UTERUS MIOMATOSUS
Oleh :
Devita Natalia
(11-2014-056)
Pembimbing:
dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
: Devita Natalia
Tanda tangan :
NIM
: 11.2014.056
Dr pembimbing / penguji
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.S
Umur : 47 tahun
Status perkawinan : Menikah (P2 A0)
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Bulung Kulon No. RT.003 RW.003
Kudus
Jam 17.00
A. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tangga 5 Desember 2015 Pukul 10.00 WIB
Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir terus menerus.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir terus menerus sejak
10 hari SMRS. Pasien mengatakan dapat menganti pembalut 2x dalam sehari. Darah
yang keluar berwarna merah kehitaman. Pasien juga mengeluh haid yang dirasakan
disertai nyeri perut bagian bawah yang lebih nyeri dari biasanya, nyeri perut terasa
seperti diremas, hingga mengganggu aktivitas pasien. Badan pasien terasa lemas.
Pasien dapat menggunakan 2 pembalut dalam sehari bila sedang haid.
Pasien mengatakan jarak antara 1 siklus haid ke haid berikutnya tidak tentu.
Setiap siklus haid pasien merasakan nyeri perut yang dirasa ringan dan tidak
mengganggu aktivitas pasien. Darah haid berwarna merah kehitaman dan encer.
Penurunan berat badan yang cepat disangkal. Perut terasa membuncit maupun
keluhan benjolan pada perut juga disangkal. Nafsu makan dan minum pasien baik.
Tidak ada gangguan pada BAK ataupun BAB. Pasien tidak memiliki riwayat operasi
sebelumnya.
Riwayat Menstruasi sebelum keluhan:
Menarche
: 15 tahun
Dismenorrhea
: (+)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali selama 32 tahun.
Riwayat KB
Jenis
ke
Kelamin
Umur
Umur
Jenis
Penolo
Kehamilan
Persalinan
ng
Hidup/
Riwaya
Berat
t nifas
lahir
mati
(gram)
Laki-laki
30 tahun
Aterm
normal
Dokter
Hidup
Baik
3500
Perenpuan
25 tahun
Aterm
Normal
Dukun
Hidup
Baik
3500
beranak
Keguguran
Ya
-
Tidak
Hubungan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,7oC
Tinggi Badan
: 153 cm
Berat
: - kg
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-)
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal ()
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi
: warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.
Palpasi
: sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi
: sonor +/+
Auskultasi
Jantung (Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas atas
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Palpasi
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening
Submandibula
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Aspek kejiwaan
Tingkah laku
: tenang
Alam perasaan
: biasa
Proses pikir
: wajar
C. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
: datar, linea nigra (-), striae livide (-), striae albicans (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
Abdomen
Pemeriksaan dalam:
1.
2.
V/U/V
3.
Portio
4.
OUE
: tertutup
5.
CUT
6.
7.
CD
8.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
11,3 g/dL
Leukosit
7.86 ribu
Eosinofil%
0,10 %
(N: 1-3)
Basofil%
0,30 %
(N: 0-1)
Neutrofil %
8470 %
(N: 50-70)
Limfosit%
10,70 %
(N: 25-40)
Monosit%
4,20 %
(N: 2-8)
MCV
84 fL
(N: 80-100)
MCH
29 pg
(N: 26-34)
MCHC
34 g /dL
(N: 32-36)
Hematokrit
33,10 %
(N: 30-43)
Trombosit
231
(N: 150.000-440.000)
Eritrosit
3,9 juta
RDW
12,6 %
PDW
11,6 fL
(N: 10-18)
MPV
10,5 m3
Golongan darah/Rh
O/- (negatif)
Waktu perdarahan/BT
6.00 menit
(N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT
2,00 menit
(N: 2-6)
negatif
negatif
Imunoserologi
HbsAg stik
USG abdomen
Kesan:
-
E. RINGKASAN (RESUME)
ANAMNESIS
Wanita 47 tahun,PIIA0, datang dengan keluhan keluar banyak darah dari jalan lahir
terus menerus sejak seminggu lalu. Pasien mengatakan dapat menganti pembalut 2x
dalam sehari. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman. Pasien juga mengeluh
haid yang dirasakan disertai nyeri perut bagian bawah yang lebih nyeri dari biasanya,
nyeri perut terasa seperti diremas, hingga mengganggu aktivitas pasien. Badan pasien
terasa lemas..
Pasien mengatakan jarak antara 1 siklus haid ke haid berikutnya tidak tentu.
Setiap siklus haid pasien merasakan nyeri perut yang dirasa ringan dan tidak
mengganggu aktivitas pasien. Darah haid berwarna merah kehitaman dan encer.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,7oC
Tinggi Badan
: 153 cm
Berat
: - kg
PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
: datar, linea nigra (-), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
Abdomen: supel, massa (-), nyeri tekan (-).
Pemeriksaan dalam:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
Golongan darah /
11,3 g/dL
7,86 ribu
33,10 %
231.000
3,9 juta
O/- (negatif)
rhesus
Waktu
6.00 menit
(N:13)
perdarahan / BT
Waktu
2.00 menit
(N:26)
pembekuan / CT
USG ABDOMEN
Kesan: Pembesaran uterus, gambaran uterus miomatosus dengan suspek gambaran
adenomiosis
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Amoksisilin 3 x 500 mg
Pro kuret
H. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
I. KURETASE
Tanggal 5 Desember 2015, Jam 22.00 WIB
Terapi pre-kuretage
-
Keadaan Umum
Tekanan darah
: 150/80 mmHg
Frekuensi Nadi
: 78 x/menit
Frekuensi Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,80C
Infus RL 20 tpm
Amoksisilin 3 x 500 mg
Hemafort 1 x 1
J. FOLLOW UP
06 Desember 2015 Pukul 10.00 Post Kuretase
S: nyeri perut berkurang
O:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 130/80 mmHg
RR
: 20x/menit
HR
: 80x/menit
T
: 36,7oC
Mata
: CA -/- SI -/Paru
: SN Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/Cor
: BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: Supel, BU (-)
Genital
: PPV (+) Darah
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A: PIIAI usia 47 tahun post kuretase atas indikasi uterus miomatosus hari pertama
P:
- Amoxillin 3x500 mg
- Kaltrofen 2x100 mg
- Hemafort 1 x 1 tab
- Pasien boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA
UTERUS MIOMATOSUS
Definisi
Uterus miomatosus adalah proliferasi otot-otot halus pada miometrium yang diketahui
sebagai tumor pelvis terbanyak yang terlihat pada wanita berusia lebih dari 35 tahun.
Sebagian besar miom bersifat asimtomatik dan berukuran kecil. Bila bergejala, maka gejala
yang paling sering timbul adalah perdarahan uteri yang abnormal. Perdarahan terjadi sebagai
akibat dari peningkatan area permukaan endometrial dan perubahan aliran darah miometrium
terkait stasis yang meningkat dari kompresi atau reduksi kontraksi uterus akibat adanya
massa hingga kontraksi inadekuat otot uterus selama menstruasi.1
Uterus miomatosus atau mioma uteri disebut juga leiomioma atau fibrioma.Neoplasma yang
berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat
tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar.2,3
Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1.
a.
b.
c.
Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2.
Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan
benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa.Di dalam otot rahim dapat
besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).Secara
makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus.Pada potongan,
tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.Tumor
berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah
dilepaskan.Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi
lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras.Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru
gambaran kelompok sel otot polos miometrium.Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati.Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung
mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat.Pada mioma uteri dapat
terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi.Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.Perubahan ini terjadi
secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.
d. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali
ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.Mioma pada serviks dapat
menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit.Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru
gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung
mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat
terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi
secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.
kromosom,
khususnya
pada
kromosom
lengan.Faktor-faktor
yang
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu Human Placental Lactogen (HPL), terlihat
pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.2,3,8
Faktor Risiko
a. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapimasih
tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi disebabkan oleh peningkatan
formasi atau peningkatan pembesaran secara sekunderterhadap perubahan hormon pada
waktu usia ini. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahunmempunyai sarang mioma.Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum
menarke dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih bertumbuh.2,3,8,9
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri jarang ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita
yang telah menopause. Hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause
berada pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10 tahun)
dijumpai peningkatan resiko (RR 1,24) dan setelah menarke (usia setelah 16 tahun)
menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma uteri.
c. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama penderita mioma uteri mempunyai
peningkatan risiko 2,5 kaliuntuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa
garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-
(Vascular EndothelialGrowth Factor alfa) dibandingkan dengan penderita mioma yang
tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
d. Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai mioma uteri,
rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika
mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding
wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang
lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia
yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan
gejala klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini disebabkan
masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen,
diet, atau peran faktor lingkungan. Walau bagaimanapun, pada penelitian terbaru
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri.Banyak faktor yang bisa menurunkan
bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti penurunan konversi androgen
kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.2,3,8,9
Patofisiologi
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti, berbagai penelitian telah
dilakukan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan
biologi molekular untuk tumor jinak ini.Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada
perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium,
peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau
respon pada cedera iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahanperubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promotor (hormon) dan efektor (growth
factors).2-4,8,9
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz
yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa
baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat
dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.Puukka dan kawan - kawan
pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada
miometrium normal.Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot
yang matur.
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, berdasarkan teori onkogenik, patogenesa
mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor.Faktor-faktor yang
menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti.Dari penelitian menggunakan
glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan
uniseluler.Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi
somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan
growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan
tumor.
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun
diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma.Mioma terdiri dari reseptor
estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnyanamun
konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium.Hormon progesteron meningkatkan
aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan
yang terlibat tidak diketahui secara pasti.2-4,8,9
Patologi Anatomi
Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada
penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di
dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan
bertaburan pada uterus dengan ukuran yang berbeda-beda.Perubahan-perubahan sekunder
yang terjadi pada mioma uteri adalah sebagai berikut.2-4
1. Atrofi: Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri mengalami pengecilan.
2. Degenerasi Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana bagian
yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan
berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak, atau melebur, menjadi cairan gelatin
sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
3. Degenerasi Kistik: setelah mengalami hialinisasi, proses degenerasi akan berlanjut
dengan cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi
atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke
kavum uteri, kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
4. Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai mioma
subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat yang dapat
menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
5. Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekosis di bagian tengah
tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kak, dinding perut, dan
demam akut.
6. Degenerasi merah (Kaneus): diakibatkan oleh trombosis yang diikuti dengan terjadinya
bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna mioma.
Degenerasi jenis ini seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan karena kecepatan
pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih diprioritaskan sehingga mioma
mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi merah
tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar. Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan
menghilang sendiri. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Dampak pada
kehamilannya sendiri adalah dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata
intravaskuler.
7. Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses degenerasi
hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomatik.
8. Miosarkoma: merupakan transformasi ke arah keganasan, terjadi pada 0,1% - 0,5%
penderita mioma uteri.
Manifestasi Klinik
Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka
sedang mengandung satu tumor dalam uterus.Adanya mioma tidak selalu memberikan gejala
karena itu mioma sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan
ginekologik. Gejala yang ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang mioma itu
berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi: 2-6
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % - 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala
klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal uterus
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang
ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Bila terjadi secara kronis
maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam
jumlah yang besar maka sulit dikoreksi dengan suplementeasi zat besi.Penyebab
perdarahan ini adalah:
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa. Permukaan endometrium
yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma sehingga lebih banyak
dinding endometrium yang terkikis ketika menstruasi dan ini menyebabkan
perdarahan abnormal.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosa akibat hambatan pasokan darah
pada endometrium.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau
tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal
secara bermakna menderita mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma
submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri
yang asimtomatik.
b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.Nyeri
panggul yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi
vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi
miometrium yang disebabkan mioma subserosum.Tumor yang besar dapat mengisi
rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang menekan saraf sehingga
menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas
posterior.
c. Penekanan rahim yang membesar
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
Gejala traktus urinarius: poliuri/anuria, retensi urine, obstruksi ureter,
pada
pasien
dengan
mioma
submukosa
dapat
menghalangi
submukosum.
Kemungkinan abortus bertambah.
Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak
subserosum.
Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.
Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada miomayang letaknya di dalam dinding
Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofidan edema terutama
dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4
Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.2,3
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen.Mioma uteri dapat diduga
denganpemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan
bebas, tidak sakit.2,3
c. Pemeriksaan penunjang
Eritrosit turun.
USG: terlihat massa pada daerah uterus.
Vaginal Toucher: didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
Sitologi: menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
Rontgen: untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
ECG: Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.2,3
d. Kuretase
Kuretase berfungsi untuk mendeteksi abnormalitas dari enodometrium intrauterine dan
sebagai penanganan terhadap perdarahan yang abnormal.Kuret dilakukan untuk diagnostic
histologi endometrium. Indikasi diagnostik dilatasi dan kuretase, adalah sebagai berikut:
Perdarahan abnormal uterus: perdarahan tidak teratur, menorrhagia, suspek keganasan
pyometra)
Mendapatkan sample endometrium terkait dengan prosedur diagnostic lain, seperti
histeroskopi dan laparoskopi.10
Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak
membutuhkan pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil
dan tidak menimbulkan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan
setiap 3 - 6 bulan. Penanganan mioma uteri menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
serta konservasi fungsi reproduksi terbagi kepada: 3-5
1. Kuretase sebagai terapi untuk perdarahan
Kuret selain dapat digunakan sebagai prosedur terapi. Beberapa indikasi kuret antara lain:
Prosedur penatalaksanaan untuk perdarahan uterus
Pengeluaran hasil konsepsi (contohnya abortus inkomplit, missed abortion, septic
diluar
kavum
uteri
dapat
diangkat
dengan
mudah
secara
pada
kelainan
menstruasi
dengan
ukuran
uterus
yang
relatif
ovarium
menyebabkan
keadaan
penderita
seperti
tindakan
operatif
akhir-akhir
ini
kontraindikasi
tersebut
makin
termasuk pemeriksaan USG.55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apapun.Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri.
Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan
tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat
membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala
penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi
sebaiknya dilakukan. Rekurensi setelah miomektomi sebesar 15 - 40 %, 2/3-nya memerlukan
pembedahan lagi.8
DAFTAR PUSTAKA
1
Yumru AE, Dincgez B, Dogru F, Ondes B, Bozkurt M, Yumru C. Ist it essentialto perform
preoperative diagnostic curettage in patients scheduled for uterine myoma surgery?
Obstetrics and Gynecology 2013; 3(2): 11.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams. Edisi ke-21, Volume 2. Jakarta: ECG; 2004. h.934,1035-7.
Howkins & Bourne. Shaws Textbook of Gynaecology. Edisi ke-12. New Delhi: B. I.
Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
Hadibroto BR. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 38. No. 3. 2005.
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-
Diunduh
dari
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-
Chelmow,
David.
Gynecologic
myomectomy.
2005.
Diunduh
dari
DeCherney AH, Nathan L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and Therapy.
McGraw-Hill, 2003; P: 693 699
10 Bacon JL, Chelmow D. Diagnostic Dilation and Curettage. Aug 8, 2013. Diunduh dari
emedicine.medscape.com/article/1848239-author 6 Desember 2015