Anda di halaman 1dari 76

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN USIA 52 TAHUN DENGAN KOLIK ABDOMEN


EC KOLELISTIASIS, DAN HEPATOMEGALI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Pendidikan Dokter Umum Stase Ilmu Penyakit Dalam

Disusun oleh:
Dwi Permatasari Utomo P., S.Ked (J510215040)

PEMBIMBING:
dr. Asna Rosida, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD DR. HARJONO KABUPATEN PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA 2023
HALAMAN PENGESAHAN

CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN USIA 52 TAHUN DENGAN KOLIK ABDOMEN


EC KOLELISTIASIS, DAN HEPATOMEGALI

Disusun oleh:
Dwi Permatasari Utomo P., S.Ked (J510215040)

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada

Pembimbing:
dr. Asna Rosida, Sp.PD (....................................................)

Dipresentasikan dihadapan:

dr. Asna Rosida, Sp.PD (....................................................)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD DR. HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2023
BAB 1
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dukuh, Bulu
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 11 September 2023

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Nyeri perut sebelah kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang perempuan berusia 72 tahun datang ke IGD RSUD
Dr. Harjono ponorogo pada tanggal 10 September 2023 dengan
keluhan nyeri perut, perut membesar dan terasa penuh sejak 2
minggu lalu. Pasien juga mengaku sudah pernah 2x mengalami
penyakit seperti ini namun kali ini kambuh lagi dan perut mulai
membesar lagi. Pasien mengatakan keluhan pasien memberat saat
berjalan lama dan mereda saat beristirahat.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual, muntah
darah sejak masuk rumah sakit, muntah sebanyak 3x dengan volume
muntah ½ gelas aqua jika ditotal muntah pasien sampai 300 ml.
Keluhan lain yaitu BAB berdarah dengan konsistensi lembek
sebanyak 3x.
Selama satu minggu pasien tidak nafsu makan, lemas dan
udem pada kedua kakinya.Keluhan seperti demam (-), pusing (-),
sesak (-),keringat dingin (-), alergi obat (-). BAK lancar, tidak nyeri
saat BAK dan tidak berdarah.

3. Riwayat Kebiasaan
a) Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Sakit Serupa : diakui
b. Riwayat Hipertensi : disangkal
c. Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
d. Riwayat Alergi : disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : disangkal
b) Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat Sakit Serupa : disangkal
b. Riwayat Hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
4. Anamnesis Sistemik
a. Sistem cerebrospinal : nyeri kepala (-), demam (-)
b. Sistem respirasi : batuk (-), sesak (+)
c. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
d. Sistem digestivus : mual (+), muntah darah (+), nafsu makan
turun (+), nyeri ulu hati (-)
e. Sistem urogenital : BAB berdarah, BAK dbn
f. Sistem musculoskeletal : edema ekstremitas atas (-/-), edema
tungkai pada ekstremitas bawah kanan dan kiri (+/+)
g. Sistem integument : akral hangat (+), gatal (-), ikterik (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
1) Kesadaran : Compos Mentis
2) Keadaan Umum : Lemah
3) Tekanan Darah : 100/60mmHg
4) Heart Rate : 98 x / menit
5) Respirasi Rate : 20 x / menit
6) Saturasi : 98%
7) Temperatur : 36.2oC
2. Status Lokalis
1) Kepala : Normochepal (+), Konjungtiva anemis(+/+), Sklera
ikterik (+/+), sianosis (-/-), lidah kotor (-)
2) Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
deviasi trakea (-), JVP (meningkat)

3) Thoraks
a) Pulmo :
1. Inspeksi : Bentuk dada normochest, pengembangan dada
kanan dan kiri sama
2. Palpasi : Fremitus dada kanan sama dengan dada kiri sama
3. Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
4. Auskultasi : vesikuler di semua lapang paru, suara tambahan
ronchi (-/-), wheezing (-/-)
b) Jantung :
1. Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
2. Palpasi : Iktus kordis kuat angkat
3. Perkusi :
a. Batas jantung kanan atas : SIC II linea parasternalis
dextra
b. Batas jantung kanan bawah : SIC IV Midclavicular dextra
c. Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis
sinistra
d. Batas jantung kiri bawah : SIC IV linea axillaris
sinistra
4. Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, bising jantung (-)
c) Abdomen :
1. Inspeksi : Permukaan perut lebih tinggi dari dinding
dada, distended (+), asites (+), sikatriks (-), striae (-)
2. Auskultasi : Suara peristaltik 18x/mnt (+)
3. Palpasi : Nyeri tekan saat palpasi superfisial (+), nyeri
tekan saat deep palpation (+) regio epigastrium dan regio
umbilical, undulasi (+), shifting dullness (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
4. Perkusi : hipertimpani pada abdomen
d) Ekstremitas
1. Atas : Edema (-/-), akral hangat(+/+), CRT <2 detik
(+/+),
2. Bawah : Edema (+/+), akral hangat (+/+),, CRT <2 detik
(+/+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hematologi Darah
Lengkap (07/04/2023)
Parameter Hasil Nilai normal Satuan

Darah Lengkap
Hemoglobin (Hb) 9.8 L 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit (RBC) 2.59 L 4.4 - 5.9 10˄6/μL
Leukosit (WBC) 4.75 4.1 – 10,9 10˄3/μL
Hematokrit 28.7 L 36,0 – 56,0 %
Trombosit (PLT) 97 L 150 -450 10˄3/μL
MCV 110.9 L 80,0 – fL
100,0
MCH 37.8 H 28,0 – 36,0 Pg
MCHC 33.3 31,0 – 37,0 g/dL
RDW-CV 12.8 10,0 – 16,5 %
PDW 15.9 12,0 – 18,0 %
MPV 9.3 5,0 – 10,0 fL
PCT 0.091 0,10 – 1,00 %
Hitung jenis (diff)
Eosinofil 13.3 H 0,0 – 6,0 %
Basofil 0.4 0,0 – 2,0 %
Neutrofil 56.5 42,0 – 85,0 %
Limfosit 20.1 11,0 – 49,0 %
Monosit 9.7 H 0,0 – 9,0 %
Neutrofil absolut 2.68 10˄3/μL
Limfosit absolut 0.96 10˄3/μL
NLR 2.80

Kimia Klinik
Glukosa Strip 131
Kimia Klinik (08/04/2022)
Parameter Hasil Nilai normal Satuan

Kimia Klinik
Trigeliserida 80 20-200 mg/dL
LDL-Kolesterol 106 <130 mg/dL
Ureum 21.4 10-50 mg/dL
Creatinin 0.82 0.6 - 1.3 mg/dL
Asam Urat 6.3 H 2.6 - 6.0 mg/dL
SGOT 15 0 - 35 u/L
SGPT 14 0 - 35 u/L
Alkali Fosfatase 91 30 - 120 u/L
Bilirubin Total 0.22 0.2 - 1.2 mg/dL
Bilirubin Direk 0.17 0 - 0.50 mg/dL
Bilirubin Indirek 0.05 0.1 - 0.7 mg/dL

ECG
- Normal axis

ASSESMENT
Diagnosis Kerja :
- Sirosis hepatis
- Hepatitis B
- Anemia makrositik hiperkromatik
- Melena
E. POMR

Problem Assessment Planning Planning Terapi Planning Mo


Diagnosis nitoring

Anamnesis: Sirosis hepatis - USG Medikam Monitoring


abdomen entosa: Keluhan
- Nyeri perut
- Inf Pz 20 tpm Monitoring
- Perut
membesar - inj TTV
- Perut terasa Aminousehin
Monitoring
penuh hepar I
hasil
- Nafsu makan - inj. ranitidin
laboratorium
menurun 2x1
- propanolol tab
2x5mg
Pemeriksaan - spironolakton
2x100mg
fisik: - curcuma 3x1

Non
- Permukaan
perut lebih medika
tinggi dari mentosa:
dinding dada
- Nyeri tekan - Tirah baring
deep palpation - parasentesis
(+) regio diet rendah Na
epigastrium <2 gram
dan regio
umbilical
- Distended (+)
- Acites (+)
- Shifting dulness
Anamnesis: Anemia - serum iron - Monitoring
makrositik - pemeriksaan Medikamentosa keluhan
- lemas hiperkromik + feses - B12 1x50 mcg - Monitoring
- mual dan melena - total iron PO TTV
muntah darah binding - PRC 1 - Monitoring
dan BAB darah capacity kantong hasil lab
(TIBC) - inj. vit K 2x1 - Reaksi
Pemeriksaan fisik: - endoskopi - inj. asam setelah
traksenamat PRC
- konjungtiva 3x1
anemis (+) - inj.
- sklera ikterik (+) ondansentron
3x1
Hematologi
hemoglobin: 9.8 (L) Non
Eritrosit: 2.59 (L) farmakologis:
Hematokrit: 28.7 (L) - Tirah baring
Trombosit: 97 (L) - konsumsi
MCV: 110.9 (H) makanan
MCH: 37.8 (H) tinggi protein
Anamnesis: Hepatitis B - Pemeriksaan Farmakologis : - Monitoring
serologi - inj. keluhan
- interferon - Monitoring
alfa 5 unit TTV
Pemeriksaan fisik: (3 kali - Monitoring
- dalam pemeriksaan
Pemeriksaan seminggu, penunjangan
penunjang diberikan
HbsAg terkonfirmasi selama 4-6
:+ bulan)
- Lamivudin
tab 150mg
2x1

Non
Farmakologis :
Tirah baring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Kolelitiasis
A. DEFINISI

Kolelitiasis (batu empedu) adalah kristal yang dapat dijumpai dalam


kandung empedu, saluran empedu, atau keduanya. Batu empedu terbagi
menjadi tiga jenis yaitu batu kolestrol, batu pigmen (batu bilirubin), dan
batu campuran (Adhata, 2022).

B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi kolelitiasis di negara barat berkisar antara 10-15% dan di


negara asia lebih rendah 3-15% dibanding negara barat. Kolelitiasis cukup
umum dan dapat ditemukan pada sekitar 6% pria dan 9% wanita. Di
Indonesia diduga prevalensi penyakit batu empedu lebih rendah bila
dibandingkan dengan di negara Barat, tetapi dengan adanya kecenderungan
pola hidup sedentary kemungkinan di Indonesia pada masa mendatang
kasus batu empedu akan menjadi masalah kesehatan yang patut
mendapatkan perhatian (Tanaja, 2022).

C. ANATOMI SISTEM BILIER

Gambar 1. Anatomi sistem bilier

Sistem biliaris merupakan saluran antara hati dan duodenum yang


dirancang untuk mengangkut empedu. Berdasarkan lokasinya, sistem
biliaris
terbagi menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik. Saluran biliaris intrahepatik
terdiri dari atas kanalikuli biliaris dan duktus biliaris. Saluran biliaris ekstra
hepatik terdiri atas duktus hepatikus kiri dan kanan, duktus hepatikus
komunis, duktus sistikus dan duktus koledokus (Rizzo, 2016)

1. Ductus Biliaris

- Ductus hepaticus dextra dan sinistra keluar dari lobus hepatis dextra
dan sinistra pada porta hepatis. Dalam jarak pendek, keduanya
bersatu membentuk ductus hepatis communis. Panjang ductus
hepatis comunis sekitar 1,5 inchi (4 cm) dan berjalan turun di pinggir
bebas omentum minus. Ductus ini bergabung dengan ductus cysticus
dari vesica billiaris yang ada di sisi kanannya membentuk ductus
choledochus (Snell, 2011).
- Ductus Choledochus Panjang ductus choledocus sekitar 3 inci (8
cm). Biasanya ductus chledocus bergabung dengan ductus
pancreaticus major dan bersama-sama bermuara ke dalam ampulla
kecil di dinding duodenum disebut ampulla hepatopancreatica
(ampulla vateri). Lihat gambar 2. Ampulla ini bermuara ke dalam
lumen duodenum melalui sebuah papilla kecil yaitu papilla duodeni
major. Lihat gambar 1 dan
2. Kadangkadang ductus Choledocus dan ductus pancreaticus major
masing-masing bermuara ke dalam duodenumpada tempat yang
terpisa. Variasi yang sering ditemukan dapat dilihat di gambar 2.
(Snell, 2011).
2. Vesica Biliaris

Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah pir


yang terletak di permukaan bawah hepar di antara lobus kanan dan
lobus kiri hati. Panjang kurang lebih 7,5 – 12 cm. Vesica biliaris
menampung dan menyimpan empedu dengan kapasitas normal
sekitar 30-50 ml serta memekatkan empedu dengan cara
mengabsorbsi air. Kandung empedu terdiri dari fundus, korpus,
infundibulum, dan kolum. Fundus mempunyai bentuk bulat dan
biasanya menonjol di bawah margo inferior hepatis, dimana fundus
bersentuhan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung
kartilago costalis IX dextra. Korpus merupakan bagian terbesar dari
kandung empedu yang sebagian besar menempel dan tertanam
didalam jaringan hati sedangkan Kolum melanjutkan diri sebagai
ductus cysticus yang berkelok ke dalam omentum minus dan
bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus communis untuk
membentuk ductus choledochus (Snell, 2011). Kandung empedu
tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi infundibulum
kandung empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan
peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat
bendungan oleh batu, bagian infundibulum
menonjol seperti kantong yang disebut kantong Hartmann
(Sjamsuhidayat, 2010).

D. ETIOLOGI

Ada tiga jalur utama dalam pembentukan batu empedu:

1. Kejenuhan kolesterol: Biasanya, empedu dapat melarutkan jumlah


kolesterol yang dikeluarkan oleh hati. Tetapi jika hati menghasilkan
lebih banyak kolesterol daripada yang dapat dilarutkan oleh empedu,
kelebihan kolesterol dapat mengendap sebagai kristal. Kristal
terperangkap dalam lendir kandung empedu, menghasilkan lumpur
kandung empedu. Seiring waktu, kristal dapat tumbuh membentuk
batu dan menyumbat saluran yang akhirnya menghasilkan penyakit
batu empedu.
2. Kelebihan bilirubin: Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari
pemecahan sel darah merah, disekresikan ke empedu oleh sel hati.
Kondisi hematologi tertentu menyebabkan hati membuat terlalu
banyak bilirubin melalui proses pemecahan hemoglobin. Bilirubin
berlebih ini juga dapat menyebabkan pembentukan batu empedu.
3. Hipomotilitas kandung empedu atau gangguan kontraktilitas: Jika
kandung empedu tidak mengosongkan secara efektif, empedu dapat
menjadi terkonsentrasi dan membentuk batu empedu (Tanaja, 2022).
E. PATOFISIOLOGI

Batu empedu kolesterol terbentuk terutama karena sekresi kolesterol


berlebihan oleh sel hepar dan hipomotilitas atau gangguan pengosongan
kandung empedu. Pada batu empedu berpigmen, kondisi dengan
pergantian heme yang tinggi, bilirubin dapat hadir dalam empedu pada
konsentrasi yang lebih tinggi dari normal. Bilirubin kemudian dapat
mengkristal dan akhirnya membentuk batu. Gejala dan komplikasi dari
cholelithiasis terjadi ketika batu menyumbat saluran cystic, saluran
empedu atau keduanya. Obstruksi sementara dari duktus sistikus
menyebabkan kolik bilier. Ini dikenal sebagai kolelitiasis. Obstruksi
saluran sistikus yang lebih persisten (seperti ketika batu besar bersarang
secara permanen di leher kantong empedu) dapat menyebabkan kolesistitis
akut. Kadang-kadang batu empedu dapat melewati saluran sistikus dan
bersarang sehingga berdampak pada saluran empedu, dan menyebabkan
obstruksi serta penyakit kuning. Komplikasi ini dikenal sebagai
choledocholithiasis (Tanaja, 2022).
F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Kolelitiasis biasanya asimtomatik (tidak bergejala) sehingga


sulit dideteksi atau sering terjadi kesalahan diagnosis. Kolelitiasis,
atau batu empedu, dapat menimbulkan berbagai gejala yang
bervariasi dari ringan hingga parah, atau bahkan tanpa gejala sama
sekali. Gejala koleslitiasis biasanya berkaitan dengan terjadinya
obstruksi (penyumbatan) saluran empedu oleh batu empedu.
Beberapa gejala koleslitiasis yang umum meliputi:

- Nyeri perut kanan atas: Nyeri yang timbul di daerah perut


kanan atas, yang dapat berlangsung dalam waktu beberapa
menit hingga beberapa jam. Nyeri ini bisa bersifat tumpul,
nyeri tekan, atau nyeri tajam, dan dapat menjalar ke bahu
kanan atau punggung.
- Nausea dan muntah: Gejala mual dan muntah sering kali
terjadi bersamaan dengan nyeri perut pada koleslitiasis.
Muntah dapat terjadi sebagai respons terhadap nyeri yang
dialami.
- Kembung dan perut terasa penuh: Pasien dengan koleslitiasis
dapat merasa kembung dan perut terasa penuh akibat
gangguan dalam aliran empedu yang mempengaruhi
pencernaan.
- Dispepsia: Gejala dispepsia seperti perut kembung, perut
terasa penuh, perut kembung, dan perut terasa penuh juga
bisa terjadi pada koleslitiasis.
- Gangguan pencernaan: Koleslitiasis dapat mengganggu
fungsi normal saluran empedu dan mengganggu pencernaan,
seperti perut terasa penuh, perut kembung, mual, atau
gangguan tinja.
- Nyeri saat ditekan pada daerah kantong empedu: Pada
pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nyeri saat daerah kantong
empedu ditekan (tanda Murphy positif).
2. Pemeriksaan fisik
Batu Pada kandung empedu maka pada pemeriksaan fisik
akan ditemukan murphy sign positif yaitu apabila penderita
merasakan nyeri tekan dan bertambah sewaktu penderita menarik
nafas panjang. Batu pada saluran empedu biasanya tidak
menimbulkan gejala namun akan teraba saat perabaan hepar dan
apabila sumbatan saluran empedu bertambah berat maka akan timbul
ikterus klinis.
3. Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium akan ditemukan kenaikan serum
kolesterol, kenaikan fosfolipid, penurunan ester kolesterol,
kenaikan protrombin serum time, penurunan urobilinogen,
peningkatan sel darah putih, dan peningkatan serum amilase.
-
USG tetap lini pertama dan modalitas pencitraan terbaik
untuk mendiagnosa batu empedu. Pemeriksaan USG juga
dapat mendeteksi batu berukuran 2mm dan membedakan
adanya penebalan dinding kandung empedu karena proses
inflamasi. Batu empedu pada ultrasound memiliki
penampakan struktur hyperechoic di dalam kantong empedu
dengan bayangan akustik distal.
- Pencitraan CT perut tidak menambah sensitivitas atau
spesifisitas yang meningkat untuk mendiagnosis batu empedu
atau kolesistitis. Ini dapat membantu dalam menentukan
apakah ada dilatasi CBD, dan dapat mendeteksi peradangan
atau komplikasi pankreas (massa, kista semu, fitur nekrotikan)
(Tanaja, 2022).
G. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding atau pemikiran diferensial adalah proses


mengidentifikasi berbagai kemungkinan diagnosis yang mungkin
menjelaskan gejala atau tanda yang dialami oleh pasien. Kolelitiasis adalah
kondisi terbentuknya batu di dalam kantong empedu atau saluran empedu.
Berikut adalah beberapa diagnosis banding yang mungkin dipertimbangkan
dalam kasus kolelitiasis:
1. Kolesistitis akut: Infeksi atau peradangan akut pada kantong empedu
yang bisa disebabkan oleh batu empedu yang terjebak di dalam
saluran empedu, mengganggu aliran empedu, dan menyebabkan
peradangan. Gejala yang mirip dengan kolelitiasis antara lain nyeri
perut kanan atas, mual, muntah, demam, dan nyeri tekan pada daerah
kantong empedu.
2. Kolik bilier: Kondisi ketika batu empedu yang ada di kantong
empedu atau saluran empedu mengalami gerakan dan menyebabkan
serangan nyeri perut yang tajam dan hebat, namun tidak ada tanda-
tanda peradangan seperti pada kolesistitis akut.
3. Gastroesophageal reflux disease (GERD): Kondisi di mana isi
lambung naik ke kerongkongan dan menyebabkan gejala seperti
nyeri ulu hati, nyeri dada, dan sensasi terbakar di dada. Gejala ini
bisa mirip dengan kolelitiasis, terutama jika batu empedu yang ada
menyebabkan iritasi pada lambung atau kerongkongan.
4. Penyakit gastrointestinal lainnya: Beberapa penyakit gastrointestinal
seperti tukak peptikum, pankreatitis, atau radang usus buntu
(apendisitis) juga dapat menyebabkan nyeri perut yang mirip dengan
gejala kolelitiasis.
5. Penyakit kardiovaskular: Beberapa kondisi kardiovaskular seperti
angina pektoris atau serangan jantung bisa menimbulkan gejala
seperti nyeri dada atau nyeri perut yang bisa bingung dengan
kolelitiasis, terutama jika pasien memiliki faktor risiko
kardiovaskular.
6. Penyakit paru: Beberapa penyakit paru seperti pneumonia basal
kanan atau emboli paru dapat menyebabkan nyeri di daerah perut
kanan atas yang bisa salah diinterpretasikan sebagai gejala
kolelitiasis.

H. TATALAKSANA

Tatalaksana kolelitiasis dibedakan menjadi 2 yaitu penatalaksanaan


non bedah dan bedah. Penatalaksanaan non bedah dapat dilakukan dengan
penatalaksaan pendukung dan diet, 80% pasien kolelitiasis sembuh dengan
istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.

1. Pengelolaan gejala: Jika pasien memiliki batu empedu yang tidak


menyebabkan gejala atau gejala yang ringan, pengelolaan konservatif
dapat dilakukan. Ini bisa mencakup menghindari makanan yang
memicu serangan nyeri, menjaga pola makan sehat, dan menghindari
faktor risiko seperti obesitas dan peningkatan berat badan.
2. Pengelolaan serangan akut: Jika pasien mengalami serangan akut
koleslitiasis yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan nyeri
hebat, mual, dan muntah, pengelolaan serangan akut dapat
melibatkan pengaturan diet khusus, obat penghilang nyeri, dan
terkadang antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi.
3. Kolesistektomi: Tindakan pembedahan yang paling umum dilakukan
untuk mengatasi koleslitiasis adalah kolesistektomi, yaitu
pengangkatan kantong empedu (kandung empedu) beserta batu
empedu di dalamnya. Kolesistektomi bisa dilakukan secara
konvensional (pembedahan terbuka) atau laparoskopi (pembedahan
minimal invasif). Kolesistektomi laparoskopi umumnya menjadi
pilihan yang lebih umum karena prosedur ini memiliki pemulihan
yang lebih cepat dan waktu rawat inap yang lebih singkat.
4. Terapi obat-obatan: Terkadang, obat-obatan seperti ursodeoksikolat
(UDCA) dapat digunakan untuk menghancurkan batu empedu kecil
atau mengurangi pembentukan batu empedu baru pada pasien yang
tidak memenuhi kriteria untuk operasi atau memiliki kontraindikasi
terhadap operasi.
5. Terapi litolitik: Terapi litolitik melibatkan penggunaan obat-obatan
yang dapat melarutkan batu empedu. Namun, terapi ini jarang
digunakan dan biasanya hanya diberikan kepada pasien yang tidak
memenuhi syarat untuk tindakan pembedahan.
6. Tindakan endoskopi: Beberapa tindakan endoskopi, seperti
kolesistostomi percutaneous transhepatic (PTC) atau kolesistostomi
endoskopik retrograde (ERCP), dapat dilakukan dalam beberapa
kasus tertentu ketika kolesistektomi tidak dapat dilakukan atau ketika
terdapat komplikasi tambahan.
I. KOMPLIKASI

Komplikasi dari kolelitiasis adalah sebagai berikut

1. Peradangan kandung empedu yang menyebabkan kolesistitis


2. Penyumbatan saluran empedu umum yang mengakibatkan infeksi
saluran empedu dan penyakit kuning
3. Penyumbatan saluran pankreas yang dapat menyebabkan pankreatitis
4. Kanker kantong empedu

K. PENCEGAHAN

Pendidikan pasien berpusat pada mempertahankan diet rendah


lemak, kepatuhan pengobatan, menjelaskan patofisiologi kondisi, janji
tindak lanjut untuk melacak kemajuan, dan menjelaskan potensi intervensi
bedah jika diperlukan (Jones, 2023).

J. PROGNOSIS

Data menunjukkan bahwa hanya 50% pasien dengan batu empedu


yang mengalami gejala. Angka kematian setelah kolesistektomi laparoskopi
elektif kurang dari 1% ((Adhata, 2022).

II. HEPATOMEGALI
A. DEFINISI

Hepatomegali adalah perbesaran hati yang melebihi ukuran


normalnya. Ukuran hati normal pada orang dewasa sekitar 12 cm pada
garis midklavikula di lateral kanan, 8 cm pada garis mid-sternal di lateral
kanan, atau 6 cm pada garis mid-aksila di lateral kanan. (Metze D et all,
2018)

B. ANATOMI

Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan
atas rongga abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena
kaya akan persediaan darah. Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh
manusia dengan berat kurang lebih 1,5 kg. Sebagian besar hepar terletak di
profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan
hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah
kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra

Hepar terbagi menjadi empat lobus, yakni lobus dextra, lobus


caudatus, lobus sinistra, dan lobus qaudatus. Terdapat lapisan jaringan ikat
yang tipis, disebut dengan kapsula Glisson, dan pada bagian luar ditutupi
oleh peritoneum. Darah arteria dan vena berjalan di antara sel-sel hepar
melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis. Vena centralis pada
masing-masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara
lobulus-lobulus
terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena
portae hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus (trias 12 hepatis).

Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang


mengelilingi bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang
membentuk kapiler empedu yang dinamakan kanalikuli empedu yang
berjalan diantara lembaran sel hati.

C. KLASIFIKASI

Hepatomegali dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai faktor, seperti


etiologi, ukuran, dan jenis perbesaran hati. (Kwok MK, 2018)

1. Berdasarkan Etiologi

Hepatomegali dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, seperti


hepatitis, sirosis, kanker hati, penyakit hati berlemak, dan infeksi
lainnya.

2. Berdasarkan Ukuran

Hepatomegali dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran hati yang


melebihi ukuran normalnya. Ukuran hati normal pada orang dewasa
sekitar 12 cm pada garis midklavikula di lateral kanan, 8 cm pada
garis mid-sternal di lateral kanan, atau 6 cm pada garis mid-aksila di
lateral kanan.
3. Berdasarkan Jenis Pembesaran Hati

Hepatomegali juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis


perbesaran hati, seperti hepar difus (perbesaran hati secara
keseluruhan), hepar lobular (perbesaran pada satu atau beberapa
lobus hati), hepar nodular (perbesaran dengan adanya nodul-nodul
pada hati), dan hepar tumpul (perbesaran hati dengan hilangnya tepi
tajam hati).

D. EPIDEMIOLOGI

Hepatomegali dapat terjadi pada berbagai usia, dari bayi hingga


dewasa. Penyebab hepatomegali pada anak-anak meliputi infeksi, penyakit
metabolik, dan penyakit autoimun, sedangkan pada dewasa penyebabnya
lebih sering berhubungan dengan penyakit hati kronis. Hepatomegali dapat
ditemukan pada sekitar 5-10% populasi umum. Namun, prevalensi
hepatomegali dapat meningkat pada populasi yang memiliki faktor risiko,
seperti obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, atau riwayat keluarga
penyakit hati. (Kwok MK, 2018).

prevalensi hepatomegali pada pasien yang menjalani pemeriksaan


USG (ultrasonografi) berkisar antara 3,5%-5,5%. Penyebab hepatomegali
pada pasien dalam studi tersebut bervariasi, termasuk sirosis, hepatitis, dan
penyakit hati berlemak.(Metze D et al, 2018)

E. ETIOLOGI

Hepatomegali dapat disebabkan oleh berbagai penyakit hati,


termasuk hepatitis virus, penyakit hati berlemak non-alkoholik, sirosis,
hemokromatosis, dan penyakit hati autoimun. Penyebab lain yang
mungkin termasuk infeksi, tumor, obat-obatan, dan gangguan
metabolisme.

Penyakit hati berlemak non-alkoholik dan obesitas merupakan


penyebab utama hepatomegali pada pasien dewasa. Selain itu, sirosis,
hepatitis virus, penyakit hati alkoholik, dan gangguan kongenital pada
saluran empedu juga dapat menyebabkan hepatomegali. penyebab
hepatomegali pada anak-anak termasuk infeksi, penyakit metabolik seperti
penyakit Wilson dan penyakit Glikogenosis, penyakit autoimun, dan
gangguan genetik seperti sindrom Alagille dan sindrom Dubin-Johnson.
(Metze D et all, 2018)
F. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi hepatomegali melibatkan peningkatan ukuran hati yang


dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti inflamasi, neoplasma,
stenosis vena porta, atau obstruksi saluran empedu.

Secara umum, hepatomegali terjadi akibat peningkatan jumlah sel-sel


hati atau peningkatan volume cairan ekstraseluler yang mengelilingi sel-sel
hati. Peningkatan jumlah sel hati dapat terjadi pada kondisi seperti
hepatitis, sirosis, atau penyakit hati lainnya yang menyebabkan proliferasi
sel-sel hati. Sementara itu, peningkatan volume cairan ekstraseluler dapat
terjadi pada kondisi seperti sirosis atau kegagalan jantung.

Faktor-faktor penyebab hepatomegali dapat mempengaruhi fungsi


hati, tergantung pada tingkat keparahan hepatomegali dan faktor-faktor
yang mendasarinya. Kondisi-kondisi yang menyebabkan kerusakan hati
kronis dapat menyebabkan hilangnya fungsi hati secara bertahap,
sementara kondisi yang menyebabkan peningkatan volume cairan
ekstraseluler dapat mengganggu aliran darah dan menyebabkan hipertensi
portal.(Feng He et al, 2019).

G. DIAGNOSIS
Hepatomegali dapat didiagnosis melalui :

1. Anamnesis
- melakukan tanya jawab seputar gejala yang dialami, serta riwayat
kesehatan dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien.
2. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik pada hepatomegali meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
3. Penunjang
- Tes darah
- Usg Abdomen
- Ct-scan
- MRI
- Biopsi

H. DIAGNOSIS BANDING

1. Splenomegali
2. Kanker Hati
3. Hepatitis
4. Kolestasis
I. TATALAKSANA

1. Medikamentosa
- Pengobatan spesifik tergantung pada penyebab hepatomegali.
Contohnya, pada pasien dengan hepatitis, terapi antiviral dapat
diberikan untuk mengatasi infeksi.
- Terapi simtomatik seperti analgesik dan antipiretik dapat
diberikan untuk mengatasi gejala-gejala seperti nyeri pada
perut bagian kanan atas dan demam.
- Pada kasus hepatomegali yang disebabkan oleh penyakit hati
yang parah, transplantasi hati dapat dilakukan sebagai pilihan
terapi.
2. Non-medikamentosa
- Menerapkan pola makan yang sehat dan menghindari
konsumsi alkohol berlebihan.
- Memperbaiki gaya hidup seperti berhenti merokok dan rutin
berolahraga.
- Meminimalkan penggunaan obat-obatan yang tidak perlu,
terutama obat yang berpotensi merusak hati.
- Menghindari paparan bahan kimia dan racun yang dapat
merusak hati, seperti pestisida dan zat kimia beracun.

J. KOMPLIKASI

Komplikasi pada hepatomegali dapat bervariasi tergantung pada penyebab


dan beratnya penyakit. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien dengan hepatomegali

1. Sirosis hati

Sirosis hati adalah kondisi ketika jaringan hati mengalami kerusakan


yang signifikan dan berubah menjadi jaringan parut. Komplikasi ini
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit hati yang parah dan dapat
menyebabkan hilangnya fungsi hati secara bertahap.

2. Kanker hati

Kanker hati adalah kondisi ketika sel-sel hati tumbuh secara


abnormal dan tidak terkendali. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien
dengan penyakit hati yang kronis dan dapat berujung pada kematian.

3. Ascite

Ascites adalah kondisi ketika cairan menumpuk di dalam rongga


perut. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan sirosis hati atau
penyakit hati yang lainnya.
4. Varises esofagus

Varises esofagus adalah kondisi ketika pembuluh darah di esofagus


membengkak dan pecah. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien
dengan sirosis hati dan dapat menyebabkan pendarahan yang berat.

5. Ensefalopati hepatik

Ensefalopati hepatik adalah kondisi ketika fungsi otak terganggu


karena kerusakan hati. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit hati yang parah dan dapat menyebabkan kebingungan,
gangguan nafsu makan, dan koma.

K. PENCEGAHAN

Pencegahan terjadinya hepatomegali bergantung pada faktor penyebabnya.


Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan (Metze
D et al, 2018) :

1. Menghindari konsumsi alkohol berlebihan.


2. Menerapkan pola makan yang sehat.
3. Menghindari penggunaan obat-obatan yang merusak hati dan
memicu terjadinya hepatomegali.
4. Menjaga berat badan yang sehat.
5. Menghindari paparan bahan kimia dan racun yang dapat merusak hati.

K.PROGNOSIS

Prognosis pada kasus hepatomegali sangat tergantung pada penyebabnya.


Jika penyebabnya dapat diatasi dan tidak terjadi kerusakan permanen pada
hati, maka prognosisnya dapat baik. Namun, jika terjadi kerusakan
permanen pada hati atau komplikasi yang lebih serius, maka prognosisnya
dapat buruk. (Metze D et al, 2018)
BAB III
PEMBAHASAN
Kolelitiasis (batu empedu) adalah kristal yang terbentuk dalam kandung
empedu saluran empedu, atau keduanya. Pada kasus kolelitiasis pasien akan datang
dengan keluhan seperti sakit lambung, terkadang pasien salah mengartikan gejala
tersebut sebagai GERD. Pada pemeriksaan pasien mengeluhkan adanya nyeri perut
sebelah kanan yang menjalar hingga ke pinggang kanan dan ke ulu hati yang sudah
terjadi selama 1 minggu, nyeri perut dirasakan hilang timbul atau kumat kumatan.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah yang terjadi sebanyak 7x dengan
muntah air bercampur makanan. Selama 1 minggu pasien merasakan nafsu makan
menurun dan sulit untuk BAB. Pada pemeriksaan fisik didapatkan murphy sign (+)
yaitu apabila pasien merasakan nyeri tekan dan bertambah sewaktu pasien menarik
nafas panjang. Perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai keadaan
pasien, seperti USG abdomen untuk mendiagnosis adanya batu empedu. Tatalaksana
pada pasien adalah dengan pemeberian UDCA (URSODEOXYCHOLIC ACID)
3x1 yang diindikasikan sebagai terapi medikamentosa penyakit batu empedu. Selain
itu diberikan terapi simptomatik seperti injeksi lansoprazol dan sucralfat syrup
untuk mengatasi keluhan tidak nyaman pada lambung, injeksi ondansetron untuk
mengatasi muntah, dan curcuma digunakan sebagai suplemen makanan.

Hepatomegali adalah perbesaran hati yang melebihi ukuran normalnya. Pada


kasus hepatomegaly pasien akan datang dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan
nyeri menjalar hingga kepinggang kanan dan ke ulu hati.nyeri perut dirasakan hilang
timbul atau kumat kumatan. Pada pemeriksaan fisik, Perut terlihat membesar dan
menonjol (caput desae) tidak begitu tampak Hati terasa keras dan berbentuk tidak
beratur Batas hati teraba melebar dan terletak lebih rendah daripada batas hati
normal. Perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai keadaan pasien,
seperti USG abdomen untuk mendiagnosis adanya hepatomegaly. Tatalaksana pada
pasien adalah Injeksi Santagesic untuk mengatasi rasa nyeri pada perut.
DAFTAR PUSTAKA

Adhata , R, A., Mustofa, S & Soleha, T,M. 2022. Diagnosis dan Tatalaksana
Kolelitiasis
Jones, M W., Weir, C,B., Ghassemzadeh. 2023. Gallstones (Cholelithiasis).
StatPearls Publishing, Treasure Island (FL)
Tanaja, J., Lopes R, A & Meer, J, M. 2022. Cholelithiasis. StatPearls Publishing
LLC.
Metze D, Cury VF, Gomez RS, Marco L, Robinson D, Melamed E, et al.
Hepatomegaly. Encyclopedia of Molecular Mechanisms of Disease. Berlin,
Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg; 2018. p. 824–825
Feng He, Laura Antonucci, Shinichiro Yamachika, Zechuan Zhang, Koji
Taniguchi, Atsushi Umemura, Georgia Hatzivassiliou, Merone Roose-
Girma, Miguel ReinaCampos, Angeles Duran, Maria T. Diaz-Meco, Jorge
Moscat, Beicheng Sun, Michael Karin. NRF2 activates growth factor genes
and downstream AKT signaling to induce mouse and human hepatomegaly.
South San Francisco. 2019.
Kwok MK, Lewin KJ. Massive hepatomegaly in adult polycystic liver disease. Am
J Surg Pathol 1988;12:321–324. [PubMed: 3281482]
SEORANG WANITA 52 TAHUN
DDENGAN KOLIK ABDOMEN EC
KOLELISTIASIS, DAN HEPATOMEGALI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
RSUD Dr. HARJONO S. PONOROGO

Putri Rahayu Warseno


(J510215370)
Iham
P Aziz
(Je5m1b0i2m15bi3n7g5: )dr. Asna Rosida, Sp. PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
UNDOUBTEDLY NURTURING GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. S


Umur : 52
tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :
Tulakan, Pacitan
Tanggal masuk RS : 07-04-2023
TUaNnDOgUBgTEaDLYl NPUReTUmRINGeGrLOiBkALsGRaEAaT FnAMILY DOCTO:RS0UN8DE-R
0ISLA4M-IC2EN0VIR2ON3MENT LEADING NEW INNOVATIONS
Anamnesis
Keluhan Utama :
• Nyeri perut sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan berusia 52 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Harjono Ponorogo dengan
keluhan nyeri perut sebelah kanan atas sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri perut dirasakan
menjalar sampai kepinggang kanan dan ke ulu hati. Nyeri perut dirasakan sewaktu waktu dan
hilang timbul. sebelumnya pasien sudah berobat ke RS di Pacitan tetapi tidak ada perubahan
walaupun sudah diterapi.

Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual dan muntah saat sebelum masuk rumah
sakit, muntah sebanyak 7x dengan sekali volume muntah adalah satu gelas aqua kecil
sehingga jika ditotal muntah pasien bisa sampai 1,5 L. Isi muntah adalah air bercampur
makanan. Keluhan lain saat di RSUD adalah pasien merasa dadanya sesak, dada sesak tidak
menjalar.

Selama satu minggu pasien tidak nafsu makan dan sudah tidak buang air besar selama 6
hari. BAK lancar, tidak nyeri saat BAK dan tidak berdarah.
U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu:


• Riwayat keluhan serupa : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat penyakit asma : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat jantung : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat hepatitis : disangkal

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Anamnesis

Riwayat penyakit keluarga:

• Riwayat keluhan serupa :disangkal


• Riwayat DM :disangkal
• Riwayat penyakit asma :disangkal
• Riwayat hipertensi :disangkal
• Riwayat jantung :disangkal
• Riwayat penyakit ginjal :disangkal
• Riwayat hepatitis :disangkal

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Anamnesis

Riwayat Sosial ekonomi:


• Riwayat merokok : disangkal
• Pekerjaan : tidak bekerja

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Anamnesis Sistem

● Sistem cerebrospinal : nyeri kepala (-), pusing (-), demam (+)


● Sistem respirasi : batuk (-), sesak (-)
● Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (+), berdebar-debar (-)
● Sistem digestivus : nyeri perut (+), mual (+), muntah (+), nafsu makan
turun (+), nyeri ulu hati (+)
● Sistem urogenital : BAB sulit, BAK normal
● Sistem musculoskeletal: udema ekstremitas atas (-), bawah (-),
nyeri sendi (-), nyeri otot(-), nyeri tulang (-)
● Sistem integumentum : akral hangat (+), gatal (-), ikterik (+)

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan umum : lemas
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 110/70 mmHg, reguler
Nadi : 99x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,4 derajat celcius
Saturasi : 98%

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kepala Leher
● Kepala : Normochepal, simetris, rambut rontok (-)
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (+/+)
● Hidung : deformitas (-), inflamasi (-)
● Mulut : stomatitis (-), sianosis (-), bibir pecah-pecah (-)
● Telinga : bentuk normal, simetris antara kanan dan kiri
● Leher : simetris, trachea ditengah, pembesaran KGB (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP (r±2)

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Pemeriksaan Fisik Thorax

● Inspeksi : bentuk dada normochest, Gerakan pernafasan


kanan dan kiri sama
● Palpasi : fremitus kedua lapang paru sama
● Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
● Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Pemeriksaan Fisik Jantung

● Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


● Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
● Perkusi
Batas kanan atas : SIC II linea parasternal dextra
Batas kanan bawah : SIC IV linea parasternal dextra
Batas kiri atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah : SIC V linea parasternal sinistra
● Auskultasi : suara jantung normal (S1/S2), bising jantung (-)

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Pemeriksaan Fisik Abdomen
● Inpeksi : permukaan abdomen lterlihat menonjol, sikatrik (-),
striae (-)
● Auskultasi : peristaltik usus 20x/menit
● Perkusi : Undulasi (-) , pekak pada bagian hipokondria hingga
epigastric yang hampir mendekati bagian umbilical, timpani pada
kuadran abdomen lainya.
● Palpasi : nyeri tekan (+) pada regio hipocondriaka dekstra, ,
hepatomegaly (+), konsistensi keras dan berbentuk tidak beratur
batas hati melebar dan terletak lebih rendah dari hepar
normalnya. splenomegaly (-), murphy sign (+).
U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Pemeriksaan Ekstremitas

Atas : edema (-/-), ruam (-/-), akral hangat (+/+), CRT <2” (+/+),
Bawah : edema (-/-), ruam (-/-), akral hangat (+/+), CRT <2” (+/+)

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
PEMERIKSAAN PENUNJANG

UNDOUBTEDLY NURTURING GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Laboratorium
Pemeriksaan Darah
Hasil Satuan Nilai Normal
Lengkap (07/04)
Hemoglobin (Hb) 15.9 H 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit (RBC) 5.12 4.4 - 5.9 10˄6/μL
Leukosit (WBC) 12.80 H 4.1 – 10,9 10˄3/μL
Hematokrit 46.3 36,0 – 56,0 %
Trombosit (PLT) 347 150 -450 10˄3/μL
MCV 90.5 80,0 – 100,0 fL
MCH 31.0 28,0 – 36,0 Pg
MCHC 33.3 31,0 – 37,0 g/dL
RDW-CV 12.8 10,0 – 16,5 %
PDW 15.9 12,0 – 18,0 %
MPV 10.2 H 5,0 – 10,0 fL
PCT 0.353 0,10 – 1,00 %

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Laboratorium

Pemeriksaan Hitung Hasil Satuan Nilai Normal


Jenis (07/04)
Eosinofil 4.6 0,0 – 6,0 %
Basofil 0.4 0,0 – 2,0 %
Neutrofil 71.8 42,0 – 85,0 %
Limfosit 18.3 11,0 – 49,0 %
Monosit 4.9 0,0 – 9,0 %
Neutrofil absolut 9.19 10˄3/μL
Limfosit absolut 2.35 10˄3/μL
NLR 3.92

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Laboratorium
Pemeriksaan Darah
Hasil Satuan Nilai Normal
Lengkap (07/04)
KIMIA KLINIK
trigliserida 80 20-200 mg/dL
LDL-Kolesterol 106 <130 mg/dL
Ureum 21.4 10-50 mg/dL
Creatinin 0.82 0.6 - 1.3 mg/dL
Asam urat 6.3 H 2.6 - 6.0 mg/dL
SGOT 15 2.6 - 6.0 u/dL
SGPT 14 0 - 35 u/dL
Alkali Fosfate 91 0 - 35 u/dL
Bilirubin Total 0.22 0.2-1.2 mg/dL
Bilirubin Direk 0.17 0-0.50 mg/dL
Bilirubin Indirek 0.05 0.1-0.7 mg/dL
U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
USG ABDOMEN

- Hepatomegaly ukuran hepar 14.9 cm


- Cholelithiasis ukuran 1,89 cm
- Nefrolithiasis sinistra ukuran 0,8 cm
- Tak tampak kelainan pada spleen, pankreas, ren,
VU dan uterus

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Planning Planning
Problem Assessment Planning Terapi Monitoring
Diagnosis
Kolelitiasis Pemeriksaan Lab Medika mentosa: Monitoring
Anamnesis:
darah lengkap Keluhan
- Nyeri perut sebelah kanan - Inf asering 20 tpm
Pemeriksaan profil Monitoring
- Nyeri perut menjalar kepinggang kanan dan ke ulu hati - UDCA 250 mg 3x1
lipid TTV
- Nyeri perut hilang timbul
USG abdomen - Inj lansoprazol 2x1 amp Monitoring
- Mual dan muntah 7x hasil
- Inj ondansetron 3x1 g
- Nafsu makan menurun laboratorium
- Curcuma 3x1
- Sulit BAB

Pemeriksaan fisik: - Sucralfat 3xc1

- Nyeri tekan (+) regio hipocondriaca dextra Inj ketorolac 3 x 1 g

- Murphy sign (+)


Non medika mentosa:
Kimia Klinik
konsumsi rendah lemak
Asam Urat: 6.3 H dan tinggi karbohidrat
USG Abdomen
pertahankan berat badan
Cholelithiasis ukuran 1,89 cm ideal

rajin berolahraga

Diet rendah purin


U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMI C ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Planning Planning
Problem Assessment Planning Terapi Monitoring
Diagnosis
Anamnesis Hepatomegaly ● Usg abdomen Medikamentosa ● Monitoring
● Nyeri perut sebelah kanan ● CT-Scan ● Medika mentosa: Keluhan
● Nyeri menjalar hingga kepinggang kanan dan ke ulu hati ● Cek HbsAg Inj. santagesic 3x1 amp
● Monitoring
Non medika mentosa: Hasil
Pemeriksaan fisik Penunjang
● Hindari faktor pencetus
● Perut terlihat membesar dan menonjol (caput desae) tidak begitu tampak terjadinya heaptology
● Hati terasa keras dan berbentuk tidak beratur ● Atur pola makan yang sehat
● Batas hati teraba melebar dan terletak lebih rendah daripada batas hati normal.

● Pekak pada bagian hipokondria hingga epigastric yang hampir mendekati bagian
umbilical, timpani pada kuadran abdomen lainya.

Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen

● Hepatomegaly ukuran hepar 14.9 cm

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
TINJAUAN PUSTAKA
KOLELITIASIS

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
DEFINISI

Kolelitiasis (batu empedu) adalah kristal yang dapat dijumpai dalam


kandung empedu, saluran empedu, atau keduanya
Batu empedu terbagi menjadi tiga jenis yaitu batu kolestrol, batu
pigmen (batu bilirubin), dan batu campuran

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
EPIDEMIOLOGI

Prevalensikolelitiasisdinegarabaratberkisarantara10-15% dan di negara asia lebih r

Kolelitiasis cukup umum dan dapat ditemukan pada sekitar 6% pria dan 9% wani
ANATOMI SISTEM
BILIER
Sistem biliaris merupakan
saluran antara hati dan
duodenum yang dirancang
untuk mengangkut empedu.
Berdasarkan lokasinya,
sistem biliaris terbagi
menjadi intrahepatik dan
ekstrahepatik. Saluran
biliaris intrahepatik terdiri
dari atas kanalikuli biliaris
dan duktus biliaris.
ANATOMI SISTEM
BILIER
Saluran biliaris ekstra
hepatik terdiri atas duktus
hepatikus kiri dan kanan,
duktus hepatikus komunis,
duktus sistikus dan duktus
koledokus
ETIOLOGI

Kejenuhan
Kelebihan bilirubin
kolesterol
Hipomotilitas kandung empedu atau
gangguan kontraktilitas
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala koleslitiasis biasanya berkaitan dengan terjadinya obstruksi (penyumbatan) saluran empedu

nyeri perut kanan atas


mual dan muntah
kembungdanperutterasa penuh dispepsia
nyeri saat ditekan pada
daerah kantong empedu.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan ● Murphy sign (+)

Fisik

Penunjang ● pemeriksaan lab → kenaikan kolesterol, keinakan fosfolipid


● USG → penampakan struktur hyperechoic didalam kantung empedu dengan
bayangan akustik distal
● CT Scan
TATALAKSANA

Non Bedah Bedah

● pengelolaan gejala ● Kolesistektomi


● pengelolaan serangan akut ● tindakan endoskopi
● terapi litolitik : UDCA
KOMPLIKASI

Kolesistitis

jaundice

Pancreatitis

kanker kantong empedu


PROGNOSIS

Data menunjukkan bahwa hanya 50% pasien dengan


batu empedu yang mengalami gejala

Prognosis kolelitiasis atau batu empedu dilaporkan


memiliki angka morbiditas 10%, dan mortalitas 0,5%
PENCEGAHAN

Diet rendah lemak

kepatuhan pengobatan

kontrol untuk melihat


perkembangan penyakit

menjelaskan potensi
intervensi bedah jika
diperluka
TINJAUAN PUSTAKA
HEPATOMEGALI

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
DEFINISI

Hepatomegali adalah perbesaran hati yang melebihi ukuran normalnya. Ukuran hati normal pada orang
dewasa sekitar 12 cm pada garis midklavikula di lateral kanan, 8 cm pada garis mid-sternal di lateral
kanan, atau 6 cm pada garis mid-aksila di lateral kanan.

U N GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
ANATOMI

Hepar terbagi menjadi empat lobus, yakni lobus dextra, lobus caudatus, lobus sinistra, dan lobus qaudatus.
Terdapat lapisan jaringan ikat yang tipis, disebut dengan kapsula Glisson, dan pada bagian luar ditutupi oleh
peritoneum. Darah arteria dan vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena
centralis. Vena centralis pada masing-masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara lobulus-
lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah
cabang ductus choledochus (trias 12 hepatis).

Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi bagian perifer lobulus hati, juga
terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu yang dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan
diantara lembaran sel hati.
ANATOMI
EPIDEMIOLOGI

Hepatomegali dapat ditemukan pada sekitar 5-10% populasi umum. Namun, prevalensi hepatomegali dapat meningka

prevalensi hepatomegali pada pasien yang menjalani pemeriksaan USG (ultrasonografi) berkisar antara 3,5%-5,5%. P
ETIOLOGI

Sirosis Hepar Hepatitis B dan C Alkohol

Obesitas
Perlemakan Hati
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi hepatomegali melibatkan peningkatan ukuran hati yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, seperti inflamasi, neoplasma, stenosis vena porta, atau obstruksi saluran empedu.

hepatomegali terjadi akibat peningkatan jumlah sel-sel hati atau peningkatan volume cairan
ekstraseluler yang mengelilingi sel-sel hati. Peningkatan jumlah sel hati dapat terjadi pada kondisi seperti
hepatitis, sirosis, atau penyakit hati lainnya yang menyebabkan proliferasi sel-sel hati. Sementara itu,
peningkatan volume cairan ekstraseluler dapat terjadi pada kondisi seperti sirosis atau kegagalan jantung.

Faktor-faktor penyebab hepatomegali dapat mempengaruhi fungsi hati, tergantung pada tingkat
keparahan hepatomegali dan faktor-faktor yang mendasarinya. Kondisi-kondisi yang menyebabkan
kerusakan hati kronis dapat menyebabkan hilangnya fungsi hati secara bertahap, sementara kondisi yang
menyebabkan peningkatan volume cairan ekstraseluler dapat mengganggu aliran darah dan menyebabkan
hipertensi portal.
DIAGNOSIS
Anamnesis ● melakukan tanya jawab seputar gejala yang dialami, serta riwayat kesehatan dan obat-
obatan yang sedang dikonsumsi pasien.

Pemeriksaan ● Pemeriksaan fisik pada hepatomegali meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
fisik

Penunjang ● Tes darah


● Usg Abdomen
● Ct-scan
● MRI
● Biopsi
DIAGNOSIS BANDING

● Splenomegali
● Kanker Hati
● Hepatitis
● Kolestasis
TATALAKSANA
Terapi Medikamentosa Non Medikamentosa

● Pengobatan spesifik tergantung pada penyebab ● Menerapkan pola makan yang sehat dan menghindari
hepatomegali. Contohnya, pada pasien dengan konsumsi alkohol berlebihan.
hepatitis, terapi antiviral dapat diberikan untuk ● Memperbaiki gaya hidup seperti berhenti merokok
mengatasi infeksi. dan rutin berolahraga.
● Terapi simtomatik seperti analgesik dan antipiretik ● Meminimalkan penggunaan obat-obatan yang tidak
dapat diberikan untuk mengatasi gejala-gejala seperti perlu, terutama obat yang berpotensi merusak hati.
nyeri pada perut bagian kanan atas dan demam. ● Menghindari paparan bahan kimia dan racun yang
● Pada kasus hepatomegali yang disebabkan oleh dapat merusak hati, seperti pestisida dan zat kimia
penyakit hati yang parah, transplantasi hati dapat beracun.
dilakukan sebagai pilihan terapi.
KOMPLIKASI

Sirosis hati adalah kondisi ketika jaringan hati mengalami kerusakan yang signifikan dan berubah menjadi jarin

Kanker hati adalah kondisi ketika sel-sel hati tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali. Kondisi ini dapat ter
KOMPLIKASI

Ascites adalah kondisi ketika cairan menumpuk di dalam rongga perut. Kondisi ini dapat terjadi
pada pasien dengan sirosis hati atau penyakit hati yang lainnya.

Varises esofagus adalah kondisi ketika pembuluh darah di esofagus membengkak dan pecah. Kondisi ini dapat t
KOMPLIKASI

Ensefalopati hepatik adalah kondisi ketika fungsi otak terganggu karena kerusakan hati. Kondisi ini dapat terjad
PROGNOSIS
Prognosis pada kasus hepatomegali sangat tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya dapat diatasi dan tidak terjadi ke
PENCEGAHAN

Pencegahan terjadinya hepatomegali bergantung pada faktor penyebabnya.


Menghindari konsumsi alkohol berlebihan.
Menerapkan pola makan yang sehat.
Menghindari penggunaan obat-obatan yang merusak hati dan memicu terjadinya hepatomegali.
Menjaga berat badan yang sehat.
Menghindari paparan bahan kimia dan racun yang dapat merusak hati.
TERIMA KASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
UNDOUBTEDLY NURTURING GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS

Anda mungkin juga menyukai