Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN ANESTESIOLOGI, MANAJEMEN NYERI DAN PERAWATAN

INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
Laporan Kasus
Januari 2020

CAUDAL ANESTESI PADA BIOPSI EKSISI SOFT TISUE TUMOR REGIO


PLANTAR PEDIS SINISTRA

Oleh :
I Gede Anugrah Adiatmika
K1A1 13 022

Pembimbing :
dr. Tamsil Bachrun, M.Kes., Sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BIDANG STUDI ILMU ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : I Gede Anugrah Adiatmika, S.Ked.

NIM : K1A1 13 022

Program Studi : Profesi Dokter

Fakultas : Kedokteran

Laporan Kasus : Caudal Anestesi Pada Biopsi Eksisi Soft Tisue Tumor Regio
Plantar Pedis Sinistra

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Anestiologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Januari 2020


Mengetahui,
Pembimbing

dr.Tamsil Bachrun, M.Kes Sp.An

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulisan Laporan Kasus yang
berjudul Caudal Anestesi Pada Biopsi Eksisi Soft Tisue Tumor Regio Plantar
Pedis Sinistra dapat dirampungkan dengan baik. Penulisan laporan ini disusun
untuk melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Anestesiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo. Melalui kesempatan ini secara khusus penulis
persembahkan ucapan terima kasih dr. Tamsil Bachrun, M.Kes, Sp.An sebagai
pembimbing laporan kasus saya. Dengan segala kerendahan hati penulis sadar
bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan tugas ini. Semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, Januari 2020

I Gede Anugrah Aiatmika, S.Ked

3
Caudal Anestesi Pada Biopsi Eksisi Soft Tisue Tumor Regio Plantar Pedis
Sinistra
I Gede Anugrah Adiatmika, Tamsil Bachrun

BAB I
PENDAHULUAN

Anestesi kaudal adalah teknik anestesi regional yang paling banyak

digunakan pada anak-anak, meskipun teknik ini mungkin menurun karena

tumbuhnya teknik epidural lumbar dan toraks. Meskipun penggunaannya

pertama kali dijelaskan pada tahun 1933, anestesi kaudal memperoleh

popularitas tidak sampai diawal tahun 1960. Perbaikan pada bahan kateter dan

ketersediaan jarum dan kateter berdiameter kecil mengakibatkan peningkatan

minat pada teknik ini untuk anak-anak.1 Blokade kaudal adalah teknik yang

mudah dan sangat efektif, terutama pada pasien anak, dengan daerah operasi di

bawah umbilikus.

Teknik blokade kaudal ini secara teknis cukup sederhana, aman serta dapat

diandalkan, dan juga memberikan efek analgesia yang efektif untuk

pembedahan di bawah umbilikus. Blokade kaudal mempunyai beberapa

keuntungan apabila dikombinasikan dengan teknik anestesi umum, antara lain

ialah kebutuhan zat anestesi volatil yang lebih rendah, pemulihan yang cepat

dan nyaman, serta analgesia yang memuaskan.2

Teknik blokade kaudal dengan suntikan tunggal merupakan teknik

anestesia regional yang digunakan secara luas untuk penatalaksanaan nyeri

intra dan juga pascaoperasi pada operasi abdominal bawah, inguinal, serta

4
penoskrotal pada pasien pediatrik.2 Pendekatan anestesi caudal kontinyu mirip

dengan caudal injeksi tunggal, namun dengan menggunakan kateter epidural.3

5
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 3 tahun
Tanggal Lahir : 29 April 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kelurahan Wanggudu, Konawe Utara
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 16 Januari 2020
RM : 1 07 11 50
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Benjolan pada telapak kaki kiri
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli bedah onkologi diantar oleh orang tuanya

dengan keluhan terdapat benjolan di telapak kaki kiri pasien yang

dirasakan sejak lahir, benjolan semakin lama semakin membesar, benjolan

tidak disertai dengan nyeri, tidak gatal, tidak ada riwayat trauma maupun

alergi, riwayat menderita asma tidak ada, riwayat pengobatan sebelumnya

tidak ada. Tidak ada riwayat penyakit jantung

3. Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama sebelumnya

disangkal, riwayat penyakit perdarahan yang sukar berhenti pada keluarga

disangkal.

6
C. PEMERIKSAAN FISIK
KeadaanUmum
Sakit Sedang, Compos mentis
Tanda Vital
TD Nadi Pernafasan Suhu
90/60 mmHg 90x/Menit 24 x/Menit 36,60C/Axillar
(regular, kuat
angkat)

Status Generalis
Kulit Berwarna sawo matang,
Kepala Normocepal
Rambut Berwarna hitam, tidak mudah tercabut.
Mata Konjungtiva anemis (-), skleraikterik (-), Exopthalmus (-/-),
edema palpebra -/-, Gerakan bola mata dalam batas normal,
kornea refleks (+) pupil refleks (+)
Hidung Epitaksis (-) rinorhea (-)
Telinga Otorrhea (-) nyeri tekan mastoid (-)
Mulut Bibir pucat (-) bibir kering (-) perdarahan gusi (-)
Leher Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
(-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dalam batas normal
Perkusi
Sonor kiri = kanan
Auskultasi
Bunyi nafas vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

7
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternal dextra, batas
jantung kiri ICS V linea mid clavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II normal, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi
Peristaltikusus (+) kesan normal
Palpasi
Nyeri tekan (-), Pembesaran lien (-) Pembesaran hepar (-)
Ballotemen ginjal (-)
Perkusi
Tympani (+)
Ekstremitas Inspeksi
-peteki -/-, edema -/-, deformitas -/-
-ekstremitas atas dalam batas normal, edema (-) CRT<2
detik
-ekstremitas bawah terdapat benjolan berbentuk bulat
berukuran 4x4cm,berbatas tegas, konsistensi keras, sukar
digerakkan

8
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Kimia Darah dab Elektrolit (16-01-2020)
Parameter Nilai Rujukan Satuan
GDS 124 <180 mg/dL
Creatinin - 0,7-1,2 mg/dL
Ureum - 19-44 mg/dL
DarahRutin
Parameter 16/01/2020 Rujukan Satuan
WBC 14,8 4.00-10.00 103/uL
RBC 4,22 3.50-5.50 106/uL
HGB 11,2 12.0-16.0 g/Dl
HCT 31,9 36.0-48.0 %
MCV 75,7 80.0-97.0 fL
MCH 26,5 26.5-33.5 Pg
MCHC 35,1 31,5-35.0 g/dL
PLT 286 150-400 103/uL

9
E. RESUME
 Pasien datang ke poli bedah onkologi dengan keluhan terdapat benjolan di
telapak kaki kiri pasien yang dirasakan sejak lahir, benjolan semakin lama
semakin membesar, benjolan tidak disertai dengan nyeri, tidak gatal
 Tidak ada riwayat trauma maupun alergi, riwayat menderita asma tidak
ada, riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada. Tidak ada riwayat penyakit
jantung
 Pemeriksaan penunjang laboratorium yang bermakna tanggal 16/01/2020
yaitu WBC 14,8 103/uL, HB 11,2 g/Dl, PLT 286 103/uL
F. Diagnosa
Diagnosa Pre Operasi : Soft tisue tumor regio plantar pedis sinistra
Diagnosa Post Operasi :Biopsi eksisi Soft tisue tumor regio plantar pedis
sinistra
G. Perencanaan
Dilakukan caudal anestesi dan general anestesi facemask pada pasien
Persiapan : Puasa 8 jam pre op
IVFD RL 18tpm

ASA II
Teknik Anestesi : Blok regional (caudal anestesi)
Block caudal dengan levobupivacaine 0.25% dalam 7 ml diencerkan
dengan lidocaine 2% sebanyak 2 Ampul menjadi 7 cc.
Pemeliharaan : O2 4 l/m
Monitoring ABCD
Pasca Anestesi
a. Aldrete Score
Sirkulasi : TD menyimpang <20 mmHg dari normal
Oksigenasi : SpO2 >92% dengan udara bebas (2)
Respirasi : Nafas dalam/batuk (2)
Kesadaran : Sadar penuh (2)
Aktivitas : Gerakan 2 ekstremitas (1)

10
b. Instruksi Pasca operasi :
Posisi : Supine, kepala ekstensi
Infus : RL 1000 ml/24 jam (14 tpm)
Pengawasan : Tekanan darah, nadi, respirasi
Analgetik : Metamizole 200mg/8jam iv
Diet : Biasa
Lain-lain : Awasi perdarahan

H. Persiapan Anestesi
1) Persiapan pasien
- Pasien puasa sejak pukul 05.00 WITA – 16.00 WITA
- Pemasangan infus pada tangan kanan dengan cairan Ringer Laktat
2) Persiapan alat
- Stetoskop
- Tensimeter
- Meja operasi dan perangkat operasi
- Mesin anastesi dan perangkat anastesi umum
- Abocath No. 20, infus set
- Spoit
- Suction set
3) Obat-obat yang digunakan
 Medikasi :
- Injeksi levobupivacaine 0,25% sejumlah 7ml

4) Urutan Pelaksanaan Anestesi


 Sebelum anestesi regional
- Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi kepala ditekuk dan
lutut dirapatkan menekuk menyentuh dada
- Infus RL terpasang di lengan kiri
- Pengukuran tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas

11
 Saat anestesi
- Injeksikan levobupivacaine 0.25% sejumlah 7 ml sebagai anestesi
regional
- O2 4 lpm
 Setelah Anestesi
- Metamizole 200mg/8jam iv
- Pasien dipindahkan keruang RR

12
BAB III
ANALISIS KASUS

Pasien datang ke poli bedah onkologi dengan keluhan terdapat benjolan di

telapak kaki kiri pasien yang dirasakan sejak lahir, benjolan semakin lama

semakin membesar, benjolan tidak disertai dengan nyeri, tidak gatal Tidak ada

riwayat trauma maupun alergi, riwayat menderita asma tidak ada, riwayat

pengobatan sebelumnya tidak ada. Tidak ada riwayat penyakit jantung, pasien

didiagnosis sebagai soft tisue tumor regio plantar pedis sinistra, dan pasien

direncanakan untuk dilakukan operasi biopsi eksisi tumor dengan teknik General

Anestesi Face Mask dan block caudal.

A. Definisi

Teknik blokade kaudal dengan suntikan tunggal merupakan teknik anestesia

regional yang digunakan secara luas untuk penatalaksanaan nyeri intra dan juga

pasca operasi pada operasi abdominal bawah, inguinal, serta penoskrotal pada

pasien pediatrik.2 Pendekatan anestesi caudal kontinyu mirip dengan caudal

injeksi tunggal, namun dengan menggunakan kateter epidural.3

Pada pasien dilakukan teknik caudal anestesi bertujuan untuk selain

penatalaksanaan nyeri intra oprasi, teknik caudal ditujukan untuk

penatalaksanaan nyeri post operasi agar pasien menjadi lebih koperatif setelah

menjalani operasi dan saat pemulihan di ruang perawatan. Anestesi epidural

caudal adalah injeksi obat di ruang epidural melalui hiatus sacralis. Teknik ini

berguna bila memerlukan anestesi dermatom lumbar dan sacral. 3

13
Pada kasus, pasien akan menjalani operasi di daerah tungkai bawah,

tepatnya daerah plantar pedis sinistra, sehingga anestesi dengan teknik blok

caudal bisa menjadi suatu pilihan karena masih termasuk daerah dermatom

lumbar dan sacral.

B. Anatomi

Sakrum merupakan tulang yang berbentuk segitiga yang dibentuk oleh fusi

dari vertebra sakralis (S1-S5). Sakrum pada bayi dan anak-anak lebih datar

dibandingkan dengan orang dewasa (Gambar 1).4 Biasanya, ada celah berbentuk

U terbalik di Kanalis sakral dinding posterior disebut sakral hiatus, hiatus

sakralis merupakan defek pada bagian bawah dinding posterior tulang sakrum

akibat kegagalan fusi dari lamina vertebra sakralis 4 dan 5 dibagian tengah

(Gambar 2).5 Pada orang dewasa hiatus sacral terletak di dekat natal cleft yang di

mana pada bayi letaknya jauh lebih tinggi. Pada neonatus biasanya ditengah

sakrum.4

Gambar 1. Perbedaan anatomi sakrum pada dewasa dan anak

14
Gambar 2. Aspek posterior sakrum dan sakral hiatus

Gambar 3.

Adanya perbedaan anatomi yang signifikan dibandingkan dengan orang

dewasa, yang harus menjadi pertimbangan saat menggunakan anestesi regional

pada anak-anak. Sebagai contoh, pada neonatus dan bayi, conus medullaris

terletak lebih rendah pada column spinal (kira-kira pada vertebra L3)

dibandingkan dengan orang dewasa di mana kira-kira terletak di vertebra L1.

15
Ketidak samaan ini merupakan hasil dari tingkat pertumbuhan yang berbeda

antara spinal cord dan colum tulang vertebra pada bayi. Namun, pada usia 1

tahun conus medullaris mencapai tingkat yang sama di L1 seperti pada orang

dewasa.

Gambar 4. Gambaran anatomi sacrum pada pasien

Sakrum pada pasien juga lebih sempit dan datar dibandingkan padaorang

dewasa. Saat lahir, sakrum, yang dibentuk oleh lima vertebra sakral, tidak

sepenuhnya ossified dan terus tumbuh sampai kira-kira 8 tahun. Caudal dalam

ruang epidural dapat diakses dengan mudah pada bayi dan anak-anak melalui

hiatus sakral. Karena pengembangan yang terus menerus dari atap kanal sakral,

maka terdapat banyak variasi pada hiatus sakral. Pada anak-anak, hiatus

sakralis terletak lebih cephalad dibandingkan orang dewasa. Oleh karena itu,

hati-hati bila menempatkan caudal blok pada bayi, karena dura mungkin

berakhir lebih caudal sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya penusukan

pada dural.3

Jaringan lemak epidural pada anak anak kurang padat dibandingkan orang

dewasa. Dengan kurangnnya lemak di ruang epidural hal ini membuat ruang

16
epidural menjadi lebih longgar sehingga tidak hanya dapat memfasilitasi

penyebaran anesthestic lokal, tetapi juga memudahkan majunya kateter epidural

dari ruang caudal epidural ke tingkat lumbal dan torakal.3

C. Indikasi Kaudal Anestesi pada Pasien

Indikasi untuk suntikan anestesi kaudal tunggal adalah abdominal,

prosedur bedah urologis atau ortopedi terletakdi perut sub-umbilikalis, pelvis

dan daerah genital, atau anggota tubuh bagian bawah. Contoh operasi termasuk

herniorrhaphy inguinal atau umbilical, orchiopexy, hipospadia dan operasi club

foot. Indikasi pada pasien ini adalah pembedahan daerah plantar pedis.

Ketika anestesi kaudal dilakukan, penggunaan untuk analgesia sistemik

yang ringan sampai menengah harus diantisipasi untuk mencegah timbulnya

kembali rasa sakit di akhir blok kaudal, pada pasien diberikan analgetik

Metamizol. Insersi kateter dapat memperpanjang indikasi prosedur bedah yang

berlokasi di abdomen bagian atas atau daerah toraks, dan untuk mereka yang

membutuhkan analgesia yang efektif dalam waktu yang lama, namun hal ini

tidak dilakukan pada pasien5

D. Kontraindikasi Anestesi kaudal pada Pasien

Kontraindikasi untuk anestesi regional yaitu seperti gangguan koagulasi,

infeksi lokal atau umum, gangguan neurologis progresif dan pasien atau orang

tua pasien yang menolak dilakukannya anestesi kaudal. Selain itu, anomali kulit

(angioma, naevus) yang dekat dengantitik tusukan memerlukan pemeriksaan

radiologis (USG, CT atau MRI), untuk mengetahui adanya malformasi tulang

belakang yang mendasarinya seperti tertambatnya tulang. Mongolia spot bukan

17
merupakan kontraindikasi anestesi kaudal.5 Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik

pada pasien, tidak ditemukan kontra indikasi untuk menggunakan teknik anestesi

kaudal.

E. Teknik Anestsei Kaudal pada Pasien

a. Persiapan

Dapatkan persetujuan untuk prosedur baik dari pasien atau dari

orang tua. Sebelum melakukan anestesi caudal, pasien harus dimonitor

saturasi, ECG, tensi, (Gambar 5) dan harus ada akes intravena perifer yang

terpasang dan berjalan lancar.3

Gambar 5. Monitor saturasi, EKG, tekanan darah

Setelah induksi anestesi umum dan kontrol jalan nafas, pasien

diposisikan secara lateral (atau ventral), dengan pinggul fleksikan ke 90 °

(Gambar 5). Posisi kepala harus dipastikan supaya jalan napas tetap bebas

(Gambar 6).

18
Gambar 6. Induksi anestesi umum dan kontrol jalan napas

Harusnya disinfeksi kulit dilakukan dengan hati-hati, karena

kedekatannya dengan anus. Tehnik aseptik harus dipertahankan.5

Untuk ukuran anak, diameter dan panjang jarum adalah masing-

masing antara 21G dan 25G, dan 25mm dan 40mm. Pendekbevel

meningkatkan perasaan penetrasi ligamen sacrococcygeal dan mengurangi

risiko tusukan pembuluh darah atau perforasi sakral, dan (Secara teori)

risiko pencangkokan sel kulit epidural. Jika stilet jarum tidak tersedia,

lubang kulit dapat dibuat dengan jarum yang berbeda sebelum tusukan

dengan jarum caudal, sedangkan pada kasus penusukan hanya

menggunakan jarum spoit 10cc

1. Tusukan

Identifikasi bony landmark untuk blok epidural kaudal dengan

mengidentifikasi tulang ekor dan terus meraba pada garis tengah ke arah

kranial. Kornu sakralis dapat dirasakan di kedua sisi dari garis tengah yang

terpisah kira-kira satu centimeter.

19
Hiatus sakralis dirasakan sebagai cekungan antara dua tulang

prominen dari kornu sakralis.6 Setelah mengidentifikasi bony landmarks

(Gambar 7), Jarum berorientasi 60 ° sehubungan dengan bidang belakang,

90 ° ke permukaan kulit. Jarum bevel berorientasi ventral, atau sejajar

dengan ligamen sakro-coccygeal. Jarak antara kulit dan ligamen sakro-

coccygeal adalah antara 5 dan 15 mm, tergantung pada ukuran anak.

Sacrococcygeal ligamentum memberikan 'pop' yang jelas ketika dilintasi.

Setelah melintasi ligamentum sakro-coccygeal, jarum dialihkan 30 ° ke

permukaan kulit, dan kemudian maju beberapa milimeter ke sakral kanal.

Jika bersentuhan dengan dinding ventral tulang di kanalis sakral, jarum

harus mundur sedikit (gambar 8, 9).5

Saat jarum sudah berada di dalam ruang epidural, untuk

menghindari komplikasi terjadi dural puncture dilakukan aspirasi selama

10-15 detik. Meskipun saat aspirasi tidak terdapat darah maupun cairan

spinal hal ini belum dapat memastikan posisi sudah benar, karena

pembuluh darah epidural mudah kolaps. Setelah aspirasi negatif, kanul

plastik dimasukkan sampai maksimal, jarum ditarik keluar, kateter

epidural dimasukkan sedalam target level yang akan dilakukan operasi.

Dibandingkan orang dewasa, memasukkan kateter epidural pada pediatric

lebih mudah, karena jaringan lebih tipis.3

20
Gambar 7. Bony Landmark dan teknik penusukan 90 ° dan 30 ° ke
permukaan kulit

Gambar 8. Tusukan - orientasi jarum dan reorientasi setelahmelintasi


ligamentum sakro-coccygeal

21
Gambar 9. Orientasi jarum selama tusukan

Di tangan terampil, tingkat keberhasilan anestesi kaudal adalah

sekitar 95%, namun berbagai kesalahan penusukan jarum dapat terjadi

(Gambar 10 dan 11). Sayatan bedah adalah uji tes untuk keberhasilan blok

anestesi kaudal, tetapi berbagai tekniktelah disarankan untuk membuktikan

keberhasilan tusukan, sepertiauskultasi tempat injeksi (‘uji swoosh’), atau

mencari kontraksi anal sfingter sebagai respons terhadap stimulasi saraf

listrik pada jarum tusukan.Tidak ada manfaat yang jelas dari teknik ini.5

22
Gambar 10. Salah penempatan jarum

Gambar 11. Salah penempatan jarum

Saat ini, penggunaan blokade kaudal dengan fluoroscopy dan

kontras dinilai sebagai gold standard. Namun, penggunaan rutin teknik ini

terhalang berbagai pertimbangan seperti paparan radiasi, biaya, dan

kebutuhan akan lokasi khusus. Saat dibanding dengan fluoroscopy,

ultrasonografi memiliki keuntungan yaitu lebih mudah untuk dipelajari,

23
bebas dari radiasi sehingga lebih memungkinkan untuk dilakukan pada

berbagai kondisi, kejadian kebocoran vaskular yang lebih rendah, dan

tingkat keberhasilan tindakan yang lebih tinggi. Hal-hal tersebut

menjadikan ultrasonografi lebih cepat dan lebih mudah digunakan untuk

tindakan anestesi kaudal.

Melakukan blokade kaudal dengan blind technique memerlukan

pengetahuan anatomi yang baik untuk menentukan landmarks. Teknik ini

dinilai cepat dan mudah untuk dilakukan, namun kelemahan teknik ini

dapat terjadi komplikasi serius berupa kerusakan saraf oleh tusukan

langsung. Oleh sebab itu, teknik yang paling baik adalah menggunakan

alat bantu untuk mengurangi komplikasi tersebut.2

Penggunaan USG telah disarankan untuk membantu menemukan

lokasi hiatus sakro-coccygeal dan memvisualisasikan serum isotonik atau

injeksi agent lokal ke dalam ruang sakral epidural (Gambar 11 dan 12).5

Gambar 11.

24
Gmbar 12.

Gambar 13. Ilustrasi anatomi dari Kanal sakral dan pandangan USG longitudinal
dari Kanal sakral7

25
Gmbar 14. Ilustrasi anatomi yang menunjukkan Point of Needle untuk anestesi
epidural kaudal.7

F. Agent anestesi lokal

Pemberian obat anestesi lokal melalui rute kaudal dapat dilakukan sesaat

setelah induksi anestesi umum dan atau setelah operasi selesai sebelum anestesi

umum dihentikan. Blokade kaudal suntikan tunggal sebelum operasi

memberikan durasi analgesia pasca operasi yang singkat sehingga pada operasi

yang lama dibutuhkan blokade kaudal yang kedua pada saat sebelum pasien

dibangunkan pada akhir pembedahan, atau diberikan melalui kateter kontinu.

Pada blokade kaudal digunakan obat anestesi lokal yang dapat diberikan

dengan atau pun tanpa penambahan obat lain yang bertujuan meningkatkan

efektivitasnya.2

Obat anestesi lokal dapat diberikan Bupivakain 0,125-0,25% dengan dosis

0,5-1,0 ml/kg berat badan dengan atau tanpa epinefrin dapat diberikan,

sedangkan pada pasien dosis bupivakain yang diberikan adalah bupivakain

0,25% 0,5 ml/kg berat badan diencerkan dengan lidocain 2% dalam 7cc

berdasarkan berat badan pasien yaitu 14 kg.

26
G. Full dose

Volume agent lokal yang disuntikkan secara kaudal menentukan

penyebaran blok dan ini harus disesuaikan dengan prosedur bedah (Gambar

17).Volume yang disuntikkan tidak boleh melebihi 1,25 ml.kg atau 20 hingga

25ml, untuk menghindari tekanan cairan serebrospinal yang berlebihan.5

Gambar 17. Penyebaran blok sebagai fungsi dari injeksi anestesi lokal

Anestesia neuraksial pada pasien pediatrik seringkali memakai anestetik

lokal bupivakain. Perkiraan jumlah serta penyebaran anestetik lokal memiliki

korelasi yang lebih baik dengan berat badan dibandingkan dengan usia pasien.

Blokade kaudal mempergunakan bupivakain memberikan efek analgesia

selama 2 hingga 4 jam pascabedah.

Bupivakain adalah anestetik lokal golongan amida yang memiliki masa

kerja panjang. Obatini digunakan rutin pada blokade kaudal padapasien anak

karena masa kerja yang panjang dan rasio antara blokade sensorik dan

motorikyang cukup menguntungkan. Dosis maksimal bupivakain yang aman

adalah 2,5–4 mg/kgBB. Pemberian obat tunggal untuk blokade kaudal

27
memakai dosis yang tinggi dapat memberikananalgesi yang lebih memuaskan,

namun dapat menimbulkan efek samping seperti hipotensi dan depresi

pernapasan. Untuk mengatasi hal ini, kombinasi dua jenis obat dengan dosis

yang lebih rendah dapat memberikan hasil lebih baik yaitu memperpanjang

masa kerja dengan efek samping obat lebih rendah. Konsentrasi optimal obat

bupivakain untuk anestesi kaudal adalah 0,125–0,175% yang akan memberikan

durasi hampir sama bila dibandingkan dengan bupivakain 0,25%, namun

menimbulkan efek blokade motorik lebih rendah.

Pada penelitian yang menggunakan larutan bupivakain 0,125% dan

epinefrin 1:200.000 volume 0,5 mL/kgBB menunjukkan efektivitas sama

dengan pemberian volume 1 mL/kgBB. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa durasi analgesi, skor penilaian nyeri, serta kebutuhan opioid saat

pascaoperasi penoskrotal ternyata mempunyai efektivitas sama baik.

Penggunaan bupivakain 0,75 mL/kgBB 0,125%, tidak lebih efektif apabila

dibandingkan dengan volume 0,5 mL/kgBB.

Berbagai upaya untuk meningkatkan durasi analgesi pada anestesi kaudal

injeksi tunggal dilakukan dengan penambahan obat lain pada anestetik lokal.

Obat tambahan yang dapat digunakan adalah opioid, epinefrin, tramadol,

midazolam, neostigmin, ketamin, dan klonidin yang memiliki efek samping

berbeda.

Pada substansia gelatinosa di kornu medula spinalis terdapat reseptor opiat

dengan jumlah yang cukup banyak. Penyuntikan obat golongan opioid melalui

ruang epidural memungkinkan ikatan yang kompetitif pada reseptor-reseptor

28
tersebut, sehingga menghasilkan efek analgesi dan juga dapat mengurangi efek

samping yang sering disebabkan oleh pemberian obat melalui intravena.

Namun, potensi untuk terjadi efek samping harus tetap diperhitungkan

terutama depresi pernapasan yang sering timbul akibat pemberian opioid.8

H. Komplikasi

Banyak resiko yang terjadi pada epidural atau blok kaudal. Dari suatu

audit prospektif tentang komplikasi epidural yang dilakukan oleh Association

of Paediatric Anesthetists di Inggris dan Irlandia, yaitu sebanyak 10.633

epidural kontinyu yang diamati sampai lebih dari 5 tahun. Komplikasi serius

hanya terjadi pada 5 kasus dan hanya 1 yang mengalami gejala sisa lebih dari

12 bulan, yaitu cauda equina syndrome. Komplikasi lain dari epidural yang

dilaporkan adalah injeksi intratekal yang mengakibatkan blok spinal (terjadi

pada 2 pasien), malposisi kateter epidural, mual muntah, retensi urin dan

komplikasi terkait dengan obat yang digunakan, salah satunya adalah opioid

dan efek depresi pada sistem respirasi. Komplikasi pruritus, mual dan muntah,

retensi urin dapat terjadi pada 30% pasien.2

29
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Persiapan tindakan operasi sangat penting untuk menentukan pasien layak

untuk dilakukan tindakan anestesi atau tidak. Persiapan meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini pasien didiagnosis

dengan Soft tisue tumor regio plantar pedis sinistra yang dilakukan biopsi eksisi

dimana perlu dilakukan pemeriksaan secara cermat dan penanganan yang tepat.

Indikasi untuk suntikan anestesi kaudal tunggal adalah abdominal,

prosedur bedah urologis atau ortopedi terletak di perut sub-umbilikalis, pelvis dan

daerah genital, atau anggota tubuh bagian bawah seperti pada regio plantarpedis

pada kasus. Teknik anestesi blok caudal pada kasus ini juga ditujukan untuk

mengurangi rasa nyeri beberapa saat setelah prosedur operasi.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Rehatta, N.M, Hanindito E, dkk 2019. Anestesiologi dan Terapi Intensif,

Buku Teks KATI-PERDATIN, PT Gramedia, Jakarta.

2. Harsono, H., Tavianto D., dan Sumarwan. 2018. Gambaran Penggunaan,

Obat, Teknik, dan Permasalahan yang Dihadapi pada Blokade Kaudal di

Kota Bandung Tahun 2016. Jurnal Anestesi Perioperatif 2018;6(3): 200–6

3. Wiranto, E., Sunarso, S., Sumartono, C. 2016. Kaudal Epidural Kontinyu

Pada Pasien Pediatri yang Menjalani Pembedahan Abdomen dan

Rectum.Jurnal Anestesiologi Indonesia.

4. Pawar, D. 2004. Regional Anesthesia in Pediatric Patients. Indian J.

Anaesth. 2004; 48 (5) : 394-3

5. Raux, O., Dadure, C. Carr, J. 2010. paediatric caudal anaesthesia.

Departement Anesthesia ReanimationCentre Hospitalo-Universitaire

LapeyronieMontpellierFranceCHU Montpellier

6. Ahmad, R. 2016. Prinsip Dasar Anesteti Pediatrik. Departemen

Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin

7. Najman, IS., Frederico, TN., Segurado, AV. 2011. Ccaudal epidural

Anesthesia: An Anesthetic technique exclusive for Pediatric Use? is it

Possible to Use it in Adults? what is the Role of the Ultrasound in this

context?. Rev Bras Anestesiol 2011; 61: 1: 95-109.

31
8. Alam, J., Oktalianzah, E., Elfira, Cindy. 2013. Perbandingan Penambahan

Neostigmin 2 mg/kgBB dengan Fentanil1µg/kgBB dalam Bupivakain

0,125% sebagai Anestesi Kaudal terhadap Lama Analgesia. Jurnal

32

Anda mungkin juga menyukai