadi biasanya adalah ruptur
pankreas tidak lengkap (kapsul tidak pecah) dan lengkap (kapsul
pecah). Sebuah pseudokista traumatis sering berkembang pada pasien
dengan ruptur pankreas yang tidak lengkap. Ruptur lengkap dapat
menyebabkan tail sequestration, pseudokista dan fistula dengan bursa
omental. Pankreatitis juga mungkin dapat berkembang tergantung dari
seberapa luas efek peradangan.
21
Medium kontras dapat meningkatkan jaringan vital pankreas,
sehingga dapat menonjolkan defek trumatis pada parenkim. Selain itu,
media kontras juga dapat membatasi pseudokista dan koleksi cairan
lainnya.
E. LIPOMATOSIS
Penyebab lipomatosis lebih lanjut adalah oklusi duktus
pankreas. Bagian dari parenkim pankreas yang terletak di daerah oklusi
menjadi atrofi dan lobulus kelenjar digantikan oleh lemak. Perembesan
kelenjar lipomatous juga terjadi pada stadium akhir pankreatitis kronis
dan disebut sebagai sclerolipomatosis akibat fibrosis jaringan
22
disekitarnya biasanya tidak ada, sehingga dinding pada kandung empedu
yang normal biasanya tidak terlihat pada CT-scan. Kandung empedu
memiliki gambaran "cystic appearance" pada CT-scan.
Pemberian media kontras intravena pada saluran intrahepatik dengan
kaliber 2 mm atau lebih besar dapat ditunjukkan sebagai irisan-irisan tipis
(3-5 mm). Lalu akan tampak sebagai struktur hipodens yang halus disekitar
pembuluh darah yang opak.
Ukuran kantung empedu bergantung pada fungsinya dan tidak
spesifik untuk menjadi kriteria diagnostik. Pada pasien DM atau
akromegali, kantung empedu biasanya terlihat membesar dan sering
bereaksi secara signifikan terhadap stimulasi dari lambung. Jika hasil
kolesistogram negatif, perlu dipertimbangkan adanya penyebab lain
terhadap pembesaran kantung empedu yaitu oklusi saluran kistik. Jika tidak
ada batu empedu yang ditemukan, hidrops dan kolesistisis akut merupakan
penyakit primer dalam kemungkinan diagnosis.
Kantung empedu dianggap membesar bila diameter horizontalnya >
5 cm pada CT-Scan. Bila diduga terjadi hydrops, distensi longitudinal juga
harus dinilai. Pembesaran kandung empedu secara fungsional biasanya tidak
menyebabkan penebalan dinding
23
cholecystitis, terdapat bakteri anaerob yang mengeluarkan gas di
dalam lumen dan di dinding kandung empedu itu sendiri.
Kolesistisis kronik hampir selalu disertai batu empedu.
Dinding kandung empedu menempel pada jaringan sekitarnya dan
menjadi jaringan fibrosa. Pengapuran dinding empedu dan jaringan
limfe disekitar empedu sering ditemukan pada pasien dengan
peradangan kandung empedu yang kronis. Kondisi tersebut dapat
berlanjut menjadi sclero-atrophic cholecystitis.
24
Kolelitiasis
Batu kandung empedu biasanya mengandung kolesterol atau
bilirubin dan menunjukkan kalsifikasi amorf. Batu kolesterol dapat
menampilkan tampilan seperti cincin “ringlike appearance” akibat
deposit dari kalsium. Kebanyakan batu empedu dapat di diagnosis
menggunakan USG. Akurasi global dari computed tomography
dalam mendiagnosis batu empedu adalah 80-90%
25
B. TUMOR KANDUNG EMPEDU
Selain batu kandung empedu, cholesterosis (cholesterol
papilloma) merupakan bentuk kedua sebagai massa yang dapat
memenuhi kandung empedu. Lesi ini biasanya berukuran 3-5 mm,
namun bisa mencapai > 10 mm.
Adenomyomatosis terdiri dari hiperplasia fokal atau generalisata
pada dinding kantong empedu. Papiloma dan adenoma (> 4 cm) lebih
jarang terjadi jika dibandingkan denan cholesterosis. Adenokarsinoma
sering berkembang akibat inflamasi yang kronis dan biasanya terjadi
pada wanita > 60 tahun. Tumor ini menyebar di kandung empedu ketika
gejala klinis belum jelas sehingga dapat menginfiltrasi ligamentum
hepatodeuodenal, hati, dan kelenjar getah bening regional. Prognosis
dari tumor ini biasanya tidak baik.
26
Dilatasi saluran intrahepatik relatif terjadi dan biasanya
diakibatkan dari obstruksi saluran bilier akibat invasi tumor ke porta
hepatis. pembesaran kelenjar getah bening portal dan hepatoduodenal
dapat dievaluasi hanya jika ada cukup penggambaran lemak dan bila
kelenjar getah bening 1 cm atau lebih besar. Bolus media kontras
diperlukan untuk membedakan struktur porta hepatis dengan lebih baik,
kontur kandung empedu, dan metastase intrahepatik.
27
saluran empedu yang tersumbat sedikit terdistorsi dan ditandai dengan
adanya penajaman dari parenkim hati. Lebar ductus choledocus
dianggap sebagai patologis jika melebih 9 mm. Jika saluran empedu
dapat terlihat di daerah perifer hati setelah pemberian media kontras,
dapat disimpulkan terjadi dilatasi bilateral pada ductus intrahepatik.
Bila terjadi dilatasi pada saluran empedu harus diselidiki kemungkinan
lokasi sumbatan (intrahepatik atau ekstrahepatik)
28
Gambar 28. Aerobilia (air in the bile duct)
29
F. KISTA SALURAN EMPEDU
Kista saluran empedu merupakan keadaan anomali kongenital
yang menyebabkan dilatasi fokal pada kandung empedu. Lokasi kista
ini biasanya terletak di supraduodenal dan dinding mengalami
penebalan fibrosa. Kista saluran empedu biasanya ditemukan pada masa
kanak-kanak dan remaja.
G. CAROLI’S DISEASE
Caroli’s disease merupakan kelainan kongenital saluran empedu
intrahepatik yang diikuti oleh transformasi kistik pada ginjal (medullary
sponge kidney). Beberapa saculus yang berdilatasi pada saluran empedu
biasanya ditunjukkan sebagai batas yang jelas, polisiklik atau fusiform
yang mempunyai gambaran hipodens.
30
Gambar 30. Dilatation of the bile ducts extends into the periphery of the liver
31
BAB III
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
33