Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENYAJIAN KASUS

I. ANAMNESIS
Identitas
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk RS : 04 Januari 2020
Anamnesis dilakukan pada tanggal 05 Januari 2020

Keluhan utama
Benjolan pada perut bawah

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan terasa benjolan dibawah perut yang dirasa sejak 7 bulan
yang lalu. Benjolan dirasakan makin lama makin membesar. Nyeri pada benjolan
disangkal. Keluhan lain seperti mual, muntah, demam, konstipasi, diare, perdarahan dari
jalan lahir disangkal. BAB dan BAK normal. Riwayat keluhan serupa disangkal. Riwayat
trauma pada daerah perut disangka. Pasien sebelumnya telah memeriksakan keadaannya
ke poli kebidanan dan kandungan RSUD Natuna tanggal 2 Januari 2020.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat penyakit kandungan (-)
Riwayat hipertensi (+) sejak 2 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat Menstruasi
- Menarche usia: 10 tahun

1
- Menopause usia: 48 tahun
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, usia 18 tahun
Riwayat Paritas
P0A0

II. PEMERIKSAAN FISIK


Status generalis
Keadaan Umum : Kompos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital
Nadi : 86 kali/ menit, teratur, isi cukup
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Napas : 18 kali/ menit, teratur,
Suhu : 37.10 C
BB : 61.7 kg
TB : 165 cm
Kesan gizi : Baik

Kulit : Warna kulit kuning langsat , sianosis (-), pucat (+)


Kepala : Bentuk normal , jejas (-)
Mata : Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
Leher : Pembesaran limfonod (-), deviasi trakea (-),
Thorax
Paru
- Inspeksi : Dinamis : tidak terdapat pergerakan paru yang tertinggal. Sifat
pernafasan abdominotorakal, retraksi (-).
- Palpasi : Fremitus dextra-sinistra sama kuat , nyeri tekan (-)

2
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru,
- Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCLS
- Perkusi :Batas jantung dalam batas nomal
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-),gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk cembung, striae (-), spider nevi (-),
- Auskultasi : Bising usus (+) 8 kali/ menit
- Palpasi : Teraba massa kistik ukuran 12 cm 3 jari dibawah pusat, mobile (+),
nyeri tekan (-).
- Perkusi : Timpani, shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA (-/-)
Ekstremitas : Pitting edema (-/-), sianosis (-), jari tabuh (-), capillary
........................................refill (kembali segera < 2 detik), tremor (-).
Status Obstetri : V/U tenang, Perdarahan (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Tanggal 03 Mei 2019
Table 2.1 Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal 05 Januari 2020
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 10.2 g/dl 11.0- 16.0
Eritrosit 3.4 106/ul 4.0-5.7
Leukosit 7.2 103/ul 5.0-10.0
Hematokrit 30.7 % 37.0-43
Trombosit 234 103/ul 150- 450
MCV 89.2 Fl 82-92
MCH 31.3 Pq 32-36
MCHC 35.1 g/dl 32,0-36,0
RDW 13 % 12-14
Fungsi Hati

3
SGOT/AST 11 u/L <30
SGPT/ALT 9 u/L <35
Albumin 3.76 g/dL 3.4-4.8
Diabetes % 25,0- 50,0
GDS 97 mg/dL 70-200
Hepatitis Marker
HbsAg Rapid Test Non-reaktif
Urinalisis
Warna Kuning
Klorda 106
Fungsi Ginjal
Ureum 31 mg/dl 10-50
Creatinin 0.48 mg/dl 0.6-1.5

Pemeriksaan USG abdomen 2 Januari 2020

Keterangan:Tampak kista di superior lateral ovarium dextra, berbatas tegas, septa


(-), ukuran 12.1 x 8.44 x 10 cm.

4
IV. RESUME
Pasien mengeluhkan badan terasa lemas sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluh pusing
(+), mual (+), nafsu makan menurun, BAK sedikit. Pasien merupakan pasien dari poli
penyakit dalam yang merupakan pasien ulangan yang sering melakukan hemodialisa di RS
dustira 2x seminggu setiap hari Senin dan Kamis. Pasien masuk ke Ruang HD RSUD untuk
dilakukan HD dan transfusi darah karena dari pemeriksaan laboratorium sebelumnya Hb
pasien rendah. Setelah di lakukan transfusi PRC 2 labu intra HD jam ke-2, pasien tampak
sesak dan gelisah sehingga proses tersebut di hentikan. Riwayat gagal ginjal dan rutin
melakukan hemodialisa sejak 1 tahun ini. Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu.
DM (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran kompos
mentis, TD: 140/90 mmHg, konjungtiva anemis (+), JVP ↑, rhonki basah halus di basal
paru.
Dari hasil laboratorium awal didapatkan adanya tanda-tanda anemia normokrom
normositer dengan hemoglobin 6,2 g/dl. Hasil laboratorium setelah transfusi darah 2 labu
di dapatkan anemia normokrom normositer, hemoglobin 10,2 g/dl cenderung meningkat
dari sebelumnya. Didapatkan leukositosis dengan hitung jenis segmen meningkat 94 %.
Pemeriksaan elektrolit didapatkan hipokalemia dan terdapat gangguan fungsi ginjal.
V. DIAGNOSIS
Kista Ovarium Dextra
VI. TATALAKSANA
Non medikamentosa :
- Pro Kistektomi dextra
- Mobilisasi post operasi

Medikamentosa :

- Infus RL : D5 + Neurobion (2 : 2)
- Injeksi Ketolorac 3 x 30 mg
- Injeksi Vitamin C 3 x 1 ampul
- Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia et bonam

5
Ad functionam : dubia
Ad sanactionam : dubia

VIII. Follow Up
7 Januari 2020
S: Nyeri post operasi (+)
O: Keadaan Umum :Kompos mentis
TD : 150/80 mmHg, HR: 80x/menit, RR: 18x/menit
Abdomen :
- Inspeksi : Tampak bucit, luka post operasi (+)
- Auskultasi : Bisisng usus (+)
- Palpasi : Supel, nyeri tekan pada luka post operasi (+)
- Perkusi : Timpani
A: Post Kistektomi hari ke 1
P: Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Benovit C 1 x 1 tab
Adalatoros 1 x 30 mg

8 Januari 2020
S: Keluhan (-)
O: Keadaan Umum :Kompos mentis
TD : 150/80 mmHg, HR: 80x/menit, RR: 18x/menit
Abdomen :
- Inspeksi : Tampak bucit, luka post operasi (+)
- Auskultasi : Bisisng usus (+)
- Palpasi : Supel, nyeri tekan pada luka post operasi (+)
- Perkusi : Timpani
A: Post Kistektomi hari ke 1
P: Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg

6
Benovit C 1 x 1 tab
Adalatoros 1 x 30 mg

7
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kista Ovarium

Ovarium atau adalah organ reproduksi wanita yang mempunyai fungsi ganda yaitu menghasilkan
serta melepaskan oosit, dan menghasilkan serta mensekresi hormon steroid. Ovarium berbentuk
lonjong, agak gepeng, sepasang, panjangnya 3 cm, lebar 2 cm dan tebal 1 cm dengan berat kira-
kira 12-15 gr. Ukurannya bervariasi selama siklus menstruasi dan selama kehamilan. Warnanya
merah pucat dan permukaannya memiliki tonjolan- tonjolan yang tidak beraturan.
Kista adalah kantong yang berisi cairan seperti balon berisi air dan dapat tumbuh
dimana saja. Kista yang berada di dalam ovarium atau permukaan indung telur disebut juga kista
ovarium atau tumor ovarium.Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksi.
Sebagian besar kista ovarium terbentuk karena perubahan hormonal yang terjadi selama siklus
haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.

Sumber: https://www.medicoverfertility.in/conceiving-with-ovarian-cyst,17,n,5475

2. Patofisiologi Kista Ovarium

Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau folikel yang setiap bulannya akan
membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur matang. Pada
peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui

8
saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang
dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun
jika terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista. Kista juga dapat terbentuk jika
fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah
dan hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan andorogen dan
estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. (medscape)

3. Pembagian Kista Ovarium


 Non Neoplastik
- Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun terus tumbuh menjadi
kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen
tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Biasanya didapati
beberapa kista dengan diameter kista 1-1,5 cm. Cairan di dalam kista jernih dan mengandung
estrogen. Kista jenis ini mengganggu siklus menstruasi. Kista folikel ini lambat laun mengecil dan
menghilang dengan sendirinya.
- Kista Korpus Luteum
Normalnya, korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans, kadang-kadang
korpus luteum mempertahankan diri (persisten). Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
Frekuensi kista luteum lebih jarang daripada kista folikel, dan yang pertama bisa lebih besar dari
kedua.
- Kista Teka Lutein
Biasanya terjadi pada mola hidrosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan
tertentu, ovarium dapat membesar menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar
tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula
dapat pula menunjukkan luteinisasi , akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia.

9
Timbulnya kista ini adalah pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
- Kista Inklusi Germinal
Biasanya terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada
permukaan ovarium, besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan histologi ovarium yang diangkat sewaktu operasi.
- Kista endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.

 Neoplastik
- Kista Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan
dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna
kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista
dengan reseksi ovarium, akan tetapi jarinngan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan
- Kista Ovarii Musinosum
Asal kista ini belum diketahui dengan pasti. Kista ini mungkin muncul sebagai kista teratoma atau
sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Paling sering pada wanita berusia antara 20-50
tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin,
permukaan lobulated. Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi
perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan terdapat cairan lendir yang
khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari
percampurannya dengan darah. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada
kista ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Kista biasanya unilateral, akan tetapi
dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%).

- Kista Endometroid
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid) tidak terletak dalam
rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan
tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini

10
bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual
intercourse.

- Kista Dermoid
Kista ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling sering ditemukan
pada wanita yang masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada
masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil. Kista ini dapat mencapai ukuran
sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Kista ini tumbuh akibat proses yang
kurang sempurna saat pembentukan lapisan embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa akan
menjadi sel sel folikel rambut, tulang, serta gigi secara tidak sempurna tumbuh di sekitar ovarium.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah.
Ada kemungkinan terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan
biasanya pada wanita lewat menopause

4. Tanda dan Gejala Kista Ovarium


Sebagian besar pasien dengan kista ovarium tidak menunjukkan gejala. Kista ditemukan secara
kebetulan saat pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaan panggul rutin. Namun, beberapa kista
mungkin terkait dengan serangkaian gejala, seperti berikut ini:
- Nyeri atau rasa tidak nyaman di abdomen bagian bawah
- Nyeri saat bersenggama
- Menstruasi tidak teratur
- Perut membuncit dan kembung
- Terganggunya gerak usus -> konstipasi
- Kista dapat menekan rongga pelvis sehingga menyebabkan intontinensia urin atau
tenesmus
- Endometriomas - > berhubungan dengan endometriosis, dengan trias klasik: nyeri,
menstruasi banyak, dan dispareunia

11
5. Diagnosis

- Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih
jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Dari gambaran USG dapat terlihat:


a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat
sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista
nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.

b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa).

c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam


kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
- Pemeriksaan lab

 Pemeriksaan Beta-HCG : Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah


wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik.
 Pemeriksaan Darah Lengkap: Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan
melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu
pemeriksa menilai keadaan pasien.
 Urinalisis: Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik batu
saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
 Pemeriksaan Tumor Marker: Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium adalah
CA125.
- Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor ovarium.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi, kemudian sampel
difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.

12
6. Tatalaksana Kista Ovarium
- Pil Kontrasepsi

Meskipun kontrasepsi oral berhubungan dengan insiden lebih rendah dari kista
ovarium, tidak ada bukti memuaskan yang dapat ditemukan untuk membenarkan
penggunaan jenis kontrasepsi oral dalam mencegah perkembangan kista.
Kontrasepsi oral diduga berpengaruh terhadap pencegahan kista ovarium dengan
cara menghambat ovulasi.
- Operasi laparotomi atau laparoskopi
Kista ovarium yang berukuran lebih dari 5-10cm, terutama jika menimbulkan gejala
dipertimbangkan untuk kistektomi. Pendekatan bedah dapat berupa laparotomi atau
laparoskopi. Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi diagnosa dan menilai apakah
suatu keganasan dengan pemeriksaan patologi anatomi. medscape

13
BAB III

KESIMPULAN

Pasien perempuan, usia 60 tahun keluhan badan terasa lemas, pusing (+), mual (+), muntah
(-), nafsu makan menurun, pasien tampak sesak dan gelisah. Pemeriksaan fisik konjungtiva
anemis, JVP ↑, rhonki basah halus di basal paru, hipertensi. Hasil laboratorium anemia,
disertai penurunan fungsi ginjal dan hipokalemi didiagnosis CKD Stage V ec Hipertensi +
Anemia Renal + Susp. Udem paru ec Overload + Hipokalemi

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI. Hlm 1035 – 40.

2. Levery AS, et Coresh J, 2002. Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification and Stratification. New York: New York National Kidney
Foundation. Hlm 43-81.

3. Kamaludin A, 2010. Penyakit ginjal kronik. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam UPH. Hlm
47.

4. Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Hlm 463 – 503.

5. Silbernagl S et Lang F, 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi, Edisi ke-1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 110 – 5.

15

Anda mungkin juga menyukai