I. PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. WA
Usia : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :
Tanggal masuk RS : 19 Agustus 2016
Tanggal periksa : 20 Agustus 2016
No. CM :
B. SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Sesak dan cepat lelah bila beraktifitas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan sesak dan cepat lelah
bila beraktivitas. Lelah disertai sesak hingga megap-megap apabila
beraktivitas walaupun hanya melakukan aktivitas ringan.
Keluhan dirasakan sejak Mei 2012, 4 bulan setelah pasien
melahirkan anak keduanya dengan operasi sectio caesarea atas indikasi
ketuban pecah dini. Dimulai dengan keluhan seluruh tubuh bengkak, awal
terasa mual-mual, nyeri dada. Pasien dirawat di salah satu RS di
Banyumas sekitar 13 hari. Setelah keluar dari Rumah Sakit, kemudian
pasien merasa jalan sedikit ngos-ngosan, sering kebangun ketika malam
hari karena sesak, batuk, ketika tidur minimal menggunakan 2 bantal.
Selain itu pasien mengeluhkan dada sering berdebar-debar. Keluhan tidak
dirasakan pasien setelah melahirkan anak pertamanya sekitar 15 tahun
yang lalu.
3
C. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Compos mentis, GCS = E4M6V5
c. Vital sign
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 72x/menit
4
RR : 24x/menit
Suhu :360C
Status generalis :
Kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-)
Rambut : Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, terdistribusi
merata
Mata : Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor 3 mm
Telinga : Discharge (-/-), deformitas (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir sianosis (-), lidah sianosis (-), atrofi
papil lidah (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran tiroid (-), JVP 5+2 cmH20
Status lokalis :
Pulmo
Inspeksi : Dinding dada sebelah kanan tampak lebih cembung,
retraksi interkostal (-), ketinggalan gerak (-), jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan = hemitoraks kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+), RBH (-/-), RBK (-/-), wheezing
(-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC VI 2 jari lateral linea
midclavicula sinistra, pulsasi epigastrium (-), pulsasi
parasternal (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI 2 jari lateral linea
midclavicula sinistra dan kuat angkat (+)
Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC VI 2 jari lateral LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (+), Murmur (-)
5
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+), tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : Supel, datar, undulasi (-), nyeri tekan (-).
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap (19 Agustus 2016)
Darah lengkap
Jenis pemeriksaan Hasil Keterangan
Hb 12,7 g/dl Nomal
Leukosit 12500 U/L High
Ht 39% Normal
Eritrosit 4,8 10^6/uL Normal
Trombosit 348.000/uL Normal
MCV 81,4fL Normal
MCH 26,5 pg/cell Normal
MCHC 32,6% Normal
RDW 15,2% High
MPV 10,2 fL Normal
Hitung jenis :
Basofil 0,6% Normal
Eosinofil 1,0% Low
Batang 0,4% Low
Segmen 70,2% High
Limfosit 21,1% Low
Monosit 6,7% Normal
6
Kimia klinik :
Total Protein 7,11 g/dL Normal
Albumin 3,88 g/dL Normal
Globulin 3.23 g/dL High
Ureum darah 28,6 mg/dL Normal
Kreatinin darah 0,87 mg/dL Normal
GDS 111 mg/dL Normal
SGOT 97 U/L High
SGPT 104 U/L High
Na 145 mmol/L Normal
K 4,9 mmol/L Normal
Cl 104 mmol/L Normal
Ca 8,8 mg/dL Normal
Imunologi (20 Agustus 2016)
HbSAg Non Reaktif
c. Pemeriksaan Ro Thorax
Gambar 2. Ro Thorax
D. ASSESSMENT
1. Diagnosis Klinis:
CHF NYHA III e.c DCM
F. PLANNING
1. Terapi
a. Farmakologi
- Infus NaCl 10 tpm
- Inj Furosemid 3 x 2 amp iv
- Spironolakton 25mg 1-0-0
- Digoxin 1 x 1 tab
- ISDN 3 x 5mg
- Ramipril 1 x 2,5mg
b. Non farmakologi
1) Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, serta komplikasi
yang dapat terjadi
2) Bed rest
3) Kurangi konsumsi makanan dengan garam tinggi.
4) Konsumsi makanan lunak.
5) Edukasi pasien untuk tidak mengejan ketika BAB.
8
2. Monitoring
Monitoring :
a. Keadaan umum dan kesadaran
b. Tanda vital
c. Evaluasi klinis
1) Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi
2) Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik
G. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
9
A. DEFINISI
Dilated cardiomyopathy (DCM ) didefinisikan sebagai dilatasi
ventrikel kiri dan disfungsi sistolik tanpa kondisi pengisian/loading yang
abnormal atau Coronary Artery Disease (CAD) mencukupi untuk
menyebabkan gangguan sistolik global (Elliot et al., 2008). Sedangkan
menurut AHA (2016), DCM adalah kelompok besar dari gangguan
miokardium heterogen yang ditandai oleh dilatasi ventrikel dan penurunan
kontraktilitas miokardium tanpa kondisi “loading” abnormal seperti
hipertensi atau gangguan katup.
Kardiomiopati dilatasi adalah kelainan miokardium yang ditandai
dengan dilatasi dan kelainan fungsi sistolik ventrikel kiri atau kedua ventrikel
tanpa penyakit arteri koroner, kelainan katup, penyakit perikardium, dan
penyakit jantung bawaan (Rosendorff, 2005; Abraham et al., 2012).
B. ETIOLOGI
DCM merupakan penyebab gagal jantung yang dikategorikan sebagai
noniskemik kardiomiopati (Elliot et al., 2008). DCM memiliki banyak
etiologi antara lain: genetik, bahan toksik (alkohol, doxorubicin), peripartum,
miokarditis virus, kelainan neuromuskular, tetapi pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah idiopatik (Lilly, 2011; Abraham et al., 2012).
C. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2006, AHA mengklasifikasikan kardiomiopati primer
(genetic, didapat atau campuran) dan sekunder (infiltrasi, toksik, atau
inflamasi). Empat besar jenis dari kardiomiopati meliputi dilatasi, hipertrofi,
aritmia, dan restriksi dari ventrikel kanan. Kardiomiopati karena dilatasi
ventrikel terjadi lebih banyak pada pria dibandingkan wanita, dan lebih
banyak pada orang dewasa 20 hingga 60 orang (AHA, 2016). Penyakit ini
merupakan kasus yang paling umum dengan perbandingan angka kejadian
5:100.000 pada orang dewasa dan 0.57 dari 100.000 anak anak. Di Amerika,
10
D. FAKTOR RISIKO
E. PATOMEKANISME
Tanda utama pada kardiomiopati dilatasi adalah adanya dilatasi
ventrikel dan penurunan fungsi kontraksi. Pada kardiomipati dilatasi sering
ditemukan terjadi pembesaran pada kedua ventrikel. Akan tetapi terkadang
hanya terjadi pembesaran pada ventrikel kiri, sangat jarang ditemukan
pembesaran ventrikel kanan. Kardiomiopati dilatasi dikarakteristikkan dengan
pembesaran ventrikel dan disfungsi sistolik dengan ukuran kavitas ventrikel
kiri yang membesar dengan sedikit atau tanpa hipertrofi dinding ventrikel.
Hipertrofi dinilai dari rasio massa ventrikel kiri terhadap ukuran kavitas, rasio
tersebut berkurang pada individu dengan kardiomiopati dilatasi (Goswami,
2014).
Pembesaran ruang jantung lainnya disebabkan terutama oleh
kegagalan ventrikel kiri , namun hal ini juga dapat terjadi sebagai akibat
sekunder dari proses kardiomiopati primer itu sendiri. Dilatasi kardiomiopati
diasosiasikan dengan disfungsi sistolik maupun diastolik. Pengurangan fungsi
sistolik adalah abnormalitas yang paling sering dan utama. Hal ini mengarah
ke peningkatan volume end-diastolic dan end-systolic (Goswami, 2014).
F. PENEGAKAN DIAGNOSIS
G. DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Perikarditis Akut
Perikarditis akut merupakan penyakit dengan inflamasi pericardium
yang ditandai dengan nyeri dada, adanya gesekan lapisan pericardium,
dan beberapa perubahan pada EKG. Nyeri dada pada perikarditis akut
biasanya pada retrosternal atau prekordial yang menjalar hingga leher,
pundak kiri atau lengan. Gejala gejala tersebut umumnya disertai demam
berselang seling, takipneu atau dispneu, batuk batuk, dan disfagia. Pada
pemeriksaan EKG didapatkan adanya ST elevasi di semua lead.
Pemeriksaan ekokardiografi juga dapat digunakan untuk membantu
diagnosis jika dicurigai adanya efusi pericardial (Spangler, 2014).
2. Tamponade Jantung
18
H. TATALAKSANA
Orang yang memiliki cardiomyopathy tapi tidak ada tanda-tanda atau
gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan. Kadang-kadang,
kardiomiopati dilatasi yang datang tiba-tiba bahkan mungkin pergi sendiri.
Pengobatan tergantung pada jenis kardiomiopati; keparahan gejala dan
komplikasi; usia dan kesehatan secara keseluruhan. Tujuan utama dari
pengobatan kardiomiopati meliputi (Goswami, 2014; AHA, 2016):
1. Mengelola kondisi yang menyebabkan atau memberikan kontribusi
terhadap penyakit
2. Mengontrol tanda dan gejala sehingga Anda dapat hidup senormal
mungkin
3. Mencegah penyakit menjadi lebih parah
4. Mengurangi komplikasi dan risiko serangan jantung mendadak (SCA)
I. PROGNOSIS
Walaupun beberapa kasus kardiomiopati dilatasi membaik dengan
penanganan penyakit yang mendasarinya, banyak yang memburuk menjadi
gagal jantung. Jika hingga terjadi dekompensasi, transplantasi jantung
sebaiknya dilakukan. Prognosis pasien bergantung dari beberapa faktor
22
dengan etiologi penyakit tersebut merupakan faktor utama. Faktor faktor lain
yang mempengaruhi prognosis sebagai contoh tingginya angka kematian
berhubungan dengan penambahan usia, jenis kelamin laki laki, dan gagal
jantung berat. Framingham Heart Study menemukan bahwa rata rata, sekitar
50% pasien yang didiagnosis gagal jantung kongestif meninggal dalam waktu
5 tahun. Pasien dengan gagal jantung berat memiliki angka kematian lebih
dari 50% setiap tahunnya, sedangkan pada pasien dengan gagal jantung
ringan memiliki prognosis yang lebih baik secara signifikan, terutama dengan
terapi medis yang optimal (Goswami, 2014).
Sebuah studi oleh Yamada et al menunjukkan bahwa pada pasien
dengan kardiomiopati dilatasi non iskemik, konsumsi oksigen yang rendah
(VO2) dan kadar peningkatan gadolinium akhir (Late Gadolinium
Enhancement/LGE) pada MRI kardiovaskular dapat dimungkinkan adanya
peningkatan kejadian pada jantung (seperti henti jantung, aritmia, dan rawat
inap karena dekompensasi jantung). Dalam studi tersebut, dari 57 pasien
dengan kardiomiopati dilatasi Yamada et al menentukan periode pengamatan
pada pasien selama 71 bulan (± 32 bulan) dan menunjukkan bahwa pada
pasien dengan LGE dan VO2 kurang dari 18.5 mL/kg/menit memiliki angka
kejadian penyakit jantung yang lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa LGE
dan VO2 lebih dari sama dengan 18.5 mL/kg/menit. Berdasarkan analisis
multivariat, LGE dan puncak VO2 merupakan faktor prognostik independen
(Yamada et al, 2014).
J. KOMPLIKASI
Menurut Goswami (2014), berikut ini adalah komplikasi dari Dilated
Cardiomiopathy:
1. Stroke
Gumpalan darah dapat terbentuk dalam ventrikel kiri yang melebar
sebagai akibat dari penyatuan darah; jika gumpalan darah pecah, dapat
menumpuk di arteri dan mengganggu aliran darah ke otak, sehingga
menyebabkan stroke.
23
2. Iskemia Jaringan
Bekuan juga dapat memblokir aliran darah ke organ-organ dalam
perut atau kaki.
3. Kematian
24
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, W.T., Acker, M.A., Ackerman, M.J., Ades, P.A., Antman, E.M.,
Anversa, P., et al. 2012. Braunwald Heart Disease. 9ed. Philadelphia:
Elsevier.
Elliott, P., Andersson, B., Arbustini, E., Bilinska, Z., Cecchi, F., Charron, P., et al.
2008. Classification of the cardiomyopathies: a position statement from
the European Society Of Cardiology Working Group on Myocardial and
Pericardial Diseases. Eur Heart J. Vol. 29: 270–276.