Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

G2P1A0 GRAVIDA 31-32 MINGGU DENGAN ECLAMPSIA

Pembimbing :

dr. Futiha Arabia, Sp. OG

Disusun Oleh :

Khaerunnisa Gusti Auliana (2015730070)

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSIAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2019
I. STATUS PASIEN

Identitas Pasien
No CM : 61.95.34
Nama : Ny. O
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Alamat : Cibogo 01/02 Desa Wargasari Kecamatan
Kadupandak, Kabupaten Cianjur
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SD
Tanggal Masuk RS : 31-07-2019 pukul 13.50 WIB
Cara Masuk RS : Diantar/dirujuk dari Puskesmas Kadupandak
Identitas Suami Pasien
Nama Suami : Humaeni
Usia Suami : 29 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Cibogo 01/02 Desa Wargasari Kecamatan
Kadupandak, Kabupaten Cianjur
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD

2
II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Sayang dengan keluhan
kejang. Kejang dirasakan 2x sebelum masuk RS yaitu pada jam 10.30
dan saat di perjalan ke RS.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku hamil 8 bulan, perut terasa mulas, pandangan tidak
jelas, pusing dan nyeri ulu hati yang dirasakan sehari sebelum masuk
RS, kemudian pasien datang ke bidan dan diberi obat penambah
darah. Saat itu tekanan darah pasien belum tinggi.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit
jantung (-), Riwayat operasi kandungan (-), pada kehamilan
sebelumnya tidak ada masalah
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit
jantung (-)
 Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien meminum obat penambah darah
 Riwayat Alergi
Tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan
 Riwayat Pernikahan
Saat ini merupakan pernikahan yang pertama, dan pasien sudah
menikah sekitar 6 tahun
 Riwayat Menstruasi
Menarke : 13 tahun
HPHT : 10 Januari 2019
Siklus : Teratur
Durasi : 7 hari

3
 Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengkonsumsi pil KB selama kurang lebih 5 tahun
 Riwayat Persalinan

No. Tanggal Tempat Umur Jenis penolong Penyulit Anak


Persalinan partus kehamilan persalinan
1. Tahun 2014 RSUD 9 Bulan Normal Bidan Tidak BB: 2500
Sayang ada gr
Cianjur PB:
Anak
hidup

III. STATUS GENERALIS


 Pemeriksaan Umum
o Keadaan umum : Tampak sakit sedang
o Tanda Vital
- Tekanan darah : 170/110 mmHg
- Suhu : 36 oC
- Pernapasan : 21 kali/menit
- Nadi : 81 kali/menit
o Status Gizi
- BB : 63 kg
- TB : 154 cm
 Pemeriksaan Fisik Generalis
o Kepala : Normocephal
o Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), Refleks Pupil
(+/+)
o Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran Tiroid (-/-)
o Thorax : Normochest, Gerak Simetris
o Payudara : Simetris
o Paru-Paru :
- Inspeksi : Dinding dada simetris
- Palpasi : Vocal fremitus simetris

4
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesicular +/+
o Jantung : Bunyi I/II murni, regular
o Abdomen : cembung lunak
o Ekstremitas Atas : Akral hangat (+/+), Edem (-), dan Crt : < 2 detik (+/+)
o Ekstremitas Bawah : Akral hangat (+/+), Edem (-), dan Crt : < 2 detik (+/+)

IV. STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


 Pemeriksaan Luar
TFU : 27 cm
DJJ : 155 kali/menit
HIS : 2 x 10’ 15”
L1 : Terasa bagian bulat dan kenyal (bokong)
L2 : Terasa bagian keras memanjang di sebelah kanan (puka)
L3 : Terasa bagian bulat dan keras (kepala)
L4 : Konvergen
 Pemeriksaan Dalam
v/v Tidak ada Kelainan
Porsio kuncup

5
 Pemeriksaan Laboratorium

Pada tanggal 31-07-19 pukul 14.14

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Haemoglobin 13,4 12-16 g/dl
Hematokrit 39.9 37-47 %
Eritrosit 5.04 4.2-5.4 10^6/µl
Leukosit 15.8 4.8-10.8 10^3/µl
Trombosit 144 150-450 10^3/µl
MCV 79.1 80-94 fL
MCH 26.6 27-31 pg
MCHC 33.6 33-37 %
RDW-SD 43.4 10-15 %
PDW 16.7 2.2-3.2 g/dl
MPV 8 8-12 fL
Differential
Limfosit % 10.8 26-36 %
Monosit % 5.9 4-8 %
Neutrofil % 82.4 40-70 %
Eosinofil % 0.4 1-3 %
Basofil % 0.5 0-0.2 %
Absolut
Limfosit 1.71 1.00-1.43 10^3/µl
Monosit 0.94 0.16-1.0 10^3/µl
Neutrofil 13.00 1.8-7.6 10^3/µl
Eosinofil 0.06 0-0.8 10^3/µl
Basofil 0.08 0-0.2 10^3/µl
URINE
Protein Urin ++ Negatif mg/dl

6
Glukosa Darah
GDS 62 74-106 mg%
Fungsi Hati
AST (SGOT) 94 <31 U/L
ALT (SGPT) 55 <32 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 23.3 10-50 mg%
Kreatinin 0.7 0.5-1.0 mg%
Elektrolit
Natrium (Na) 147 135-148 mEq/L
Kalium (K) 3.43 3.50-5.30 mEq/L
Calcium ion 1.13 1.15-1.29 mmol/L
Hepatitis Marker
HBsAg Non reactive Non reactive index

V. RESUME
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Sayang dengan keluhan kejang.
Kejang dirasakan 2x sebelum masuk RS yaitu pada jam 10.30 dan saat di
perjalan ke RS. Pasien mengaku hamil 8 bulan, perut terasa mulas (+),
pandangan tidak jelas (+), pusing (+) dan nyeri ulu hati (+) yang dirasakan
sehari sebelum masuk RS, kemudian pasien datang ke bidan dan diberi
obat penambah darah. Saat itu tekanan darah pasien belum tinggi. TD
170/110 mmHg, N 81x/mntt, R 21x.mnt, S 36 oC, TFU 27 cm, DJJ
155x/mnt. Pada periksa Dalam v/v Tidak ada kelainan, Porsio kuncup

7
VI. DIAGNOSIS MASUK

DASAR DIAGNOSIS
G2P1A0 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien, pasien
mengaku saat ini merupakan kehamilan yang kedua dan tidak
pernah mengalami keguguran. Anak pertama dalam keadaan
hidup.
Gravida 31- HPHT pasien yaitu tanggal 10 Januari 2019.
32 minggu Rumus taksiran usia kehamilan= Hari pemeriksaan-HPHT
x 4 1/3 dan didapatkan hasil usia kehamilan yaitu 31 minggu 5
hari
Eklampsia Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai hipertensi, udem
dan proteinuria, dan didahului oleh gejala-gejala preeklamsi
berat setelah kehamilan lebih dari 20 minggu. Gejala preeklamsi
berat seperti:
- sakit kepala
- penglihatan kabur
- nyeri di ulu hati
a. Pada pasien : pasien mengalami kejang, pusing, nyeri
ulu hati dan pandangan tidak jelas serta terjadi
peningkatan proteinuria ++
Diagnosis: G2P1A0 Gravida 31-32 minggu dengan eklampsia

VII. RENCANA TINDAKAN


- Observasi TTV
- Pasang infus RL
- MgSO4 40% dalam RL 100 cc selama 15 menit
- Methyldopa 3x1 tab
- Dexamethason 12 mg i.m
- Terminasi kehamilan

8
VIII. WAKTU PERSALINAN
Tanggal : 31-07-19
Waktu : 16.00
Jenis Persalinan : Sectio Caesaria
BB : 2300 gram
PB : 48 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Keterangan : Bayi hidup
IX. DIAGNOSIS AKHIR
P2A0 Post SC dengan eklampsia
X. FOLLOW UP
Tanggal S O A P

01-08-2019 Pasien belum bisa TD: 130/80 P2A0 Post SC - Observasi TTV
BAK secara N: 72x/mnt dengan eklampsia - MgSO4 sampai 24
spontan, nyeri luka R: 26x/mnt jam post partum
post operasi S: 36.2 oC - Asam Mefenamat
2x1 tab
02-08-2019 TD: 160/100 P2A0 Post SC - Observasi TTV
N: 68x/mnt dengan eklampsia - Methyl dopa 3x1
R: 22x/mnt tab
S: 36.5 oC

9
XI. ANALISIS KASUS
1. Kejang
Kejang disebabkan oleh karena keadaan disfungsi endotel atau
rusaknya seluruh struktur endotel. Kerusakan ini akan menyebabkan
agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi sel trombosit ini akan memproduksi
tromboksan (TXA2) yang merupakan vasokonstriktor kuat. Jika
vasokonstriksi terjadi pada pembuluh darah otak maka akan
menyebabkan vasospasme serebri dan iskemia serebre yang dapat
menyebabkan kejang.
2. Peningkatan tekanan darah
Disfungsi endotel akan mempengaruhi fungsi dari sel endotel yang
salah satunya adalah untuk memproduksi prostaglandin/protasiklin.
Ketika endotel rusak akan terjadi gangguan metabolisme
prostaglandin, dimana fungsi prostaglandin adalah sebagai
vasodilator kuat. Selain itu disfungsi endotel juga akan
menyebabkan agregasi trombosit yang memproduksi tromboxan
(TXA2). Dalam keadaan normal, kadar prostaglandin/protasiklin
lebih tinggi tetapi pada keadaan preeclampsia kadar tromboxan
lebih tinggi sehingga terjadi kenaikan tekanan darah akibat
vasokonstriksi.
3. Proteinuria
Proteinuria terjadi akibat kerusakan sel glomerulus yang
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membrane basalis
sehingga terjadinya kebocoran yang mengakibatkan proteinuria.
4. Pandangan kabur atau tidak jelas
Akibat adanya spasme arteri retina dan edema retina sehingga dapat
terjadi gangguan visus.
5. Nyeri ulu hati dan peningkatan kadar enzim hepar
(SGOT/SGPT)
Vasokonstriksi pembuluh darah juga terjadi di hepar sehingga akan
menyebabkan vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila terjadi
perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis
sel hepar dan meningkatkan enzim hepar. Perdarahan ini dapat

10
meluas hingga dibawah kapsula hepar yang disebut subkapsular
hematoma. Subkapsular hematoma ini yang menimbulkan rasa nyeri
di daerah epigastrium (nyeri ulu hati).
6. Penurunan kadar kalium dan calcium
Pada waktu kejang, kadar bikarbonat menurun, yang disebabkan
timbulnya asidosis laktat sebagai akibat kompensasi hilangnya
karbondioksida.

11
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi Eklampsia
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita
hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, udema dan
proteinuria.

Menurut waktu terjadinya eklampsia dikenal beberapa istilah yaitu:

 Eklampsia antepartum, adalah eklampsia yang terjadi sebelum


persalinan
 Eklampsia intrapartum, adalah eklampsia saat persalinan
 Eklampsia postpartum, eklampsia setelah persalinan

Eklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan dengan


multigravida, kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa.

b. Gejala
Eklampsia selalu didahului oleh gejala-gejala preeclampsia berat seperti:
 Sakit kepala
 Penglihatan kabur
 Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
 Proteinuria >5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
 Oliguria, yaitu produksi urin <500 cc/24 jam
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Gangguan visus serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
dan pandangan kabur
 Edema paru dan sianosis
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopenia berat <100.000 sel/mm3
 Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) peningkatan kadar
alanine dan aspartate aminotransferase
 Pertumbuhan janan intrauterine terhambat

12
c. Patofisiologi
 Teori kelainan vascular plasenta
Pada kehamilan normal, uterus dan plasenta mendapat aliran
darah dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus myometrium berupa arteri arkuata
dan bercabang menjadi arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan bercabang menjadi arteri
spiralis. Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas,
terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi
arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehingga matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen
arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan dilatasi
lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vascular dan peningkatan aliran darah pada
daerah utero plasenta, sehingga aliran darah ke janin cukup banyak dan
perfusi meningkat dan pertumbuhan janin baik.
Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya, sehingga lapisan otot arteri spiralis tidak mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis mengalami
vasokonstriksi dan aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah
hipoksia dan iskemia plasenta.
 Teori iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan


menghasilkan oksidan (radikal bebas). Salah satu oksidan yang
dihasilkan akibat dari plasenta hipoksia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksik terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal
hidroksil akan merusak membrane sel yang banyak mengandung asam
lemaktidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain
akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, protein sel
endotel.

13
 Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan kadar peroksida lemak meningkat
dan akan beredar ke seluruh tubuh melalui pebuluh darah sehingga
dapat merusak membrane sel endotel.
 Disfungsi sel endotel

Akibat sel endotel terpapar peroksida lemak, maka terjadi


kerusakan sel endotel dimulai dari membrane sel endotel dan fungsi
endotel menjadi terganggu. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel
mengakibatkan disfungsi sel endotel yang akan menyebabkan:

- Salah satu fungsi endotel adalah untuk memproduksi


prostaglandin, ketika sel endotel rusak maka akan
terjadi penurunan produksi prostaglandin atau prtasiklin
yaitu suatu vasodilator kuat
- Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan untuk menutup tempat-tempat di
lpaisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit akan menghasilkan tromboxan (TXA2) yaitu
suatu vasokonstriktor kuat. Pada preeclampsia kadar
tromboxan lebih tinggi dari kadar prtasiklin sehingga
terjadi vasokonstriksi dan terjadi kenaikan tekanan
darah.
- Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
(glomerular endotheliosis)
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor, yaitu
endothelin. Kadar NO (vasodilator) menurun,
sedangkan endothelin (vasokonstriktor) meningkat.
- Peningkatan faktor koagulasi.
d. Perubahan Sistem dan Organ
 Fungsi Ginjal
Perubahan fungsi ginjal disebabkan karena

14
- Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia
sehingga terjadi oliguria bahkan anuria
- Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan
meningkatnya permeabilitas membrane basalis sehingga
terjadinya kebocoran dan meningkatkan proteinuria
 Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel
endotel kapilar. Edema yang patologi adalah edema yang
nondependent pada muka dan tangan, atau edema generalisata dan
biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
 Hepar
Akibat dari vasospasme pembuluh darah di hepar maka terjadi
nekrosis pada sel hepar sehingga akan meningkatkan enzim hepar.
Adanya obstruksi aliran darah pada hepar akan mengakibatkan distensi
dan mengakibatkan nyeri pada epigastrium dan kuadran kanan atas.
Nyeri epigastrium juga dapat disebabkan karena perdarahan dibawah
kapsula hepar yang disebut subkapsular hematoma.
e. Penatalaksanaan eklampsia
 Stabilisasi fungsi vital dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC)
 Mengatasi dan mencegah kejang
Obat antikejang yang menjadi pilihan pertama adalah magnesium
sulfat (MgSO4). Magnesium sulfat menghambat dan menurunkan
kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuscular. Transmisi neuromuscular membutuhkan
kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium
akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi
(terjadi kompetitis inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium).
Cara pemberian Magnesium Sulfat:
- Loading dose:initial dose
4-6 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10 cc) selama
15 menit
- Maintanance dose

15
Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/6 jam atau
diberikan 4 atau 5 gram intramuscular. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam.

Syarat-syarat pemberian MgSO4 :

- Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi


yaitu kalsium glukonas 10%=1g (10% dalam 10 cc)
diberikan intravena 3 menit
- Refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernapasan >16 x/menit

Bila dengan magnesium sulfat kejang masih sukar diatasi dapat


digunakan Diazepam 5-10 mg bolus i.v.

 Pemberian antihipertensi
1. Hydralazine
- 5-10 mg i.v dosis awal
- 10 mg i.v setelah 15-20 menit dari dosis awal
2. Labetalol
- Dosis awal 10 mg i.v
- Diberikan 20 mg i.v jika tekanan darah tidak turun dalam 10
menit, jika tidak turun setelah pemberian dosis kedua 10
menit diberikan 40 mg i.v
Atau
- Diberikan dosis awal 20-40 mg setiap 10-15 menit dengan
dosis maksimal 220 mg
3. Nifedipine
- Dosis awal 10 mg per oral setelah 20-30 menit 10-20 mg
jika diperlukan

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham et al. Obstetri William. Edisi 25th. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2018
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo Jakarta. 2016
3. Bagian Obstetri &Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
bandung. Obstetri Patologi. Elstar Offset Bandung
4. Cipolla et al. Seizures in Women With Preeclampsia: Mechanism and
Management. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles di akses 4 July 2019
20.48
5. Munro T Philip et al. Management of Eclampsia In The Accident And Emergency
Department. https://emj.bmj.com di akses 4 july 2019 19.57

17

Anda mungkin juga menyukai