CEPHALOPELVIC DISPORPOTION
Oleh :
Fransiskus Rendy
(11-2013-277)
Pembimbing:
dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
: Fransiskus Rendy
NIM
: 11.2013.277
Dr pembimbing / penguji
Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. DM
Umur : 29 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0)
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pedawang RT 02 / RW 03,
Nama suami
: Tn. S
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
A. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 20 Desember 2014 Pukul 08.00 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kenceng-kenceng sejak siang hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita berusia 29 tahun, hamil 39 minggu, datang dengan keluhan perut kencang
yang dirasakan sejak semalam SMRS. Pasien mengaku mengeluarkan cairan lendir
darah dari jalan lahir. Cairan ketuban juga dirasakan merembes dari jalan lahir sejak
semalam. Gerakan janin aktif dan masih dapat dirasakan.
Pasien mengatakan ini kehamilan yang pertama. Pasien tidak mengeluh mual,
muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. Buang air besar dan buang air
kecil lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke
bidan. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama
kehamilan. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Menstruasi:
Menarche
: 11 tahun
Dismenorrhea
: (-)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
Siklus
: 28 hari
Lama
: 9 hari
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali pada usia 26 tahun, selama 3 tahun.
Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil
Usia
Jenis
Penyulit
ke
1
kehamilan persalinan
2014 (Hamil sekarang)
Penolong Jenis
kelamin
: 24 Maret 2014
HPL
: 31 Desember 2014
Riwayat Kontrasepsi:
( - ) Pil KB
( - ) IUD
( - ) Suntikan 3 bulan
( - ) Lain-lain
( - ) Susuk KB
Riwayat Antenatal Care:
Pasien memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan dan ke dokter.
BB/TB
Umur
lahir
sekarang
Os tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma
dan alergi.
Umur
Jenis kelamin
Keadaan
Penyebab
kesehatan
meninggal
Ayah
55 tahun
Laki-laki
Hidup
Ibu
53 tahun
Perempuan
Hidup
Suami
30 tahun
Laki-laki
Hidup
Tidak
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/90 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,8oC
Tinggi Badan
: 144 cm
Hubungan
Berat
: 54 kg
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-),
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal ()
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi
: warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.
Palpasi
: sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi
: sonor +/+
Auskultasi
Jantung (Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas atas
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Palpasi
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening
Submandibula
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Aspek kejiwaan
Tingkah laku
: tenang
Alam perasaan
: biasa
Proses pikir
: wajar
C. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
His
PPV
: 9 cm
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium, 20 Desember 2014 (pukul 08.15)
Darah rutin
Hemoglobin
11,7 g/dL
Leukosit
7,22 ribu
Eosinofil%
0,3 %
Basofil%
0,2 %
Neutrofil %
71,6 %
(N: 50-70)
Limfosit%
20,0 %
(N: 25-40)
Monosit%
6,8 %
MCV
75,3 fL
(N: 80-100)
MCH
24,9 pg
(N: 26-34)
MCHC
33 g %
Hematokrit
33,6 %
(N: 30-43)
Trombosit
463.000
(N: 150.000-440.000)
Eritrosit
4,46 juta
RDW
15,4 %
PDW
11,2 %
(N: 10-18)
MPV
10,0 m3
(N: 1-3)
(N: 0-1)
(N: 2-8)
(N: 32-36)
Golongan darah/Rh
O/+
Waktu perdarahan/BT
1,0 menit
(N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT
5,0 menit
(N: 2-6)
E. RINGKASAN (RESUME)
Wanita 19 tahun, GIP0A0, hamil 39 minggu, datang dengan keluhan perut kencang
sejak semalam SMRS. Terdapat cairan lendir darah dan ketuban rembes dari jalan
lahir sejak semalam. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan. Pasien tidak mengeluh
mual, muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. Buang air besar dan
buang air kecil lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap
bulan ke bidan. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan
selama kehamilan. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
HPHT
: 24 Maret 2014
HPL
: 31 Desember 2014
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/90 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,8oC
Tinggi Badan
: 144 cm
Berat
: 54 kg
PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
His
PPV
Conjugata Vera
: 9 cm
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
Golongan darah / Rh
Waktu perdarahan / BT
Waktu pembekuan / CT
11,1 g/dL
12,6 ribu
33,6 %
463.000
4,46 juta
O/+
1,0 menit
5,0 menit
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
: pukul 08.00
GIP0A0, Umur 29 tahun, hamil 39 minggu
Anak I, hidup intrauterine
Presentasi kepala U, PUKI
Inpartu kala I fase laten
Cephalopelvic Disporpotion
Pemeriksaan yang dianjurkan
Pemeriksaan USG untuk melihat keadaan cairan ketuban
G. PENATALAKSANAAN
Pengawasan 10
IVFD RL/D5 500cc 20 tetes per menit
Amoxan 3x1
Tirah baring
Persiapan Sectio Caesarea: puasa, cukur rambut pubis, pemasangan DC
H. PROGNOSIS
Passage
Passenger
Power
: dubia ad malam
: ad bonam
: ad bonam
Infus RL 20 tpm
Amoxan 3x1
Tradyl 2x1
Vitamin C 1x1
Alinamin F 2x1
Cek Hb post operasi
Tidur bantal tinggi
Puasa
J. FOLLOW UP
21 Desember 2014 Pukul 07.00
S: Nyeri pada luka bekas operasi, kentut (-)
O:
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 20x/menit
HR
: 64x/menit
T
: 37,5oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae
: Puting menonjol, ASI (-)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Lab
Hb 10,2 g/dl
A: PIA0 Post Sectio Caesarea hari ke-1 atas indikasi CPD
P:
- Infus RL 20 tpm
- Amoxan 3 x 1gram IV
- Tradyl 2 x 1 IV
- Vitamin C 1 x 1 IV
- Alinamin F 2 x 1 IV
- Tirah baring
- Minum, makan bubur halus
22 Desember 2014 Pukul 07.00
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dengan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik dapat disebabkan oleh panggul ibu yang sempit, janin yang besar, ataupun
keduanya.1
-
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas 1
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. 1
KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
1. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu), dan dagu menjadi
bagian presentasinya. Faktor predisposisi presentasi muka: 3-5
a. Malformasi janin
b. Berat badan lahir < 1500 g
c. Polihidramnion
d. Postmaturitas
e. Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir
orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, maka akan erjadi
molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk
caput succedaneum di daerah dahi. 3-5
yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala kurang serta
inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah
simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture
perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum
diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi
oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya
dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps.
3-5
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke4 dan ke-5 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke
pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau
kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis
harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya
kesempitan bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang. 5,6
Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke
belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,
sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada
letak belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau
setelah anak lahir per vaginam. Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir
per vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan
anak serta ibu dalam keadaan baik. 1-3
Partus percobaan dihentikan:
o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter
terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
o Forseps atau vakum gagal.
Dalam keadaankeadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea
dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang
menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada
gunanya untuk melakukan persalinan percobaan lagi. 1-3
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada
kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan
kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu
atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan
percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal
ini, pimpinan persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan
pada bekas seksio sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio
sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya
dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil
ruangan jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang
berarti tidak bolah dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika
jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu,
biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah
panggul.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter
sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea,
yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup
luas. 1-3
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan
seksio sesarea
PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
His
Lancarnya pembukaan
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus percobaan. 1-3
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC; 2005.
2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
3. Prawirohardjo S. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri fisiologi. Bandung: Elemen; 1983.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri patologi. Bandung: Elstar; 1982.
6. Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri patologi. EGC: Jakarta; 2005.