Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

UTERUS MIOMATOSUS

Oleh :
Devita Natalia
(11-2014-056)
Pembimbing:
dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI


PERIODE 16 NOVEMBER 2015 23 JANUARI 201
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
2015 - 2016

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama

: Devita Natalia

Tanda tangan :

NIM

: 11.2014.056

Dr pembimbing / penguji

: dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.S
Umur : 47 tahun
Status perkawinan : Menikah (P2 A0)
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Bulung Kulon No. RT.003 RW.003

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Masuk Rumah Sakit : 04 Desember 2015

Kudus

Jam 17.00

A. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tangga 5 Desember 2015 Pukul 10.00 WIB
Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir terus menerus.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir terus menerus sejak
10 hari SMRS. Pasien mengatakan dapat menganti pembalut 2x dalam sehari. Darah
yang keluar berwarna merah kehitaman. Pasien juga mengeluh haid yang dirasakan
disertai nyeri perut bagian bawah yang lebih nyeri dari biasanya, nyeri perut terasa
seperti diremas, hingga mengganggu aktivitas pasien. Badan pasien terasa lemas.
Pasien dapat menggunakan 2 pembalut dalam sehari bila sedang haid.
Pasien mengatakan jarak antara 1 siklus haid ke haid berikutnya tidak tentu.
Setiap siklus haid pasien merasakan nyeri perut yang dirasa ringan dan tidak
mengganggu aktivitas pasien. Darah haid berwarna merah kehitaman dan encer.
Penurunan berat badan yang cepat disangkal. Perut terasa membuncit maupun

keluhan benjolan pada perut juga disangkal. Nafsu makan dan minum pasien baik.
Tidak ada gangguan pada BAK ataupun BAB. Pasien tidak memiliki riwayat operasi
sebelumnya.
Riwayat Menstruasi sebelum keluhan:
Menarche

: 15 tahun

Dismenorrhea

: (+)

Leukorrhea

: (-)

Menopause

: (-)

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali selama 32 tahun.
Riwayat KB

: Pernah menggunakan suntik KB setiap 3 bulan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Anak

Jenis

ke

Kelamin

Umur

Umur

Jenis

Penolo

Kehamilan

Persalinan

ng

Hidup/

Riwaya

Berat

t nifas

lahir

mati

(gram)

Laki-laki

30 tahun

Aterm

normal

Dokter

Hidup

Baik

3500

Perenpuan

25 tahun

Aterm

Normal

Dukun

Hidup

Baik

3500

beranak

Keguguran

Riwayat Penyakit Dahulu

OS tidak memiliki riwayat penyakit dahulu

OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.
Ada kerabat yang menderita :
Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosis
HIV
Hepatitis B
Hepatitis C
Hipertensi
Cacat bawaan

Ya
-

Tidak

Hubungan

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Tekanan darah

: 140/80 mmHg

Nadi

: 100x/menit (kuat angkat, reguler)

Pernafasan

: 20x/menit (abdomino-torakal)

Suhu

: 36,7oC

Tinggi Badan

: 153 cm

Berat

: - kg

Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-)
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)

Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal ()
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi

: warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.

Palpasi

: sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.

Perkusi

: sonor +/+

Auskultasi

: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung (Cor)
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea


midclavicularissinistra

Perkusi

:
Batas atas

: pada sela iga II garis parasternal kiri

Batas kiri

: pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis


sinistra

Batas kanan
Auskultasi

: pada sela iga V, pada garis parasternal sinistra

: bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung

Perut (Abdomen)
Inspeksi

: datar, tidak tampak benjolan di dinding abdomen, tidak ada


luka bekas operasi.

Palpasi

: supel, massa (-), nyeri tekan (-).


Hati

: tidak teraba

Limpa

: tidak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+)

Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening

Submandibula

: tidak ditemukan pembesaran

Supraklavikula

: tidak ditemukan pembesaran

Lipat paha

: tidak ditemukan pembesaran

Leher

: tidak ditemukan pembesaran

Ketiak

: tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku

: tenang

Alam perasaan

: biasa

Proses pikir

: wajar

C. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah

: chloasma gravidarum (-)

Payudara

:pembesaran (-), puting susu datar, cairan dari puting (-),


hiperpigmentasi areola mammae (-)

Abdomen

: datar, linea nigra (-), striae livide (-), striae albicans (+)
bekas operasi (-)

Palpasi
Abdomen

: supel, massa (-), nyeri tekan (-).

Pemeriksaan dalam:
1.

Fluxus (+), fluor (-)

2.

V/U/V

: tidak ada kelainan

3.

Portio

: sebesar jempol tangan dan lembut

4.

OUE

: tertutup

5.

CUT

: seperti telur bebek

6.

Adneksa : massa (-) nyeri tekan(-)

7.

CD

8.

Portio tidak ikut goyang dan tidak nyeri

: tidak ada kelainan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium, 4 Desember 2015


Darah rutin
Hemoglobin

11,3 g/dL

(N: 11,7 15,5)

Leukosit

7.86 ribu

(N: 3.600 11.000)

Eosinofil%

0,10 %

(N: 1-3)

Basofil%

0,30 %

(N: 0-1)

Neutrofil %

8470 %

(N: 50-70)

Limfosit%

10,70 %

(N: 25-40)

Monosit%

4,20 %

(N: 2-8)

MCV

84 fL

(N: 80-100)

MCH

29 pg

(N: 26-34)

MCHC

34 g /dL

(N: 32-36)

Hematokrit

33,10 %

(N: 30-43)

Trombosit

231

(N: 150.000-440.000)

Eritrosit

3,9 juta

RDW

12,6 %

(N: 11,5 - 14,5)

PDW

11,6 fL

(N: 10-18)

MPV

10,5 m3

(N: 6,8 10)

(N: 3,8 5,2)

Golongan darah/Rh

O/- (negatif)

Waktu perdarahan/BT

6.00 menit

(N: 1-3)

Waktu pembekuan/CT

2,00 menit

(N: 2-6)

negatif

negatif

Imunoserologi
HbsAg stik
USG abdomen
Kesan:
-

Pembesaran uterus, gambaran uterus miomatosus dengan suspek gambaran


adenomiosis

E. RINGKASAN (RESUME)

ANAMNESIS
Wanita 47 tahun,PIIA0, datang dengan keluhan keluar banyak darah dari jalan lahir
terus menerus sejak seminggu lalu. Pasien mengatakan dapat menganti pembalut 2x
dalam sehari. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman. Pasien juga mengeluh
haid yang dirasakan disertai nyeri perut bagian bawah yang lebih nyeri dari biasanya,
nyeri perut terasa seperti diremas, hingga mengganggu aktivitas pasien. Badan pasien
terasa lemas..
Pasien mengatakan jarak antara 1 siklus haid ke haid berikutnya tidak tentu.
Setiap siklus haid pasien merasakan nyeri perut yang dirasa ringan dan tidak
mengganggu aktivitas pasien. Darah haid berwarna merah kehitaman dan encer.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Tekanan darah

: 140/80 mmHg

Nadi

: 100x/menit (kuat angkat, reguler)

Pernafasan

: 20x/menit (abdomino-torakal)

Suhu

: 36,7oC

Tinggi Badan

: 153 cm

Berat

: - kg

PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah

: chloasma gravidarum (-)

Payudara

: pembesaran (-), puting susu datar, cairan dari puting (-),


hiperpigmentasi areola mammae (-)

Abdomen

: datar, linea nigra (-), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)

Palpasi
Abdomen: supel, massa (-), nyeri tekan (-).
Pemeriksaan dalam:

Fluxus (+), fluor (-)


V/U/V : tidak ada kelainan
Portio : sebesar jempol tangan dan lembut
OUE : tertutup
CUT : seperti telur bebek
Adneksa
: massa (-) nyeri tekan(-)
CD : tidak ada kelainan
Portio tidak ikut goyang dan tidak nyeri

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
Golongan darah /

11,3 g/dL
7,86 ribu
33,10 %
231.000
3,9 juta
O/- (negatif)

(N: 11,7 15,5)


(N: 3.600 11.000)
(N: 30-43)
(N: 150.000-440.000)
( N : 3,8 5,2 )

rhesus
Waktu

6.00 menit

(N:13)

perdarahan / BT
Waktu

2.00 menit

(N:26)

pembekuan / CT

USG ABDOMEN
Kesan: Pembesaran uterus, gambaran uterus miomatosus dengan suspek gambaran
adenomiosis

F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja

PIIA1, 47 tahun dengan uterus miomatosus


G. PENATALAKSANAAN

Infus RL/D5 + adona 50 mg 20 tpm

Amoksisilin 3 x 500 mg

Pro kuret

H. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

I. KURETASE
Tanggal 5 Desember 2015, Jam 22.00 WIB
Terapi pre-kuretage
-

Deponeo (medroxyprogesterone acetate 150 mg/ml) 1 amp

Fortanest (midazolam 1 mg/ml) 1 ampul 5 ml

Amoxan (amoksisilin) 3x1 gram

Infus D5/RL + Adona (carbazochrome) 50 mg


Dilakukan curetage

Dilakukan pembiusan dengan midazolam 5 ml.


Bersihkan daerah vulva dan sekitarnya
Vagina dibuka dengan menggunakan speculum sims
Portio tampak baik, tidak terlihat adanya lesi
Portio dijepit dengan tenaculum pada arah jam 10, kemudian ditarik ke depan
Panjang uterus diukur dengan memasukan sonde.
Panjang uterus 9 cm
Dilakukan kuretase pada lapisan endometrium hingga berbusa dan tidak

tampak ada jaringan lagi


Hasil kuretase 5 cc
Tenaculum dilepas
Vagina dibersihkan dengan betadine
Tindakan selesai

Pemeriksaan Fisik Post curetage :

Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Tekanan darah

: 150/80 mmHg

Frekuensi Nadi

: 78 x/menit

Frekuensi Nafas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,80C

Diagnosis Post Curetage :

PIIAI, umur 47 tahun

Post kuretase a/i uterus miomatosus

Pengobatan post kuret :

Infus RL 20 tpm

Kaltrofen (Ketoprofen) supp 100 mg 1 supp

Amoksisilin 3 x 500 mg

Kaltrofen (Ketoprofen)2 x 100 mg

Hemafort 1 x 1

J. FOLLOW UP
06 Desember 2015 Pukul 10.00 Post Kuretase
S: nyeri perut berkurang
O:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 130/80 mmHg
RR
: 20x/menit
HR
: 80x/menit
T
: 36,7oC
Mata
: CA -/- SI -/Paru
: SN Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/Cor
: BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: Supel, BU (-)
Genital
: PPV (+) Darah
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A: PIIAI usia 47 tahun post kuretase atas indikasi uterus miomatosus hari pertama
P:
- Amoxillin 3x500 mg
- Kaltrofen 2x100 mg
- Hemafort 1 x 1 tab
- Pasien boleh pulang

TINJAUAN PUSTAKA
UTERUS MIOMATOSUS

Definisi
Uterus miomatosus adalah proliferasi otot-otot halus pada miometrium yang diketahui
sebagai tumor pelvis terbanyak yang terlihat pada wanita berusia lebih dari 35 tahun.
Sebagian besar miom bersifat asimtomatik dan berukuran kecil. Bila bergejala, maka gejala
yang paling sering timbul adalah perdarahan uteri yang abnormal. Perdarahan terjadi sebagai
akibat dari peningkatan area permukaan endometrial dan perubahan aliran darah miometrium
terkait stasis yang meningkat dari kompresi atau reduksi kontraksi uterus akibat adanya
massa hingga kontraksi inadekuat otot uterus selama menstruasi.1
Uterus miomatosus atau mioma uteri disebut juga leiomioma atau fibrioma.Neoplasma yang
berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat
tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar.2,3
Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1.
a.
b.
c.

Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

Gambar 1. Jenis Mioma Uteri Berdasarkan Lokasinya

2.

Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan

lokasi dibagi menjadi 4 jenis 2-5


a.
Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan
dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan
memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalah artikan
dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti
yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa
ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan
keluhan yang tidak berarti.Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil
selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.Perdarahan sulit untuk
dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
b. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih daritangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai jenis parasitik.
c. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil
tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-

benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa.Di dalam otot rahim dapat
besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).Secara
makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus.Pada potongan,
tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.Tumor
berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah
dilepaskan.Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi
lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras.Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru
gambaran kelompok sel otot polos miometrium.Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati.Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung
mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat.Pada mioma uteri dapat
terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi.Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.Perubahan ini terjadi
secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.
d. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali
ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.Mioma pada serviks dapat
menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit.Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru
gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung
mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat
terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi

secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.

Gambar 2. Jenis Mioma Uteri Berdasarkan Lapisan Uterus


Epidemiologi
Seleksi uteri dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi ditemukan 77%
mempunyai mioma uteri termasuk yang berukuran sekecil 2mm. Mioma uteri juga sering
ditemukan pada wanita yang menjalankan histerektomi untuk indikasi yang lain walaupun
ditemukan kecil dan tidak banyak. Ini karena kebanyakan tehnik pemeriksaan imaging tidak
mempunyai resolusi di bawah 1 cm maka insidensi kejadian sebenar mioma uteri tidak dapat
dipastikan meskipun mioma uteri yang kecil tidak memberikan gejala klinis. Spesimen
histerektomi daripada wanita premenopause dengan mioma uteri adalah rata rata 7,6.
Wanita postmenopause pula adalah 4,2. Random sampling daripada wanita berusia 35 49
tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi
didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah sebanyak 60% untuk
wanita Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga 80% pada usia 50 tahun. Wanita
caucasia pula mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga
70% pada usia 50 tahun.6,7
Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam
zabnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri
secara patologi anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri
adalah 10,92gr% dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total

ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri


(91,5%).6,7
Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel
otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik,
zat-zat karsinogenik, sed angkan yang menjadi faktor pencetus dari terjadinya mioma uteri
adalah adanya sel yang imatur.2,3,8
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial.Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas

kromosom,

khususnya

pada

kromosom

lengan.Faktor-faktor

yang

mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,


progesteron dan human growth hormone.
a. Estrogen.
Mioma Uteri dijumpai setelah menarke.Sering kali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya
yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari
payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma
uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada
miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17Bhidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon Pertumbuhan

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu Human Placental Lactogen (HPL), terlihat
pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.2,3,8
Faktor Risiko
a. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapimasih
tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi disebabkan oleh peningkatan
formasi atau peningkatan pembesaran secara sekunderterhadap perubahan hormon pada
waktu usia ini. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahunmempunyai sarang mioma.Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum
menarke dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih bertumbuh.2,3,8,9
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri jarang ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita
yang telah menopause. Hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause
berada pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10 tahun)
dijumpai peningkatan resiko (RR 1,24) dan setelah menarke (usia setelah 16 tahun)
menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma uteri.
c. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama penderita mioma uteri mempunyai
peningkatan risiko 2,5 kaliuntuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa
garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-
(Vascular EndothelialGrowth Factor alfa) dibandingkan dengan penderita mioma yang
tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
d. Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai mioma uteri,
rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika
mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding
wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang
lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia
yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan
gejala klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini disebabkan
masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen,
diet, atau peran faktor lingkungan. Walau bagaimanapun, pada penelitian terbaru

menunjukkan Val/Val genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen,


catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini
lebih rentan untuk menderita mioma uteri.Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang
tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita Afrika - Amerika lebih tinggi.
e. Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri
adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan
indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga dilaporkan untuk wanita dengan 30%
kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan peningkatan konversi
androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin.Hasilnya
menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang menyebabkan peningkatan
prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya.Beberapa penelitian menemukan hubungan
antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang
dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai Indeks
Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita
mioma uteri.
f. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan konsumsi
makanan tertentu seperti daging sapi atau daging merah atau ham dapat meningkatkan
insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya.Studi ini sangat sukar untuk
diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak
tetapi sekadar informasi saja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat
atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.
g. Kehamilan dan paritas
Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri
menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan
termasuk peningkatan produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor
untuk peptida dan hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal,
aliran darah dan ukuran asal melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling
ini kemungkinan bertanggungjawab dalam penurunan ukuran mioma uteri. Teori lain
mengatakan pembuluh darah diuterus kembali kepada keadaan atau ukuran asal pada
postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan nutrisi untuk
terus membesar.
h. Kebiasaan merokok

Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri.Banyak faktor yang bisa menurunkan
bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti penurunan konversi androgen
kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.2,3,8,9
Patofisiologi
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti, berbagai penelitian telah
dilakukan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan
biologi molekular untuk tumor jinak ini.Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada
perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium,
peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau
respon pada cedera iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahanperubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promotor (hormon) dan efektor (growth
factors).2-4,8,9
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz
yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa
baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat
dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.Puukka dan kawan - kawan
pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada
miometrium normal.Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot
yang matur.
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, berdasarkan teori onkogenik, patogenesa
mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor.Faktor-faktor yang
menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti.Dari penelitian menggunakan
glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan
uniseluler.Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi
somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan
growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan
tumor.
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun
diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma.Mioma terdiri dari reseptor
estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnyanamun
konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium.Hormon progesteron meningkatkan

aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan
yang terlibat tidak diketahui secara pasti.2-4,8,9
Patologi Anatomi
Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada
penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di
dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan
bertaburan pada uterus dengan ukuran yang berbeda-beda.Perubahan-perubahan sekunder
yang terjadi pada mioma uteri adalah sebagai berikut.2-4
1. Atrofi: Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri mengalami pengecilan.
2. Degenerasi Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana bagian
yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan
berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak, atau melebur, menjadi cairan gelatin
sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
3. Degenerasi Kistik: setelah mengalami hialinisasi, proses degenerasi akan berlanjut
dengan cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi
atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke
kavum uteri, kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
4. Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai mioma
subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat yang dapat
menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
5. Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekosis di bagian tengah
tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kak, dinding perut, dan
demam akut.
6. Degenerasi merah (Kaneus): diakibatkan oleh trombosis yang diikuti dengan terjadinya
bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna mioma.
Degenerasi jenis ini seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan karena kecepatan
pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih diprioritaskan sehingga mioma
mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi merah
tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar. Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan
menghilang sendiri. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Dampak pada
kehamilannya sendiri adalah dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata
intravaskuler.

7. Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses degenerasi
hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomatik.
8. Miosarkoma: merupakan transformasi ke arah keganasan, terjadi pada 0,1% - 0,5%
penderita mioma uteri.
Manifestasi Klinik
Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka
sedang mengandung satu tumor dalam uterus.Adanya mioma tidak selalu memberikan gejala
karena itu mioma sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan
ginekologik. Gejala yang ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang mioma itu
berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi: 2-6
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % - 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala
klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal uterus
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang
ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Bila terjadi secara kronis
maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam
jumlah yang besar maka sulit dikoreksi dengan suplementeasi zat besi.Penyebab
perdarahan ini adalah:
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa. Permukaan endometrium
yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma sehingga lebih banyak
dinding endometrium yang terkikis ketika menstruasi dan ini menyebabkan

perdarahan abnormal.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosa akibat hambatan pasokan darah

pada endometrium.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah

yang melaluinya dengan baik.


Tekanan dan bendungan pembuluh darah di daerah tumor atau ulserasi
endometrium di atas tumor.

Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau
tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal
secara bermakna menderita mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma
submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri
yang asimtomatik.
b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.Nyeri
panggul yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi
vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi
miometrium yang disebabkan mioma subserosum.Tumor yang besar dapat mengisi
rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang menekan saraf sehingga
menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas
posterior.
c. Penekanan rahim yang membesar
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
Gejala traktus urinarius: poliuri/anuria, retensi urine, obstruksi ureter,

hidroureter dan hidronefrosis.


Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.


Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan
omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret
serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan infertilitas.
Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan
rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras
saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek
penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri.
d. Infertilitas

Akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu.Perdarahan


kontinu

pada

pasien

dengan

mioma

submukosa

dapat

menghalangi

implantasi.Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien


dengan mioma intramural dan submukosa. Mekanisme gangguan fungsi reproduksi
dengan mioma uteri adalah:
Gangguan transportasi gamet dan embrio.
Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus.
Perubahan aliran darah vaskuler.
Perubahan histologi endometrium
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
f. Abortus spontan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.
Kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Pada perempuan
lain mungkin mengeluh perdarahan menstruasi lebih banyak dari biasa, atau nyeri sewaktu
menstruasi, perasaan penuh dan ada tekanan-tekanan pada rongga perut, atau keluhan anemia
karena kurang darah atau nyeri pada waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu
bekerja. Perempuan lain yang mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah
keguguran.
Pada mioma yang klasik, uterus membesar merata, dan sekitar 80% perempuan yang
menderita mioma uterus bertambah beratnya sampai 80 gram (berat normal uterus hanya
sekitar 50 gram). Pernah dilaporkan sampai ada uterus yang menderita mioma dengan berat
lebih 200 gram. Mioma sering bersama-sama dengan kelainan uterus lain endometriosis pada
11% penderita dan 7% penderita mioma juga menderita polip endometrium, hingga kondisi
ini mengacaukan diagnosa mioma.2-6

Mioma Uteri dan Kehamilan


Pengaruh Miomapada Kehamilan dan Persalinan
Terdapatnya mioma uteri dapat memungkinkan beberapa hal terjadi, yaitu:

Mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil, terutama pada mioma uteri

submukosum.
Kemungkinan abortus bertambah.

Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak

subserosum.
Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.
Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada miomayang letaknya di dalam dinding

rahimatau apabilaterdapat banyak mioma.


Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada miomayang submukosum dan
intramural.9

Pengaruh Kehamilan dan Persalinan pada Mioma Uteri


Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri menjadi:

Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofidan edema terutama
dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4

bulan tumor tidak bertambah besar lagi.


Tumor menjadi lebih lunakdalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudahterjadi
gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis, terutama di
tengah-tengah tumor. Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai
gejala rangsangan peritoneum dan gejalan-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini
peradangan bersifat suci hama (steril). Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam
masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan

sirkulasi yang dialami oleh perempuan setelah bayi lahir.


Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat
desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan
sirkulasi dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak
(akut abdomen).9

Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.2,3
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen.Mioma uteri dapat diduga
denganpemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan
bebas, tidak sakit.2,3
c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Darah Lengkap: Hb turun, Albumin turun, Leukosit turun/meningkat,

Eritrosit turun.
USG: terlihat massa pada daerah uterus.
Vaginal Toucher: didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan

ukurannya.
Sitologi: menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
Rontgen: untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat

tindakan operasi.
ECG: Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan

operasi.2,3
d. Kuretase
Kuretase berfungsi untuk mendeteksi abnormalitas dari enodometrium intrauterine dan
sebagai penanganan terhadap perdarahan yang abnormal.Kuret dilakukan untuk diagnostic
histologi endometrium. Indikasi diagnostik dilatasi dan kuretase, adalah sebagai berikut:
Perdarahan abnormal uterus: perdarahan tidak teratur, menorrhagia, suspek keganasan

atau kondisi premaligna.


Evaluasi dan mengeluarkan cairan yang tertahan dalam endometrium (hematometra,

pyometra)
Mendapatkan sample endometrium terkait dengan prosedur diagnostic lain, seperti
histeroskopi dan laparoskopi.10

Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak
membutuhkan pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil
dan tidak menimbulkan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan
setiap 3 - 6 bulan. Penanganan mioma uteri menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
serta konservasi fungsi reproduksi terbagi kepada: 3-5
1. Kuretase sebagai terapi untuk perdarahan
Kuret selain dapat digunakan sebagai prosedur terapi. Beberapa indikasi kuret antara lain:
Prosedur penatalaksanaan untuk perdarahan uterus
Pengeluaran hasil konsepsi (contohnya abortus inkomplit, missed abortion, septic

abortion, induksi terminasi kehamilan)


Penanganan dan evaluasi terhadap penyakit tropoblastik gestasional
Penatalaksanaan terhadap perdarahan yang tidak respon dengan terapi hormonal.

Berkaitan dengan ablasi endometrium untuk evaluasi histologi endometrium.10


2. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin - releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil
yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri.Tujuan pemberian GnRH agonis adalah
mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium.
Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi
vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi
hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi
gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri.3-5
3. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and

Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah


Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
Curiga adanya keganasan.
Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba.
Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.
Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah:
a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila
ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga
dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat.Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,
kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.3-5
b. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus.Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila
miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan
akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.

Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun


dengan laparoskopi.Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk
mengangkat mioma dari uterus.Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang
mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera.
Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar,
sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa
penyembuhan paska operasi lebih lama, sekitar 4 6 minggu. Pada miomektomi
secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang terletak pada
kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2
hari.Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada
dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.
Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.Mioma yang
bertangkai

diluar

kavum

uteri

dapat

diangkat

dengan

mudah

secara

laparoskopi.Mioma subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat


diangkat dengan tehnik ini.Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska
operasi sekitar 2 - 7 hari. Resiko yang terjadi pada pembedahan ini termasuk
perlengketan, trauma terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium,rektum serta
perdarahan. Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur
standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya.3-5
c. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan
terpilih.Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus.
Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan
obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12 - 14
minggu.
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan
pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi.
Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit
yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap
merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain.
Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga
dikerjakan

pada

kelainan

menstruasi

dengan

ukuran

uterus

yang

relatif

normal.Histerektomi vaginal memiliki resiko invasif yang lebih rendah dibandingkan

histerektomi abdominal.Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang


dilakukan secara laparoskopi.3-5
Jenis-jenis histerektomi yaitu :
1. Histerektomi Parsial (Subtotal)
Pada jenis ini, histerektomi dilakukan dengan pengangkatan rahim akan tetapi
mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan/ditinggal.sehingga oleh karena itu, penderita
masih dapat terkena kanker mulut rahim. Sehingga diperlukan pemerikasaan
papsmear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2. Histerektomi Total
Histerektomi ini dilakukan dengan mengangkat secara keseluruhan rahim beserta
mulut rahim.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral.
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua
ovarium.Pengangkatan

ovarium

menyebabkan

keadaan

penderita

seperti

menopause meskipun usianya masih muda.


4. Histerektomi Radikal
Histerektomi ini dilakukan dengan mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan
kelenjar limfe disekitar kandungan .operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa
jenis kanker tertentu guna menyelamatkan nyawa penderita.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal hysterectomy (STAH). Masing masing prosedur ini memiliki kelebihan dan kekurangan.STAH dilakukan untuk
menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak,
trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum.Namun dengan melakukan
STAH kita meninggalkan serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma
serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul
vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan paska
operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.3-5

Gambar 3. Jenis Jenis Histerektomi


Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginam, dimana tindakan operasi tidak
melalui insisi pada abdomen.Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya
merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka
sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
diminimalisasi.Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi
sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik.Selain itu kemungkinan terjadinya
perlengketan paska operasi lebih minimal dan masa penyembuhan lebih cepat
dibandng histerektomi abdominal.3-5
Histerektomi laparoskopi ada bermacam - macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan
hanya 2 yaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically
assisted vaginal histerectomy / LAVH) dan classic intrafascial serrated edged
macromorcellated hysterectomy (CISH) tanpa colpotomy. Pada LAVH dilakukan
dengan cara memisahkan adneksa dari dinding pelvik dengan memotong
mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah, pemisahan pembuluh
darah uterina dilakukan dari vagina. CISH pula merupakan modifikasi dari STAH,
di mana lapisan dalam dari serviks dan uterus direseksi menggunakan morselator.
Dengan prosedur ini diharapkan dapat mempertahankan integritas lantai pelvik dan
mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk mencegah terjadinya prolapsus.
Keunggulan CISH adalah mengurangi resiko trauma pada ureter dan kandung
kemih, perdarahan yang lebih minimal,waktu operasi yang lebih cepat, resiko
infeksi yang lebih minimal dan masa penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma
uteri yang terbaik adalah melakukan histerektomi.Dari berbagai pendekatan,

prosedur histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan kerana masa penyembuhan


yang singkat dan angka morbiditas yang rendah dibanding prosedur histerektomi
abdominal.3-5
4. Penanganan Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi
untuk

tindakan

operatif

akhir-akhir

ini

kontraindikasi

tersebut

makin

berkurang.Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada


uterus.
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.3-5
Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 - 0,6% dari seluruh
mioma, serta merupakan 50 - 75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.2,4,5
b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.Jika
torsi terjadi perlahan - lahan, gangguan akut tidak terjadi.Hal ini hendaklah dibedakan
dengan suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga
peritoneum.2,4,5
c. Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan kerana
gangguan sirkulasi darah padanya.Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan
hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan
yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.2,4,5
Prognosis
Prognosis baik jika ditemukan mioma berukurankecil, tidak cenderung membesar dan tidak
memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali

termasuk pemeriksaan USG.55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apapun.Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri.
Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan
tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat
membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala
penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi
sebaiknya dilakukan. Rekurensi setelah miomektomi sebesar 15 - 40 %, 2/3-nya memerlukan
pembedahan lagi.8

DAFTAR PUSTAKA
1

Yumru AE, Dincgez B, Dogru F, Ondes B, Bozkurt M, Yumru C. Ist it essentialto perform
preoperative diagnostic curettage in patients scheduled for uterine myoma surgery?
Obstetrics and Gynecology 2013; 3(2): 11.

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams. Edisi ke-21, Volume 2. Jakarta: ECG; 2004. h.934,1035-7.

Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2008.

Howkins & Bourne. Shaws Textbook of Gynaecology. Edisi ke-12. New Delhi: B. I.
Churchill Livingstone; 22: 275 - 284

Mioma Uteri. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdlsrirahayug-5147-2-bab2.pdf 6 Desember 2015

Hadibroto BR. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 38. No. 3. 2005.
Diunduh

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-

%20%289%29.pdf 6 Desember 2015


7

Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :


Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003; 151
156.

Diunduh

dari

http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-

uteri/mrdetail/906/ 6 Desember 2015


8

Chelmow,

David.

Gynecologic

myomectomy.

2005.

Diunduh

dari

http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm15 Agustus 2014


9

DeCherney AH, Nathan L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and Therapy.
McGraw-Hill, 2003; P: 693 699

10 Bacon JL, Chelmow D. Diagnostic Dilation and Curettage. Aug 8, 2013. Diunduh dari
emedicine.medscape.com/article/1848239-author 6 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai