Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Disusun Oleh :
30101607663
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 30101607663
Fakultas : Kedokteran
Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 64 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
Nomor RM : 735XXX
DATA DASAR
Seorang perempuan 64 tahun datang ke IGD RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus pada
tanggal 13 Oktober 2021 dengan keluhan sesak napas. Sesak sudah dirasakan sejak 2 bulan
yang lalu dan hilang timbul. Pasien mengatakan keluhan sesak timbul saat pasien istirahat
dan memberat Ketika melakukan aktivitas seperti memasak atau ke kamar mandi. Pasien
mengatakan sesak napas juga disertai nyeri perut. Nyeri perut dirasakan sejak 1 minggu yang
lalu dan lokasinya pada perut bagian kanan. Nyeri dirasakan hilang timbul dan terasa seperti
ditusuk-tusuk. Nyeri dirasakan menjalar dari perut kanan sampai ke punggung. Pasien juga
mengeluhkan kaku pada jari – jari tangan dan kaki. Pasien mengeluh batuk (+), bengkak
kedua kaki, lemas (+), muntah (-), mual (-), BAK berwarna kuning bening dan BAB normal.
Pasien memiliki riwayat sakit jantung 1 tahun yang lalu, dirawat dirumah sakit selama 1
minggu. Pasien tidak mengetahui adanya riwayat penyakit hipertensi karena tidak pernah
melakukan cek tensi darah, riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal, riwayat penyakit
ginjal disangkal.
Riwayat penyakit diabetes mellitus, penyakit lambung, hipertensi, dan penyakit jantung
disangkal.
Pasien merupakan seorang ibu yang tinggal dengan anaknya yang sudah berkeluarga.
Kegiatan pasien sehari – hari berjualan. Biaya yang digunakan menggunakan BPJS kelas 3.
Nafsu makan pasien selama di rawat di rumah sakit masih tetap baik, makanan dan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sesak dan orthopneu
GCS : E4M6V5 (15)
GDS : 112 mg/dL
Vital Sign
• RR : 24x/menit
• TB : 150 cm
• BB : 50 kg
Status Generalis :
Kulit : pitting edem (-/-), capillary refill time < 2 detik,
Kepala : Mesocephal, distribusi rambut merata dan tebal, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+), skelra ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bentuk rahang normal, Sianosis (-), lidah kotor (-), bibir pucat (+)
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-), deviasi trakea (-), JVP 8 cm
Paru Depan
• Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, bentuk dada normal barrel chest (-), pectus
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, benjolan/tumor, sterm fremitus terdengar jelas tidak
• Auskultasi: vesikuler (-/-) seluruh lapang paru, ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
• Palpasi : ictus cordis kuat angkat, pulsus parasternal (+), pulsus epigastrium (+)
• Perkusi : redup, batas jantung membesar
- Batas atas jantung : ICS II linea sternalis kiri
- Interpretasi : kardiomegali
• Auskultasi
Abdomen
• Inspeksi : simetris, tampak cembung, tidak didapatkan sikatrik, striae, pelebaran vena
• Perkusi : timpani 4 regio, pekak pada hepar, dan traube’s space (tympani), tes
• Palpasi : Nyeri tekan hipocondriaca dextra (+), Supel (-), distensi (+), Tidak ada massa
yang teraba. Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba.
Interpretasi : nyeri ketok costovertebrae dextra dan nyeri tekan hipocondriaca dextra
Ekstremitas:
+ + + + - -
a. Laboratorium
13-10-2021 RUJUKAN
NLR 2,5
SGPT 36 U/L 0 – 50
KIMIA KLINIK
166
Kolesterol Mg/dl <=200
SGOT
b. Pemeriksaan EKG
INTERPRETASI HASIL
- Irama : Sinus
- Regularitas : irreguler
- PR Interval : 0.12 s
- Kompleks QRS
RVH : V1 : R/S : <1 (2/15=0.13) dan V6: R/S : >1 (kesan normal) (-)
Cor : membesar
- Batas kiri ke laterocaudal
Pulmo :
- corakan vaskuler
meningkat disertai
cefalisasi
- Tak tampak opasitas di
kedua paru Diafragma sinus
normal Kesan :
- Cardiomegaly
- Awal edema pulmonum
Kesan :
- Infark di corona radiata
kanan
ABNORMALITAS DATA
Anamnesis
- Sesak nafas
- Nyeri perut kanan menjalar hingga ke punggung
- Batuk
- Bengkak kedua kaki
- Riwayat penyakit jantung (+) sejak 1 tahun yang lalu
Pemeriksaan Fisik :
- TD : 150/88 mmHg
- Konjungtiva anemis (+/+), bibir pucat (+), Ronki (+/+)
- Kardiomegali
- nyeri ketok costovertebrae dextra dan nyeri tekan hipocondriaca dextra
- Edema kedua tungkai
Pemeriksaan Penunjang
PROBLEM LIST
1. CHF NYHA IV
2. Colic renal
3. Hipertensi Grade II
RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Hepar : ukuran normal, tepi rata, densitas gema homohgen, nodul (-), vena porta, vena
hepatica tak melebar, vena cava inferior melebar.
Lien : ukuran normal, densitas gema homogen, nodul (-), vena lien tak melebar,
KE : dinding tak menebal, batu (-), sludge (-)
Pankreas : ukuran normal, massa (-)
Ginjal kanan : ukuran normal, batas korteks medulla normal, pialacalyces system tak
melebar, batu (-)
Ginjal kiri : ukuran normal, batas korteks medulla normal, pialacalyces system tak
melebar, batu (+) uk. 88cm
Vesica Urinaria : dinding tak menebal, batu (-), massa (-)
Uterus : ukuran normal, densitas gema homogen, nodul/massa (-)
Aorta : tak tampak pembesaran limfonodi paraaorta
Kesan :
- Pelebaran vena cava inferior E.C CHF?
- Nefrolithiasis kiri ukuran 0,88 cm
b. Pemeriksaan Echocardiography (16/10/21)
Hasil Echocardiography :
- Dilatasi semua ruang jantung
- LVH (+) Eksentrik
- Fungsi sistolik LV normal, EF 21%
- LV global hipokinetik berat - Katup – katup :
- MV : MR moderate EC dilatasi
- AV : 3 cuspis, kalsifikasi (+) RCC, NCC, AR moderate, 482 MS, AS moderate
AVA 1, 41 cm
- TV : TR severe, TVG 25 mmHg, Vmax 2,5 m/s
- PV : PR moderate, PIEDP 8 mmHg, PAT 88 MS
- Kontraktilitas RV normal, tapse 2,8cm Kesan :
- Fungsi sistolik LV menurun
- LVH eksentrik
- RWMA -
Overload cairan
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
19-10-2021 RUJUKAN
1. CHF
Abnormalitas dari struktur jantung atau fungsi yang menyebabkan kegagalan dari
jantung untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Secara klinis, gagal jantung
merupakan kumpulan gejala yang kompleks dimana seseorang memiliki tampilan
berupa: gejala gagal jantung; tanda khas gagal jantung dan adanya bukti obyektif dari
gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
o Patofisiologi
o Etiologi
- Penyakit Miokard : PJK, HT, cardiomyopathi, miokarditis
- Penyakit katub
- Penyakit jantung kongenital
- Penyakit perikardium
- Aritmia
- Penyakit lain :
- Anemia
- Hipertiroid
- Peny. Paru à gagal jantung kanan
Pada pasien ini didapatkan sesak saat aktivitas ringan berupa saat pasien pergi ke kamar mandi
dan sesak saat beristirahat Ketika pasien duduk, sehingga pasien termasuk dalam NYHA IV
• Faktor Risiko o
Usia
o Pada lanjut usia terjadi penurunan
kemampuan pompa jantung, tetapi HF
menyebabkan memburuknya keadaan jantung karena memaksa jantung bekerja keras.
o Merokok o BB >
o Makanan berlemak dan tinggi kolesterol o
Tidak olahraga
Cardiomegaly Pulmonary Edema due to Heart Failure
2. DISL IPIDEMIA
2. NEFROLITHIASIS
Batu ginjal atau dalam bahasa medis disebut sebagai nefrolitiasis adalah terdapatnya
batu pada ginjal akibat kristalisasi berbagai mineral atau garam dalam urin. Selain di
ginjal, batu juga dapat terbentuk di seluruh bagian saluran kemih (Gambar 1) seperti
kandung kemih, ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih) dan
uretra (saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih). Batu dapat keluar dari tubuh
Anda secara spontan saat Anda buang air kecil namun terkadang batu tersangkut di saluran
kemih, menghalangi aliran normal urin, dan menyebabkan nyeri.
Kemungkinan seseorang mengalami batu ginjal dalam hidup adalah sebesar 5-10%
dan sebagian besar dari penderita akan mengalami batu berulang. Batu ginjal terjadi paling
banyak pada usia 20-49 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak maupun dewasa muda. Laki-
laki lebih banyak mengaami batu ginjal dibanding perempuan, meskipun beberapa tahun
belakangan ini, perbedaannya proporsi antar keduanya semakin sedikit.
Faktor risiko intrinsik (bawaaan / bakat dari dalam tubuh tehadap batu ginjal)
Berusia 20-50 tahun
Jenis kelamin laki-laki
Testosterone dapat meningkatkan produksi oksalat sehingga rentan terhadap batu kalsium
oksalat, sebaliknya wanita memiliki kadar sitrat urin lebih tinggi ang dapat menghambat
pembentukan kalsium oksalat
Memiliki riwayat batu ginjal pada keluarga
Adanya kelainan bawaan dalam keluarga seperti sistinuria, renal tubular asidosis dapat
meningkatkan terjadinya batu ginjal. Selain itu terdapat gen-gen tertentu yang memang
dapat meningkatkan risiko individu mengalami batu ginjal.
Kelainan bentuk ginjal atau saluran kemih lainnya
Kelainan seperti ginjal tapal kuda, ginjal polikistik, medullary sponge kidney,
penyempitan/obstruksi saluran kemih, menyebabkan individu rentan mengalami batu
ginjal
Penyakit komorbid Batu ginjal sering terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus,
obesitas, gout (asam urat), hiperpartiorid serta bila sering mengalami infeksi saluran kemih
berulang. Beberapa penyakit saluran cerna juga dapat berkaitan dengan kejadian batu
ginjal seperti penyakit Chron’s, kondisi malabsorbsi, dan riwayat pemotongan sebagian
saluran cerna.
Faktor risiko ekstrinsik (dari luar tubuh atau lingkungan)
Lokasi tempat tinggal atau tempat kerja yang panas sehingga rentan dehidrasi. Akibatnya
urin menjadi pekat.
Asupan minum rendah <1.2 L.hari
Makan-makanan yang tinggi kadar oksalat, asam urat, kadar garam
Pola hidup sedenter juga meningkatkan risiko terhadap batu ginjal
Penggunaan obat-obatan tertentu seperti suplemen kalsium, vitamin C dosis tinggi
Nyeri hebat pada daerah pinggang yang tidak membaik dengan perubahan posisi dan dapat
disertai penjalaran ke daerah perut sampai selangkangan
Nyeri tumpul pada daerah pinngang
Nyeri saat buang air kecil
Mual dan atau muntah
Darah dalam urin (urin tampak merah muda atau merah)
Demam
Setelah itu, dokter akan melakukan fisik menyeluruh dan sistematis. Untuk spesifik ginjal,
dokter akan meletakkan tangan pada pinggang Anda, kemudian menilai apakah ada
pembesaran ginjal atau nyeri, begitu pula dengan kandung kemih namun pemeriksaan
dilakukan di area perut bawah.
Pada kasus yang jarang, apabila terjadi keluhan masih ada setelah pemberian obat atau
terdapat pembengkakkan pada ginjal, dokter akan menganjurkan pemasangan selang
nefrostomi pada ginjal untuk mengeluarkan urin seperti yang terlihat pada gambar 2.
Saat kondisi anda sudah cukup baik atau keluhan minimal, maka dipersilahkan datang ke
poliklinik untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut.
Pada batu berukuran kecil dan kemungkinan besar akan keluar bersama air seni, dokter
Anda dapat meresepkan obat untuk memudahkan proses ini. Ini disebut pengobatan
konservatif. Ada 2 pilihan pengobatan konservatif yang umum:
Jika penggunaan terapi konservatif tidak memungkinkan, maka dilakukan terapi aktif yaitu
dengan ESWL atau pembedahan sesuai dengan kondisi pasien. Berikut adalah beberapa
kondisi yang memungkinkan Anda untuk harus menjalani terapi aktif
Terdapat beberapa terapi yang dapat menjadi pilihan batu selain konservatif adalah
ESWL (Gambar 3) merupakan terapi non-invasif yang ideal terutama untuk batu ukuran
kecil, jarak batu hingga kulit tidak terlalu jauh, dan batu tidak keras. Dengan ESWL, batu
akan dihancurkan menggunakan gelombang kejut melalui alat dari luar sehingga
diharapkan dapat keluar bersamaan dengan urin. Tidak ada sayatan maupun alat yang
dimasukkan ke tubuh pada tindakan ESWL.
Prosedur ESWL relatif cepat sekitar 1 jam dan tidak membutuhkan pembiusan. Anda akan
diminta untuk berbaring tidur di meja RSWL, kemudian alat ESWL akan difokuskan
gelombang kejutnya tepat ke arah batu ginjal. Setelah selesai, Anda biasanya akan
mendapatkan beberapa obat seperti obat anti nyeri dan obat untuk membantu
mengeluarkan urin dengan cara melebarkan saluran kemih. Tingkat keberhasilan ESWL
mencapai 85% untuk batu berukuran kecil (< 2cm)
Tindakan ESWL namun tidak dapat dilakukan apabila Anda hamil, memiliki gangguan
pembekuan darah, ada tekanan darah tinggi tidak terkontrol, gagal ginjal, sedang
mengalami infeksi saluran kemih, atau terdapat batu di saluran kemih lain yang
mengganggu aliran urin.
Gambar 3. Proses ESWL. Batu dihancurkan dengan gelombang kejut (Ilustrasi diadaptasi
dari website Urology Care Foundation)
4. Operasi terbuka
Pada operasi terbuka dilakukan sayatan besar pada perut supaya dapat mengakses organ
saluran kemih secara penuh. Jenis operasi ini sudah sangat jarang dilakukan dan
digantikan dengan terapi minimal invasif.
Keempat metode terapi aktif untuk batu ginjal memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing. Metode terbaik ditentukan berdasarkan kondisi Anda saat ini.
Diskusikan dengan dokter Urologi Anda mengenai pilihan metode yang terbaik untuk
Anda.
Pencegahan Batu Ginjal
Dokter akan menyarankan beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat mengurangi risiko
terbentuknya batu ginjal serta memperbaiki kondisi kesehatan secara umum, diantaranya :
Apabila tidak ada gangguan ginjal atau jantung, pastikan Anda minum setidaknya 2,5
hingga 3 liter setiap hari supaya dapat berkemih sebanyak 2-2.5 liter per hari. Minumlah
minuman dengan pH yang netral seperti air atau susu.
Pantau kecukupan cairan dapat dinilai dengan warna urin. Warna urin yang jernih hingga
kuning terang menandakan tubuh sudah menerima cairan dengan cukup.
Membiasakan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur-sayuran
dan makanan rendah garam (3-5 g/hari). Dengan demikian, selain mencegah batu saluran
kemih dapat sekaligus mencegah penyakit lain seperti obesitas dan darah tinggi. Anda juga
dianjurkan untuk mengkonsumsi protein dan kalsium (1000-1200 mg/hari) sesuai
kebutuhan harian. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi protein hewani.
Tidak mengkonsumsi vitamin C lebih dari dosis rekomendasi harian.
Mengkonsumsi seperti jus lemon atau jeruk nipis dapat mencegah kejadian batu terutama
yang memiliki komposisi kalsium.
Menjaga berat badan yang sehat dengan target IMT sebesar 18-35 kg/m2
Berolahraga secara rutin sebanyak 2-3 kali seminggu
Menghindari stress
Bergantung pada kondisi masing-masing individu, dokter dapat memberikan
rekomendasi yang berbeda terhadap modifikasi gaya hidup. Diskusikan dengan dokter
Anda mengenai pola gaya hidup yang sebaiknya Anda jalani.
Pada pasien ini didapatkan nyeri pinggang dari perut kanan dan menjalar hingga ke
pinggang disertai mual muntah, sehingga pasien ini telah sesuai dengan gejala klinis pada
penyakit Nefrolithiasis.
3. HIPERTENSI GRADE II
Definisi Hipertensi
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg
pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan. Berdasarkan pengukuran
TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan menjadi sesuai dengan tabel 1 berikut.
Pada pasien ini didapatkan tekanan darahnya 150/88 mmHg sehingga pasien termasuk dalam
katergori Hipertensi Grade 2. Pasien ini memiliki factor risiko cardiovascular berupa usia, asam
urat, pola hidup inaktif sehingga pasien memiliki risiko tinggi penyakit cardiovascular.
Pada pasien ini mendapatkan terapi berupa Captopril tablet 25 mg 3x1 sudah sesuai dengan
pedoman terapi terbaru
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC.
2004.
Krueger, R. F. & Tackett, J. L. 2006. Personality and psychopathology. New York:The
Guilford Press.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. 2019. Konsensus Hipertensi. : 118.
http://www.inash.or.id/upload/event/event_Update_konsensus_2019123191.pdf.
https://www.bmj.com/bmj/sectionpdf/187625?path=/bmj/345/7872/
Clinical_Review.full.pdf
EAU. Information for patients : kidney and ureteral stones [Internet]. 2020 [cited
from: https://patients.uroweb.org/wp-content/uploads/2018/12/PI_Kidney-and-
Ureteral-Stones-EN-Q1-2020-1.pdf
resources/kidney-stones
Urology Care Foundation. Urology A-Z: kidney stones. 2020 [cited 2021 March
27]. https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/k/kidney-stones
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran
Reynard J, Brewster S, Biers S. Oxford handbook of urology. 3rd ed. Oxford: Oxford