Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

CT - SCAN PANKREAS DAN KANDUNG EMPEDU

Disusun Oleh:
Adelia Putri Sabrina
1102013005

Pembimbing:
dr. Kesuma Mulya, Sp.Rad

KEPANITERAAN RADIOLOGI RSUD CILEGON


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
AGUSTUS 2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmatnya serta karunianya, sehingga syukur Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “CT-Scan Pankreas dan
Kandung Empedu”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Radiologi di RSUD Cilegon.
Penulis menyadari bahwa referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat para konsulen
bagian Radiologi yaitu dr. Kesuma Mulya Sp.Rad, atas keluangan waktu
dan bimbingan yang telah diberikan, serta kepada teman sesama
kepaniteraan klinik bagian radiologi dan staf bagian radiologi yang selalu
mendukung, memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama yang baik
sehingga dapat terselesaikannya referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun referat ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat terbuka untuk menerima
segala kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan referat ini.
Akhirnya semoga referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan
setiap pembaca pada umumnya. Amin.

Cilegon,
Agustus 2017

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

Computed Tomography (CT) Scan merupakan prosedur pencitraan


diagnostik non-invasif yang menggunakan kombinasi antara sinar X dan teknologi
komputer untuk menghasilkan suatu gambar irisan tubuh. CT-Scan menunjukkan
gambaran rinci dari setiap bagian tubuh manusia, seperti tulang, otot, lemak dan
organ tubuh.
Penegakkan diagnosis secara pasti tidak cukup hanya mengandalkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan penunjang penting untuk
dilakukan untuk menghindari kesalahan diagnosis pada penyakit intraabdomen.
CT-Scan dapat memberikan informasi lebih rinci mengenai kondisi organ di
dalam tubuh dibandingkan dengan foto X-ray konvensional. CT-scan dinilai
sangat akurat untuk mendiagnosis adanya obstruksi, kista, tumor maupun batu
pada organ intra abdomen seperti yang terjadi pada pankreas dan kandung
empedu. CT-Scan juga dapat mendeteksi keganasan pada organ sehingga pasien
bisa mendapatkan terapi yang lebih akurat untuk kelangsungan hidup.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Anatomi
1.1.1. Pankreas
Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang terletak di bagian
posterior dari dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di
depan aorta abdominalis dan arteri serta vena mesenterica superior. Organ
ini konsistensinya padat, panjangnya ±11,5 cm, beratnya ±150 gram.
Pankreas terdiri bagian kepala/caput yang terletak di sebelah kanan, diikuti
corpus ditengah, dan cauda di sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari
pankreas yang berada di bagian belakang Arteri Mesenterica Superior
yang disebut dengan Processus Uncinatus. Pankreas terhubung ke
duodenum oleh dua saluran, yaitu duktus Santorini dan Ampula Vateri
(Simbar, 2005).

Gambar 1. Anatomi Pankreas

4
Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari :
 Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti
anggur yang disebut sebagai asinus (pancreatic acini) yang
merupakan jaringan yang menghasilkan enzim pencernaan ke
dalam duodenum.
 Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans (Islet
of Langerhans) yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang
menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam darah.

Gambar 2. Asinus dan Pulang Langerhans

Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010)


1. Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon.
2. Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon
insulin.
3. Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin.
4. Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas.

1.1.2. Kandung Empedu


Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah
pir, yang terletak pada permukaan inferior dari hati pada garis yang
memisahkan lobus kanan dan kiri, yang disebut dengan fossa kandung
empedu. Ukuran kandung empedu pada orang dewasa adalah 7-10 cm

5
dengan kapasitas lebih kurang 30-50 cc dan dalam keadaan obstruksi bisa
menggembung hingga 300 cc. Kandung empedu dibagi menjadi empat
area anatomi: fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Saluran biliaris
dimulai dari kanalikulus hepatosit, yang kemudian menuju ke duktus
biliaris. Duktus yang besar bergabung dengan duktus hepatikus kanan dan
kiri, yang akan bermuara ke duktus hepatikus komunis di porta
hepatis.

Gambar 3. Anatomi Kandung Empedu

Ketika duktus sistikus dari kandung empedu bergabung dengan


duktus hepatikus komunis, maka terbentuklah duktus choledocus.
Duktus choledocus secara umum memiliki panjang 8 cm dan diameter
0.5-0.9 cm, melewati duodenum menuju pangkal pankreas, dan kemudian
menuju Ampula Vateri (Avunduk, 2002).
Suplai darah ke kandung empedu biasanya berasal dari arteri
sistika yang berasal dari arteri hepatikus kanan. Asal arteri sistika dapat
bervariasi pada tiap tiap orang, namun 95 % berasal dari arteri hepatik
kanan.

6
Aliran vena pada kandung empedu biasanya melalui hubungan
antara vena vena kecil. Vena-vena ini melalui permukaan kandung
empedu langsung ke hati dan bergabung dengan vena kolateral dari
saluran empedu bersama dan akhirnya menuju vena portal. Aliran limfatik
dari kandung empedu menyerupai aliran venanya. Cairan limfa mengalir
dari kandung empedu ke hati dan menuju duktus sistika dan masuk ke
sebuah nodus atau sekelompok nodus. Dari nodus ini cairan limfa pada
akhinya akan masuk ke nodus pada vena portal. Kandung empedu
diinervasi oleh cabang dari saraf simpatetik dan parasimpatetik, yang
melewati pleksus seliaka. Saraf preganglionik simpatetik berasal dari T8
dan T9. Saraf postganglionik simpatetik berasal dari pleksus seliaka dan
berjalan bersama dengan arteri hepatik dan vena portal menuju kandung
empedu. Saraf parasimpatetik berasal dari cabang nervus vagus (Welling
& Simeone, 2009).

Fungsi kandung empedu yaitu sebagai berikut:


1. Menyimpan dan mengkonsentrasikan cairan empedu yang berasal dari
hati di antara dua periode makan.
2. Berkontraksi dan mengalirkan garam empedu yang merupakan
turunan kolesterol, dengan stimulasi oleh kolesistokinin,ke duodenum
sehingga membantu proses pencernaan lemak (Barret, 2005).

Cairan empedu dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 mL per hari,


terdiri dari air, elektrolit, garam empedu, kolesterol, fosfolipid, bilirubin,
dan senyawa organik terlarut lainnya. Kandung empedu bertugas
menyimpan dan menkonsentrasikan empedu pada saat puasa. Kira-kira 90
% air dan elektrolit diresorbsi oleh epitel kandung empedu, yang
menyebabkan empedu kaya akan konstituen organik (Avunduk, 2002).
Di antara waktu makan, empedu akan disimpan di kandung
empedu dan dipekatkan. Selama makan, ketika kimus mencapai usus
halus, keberadaan makanan terutama produk lemak akan memicu

7
pengeluaran kolesistokinin (CCK). Hormon ini merangsang kontraksi dari
kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi, sehingga empedu
dikeluarkan ke duodenum dan membantu pencernaan dan penyerapan
lemak. Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan
akhirnya disekresikan bersama dengan konstituen empedu lainnya ke
dalam duodenum. Setelah berperan serta dalam pencernaan lemak, garam
empedu diresorpsi ke dalam darah dengan mekanisme transport aktif
khusus di ileum terminal. Dari sini garam empedu akan kembali ke sistem
porta hepatika lalu ke hati, yang kembali mensekresikan mereka ke
kandung empedu. Proses pendaurulangan antara usus halus dan hati ini
disebut sebagai sirkulasi enterohepatik (Sherwood, 2001).
Dalam keadaan dimana kandung empedu tidak berfungsi dengan
baik, garam empedu yang telah melalui sirkulasi enterohepatik sebagian
besar akan disimpan di usus halus (Barett, 2005).

1.2. Gambaran CT-Scan Pancreas


Gambaran pankreas pada CT-scan dapat terlihat jelas dengan
melihat adanya gambaran lemak disekitar pankreas. Seiring bertambahnya
usia, gambaran CT-Scan pankreas menjadi berlobus akibat banyaknya
lemak yang terakumulasi. Gambaran CT-Scan pankreas pada pasien yang
bertubuh kurus atau pasien anak-anak seringkali sulit ditemukan sehingga
harus diberikan media kontras intravena untuk melihat batas pankreas.
Struktur internal jaringan pankreas juga dipengaruhi oleh usia pasien.
Tekstur parenkim pankreas pada pasien lanjut usia memiliki gambaran yang
tidak homogen dibandingkan dengan pasien dengan usia muda.
Untuk mengidentifikasi saluran pada pankreas diperlukan bolus
intravena media kontras karena saluran pada pankreas jarang sekali terlihat
pada pemindaian polos yang tipis. Evaluasi organ-organ sekitar sangat
penting dalam analisis gambaran CT scan yang tepat dan akurat. Bahkan
pada pasien paling kurus, arteri mesenterika superior merupakan bagian
terdekat yang mudah dikenali untuk menemukan pankreas. Vena splenica

8
normalnya akan melewati batas posterior pankreas dan meluas ke daerah
limpa namun terkadang bisa terbungkus dalam jaringan pankreas.
Perpindahan vena splenica ke arah belakang mengindikasikan adanya proses
intrapankreas, namun perpindahan ke depan mengindikasikan adanya lesi
retropankreatis (adrenal, ginjal, aorta).
Arteri splenica biasanya melengkung di sepanjang permukaan atas
pankreas. Visibilitasnya pada pemindaian polos akan bervariasi berdasarkan
struktur parenkim pankreas. Arteri splenica biasanya terlihat samar jika
terjadi endapan lemak pada pankreas (lipomatosis pankreas). Perubahan
struktur dinding, kaliber dan cabang pembuluh darah (arteri duodenojejunal)
dapat ditunjukkan setelah bolus media kontras intravena diberikan.
Duodenum membentuk kontur lateral dan kaudal pankreas dan
untuk melihat duodenum diperlukan media kontras intraoral. Pada pasien
yang sangat kurus, ekor pankreas tidak dapat dibedakan secara jelas dengan
konvolusi jejunum proksimal jika tidak menggunakan media kontras
intraoral karena struktur ini bisa mirip dengan lesi masa.

Gambar 4. Gambaran CT-Scan Abdomen

9
A. CYSTIC PANCREATIC DISEASE
 Kista Disontogenetik (Dysontogenetic Cyst)
Kista disontogenetik adalah jenis hamartoma yang sering
terjadi pada kista multiple pada ginjal dan kadang berhubungan
dengan angioma cerebellum dan enchephalocele. Kista ini
ditemukan di caput pankreas dan memiliki gambaran “mulberry like
configuration. Gambaran kista ini terlihat hipodens dan memiliki
dinding.

Kista Retensi atau Pseudokista


Sekitar 20-25% pasien dengan inflamasi pankreas terutama
pankreatitis kronis dapat terjadi kista retensi atau psudokista. Kista
retensi timbul dari stenosis atau penyumbatan saluran pankreas.
Lokasi awalnya adalah intrapankreatik.
Pseudokista berkembang setelah parenkim pankreas nekrotik.
Awalnya terjadi demarkasi oleh jaringan granulasi, lalu menjadi
fibrosis sehingga menggores dinding yang kemudian menempel pada
jaringan disekitarnya. Isi kista mungkin mengandung cairan yang
kental; jika darah masuk, isinya mungkin berwarna cokelat. Kista
juga bisa berkembang akibat eksudasi cairan dari periotoneum ke
bursa omental. Koleksi cairan ini bukan psudokista dalam arti
sebenarnya, karena mereka menempati ruang yang sudah ada
(uncapsulated). Pseudokista yang mengalami infeksi dapat
menyebabkan pseudoaneurisma arterial. Gambaran kista retensi atau
pseudokista pada CT-Scan terlihat sebagai gambaran yang hipodens,
dinding yang tebal dan terisi oleh air.

10
Gambar 5. Small pseudocyst in the head of pancreas

Gambar 6. Pseudocyst in porta hepatic

Gambar 7. Hemorrhage in a pancreatic pseudocyst

11
B. TUMOR PANKREAS
 Microcystic Adenoma
Sebelumnya neoplasma jinak ini diklasifikasikan sebagai
serous cystadenoma. Microcystic adenoma biasanya berukuran
sekitar 5 cm, namun bisa menjadi lebih besar. Secara mikroskopik,
kista ini terdiri dari kista yang sangat kecil dengan hipervaskularisasi
pada bagian septa. Keganasan pada neoplasma ini belum pernah
dilaporkan.
Pada CT-Scan non-kontras, kumpulan kista kecil dapat
memberikan gambaran seperti sarang lebah (honeycomb
appearance). Jika ditambah kontras, daerah septa akan terlihat lebih
jelas.

Gambar 8. Honeycomb appearance (non-contrast & with contrast)

 Macrocystic Adenoma
Tumor ini sebelumnya dikenal dengan mucinous cystic tumor
dan terjadi terutama pada wanita berusia 40-60 tahun. Macrocystic
Adenoma sering muncul di bagian ekor atau badan pankreas dan
biasanya ketika ditemukan sudah membesar. Berbeda dengan
microcystic adenoma, tumor ini dapat berubah menjadi tumor ganas
dan harus segera diangkat melalui pembedahan.

12
Gambar 9. Macrocystic Adenoma

Pada CT-Scan, macrocystic adenoma tampak sebagai kista


multilokular besar dan terlihat adanya kalsifikasi dibagian septa yang
lebih tebal jika dibandingkan dengan microcystic adenoma. Jika
tidak ada kalsifikasi pada septa, dapat diperkirakan bahwa itu adalah
pseudokista.

 Karsinoma Pankreas
Pemeriksaan CT-scan multisection umumnya digunakan
sebagai pemeriksaan utama pada pasien dengan dugaan kanker
pankreas. Teknik pencitraan terbaik ditentukan oleh ketersediaan dan
keahlian lokal. Alasan untuk preferensi ini meliputi kecepatan, thin
section, gambaran yang optimal, resolusi spasial yang tinggi, dan
citra yang konsisten.
Karsinoma pankreas memiliki prognosis yang cukup buruk.
Karsinoma pankreas berkembang dari lesi prekursor non-invasif
menuju kanker invasif selama periode waktu yang bervariasi.
Penyebaran regional pada tahap awal terjadi mengikuti rute saluran
kelenjar limfe dari perineural dan peripancreatic ke periaorta, gaster
dan berakhir pada kelenjar limfe mediastinum. Penyebaran secara
hematogen akan mempengaruhi hepar dan paru-paru, lalu akan
menyebar ke tulang dan ginjal.

13
Selain menggunakan CT-Scan, mendiagnosis karsinoma
pankreas juga memerlukan pemeriksaan klinis yang teliti disertai
gambaran ultrasound. Bila hasilnya meragukan, endoscopic
retrograde cholangiopancreatography (ERCP) harus dilakukan.

Gambar 10. Radiologic timeline of resectable pancreatic cancer

Gambar 11. Carcinoma in head of the pancreas

Pada pemeriksaan CT-Scan, karsinoma pankreas akan tampak


sebagai massa yang memiliki batas jelas. Peningkatan kaliber dan
konfigurasi organ sekitar yang tidak jelas merupakan indikator
karsinoma pankreas. Bolus media kontras intravena dibutuhkan
untuk diagnosa lebih lanjut. Setelah pasien diberikan bolus media
kontras intravena, jaringan tumor hipodens dapat dibedakan dari
parenkim pankreas. Saluran duktus biliaris juga akan berdilatasi dan
terlihat jelas sehingga kontur saluran pankreas dapat dievaluasi

14
dengan baik. Jika margin pankreas tetap tidak terlihat jelas, pasien
akan ditempatkan dengan posisi lateral dan diberikan media kontras
secara oral.

Gambar 12. Radiologic Progression of Pancreatic Cancer

Hampir setiap pasien karsinoma pankreas selalu diikuti oleh


pankreatitis. Peningkatan kaliber dalam satu atau lebih sistem duktus
secara tiba-tiba dapat menunjukkan keganasan. Tumor dianggap
dapat di reseksi apabila hanya terjadi infiltrasi peripancreatic,
pembekuan vaskular dan semua tanda sekunder tidak ada.

 Cystadenocarcinoma
Cystadenocarcinoma merupakan tumor langka yang terjadi
pada bagian ekor pankreas. Penampilannya secara makroskopis
terlihat seperti macrocystic adenoma. Keganasan dari
cystadenocarcinoma ditandai dengan adanya metastase dan infiltrasi
ke jaringan sekitarnya.
Gambaran pada CT-scan terlihat sebagai komponen padat
dengan vaskularisasi yang buruk. Pembesaran kelenjar getah bening
regional harus ditemukan untuk mengkonfirmasi diagnosis

15
keganasan. Pemberian kontras harus diberikan untuk menunjukkan
bagian septa yang hipervaskularisasi dan untuk mengevaluasi
struktur disekitarnya.

Gambar 13. Cystadenocarcinoma of the pancreas that infiltrated


to the portal vein

 Islet Cell Tumor


Insulinoma / Insulin secreting (B-cells) merupakan jenis tumor
sel islet yang paling banyak dan berlokasi di badan atau ekor
pankreas. Sedangkan tumor sel islet yang berlokali di kepala
pankreas merupakan tumor yang mensekresi glukagon (A-cells),
gastrin atau serotonin.
Biasanya tumor ini dapat mencapai ukuran hingga 25 cm dan
dapat menyebar ke kelenjar limfa dan hati sebelum ditemukan.
Hampir semua tumor sel islet memiliki vaskularisasi yang banyak.

Gambar 14. Islet Cell Tumor

16
Gambaran CT-scan dapat berupa gambaran tumor yang besar
dan terdapat kalsifikasi. Struktur vaskular jarang terbungkus di
dalam jaringan tumor.
Tumor sel islet ditunjukkan sebagai zona hiperdens yang
memiliki batas dan ireguler. Karena tingkat vaskulariasinya tinggi,
nekrosis sentral jarang terjadi pada lesi masa yang besar. Lesi
hipervaskularisasi tampak sebagai area hiperdens pada CT-scan
dengan kontras.

 Tumor Sekunder
Tumor sekunder pankreas biasanya timbul akibat tumor primer
dari paru-paru, payudara, tiroid, hati, ovarium atau testis. Gambaran
CT-Scan pada tumor sekunder tidak dapat dibedakan dari tumor
primer pankreas. Kemungkinan diagnosis sering dilakukan dengan
melihat adanya bukti metastase lain, pola penyebaran dan jika jenis
tumor primer diketahui.

C. PANKREATITIS
 Pankreatitis Akut
Kehadiran batu empedu dianggap berhubungan dengan adanya
pankreatitis akut. Pankreatitis akut dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Edematous pancreatitis (interstitial)
b. Hemorrhage pancreatitis (necrotizing)

Tingkat keparahan gambaran klinis ditentukan oleh perluasan


jaringan nekrosis yang dapat menyelimuti organ yang membesar.
Kedua bentuk tersebut disertai dengan adanya cairan eksudat yang
dapat meresap ke dalam ruang retroperitoneal. Jika terjadi infeksi
atau nekrosis dapat menimbulkan komplikasi. Prognosis dapat
ditentukan berdasarkan gambaran dari CT-scan.

17
Gambaran pada CT-scan menunjukkan gambaran
pembengkakan pankreas yang berlebihan. Pada pankreatitis akut,
pankreas biasanya dikeliling oleh zona eksudatif isodens atau sedikit
hipodens. Bila pankreatitis akut disertai asites, akan timbul tanda
“halo” pada hepar bagian bawah.

Gambar 15. Edematous Pancreatitis

Pankreatitis edematous memiliki prognosis yang lebih baik dan


ditandai dengan pembesaran organ lokal. Kontur organ dapat
dikenali dan sering dikelilingi oleh lingkaran yang tipis. Kepadatan
jaringan pankreas sedikit berkurang. Karena struktur interlobular
terselubung oleh lemak, maka akan timbul “plump appearance”.
Bentuk edematous memiliki kecenderungan untuk regresi cepat dan
mungkin berkembang menjadi bentuk serous eksudatif.

Gambar 16. Hemorrhagic Pancreatitis

18
Pankreatitis hemoragik menyebabkan pembengkakan pankreas
yang cukup besar dan batas kelenjar bertumpang tindih dengan
massa nekrotik/eksudatif di sekitarnya. Perdarahan dapat
menyebabkan peningkatan atenuasi pankreas lokal atau umum. Bila
terdapat inhomogenitas jaringan, maka harus dicurgai adanya
nekrosis.

Gambar 17. Hemorrhagic Pancreatitis (Dilatasi dan Eksudasi)

Gambaran eksudat pada keduanya biasanya menampilkan


batas fascia dari ruang pararenal anterior, pararenal posterior, dan
perirenal. Eksudat biasanya terjadi di sepanjang arteri mesenterika,
ligamen gastrohepatika, gastrosplenika, dan gastrocolica. Bila cairan
eksudat yang terenkapsulasi ini terakumulasi di intramural
duodenum, lambung atau usus besar, dapat menyebabkan
penyumbatan saluran gastrointestinal. Pembentukan abses harus
dicurigai karena merupakan komplikasi yang serius.

 Pankreatitis Kronis
Secara etiologis, pankreatitis lebih sering disebabkan oleh
alkohol daripada penyakit empedu. Pembengkakan pankreas yang
umum atau terlokalisasi atau dilatasi duktus pankreas dapat terjadi
akibat sklerolipomatosis pada perjalanan penyakit lebih lanjut.
Atrofi pankreas juga sering diamati pada stadium lanjut penyakit.
Dilatasi tidak terjadi karena stenosis saluran pankreas atau oleh
traktus dari parenkim pankreas. Kalsifikasi yang terlokalisasi

19
terutama pada sistem duktus terjadi lebih sering pada pankreatitis
kronis yang berhubungan dengan alkohol (sekitar 40%)
dibandingkan dengan masalah pada empedu (sekitar 22%).
Kalsifikasi adalah tanda diagnostik utama pada pankreatitis
kronis. Area kalsifikasi sering memiliki konfigurasi linier yang
sesuai dengan jalannya saluran pankreas. Terkadang pankreas hanya
tampak sebagai selubung berserat di sekitar saluran pankreas.
Obstruksi terkait atrofi pankreas dapat disebabkan oleh penggantian
jaringan lemak di lobulus pankreas oleh jaringan ikat interlobular
(sklerolipomatosis). Diagnosis pankreatitis kronis dapat dilakukan
dengan akurat apabila terdapat bukti atrofi pada kepala pankreas
disertai kalsifikasi parenkim ekstensif dan dilatasi duktus pankreas.
Dilatasi duktus pankreas bisa lebih baik ditunjukkan setelah
pemberian media kontras. Dilatasi yang terjadi selama pankreatitis
kronis mungkin disebabkan oleh atrofi atau penyumbatan pankreas

Gambar 18. Pankreatitis Kronik

 Abses Pankreas
Abses pankreas biasanya terjadi akibat infeksi pseudokista
selama terjadi pankreatitis akut maupun kronis. Gambaran CT-Scan
tampak sebagai massa hipodens yang terisolasi dan moderat di
dalam dan di sekitar pankreas. Akumulasi gas adalah satu-satunya
faktor pembeda patognomonik.

20
Gambar 19. Abses Pankreas

D. TRAUMA PANKREAS
Trauma abdomen dapat berefek pada pankreas terutama pada
trauma tumpul. Trauma yang sering terjadi biasanya adalah ruptur
pankreas tidak lengkap (kapsul tidak pecah) dan lengkap (kapsul
pecah). Sebuah pseudokista traumatis sering berkembang pada pasien
dengan ruptur pankreas yang tidak lengkap. Ruptur lengkap dapat
menyebabkan tail sequestration, pseudokista dan fistula dengan bursa
omental. Pankreatitis juga mungkin dapat berkembang tergantung dari
seberapa luas efek peradangan.

Gambar 20. Trauma Tumpul Abdomen

Hematom yang berkembang setelah cedera trauma biasanya dapat


ditunjukkan pada pemindaian biasa sebagai lesi isodens yang
kemudian berkembang menjadi massa hipodens. Tingkat penyebaran
hematom ke dalam ruang retroperitoneal dapat dievaluasi oleh CT-
Scan.

21
Medium kontras dapat meningkatkan jaringan vital pankreas,
sehingga dapat menonjolkan defek trumatis pada parenkim. Selain itu,
media kontras juga dapat membatasi pseudokista dan koleksi cairan
lainnya.

E. LIPOMATOSIS
Penyebab lipomatosis lebih lanjut adalah oklusi duktus
pankreas. Bagian dari parenkim pankreas yang terletak di daerah oklusi
menjadi atrofi dan lobulus kelenjar digantikan oleh lemak. Perembesan
kelenjar lipomatous juga terjadi pada stadium akhir pankreatitis kronis
dan disebut sebagai sclerolipomatosis akibat fibrosis jaringan

Gambar 21. Lipomatosis pada Pankreas

Struktur parenkim lobular biasanya ditemukan di pankreas pada


pasien obesitas. Selama tahap atrofi, terdapat matriks jaringan ikat yang
longgar, namun kontur organ yang asli masih dapat dibedakan.

1.3. Gambaran CT-Scan Kandung Empedu


Pada CT-scan, kandung empedu terletak di lobus kanan hepar bagian
bawah dari porta hepatis. Kepadatan lumen pada CT-scan, normalnya
sedikit lebih tinggi dari air (0 HU), namun nilai atenuasi dapat naik menjadi
sekitar 25 HU karena viskositas cairan empedu meningkat. Jaringan lemak

22
disekitarnya biasanya tidak ada, sehingga dinding pada kandung empedu
yang normal biasanya tidak terlihat pada CT-scan. Kandung empedu
memiliki gambaran "cystic appearance" pada CT-scan.
Pemberian media kontras intravena pada saluran intrahepatik dengan
kaliber 2 mm atau lebih besar dapat ditunjukkan sebagai irisan-irisan tipis
(3-5 mm). Lalu akan tampak sebagai struktur hipodens yang halus disekitar
pembuluh darah yang opak.
Ukuran kantung empedu bergantung pada fungsinya dan tidak
spesifik untuk menjadi kriteria diagnostik. Pada pasien DM atau
akromegali, kantung empedu biasanya terlihat membesar dan sering
bereaksi secara signifikan terhadap stimulasi dari lambung. Jika hasil
kolesistogram negatif, perlu dipertimbangkan adanya penyebab lain
terhadap pembesaran kantung empedu yaitu oklusi saluran kistik. Jika tidak
ada batu empedu yang ditemukan, hidrops dan kolesistisis akut merupakan
penyakit primer dalam kemungkinan diagnosis.
Kantung empedu dianggap membesar bila diameter horizontalnya >
5 cm pada CT-Scan. Bila diduga terjadi hydrops, distensi longitudinal juga
harus dinilai. Pembesaran kandung empedu secara fungsional biasanya tidak
menyebabkan penebalan dinding

A. INFLAMASI PADA KANDUNG EMPEDU


 Kolesistisis
Kolelitiasis merupakan penyebab utama terjadinya
kolesistisis akibat terjadinya penyumbatan pada kandung empedu.
Kolesistisis ditandai dengan penebalan yang cukup besar yaitu
sampai 10 mm dari dinding kandung empedu. Lumen kandung
empedu juga biasanya ikut membesar. Jika fase inflamasi akut
berlanjut untuk jangka waktu yang lama, peningkatan leukosit
dapat menyebabkan empyema. Leukosit juga bisa menyerang
organ-organ di sekitarnya. Pada kasus emphysematous

23
cholecystitis, terdapat bakteri anaerob yang mengeluarkan gas di
dalam lumen dan di dinding kandung empedu itu sendiri.
Kolesistisis kronik hampir selalu disertai batu empedu.
Dinding kandung empedu menempel pada jaringan sekitarnya dan
menjadi jaringan fibrosa. Pengapuran dinding empedu dan jaringan
limfe disekitar empedu sering ditemukan pada pasien dengan
peradangan kandung empedu yang kronis. Kondisi tersebut dapat
berlanjut menjadi sclero-atrophic cholecystitis.

Gambar 22. Kolesistitis Akut dan Emphysematous Cholecystitis

Tanda khas dari kolesistitis akut adalah penebalan dinding


empedu sekitar 3-5 mm, namun bisa juga mencapai > 10 mm.
Pembesaran lumen akan diikuti oleh akumulasi gas dan cairan pada
kandung empedu. Proses inflamasi kronis pada dinding kandung
empedu akan menyebabkan kontraksi pada kandung empedu dan
striasi pada jaringan lemak prikistik. Emphysematous cholecystitis
akan ditandai oleh akumulasi gas intramural.
Bolus media konras biasanya akan menampilkan penebalan
dinding kandung empedu. Peforasi dan abses perkolekistik di
sekitar kandung empedu muncul pada CT-scan sebagai area yang
hipodens.

24
 Kolelitiasis
Batu kandung empedu biasanya mengandung kolesterol atau
bilirubin dan menunjukkan kalsifikasi amorf. Batu kolesterol dapat
menampilkan tampilan seperti cincin “ringlike appearance” akibat
deposit dari kalsium. Kebanyakan batu empedu dapat di diagnosis
menggunakan USG. Akurasi global dari computed tomography
dalam mendiagnosis batu empedu adalah 80-90%

Gambar 23. Kolelitiasis

Gambar 24. Ringlike appearance yang disertai Kolesistitis Akut

Tingkat perbedaan kontras antara empedu dan batu empedu


tidak konsisten. Terkadang, batu empedu malah tampak sebagai
isodens. Kalkulus intraruktal lebih sensitif terdeteksi oleh thin
section computed tomography.

25
B. TUMOR KANDUNG EMPEDU
Selain batu kandung empedu, cholesterosis (cholesterol
papilloma) merupakan bentuk kedua sebagai massa yang dapat
memenuhi kandung empedu. Lesi ini biasanya berukuran 3-5 mm,
namun bisa mencapai > 10 mm.
Adenomyomatosis terdiri dari hiperplasia fokal atau generalisata
pada dinding kantong empedu. Papiloma dan adenoma (> 4 cm) lebih
jarang terjadi jika dibandingkan denan cholesterosis. Adenokarsinoma
sering berkembang akibat inflamasi yang kronis dan biasanya terjadi
pada wanita > 60 tahun. Tumor ini menyebar di kandung empedu ketika
gejala klinis belum jelas sehingga dapat menginfiltrasi ligamentum
hepatodeuodenal, hati, dan kelenjar getah bening regional. Prognosis
dari tumor ini biasanya tidak baik.

Gambar 25. Karsinoma Kandung Empedu

Karsinoma kandung empedu sering muncul di CT-Scan sebagai


struktur jaringan lunak yang tidak homogen dan sulit dibedakan dari
parenkim hati. Dinding kandung empedu yang tidak beraturan dan
adanya lesi intraluminal merupakan tanda khas dari karsinoma kandung
empedu yang lebih lanjut.

26
Dilatasi saluran intrahepatik relatif terjadi dan biasanya
diakibatkan dari obstruksi saluran bilier akibat invasi tumor ke porta
hepatis. pembesaran kelenjar getah bening portal dan hepatoduodenal
dapat dievaluasi hanya jika ada cukup penggambaran lemak dan bila
kelenjar getah bening 1 cm atau lebih besar. Bolus media kontras
diperlukan untuk membedakan struktur porta hepatis dengan lebih baik,
kontur kandung empedu, dan metastase intrahepatik.

C. OBSTRUKSI KANDUNG EMPEDU


Obstruksi saluran empedu biasanya disebabkan oleh calculi,
striktur, stenosis dan tumor primer maupun sekunder pada porta hepatis
dan pankreas. Tanda yang paling umum dalam pencitraan diagnostik
adalah penguraian saluran empedu.
Evaluasi morfologis rinci dengan menggunakan endoscopic
retrograde cholangiopancreatography (ERCP) atau pencitraan
radionuklida pada kandung empedu mungkin diperlukan untuk
mengklarifikasi diagnosis. Dilatasi saluran empedu secara ekstensif
dapat didiagnosis dengan jelas pada pemindaian polos.

Gambar 26. Dilatation of left intrahepatic bile duct without mass


or intrahepatic stone.

Gambaran saluran empedu perifer terlihat sebagai struktur


hipodens punkiform. Berbeda dengan trombosis lokal vena portal,

27
saluran empedu yang tersumbat sedikit terdistorsi dan ditandai dengan
adanya penajaman dari parenkim hati. Lebar ductus choledocus
dianggap sebagai patologis jika melebih 9 mm. Jika saluran empedu
dapat terlihat di daerah perifer hati setelah pemberian media kontras,
dapat disimpulkan terjadi dilatasi bilateral pada ductus intrahepatik.
Bila terjadi dilatasi pada saluran empedu harus diselidiki kemungkinan
lokasi sumbatan (intrahepatik atau ekstrahepatik)

Gambar 27. Dilatation of common bile duct caused by tumors

D. INFEKSI KANDUNG EMPEDU


Sumbatan pada saluran empedu yang disebabkan oleh calculi,
striktus, ascariasis dan tumor dapat memberikan kondisi yang
menguntungkan untuk perkembangan infeksi bakteri. Abses periductal,
terutama didaerah hepatik merupakan komplikasi kolangitis yang
serius. Pericholangitis merupakan penyakit hati dan kandung empedu
kronis yang ditandai dengan pembengkakan dan fibrosis pada saluran
kandung empedu
Infeksi ekstrahepatik yang biasanya terjadi adalah akibat dari
pancreatitis. Peningkatan ketebalan dinding biasanya terlihat jelas pada
CT-scan yang telah diberikan kontras. Infeksi intrahepatik dapat dilihat
pada CT-scan jika sudah mulai terbentuk abses. Pada kolangitis
rekuren, saluran empedu primer dan sekunder sering ditemukan.

28
Gambar 28. Aerobilia (air in the bile duct)

CT scan biasanya dapat menunjukkan batu empedu intrahepatik


dan daerah pembentukan gas yang tidak dapat dilihat pada pemindaian
polos. CT-scan dengan kontras biasanya terdapat peningkatan dinding
duktus dan opacifikasi focal dari parenkim hati yang meluas

E. TUMOR SALURAN EMPEDU


Tumor saluran empedu merupakan kondisi yang jarang terjadi
jika dibandingkan dengan tumor kandung empedu dan karsinoma
pankreas. Tumor yang biasanya ada di saluran empedu adalah
adenokarsinoma (cholangiocarcinoma) yang menunjukkan infiltrasi
sirosis atau bentuk pertumbuhan polipoid. Tumor polipoid yang kecil
tidak dapat terlihat jelas pada CT-scan.
Berdasarkan lokasi tumor dapat terlihat adanya sumbatan pada
saluran empedu intra atau ekstrahepatik. Atrofi pada lobus hepar juga
dapat diamati. Lesi yang terlihat pada CT-scan kurang lebih 1 cm atau
bisa lebih besar. Infiltrasi tumor biasanya terlihat sebagai isodens
sampai hiperdens, sedangkan tumor ekspansif terlihat hipodens.
Kelenjar getah bening di porta hepatis, omentum dan ligamentum
hepatoduodenal juga sering terpengaruh.

29
F. KISTA SALURAN EMPEDU
Kista saluran empedu merupakan keadaan anomali kongenital
yang menyebabkan dilatasi fokal pada kandung empedu. Lokasi kista
ini biasanya terletak di supraduodenal dan dinding mengalami
penebalan fibrosa. Kista saluran empedu biasanya ditemukan pada masa
kanak-kanak dan remaja.

Gambar 29. Choledocal cyst

Temuan pada CT-scan berupa kista berdinding tebal yang terlihat


sangat jelas setelah pemberian media kontras intravena. Kista ini bisa
membesar sampai 10 cm.

G. CAROLI’S DISEASE
Caroli’s disease merupakan kelainan kongenital saluran empedu
intrahepatik yang diikuti oleh transformasi kistik pada ginjal (medullary
sponge kidney). Beberapa saculus yang berdilatasi pada saluran empedu
biasanya ditunjukkan sebagai batas yang jelas, polisiklik atau fusiform
yang mempunyai gambaran hipodens.

30
Gambar 30. Dilatation of the bile ducts extends into the periphery of the liver

Gambar 31. Abscess formation and dilatation of saccular areas

Gambar 32. Central dot sign in Caroli’s Disease

Bila perubahan ginjal kistik terdeteksi pada anak-anak atau pasien


remaja dengan sirosis dan hipertensi portal, kemungkinan Caroli’s
disease harus dipertimbangkan.

31
BAB III
KESIMPULAN

Computed Tomography (CT) Scan merupakan prosedur pencitraan


diagnostik non-invasif yang menggunakan kombinasi antara sinar X dan teknologi
komputer untuk menghasilkan suatu gambar irisan tubuh. CT-Scan dapat
memberikan informasi lebih rinci mengenai kondisi organ di dalam tubuh
dibandingkan dengan foto X-ray konvensional.
Pemeriksaan CT-Scan sangat bermanfaat dalam mendiagnosis kelainan
yang ada di pankreas dan kandung empedu karena dapat mendeteksi adanya
obstruksi, tumor, kista maupun sebuah keganasan sehingga dapat memberikan
diagnosis yang tepat dan akurat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Avunduk, C., 2002. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and therapy. Edisi 3.


USA: McGraw-Hill Companies.
Barrett, E. K., 2005. Lange Gastrointestinal Physiology Series. USA: McGraw-
Hill Companies.
Guyton, A. C., Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology 11th ed.
Philadelphia: Elsevier Sauders.
Kumar, M. 2015. Pancreatic Adenocarcinoma Imaging. Available:
http://emedicine.medscape.com/article/370909-overview (Diakses pada
tanggal 20 Agustus 2017)
Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Mescher, A. L., 2010. Junquiera’s Basic Histology Text & Atlas 12 th ed. New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Moeller, T.B., 1994. Pocket Atlas of Sectional Anatomy; Computed Tomography
and Magnetic Resonance Imaging Volume II. Third Edition. New York:
Thieme
Otto H. Wegener, 1993. Whole Body Computed Tomography. Second Edition.
USA: Black Well Scientific Publication
Paulsen, F., Waschke J. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid 1, Edisi 23.
Jakarta: EGC
Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Radiologi Diagnostik. Edisi 7. 2001. Balai
Penerbit FKUI
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia; dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Suresh T. Chari, 2009. Detecting Early Pancreatic Cancer- Problems and
Prospects. Rochester: Division of Gastroenterology and Hepatology,
Department of Internal Medicine, Mayo Clinic College of Medicine
Welling, T.H. dan Simeone, D.M. 2009. Gallbladder and Biliary Tract: Anatomy
and Structural Anomalies. Dalam: Tadataka Yamada, Ed. Textbook of
Gastroenterology. Edisi ke-5. USA: Wiley-Blackwell. 1940-1942.

33

Anda mungkin juga menyukai