SIROSIS HEPATIS
OLEH :
K1A1 15 013
PEMBIMBING :
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 73 Tahun
Alamat : Wundulako,Kolaka
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor RM : 139872
Anamnesis Terpimpin : Pasien datang dengan keluhan buang air besar berwarna
lahan. Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-). Nafsu
saat ini (-), riwayat demam 3 hari yang lalu. Mata kuning
(-), batuk (-), sesak napas (-), nyeri dada (-). Buang air
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama 2
Riwayat Kebiasaan
Rokok (-), alkohol (-)
Nadi : 88x/min
Pernafasan : 20 x/min
Suhu : 36,8o C
Status Generalis
Kepala Normocephal
Rambut Tidak mudah tercabut
Imunologi (15/10/2021)(IGD)
Parameter Satuan Rujukan
HbSAg Reaktif Non Reaktif
Darah Rutin (18/10/2021)(Perawatn H-3)
Parameter Nilai Rujukan Satuan
WBC 4,61 4.00-10.00 103/Ul
RBC 2,80 4.00-6.00 106/uL
HGB 9.0 12.00-16.00 g/dL
HCT 25,6 36.0-48.0 %
PLT 59 150-450 103/uL
MCV 91,4 80.0-97.0 Fl
MCH 32,1 27.0-34.0 Pg
MCHC 35,2 32.0-37.0 g/dL
Kimia Darah (18/10/2021)(Perawatn H-3)
Parameter Satuan Rujukan
GDS 117 mg/dL <140 mg/Dl
2. Pemeriksaan USG
Sirosis Hepatis
F. DIAGNOSIS BANDING
G. PENATALAKSANAAN
1. Non-Farmakologi
a. Tirah baring
3. Farmakologi
f. Thofovir
g. Curcuma
h. Carpiaton
i. Inbumin
j. Hepamed
A: - Sirosis Hepatis
- Hepatitis B kronik
Selasa , 19 S : pasien merasa lemas, BAB P:
Oktober 2021 hitam (+) , Perut terasa
Kencang. • IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
O :KU : Sakit Ringan
TD : 120/80 • Ceftriakson 1 gr/12
N : 88 x/menit jam/IV
S : 36,5C
• Furosemid 1 Amp/8 Jam/
P : 20x/menit
Pemeriksaan fisik IV
Mata : Konjungtiva anemis • Spironolacton 25 mg 1 x
Bibir : Bibir Pucat (-)
1
• Inbumin 1-1-1
• Propranolol 1-0-0
• Inbumin 1-1-1
Pemeriksaan fisik
Mata : Konjungtiva anemis (-) • Hepamed 0-1-0
Perut : I : Cembung, ikut gerak
napas • Propanolol 0-1-0
P : Nyeri tekan
epigastrium (+),
Undulasi (+)
P : Tympani (+), Asites
(+)
A: - Sirosis Hepatis
- Hepatitis B kronik
I. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad malam
Pasien datang dengan keluhan buang air besar hitam dialami sejak 3 hari
muntah (-), nyeri ulu hati (-). Nafsu makan menurun (+). Penurunan berat
badan (+), Demam saat ini (-), riwayat demam 3 hari yang lalu. Mata
kuning (-), batuk (-), sesak napas (-), nyeri dada (-). Buang air kecil
dalam batas normal. Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama 2
bulan yang lalu. Pasien pernah dilakukan Paracentesis 2 bulan yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
Konjungtiva anemis
Nyeri tekan epigastrium
Tympani
Asites
Feses hitam
Pemeriksaan Penunjang :
15 Oktober 2021
Darah Rutin
Hb : 7,86 g/dL
PLT : 85000 103/uL
Kimia darah :
Albumin : 2,1 g/dL
Ureum : 53 mg/dL
Kreatinin : 1 mg/dL
SGOT :49 u/L
SGPT : 26 u/L
Imunologi
HbSAg : Reaktif
18 Oktober 2021
Darah Rutin :
Hb : 9.0 g/dL
PLT : 59000 103/uL
Kimia Darah
GDS : 117 mg/dl
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sirosis hati adalah suatu keadaan penyakit hati kronis, yang merupakan
tahap akhir proses difus fibrosis hati progresif yang ditandai oleh distorsi
sirosis hati terdiri dari fibrosis difus, nodul regeneratif, perubahan arsitektur
darah hati aferen (vena porta dan arteri hepatica) dan eferen (vena hepatica).
hipertensi portal, dan gangguan sistem saraf pusat yang dapat berakhir
menjadikomahepatikum.1,2
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan
orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena
3 bagian utama yaitu: lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadrates.
Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul Glisson dan
Hati disuplai oleh 2 pembuluh darah yaitu vena porta hepatica yang berasal
dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrient seperti asam amino,
monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral dan arteri
Unit fungsional hati disebut acinus yang terdiri dari lapisan parenchym
yang dialiri oleh pembuluh darah dan limfe. Parenchym hati terdiri dari satu
lapisan sel hati yang dipisahkan oleh sinusoid. Pada sinusoid terdapat
Kupffer cell yang bertindak sebagai makrofaq dan stellate cell (lypocytes)
makrofag residennya.
Di negara barat, sirosis hati sering kali terjadi akibat pengkonsumsian alkohol
sedangkan di Indonesia paling sering penyebab infeksi adalah infeksi virus Hepatitis B
Patogenesis Sirosis hepatis sangat terkait dengan proses fibrosis hati. Kondisi
fibrosis tersebut menggambarkan proses yang tidak seimbang antara produksi matriks
terdiri dari kolagen (Tipe I, II, III, IV), glikoprotein dan proteoglikan. Sel stellate dalam
ruang perisinusoidal memiliki peran utama dalam produksi matriks ekstraselular tersebut
setelah terjadi cedera pada hepar. Aktivasi sintesis matriks ekstraselular terjadi oleh
Sirosis hepatis terjadi akibat adanya cedera kronik reversible pada parenkim hati
disertai timbulnya jaringan ikat difus (akibat adanya cedera fibrosis), pembentukan nodul
degenerative ukuran mikronodul sampai makronodul. Hal ini sebagai akibat adanya
jaringan ikat, distorsi jaringan vascular berakibat pembentukan vascular intra hepatik
antara pembuluh darah aferen (vena porta dan arteri hepatica) dan eferen (vena hepatica)
ini dipicu oleh faktor pelepasan yang dihasilkan hepatosit dan sel Kupffer. Pembentukan
dihasilkan oleh sel stellate dan dipengaruhi oleh beberapa sitokin seperti transforming
mengubah pertukaran normal aliran vena porta dengan hepatosit, sehingga material yang
seharusnya dimetabolisasi oleh hepatosit akan langsung masuk ke aliran darah sistemik
dan menghambat material yang diproduksi hati masuk ke darah. Proses ini akan
dimasa depan diharapkan dapat mencegah timbulnya fibrosis tersebut dan difokuskan
Beberapa hal yang sering menyebabkan lesi pada hati, yakni: perlemakan hati
alkoholik, sirosis alkoholik, dan hepatitis alkoholik. Cedera hati alkoholik diperkirakan
meningkatkan konsumsi oksigen lobular, terjadi hipoksemia relative dan cedera sel di
daerah yang jauh dari aliran darah yang teroksigensi (daerah perisentral), pelepasan
berperan sebagai neoantigen dan menghasilkan limfosit yang tersensitisasi serta antibodi
spesifik yang menyerang hepatosit pembawa antigen, dan pembentukan radikal bebas
oleh jalur alternatif dari jalur etanol. Pathogenesis fibrosis alkoholik meliputi tumor
morfologi telah jarang dipakai karena sering tumpang tindih satu sama lainnya. 8
Berdasarkan morfologi menurut Sherlock membagi sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :8
a. Sirosis mikronoduler: nodul berbentuk uniform, diameter kurang dari 3 mm.
Penyebabnya antara lain: alkoholisme, hemakromatosis, obstruksi bilier dan
obstruksi vena hepatica. Sirosis ini berbentuk irregular, septal, uniform monolobuler,
nutrisional dan Laennec. Gambaran mikroskopis terlihat septa yang tipis.
b. Sirosis makronoduler: nodul bervariasi dengan diameter lebih dari 3 mm.
Penyebabnya antara lain: hepatitis B kronik, hepatitis C kronik, defisiensi α
−1 antitripsin dan sirosis bilier primer. Yang termasuk sirosis jenis ini adalah post
necrotic, irregular dan post kolaps, biasanya septa lebar dan tebal.
c. Sirosis campuran kombinasi antara mikronoduler dan makronoduler.
Secara fungsional sirosis hati terbagi atas dua, yaitu :1,2,8
1) Sirosis Hati Kompensata (gejala awal sirosis)
Sirosis hati kompensata sering disebut juga dengan laten sirosis hati. Gejala pada
sirosis kompensata belum terlihat jelas. Gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah
lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan
menurun.
a. Anamnesis
o Perasaan mudah lelah dan berat badan menurun
o Anoreksia, dyspepsia
o Nyeri abdomen
o Jaundice, gatal, warna urin lebih gelap dan feses tampak lebih pucat
o Libido menurun
a) Edema
b) Icterus
c) Fetorhepaticus(napasbausegar)
d) Koma
e) Spidernevi
f) Alopesiapectoralis
g) Ginekomastia
h) Kerusakan hati menyebabkan tangan tremor
i) Asites
j) Rambut pubis rontok
k) Eritema palmaris
l) Atropi testis
m) Kelainan darah (anemia (anemia makrositik, defisiensi besi)
hematom / mudah terjadi perdarahan akibat kekurangan
protrombin)
2) Hipertensi portal
b. Spleenomegali
e. Asites
Pada pasien sirosis dapat mengalami keluhan dan gejala klinis akibat
komplikasi dari sirosis hepatis nya. Pada beberapa pasien komplikasi ini dapat
menjadi gejala pertama yang membawa pasien datang ke dokter. Pasien sirosis
hepatis dapat tetap berjalan kompensata selama bertahun-tahun, sebelum berubah
menjadi dekompensata yang dapat dikenal dari timbulnya bermacam-macam
komplikasi seperti hipertensi portal yang menyebabkan asites, ensepalopati,
splenomegaly, varises esophagus yang dapat menyebabkan hematemesis dan
melena.2
b. Pemeriksaan Fisik
E = Eritema Palmaris
K = Kolateral Vein
A = Asites
S = Splenomegali
I = Invers Albumin-Globulin
H = Hematemesis Melena
➢ Status nutrisi, demam, fetor hepatikum, icterus, pigmentasi, purpura, clubbing
finger, white nails, spider naevi, eritema palmaris, ginekomastia, atrofi testis,
distribusi rambut tubuh, pembesaran kelenjar parotis, kontraktur dupuytren-
(dapat ditemukan pada sirosis akibat alkoholisme namun dapat juga idiopatik),
hipogonadisme, asterixis bilateral, tekanan darah.
➢ Abdomen : asites, pelebaran vena abdomen, ukuran hati bisa
membesar/normal/kecil, splenomegaly.
➢ Edema perifer
• Perubahan neurologis : fungsi mental, stupor, tremor.
c. Laboratorium
➢ Terjadi peningkatan tetapi tidak begitu tinggi pada pemeriksaan serum glutamil
oksalo asetat (SGOT) dan serum glutamil piruvat transaminase (SGPT). Biasanya
SGOT > SGPT.
➢ Alkali fosfatase terjadi peningkatan kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas.
➢ Bilirubin akan meningkat pada sirosis lanjut tetapi terkadang normal pada sirosis hati
kompensata.
➢ Albumin akan menurun dan globulin akan meningkat, rasio albumin dan globulin
terbalik Kadar natrium serum akan menurun terutama pada sirosis dengan asites,
periksa ureum kreatinin, timbang setiap hari, ukur volume urin 24 jam dan ekskresi
natrium urin.
➢ Adanya kelainan hematologi seperti anemia, trombositopenia, leukopenia, dan
neutropenia dikaitkan dengan hipersplenisme.
Pemeriksaan laboratorium lain untuk mencari penyebabnya :2
d. Gambaran Radiologi
didapati hati yg mengecil dan nodular, permukaan irregular, dan ada peningkatan
ekogenitas parenkim hati, ekostruktur kasar homogen/heterogen pada sisi superficial, sisi
pemeriksaan USG kita juga bisa melihat apakah adanya asites, splenomegaly, thrombosis
vena porta dan pelebaran vena porta. Gambaran asites tampak sebagai area bebas gema
Pemeriksaan MRI dan CT konvensional informasinya sama dengan hasil USG, MRI
dan CT konvensional relatif mahal, bisa digunakan untuk menentukan derajat beratnya
Sirosis hepatis dengan menilai ukuran lien, asites dan kolateral vaskuler. Ketiga alat diatas
juga dapat untuk mendeteksi adanya karsinoma hepatoseluler. Untuk skrining hepatoma
H. DIAGNOSIS BANDING
I. Varises Esofagus
ke dalam lumen esofagus pada pasien dengan hipertensi portal. Hipertensi portal
adalah peningkatan tekanan aliran darah portal lebih dari 10 mmHg yang menetap,
sedangkan tekanan dalam keadaan normal sekitar 5 –10 mmHg. Hipertensi portal
paling sering disebabkan oleh sirosis hati. Sekitar 50% pasien dengan sirosis hati akan
terbentuk varises esofagus, dan sepertiga pasien dengan varises akan terjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan perdarahan saluran cerna bagian atas lainnya seperti
misalnya ulkus peptikus. Bila tidak di terapi, mortalitas varises esofagus adalah 30–
50%, namun bila dilakukan terapi maka mortalitasnya menurun hingga 20%. Angka
kematian tertinggi terjadi pada beberapa hari pertama hingga beberapa minggu
perdarahan awal, karena itu intervensi dini sangat penting untuk mempertahankan
kelangsungan hidup. Intervensi dini ini diperlukan karena perdarahan pada traktus
cepat dan tepat serta mendapatkan penanganan medis yang agresif untuk mencegah
endoskopi antara lain adalah skleroterapi dan ligasi, tamponade balon, transjugular
intrahepatic portosistemic shunt (TIPS), dan operasi.
2. Karsinoma Lambung
lambung secara abnormal dan tak terkendali. Pertumbuhan sel abnormal ini terjadi
spesifik pada stadium awal. Gejalanya dapat berupa perut kembung atau nyeri ulu
hati, dan sering kali hanya dianggap sebagai keluhan sakit maag.
Kanker lambung terjadi akibat adanya perubahan (mutasi) genetik pada sel
lambung, yang menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh secara tidak normal dan tidak
terkendali. Sel-sel inilah yang disebut sel kanker. Penyebab terjadinya perubahan
genetik pada sel lambung tersebut belum diketahui dengan pasti. anker lambung pada
stadium awal sering kali tidak menimbulkan gejala. Kalaupun muncul gejala,
umumnya dianggap sebagai gejala sakit maag biasa. Berikut ini adalah beberapa
gejala yang dapat dirasakan penderita kanker lambung pada stadium awal: Perut
Kanker lambung stadium lanjut akan menimbulkan gejala yang lebih berat.
Pada tahap inilah umumnya penderita baru datang berobat ke dokter. Beberapa gejala
kanker lambung pada stadium lanjut adalah:Muntah, darah, BAB berwarna hitam atau
1. Simptomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang misalnya : cukup kalori protein
1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
➢ Pada sirosis hati akibat infeksi virus hepatitis B dapat dicoba dengan
interferon alfa dan lamivudin.
➢ Pada sirosis alkoholik, maka pengobatan utama adalah menghentikan secara
total konsumsi alkohol oleh pasien.
➢ Pada sirosis non alkoholik dapat diterapi dengan penurunan berat badan.
➢ Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif
➢ Pada sirosis akibat hepatitis C kronik maka kombinasi interferon dan ribavirin
merupakan terapi standar.
➢ Pada sirosis akibat sindrom metabolik :
a. Hemachromatosis dengan phlebotomy
b. Wilson disesase dengan Copper Chelator (pengurangan
tembaga)
c. Defisiensi alpha-1-antitrypsin dengan transplantasi
d. Galaktosemia dengan mengurangi produksi air susu
e. Tyrosinemia dengan mengurangi konsumsi tyrosin
BAB III
ANALISA KASUS
KASUS TEORI
Pasien datang dengan keluhan • Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah
lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan
buang air besar hitam dialami perut kembung, mual, berat badan menurun, pada
laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil
sejak 3 hari SMRS, frekuensi 3
dan dada membesar, serta hilangnya dorongan
kali, konsistensi padat,warna
seksualitas.
hitam seperti kopi. Perut • Bila sudah lanj (berkembang menjadi sirosis
dekompensata) gejala-gejala akan menjadi lebih
membesar sejak ±1 bulan yang
menonjol terutama bila timbul komplikasi
lalu dirasakan perlahan-lahan.
kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
Mual (-), muntah (-), nyeri ulu kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan
demam yang tidak begitu tinggi.
hati (-). Nafsu makan menurun
• Selain itu, dapat pula disertai dengan gangguan
(+). Penurunan berat badan (+),
pembekuan darah, perdarahan gusi,
Demam saat ini (-), riwayat epistaksis,gangguan siklus haid, ikterus dengan air
demam 3 hari yang lalu. Mata kemih berwarna seperti teh pekat, hematemesis,
melena, serta perubahan mental, meliputi mudah
kuning (-), batuk (-), sesak
lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai
napas (-), nyeri dada (-). koma. Perdarahan pada saluran cerna dapat
yang lalu
Pemeriksaan Fisik :
• Penyebab dari sirosis hepatis sangat beraneka
Kepala:
ragam, namun mayoritas penderita sirosis
Konjungtiva anemis, bibir
awalnya merupakan penderita penyakit hati
pucat,
kronis yang disebabkan oleh virus hepatitis
Abdomen:
atau penderita yang berkaitan dengan
Nyeri tekan epigastrium (+)
kebiasaan minum alkohol ataupun obesitas.
Asites (+)
Fess Hitam • Pada sirosis hati akan di jumpai kelainan pada
pemeriksaan laboratorium terutama pada test
Pada pemeriksaan darah rutin fungsi hati. Kelainan tersebut antara lain:1,2
ditemukan Darah Darah
Rutin ➢ Terjadi peningkatan tetapi tidak begitu
Hb : 7,86 g/dL tinggi pada pemeriksaan serum glutamil
3
PLT : 85000 10 /uL oksalo asetat (SGOT) dan serum glutamil
piruvat transaminase (SGPT). Biasanya
Kimia Darah
SGOT > SGPT.
GDS : 217 mg/dl
➢ Alkali fosfatase terjadi peningkatan kurang
Imunologi dari 2 sampai 3 kali batas normal atas.
HbSAg : Reaktif
➢ Bilirubin akan meningkat pada sirosis
lanjut tetapi terkadang normal pada sirosis
hati kompensata.
➢ Albumin akan menurun dan globulin akan
meningkat, rasio albumin dan globulin
terbalik Kadar natrium serum akan
menurun terutama pada sirosis dengan
asites, periksa ureum kreatinin, timbang
setiap hari, ukur volume urin 24 jam dan
ekskresi natrium urin.
➢ Adanya kelainan hematologi seperti
anemia, trombositopenia, leukopenia, dan
neutropenia dikaitkan dengan
hipersplenisme.
2. Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata
MK, Setiati S (eds). (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi 6. Jakarta;
Interna Publishing : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Page 1978- 1983.
3. Snell R, (2012). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : ECG : Page 722-729.
4. Sherwood L, (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Edisi : 6. Jakarta : EGC :
Page 669-671.
5. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In: Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi
Setiawan, et al. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Page 129-136
6. David C Wolf. 2012. Cirrhosis. http://emedicine.medscape.com/article/ 185856-
overview.
7. Sherlock. S (2011). Disease Of The Liver and Biliary System. USA : Penerbit : Willey
Blackwell. Edisi 12 : Page: 103-120.
8. Anindito G (2016). Karya Tulis Ilmiah Gambaran Klinis Pasien Sirosis Hepatis
Dengan Sindroma Hepatorenal Pada Intalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD DR.
Soetomo Surabaya: http://repository.unair.ac.id/52385/13/8.%2052385.pdf. Page: 6- 26.
9. Yulianda D, Maharani L, Suryoputri W. 2020. Penggunaan Albumin Oral dan
Albumin Injeksi pada Pasien Sirosis Hati di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto, Jakarta. 8(1)
10. Devi Sartika1, M. Yuswar A, Susanti R.2014. Pola Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Sirosis Hati Dengan Hematemesis Melena Di Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura Kota Pontianak
11. Wahyudo, R. 2014. A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis. Jurnal Medula Unila. Vol
3(1) hal 174-180
12. FDA, U. Prilosec (Omeprazole). Sep 2012; Available from:
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2012/019810s096l bl.pdf