FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIK & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 7 Juli 2013 – 14 September 2013
A. IDENTITAS PASIEN
Masuk Rumah Sakit : 04 Agustus 2013 pukul 10.35 WIB
Keluar Rumah Sakit : 07 Agustus 2013 pukul 16.00 WIB
Identitas Pasien Identitas Suami
No RM : 355141 Nama : Tn. JS
Nama : Ny. J Usia : 35 tahun
Usia : 33 tahun Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA Agama : Islam
Agama : Islam Pekerjaan : Buruh
Pekerjaan : Buruh Suku / bangsa : Indonesia / jawa
Suku / bangsa : Indonesia / Jawa
Alamat : Mejobo, RT 01/RW 02
GIIPIA0 ; Hamil 38 minggu
B. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, Ny J, Tanggal : 04 Agustus 2013, Pukul: 10.50 WIB
Keluhan Utama : perut mules dan air keluar dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS
Riwayat Haid :
• Menarche : 13 tahun
• Siklus Haid : 28 hari, teratur
• Lama Haid : 7 hari
• HPHT : 10 November 2012
• HPL : 17 Agustus 2013
Riwayat Penyakit Dahulu : (Tahun, diisi bila ya (+), bila tidak (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-),
alergi obat (-)
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah Rutin
Hemoglobin 11.8 g/dl 11.7-15.5
Leukosit 10.07 Ribu 3.6-11.0
Eusinofil 0.90 % 1-3
Basofil 0.40 % 0-1
Neutrofil 60.50 % 50-70
Limfosit 22.70 % 25-40
Monosit 7 % 2-8
MCV 90.70 Fl 80-100
MCH 28.30 Pg 26-34
MCHC 32.20 % 32-36
Hematokrit 34.10 % 30-43
Trombosit 420 Ribu 150-440
Eritrosit 3.5 Juta 3.8-5.2
RDW 14.10 % 11.5-14.5
PDW 12.50 Fl 10-18
MPV 8.00 Mikro m3 6.8-10
LED 65/109 Mm/jam 0-20
Golongan darah/Rh A/+
Waktu 2.00 Menit 1-3
perdarahan/BT
Waktu pembekuan/ 5.00 Menit 2-6
CT
A. RINGKASAN
Ny.J hamil 38 minggu. GIP0A0.
Perut terasa kencang, 3 kali setiap 10 menit, 1 hari SMRS.
Keluar lendir dan darah 19 jam SMRS
Keluar air yang tidak dapat ditahan dari jalan lahir 15 jam SMRS
Os dirujuk karena bayi letak sungsang
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Payudara : pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+).
Abdomen : Linea nigra (+) striae lividae (+),striae albicans (+).
Palpasi :
Abdomen : TFU 4 jari dibawah processus xiphoideus (31 cm dari simfisis pubis)
Leopold I : kepala
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : bokong
Leopold IV : belum masuk PAP
Taksiran berat janin = 2945 gram
Denyut jantung janin = 156 x per menit
Pemeriksaan Dalam
VT : Ø 4cm, KK (-), Eff 50%,
bagian bawah janin bokong, H 1+
sakrum kiri depan
B. DIAGNOSA
GIP0A0 umur 33 tahun hamil 38 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Letak bokong, HP V, puka
Inpartu kala I
Letak sungsang presentasi bokong
Ketuban pecah awal
F. SIKAP
Pengawasan 10 : tekanan darah, suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan, keadaan umum,
denyut jantung janin, HIS, pengeluaran pervaginam, Bandl’s ring
Infus RL 20 tetes per menit
Pasang kateter
Informed consent
Tindakan
Terminasi kehamilan : Pro SC dengan cara Sectio caecarea trans profunda
Edukasi pasien
Memberitahukan dan menjelaskan keadaan janin
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Ibu miring kiri untuk sirukulasi darah ibu lebih baik sehingga janin mendapat aliran yang
baik.
G. PROGNOSIS
Power : dubia ad bonam karena his adekuat
Passage : dubia karena primipara
Passanger : - Dubia jika dilakukan pervaginam akibat malpresentasi.
- Ad bonam jika dilakukan perabdominam (sectio caecaria)
H. Operasi
04 Agustus 2012 Mulai 13.08 WIB Selesai 14.20 WIB
Pasien di operasi di kamar operasi
Dilakukan anestesi spinal
Diagnosa post op : Letak sungsang dan ketuban pecah dini
Lahir bayi Laki-laki, BB 2900 gram, panjang 42 cm, APGAR Score 8-9-10
Laporan Operasi
Incisi linea mediana 10 cm di atas symphisis
Plasenta dilahirkan secara manual, kotiledon lengkap, air ketuban jumlah sedikit dan
kehijauan, infark 10%, hematom (-)
Instruksi post op :
- Infuse D5 – NaCl / 2 botol + induksin
- Rycef 2 x 1 ampul IV
- Alinamin F 2 x 1 ampul IV
- Vit C 1 x 1 gram IV
- Tradyl (Tramadol HCl) 2 x 1 ampul IV
- Kaltrofen supp rectal 2x1
- Cek HB post operasi
LABORATORIUM RUTIN
Darah Rutin pada tanggal 05 Agustus 2013
Waktu Periksa Pukul 08.54 WIB
HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hb 12,3 g/dl 11,7-15,5
I. Follow Up
05 Agustus 2013 14.00 WIB
S : Nyeri bekas jahitan
O : Tekanan darah 110/70 mmHg,
Suhu 36.80C,
Nadi 88x/menit,
RR 20x/menit
Keadaan Umum baik
Kesadaran Compos mentis
Flatus (-)
TFU : 2 jari dibawah umbilikus
ASI : -
PPV : (+) / sedikit (ganti 1 pembalut)
A : PI A0, 33 tahun
Post OP SC atas indikasi letak sungsang dan ketuban pecah dini hari I
P : Observasi KU, TTV
Puasa
Teruskan pengobatan
A. DEFINISI
Kehamilan letak sungsang yaitu janin letak memanjang dengan bagian terendahnya
bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insiden 3-4% dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu), presentasi bokong
merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. 1
3. Incomplete breech ;
Letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut,
terdiri dari :
- Kedua kaki : letak kaki sempurna (24%)
- Satu kaki : letak kaki tidak sempurna
- Kedua lutut : letak lutut sempurna
- Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
B. PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana
presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka
kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan. Kejadian letak sungsang berkurang
dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari
persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7%
persalinan pada umur kehamilan 32 minggu dan terjadi pada 1-3% persalinan dengan
umur kehamilan aterm.
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang.
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007
didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.1,2
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada
presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis
presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia,
trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat
6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala. 1,2
C. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi
letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala. 4,5
D. ETIOLOGI
E. PENYULIT
Pada presentasi bokong persisten, peningkatan frekuensi penyulit berikut ini dapat
diperkirakan :2
4. Plasenta previa.
7. Janin multipel
G. PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu
,mencari kausa daripada letak sungsang yakni
dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus.
Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka
dilakukan knee chest position atau dengan
versi luar (jika tidak ada kontraindikasi). 1
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan
digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari
pada versi luar. 3
Prosedur Versi Luar
Versi luar yang dilakukan untuk mengubah bagian terendah janin dari satu kutub ke
kutub yang berlawanan (letak sungsang diubah menjadi letak kepala), terdiri dari 4
tahap yaitu:
Tahap mobilisasi : mengeluarkan bagian terendah dari pintu atas panggul
Tahap eksentrasi : membawa bagian terenda ke fosa iliaka agar radius rotasi
lebih
pendek
Tahap rotasi : memutar bagian terendah janin ke kutub yang dikehendaki.
Tahap fiksasi : memfiksasi badan janin agar tidak memutar kembali.
Tahap mobilisasi dan eksentrasi :
1. Ibu tidur telentang dengan posisi trendelenburg dan tungkai fleksi pada sendi
paha dan lutut. Kandung kemih sebaiknya kosong.
2. Perut ibu diberi talk dan tidak perlu diberi narcosis. Penolong berdiri di
samping kiri ibu menghadap kea rah kaki ibu. Mobilisasi bagian terendah janin
dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan penolong pada pintu atas
panggul dan mengangkat bagian terendah janin keluar dari pintu atas panggul.
Setelah itu dilakukan eksentrasi, yaitu membawa bagian terendah janin ke tepi
panggul (fosa iliaka) agar radius pemutaran lebih pendek.3
Tahap rotasi :
1. Pada waktu hendak melakukan rotasi, penolong mengubah posisi berdirinya
yaitu menghadap ke muka ibu. Satu tangan penolong memegang bagian
terendah, satu tangan memegang bagian atas dan dengan gerakan yang
bersamaan dilakukan pemutaran sehingga janin berada dalam presentasi yang
dikehendaki. 3
2. Pemutaran dilakukan ke arah yang paling rendah tahanannya (kearah perut)
atau presentasi yang paling dekat.
3. Setelah tahap rotasi selesai, penolong mendengarkan detak jantung janin dan
detak jantung janin diobservasi selama 5-10 menit.
4. Bila dalam observasi tersebut terjadi gawat janin, maka janin harus segera
diputar kembali ke presentasi semula. Bila pada pemutaran dijumpai tahanan,
perlu dikontrol detik jantung janin. bila terdapat tanda-tanda detak jantung
janin tidak teratur dan meningkat, janganlah pemutaran dilangsungkan. 3
Tahap fiksasi
Bila rotasi sudah dikerjakan, dan penilaian detak jantung
janin baik, maka dapat dilanjutkan dengan fiksasi janin.
fiksasi dapat dikerjakan dengan menggunakan gurita.
Ibu diminta tetap memakai gurita, setiap hari sampai saat
pemeriksaan 1 minggu kemudian.
Versi luar dianggap gagal jika ibu mengeluh nyeri,
timbul gawat janin, bagian janin tidak dapat dipegang
dengan baik, dan ketika diilakukan rotasi terasa adanya
hambatan yang berat. Komplikasi yang mungkin terjadi pada versi luar adalah solusio
plasenta, lilitan tali pusat, ketuban pecah, dan ruptur uteri. 3
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-
tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi
indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor
dalam rongga panggul. 1-3
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika
tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni
(frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada
riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak
sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu: 1-4
1. Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi persalinan bokong, dengan t rokanter depan sebagai
hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah
perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
2. Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis
dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
3. Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan
posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan
suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan
muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh
kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari
lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali
pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari
delapan menit.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali
lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran .janin
harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika
timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin
intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang
panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada
badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiperlordossis, seorang asisten
melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu
panggul. Dengan gerakan hiperlordossis i ni berturut-turut lahir pusar, perut,
badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat
tali pusat. 1-3
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak
ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati
persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar,
jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau
menunjuk.
b. Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya
terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah
direncanakan untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga
penolong. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a) Klasik (Deventer)
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan
bahu dan langan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu
dan lengan secara klasik ini
melahirkan lengan belakang lebih
dulu karena lengan belakang
berada di ruang yang luas
(sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua
kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan.
Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relatif tinggi didalam
panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat
menimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller 1-3
Prinsip melahirkan bahu
dan lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan
ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik
yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan
ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah
simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan
penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
3. Cara Lovset1-3
Prinsip melahirkan persalinan
secara Lovset ialah memutar
badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu
sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal
bahaya infeksi. Cara Lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan
primigravida, janin besar, panggul sempit.
4. Cara Bickhenbach1-3
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang pervaginam antara lain: 1,2,4
1. Dari faktor ibu:
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
- Sufokasi. Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah pengecilan rahim,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin.
keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah, mukus, cairan
amnion, dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan
janin yang sebagian sudah berada di luar rahim
- Asfiksia fetalis. Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir,
yang menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul.
- Kerusakan jaringan otak. Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada
panggul sempit atau adanya disproporsi sefalopelvik, serviks yang belum terbuka
lengkap, atau kepala janin yang dilahirkan secara mendadak, sehingga timbul
dekompresi.
- Fraktur pada tulang-tulang janin. Kerusakan pada tulang janin dapat berupa
fraktur tulang-tulang kepala, fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan
yang menjungkit (extended), fraktur klavikula ketika hendak melahirkan bahu
yang lebar, paralisis brakialis, fraktur femur, dislokasi bahu, dislokasi panggul
terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi (fleksi maksimal),
dan hematoma otot-otot.
- Infeksi karena manipulasi
3. Arrest of the after coming head. Paling banyak terjadi pada kepala bayi yang
dilahirkan pada posisi telentang, atau mengalami rotasi yang menyebabkan dagu janin
berada di belakang simfisis pubis.4
I. PROGNOSIS
Prognosis kelahiran bayi dengan presentasi bokong atau letak sungsang, lebih
dianjurkan melalui kelahiran perabdominam karena akan mengurangi komplikasi yang
disebutkan diatas. Kecenderungan tersebut sangat sangat berkaitan dengan bukti-bukti
yang menunjukkan hubungan cara persalinan dengan resiko kematian dan morbiditas
perinatal. Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi
Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-
masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%.
Daftar Pustaka :
1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu kebidanan obstetric ; Presentasi bokong. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka;2010.hal : 588 – 97.
2. Cunningham, F.G et al. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.22st
edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division;2005.hal.509-536.
3. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu bedah kebidanan ; Presentasi bokong. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka;2010.hal. 104 – 122.
4. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi:
obstetric patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC;2003.hal. 140-5.
5. Breech. Management of breech presentation. Diunduh dari : http://www.thewomens.org.au/
BreechManage mentofBreechPresentation?printView=true // di akses 9 Agustus 2013.