Disusun Oleh :
Gantar Dewa Pambayun
14711130
Pembimbing :
dr. Vindrya Raharjanti, Sp.PD
Oleh :
Gantar Dewa Pambayun (14711130)
Telah dipresentasikan pada tanggal :
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Rujukan dari Puskesmas Takeran dengan Trombositopenia dan demam
hari ke 9. Pasien datang ke IGD RSUD dr. Soedono Madiun dengan keluhan Demam
sejak 9 hari SMRS. Demam mendadak tinggi terus menerus. Demam naik turun,
memberat pada malam hari. Keluhan hanya disertai dengan rasa mual dan badan lemas.
Riwayat mimisan, gusi berdarah, bercak merah pada kulit disangkal. Keluhan batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, hilang penciuman dan perasa disangkal. Keluhan anyang-
anyangan dan nyeri saat BAK disangkal. Keluhan nyeri pada telinga, keluar cairan pada
telinga disangkal. Keluarga dan tetangga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Pasien tidak ada riwayat bepergian dari luar kota. Sebelum muncul demam pasien
beraktivitas dirumah seperti biasa. Keluhan sering pipis, sering makan, sering minum
disangkal. Penurnan berat badan tanpa sebab yang jelas disangkal. Keluhan gatal pada
badan, kemaluan, pandangan kabur, kesemutan disangkal.
3. Anamnesis Sistem
- Sistem neurologi : Nyeri kepala (-), pusing (-), demam (+), gangguan
penciuman (-)
- Sistem respirasi : Sesak napas (-), batuk (-), nyeri tenggorokan (-)
- Sistem kardiovaskular : Berdebar (-), nyeri dada (-)
- Sistem gastrointestinal : Mual (+), Muntah (-), gangguan perasa (-), diare (-)
- Sistem urogenital : Anyang-anyangan (-), BAK tidak nyeri dan warna dan
jumlah tidak diketahui.
- Sistem muskuloskeletal : Nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
- Sistem integumentum : Kemerahan (-), gatal (-)
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : Lemas
- GCS : E4-V5-M6 (Compos Mentis)
- Berat badan : 64 kg
- Tinggi badan : 160 cm
- BMI : 25
- Tanda Vital :
Tekanan Darah : 93/57 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37 °C
Respirasi : 20 x/menit.
- Kepala Leher : Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), Dispneu (-), Oedem palpebra
(-)
- Thoraks :
Cardio :
1. Inspeksi : normochest, ictus cordis tidak terlihat
2. Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis
sinistra
3. Perkusi
- Batas kanan : Linea Parasternal dextra sela iga III
- Batas kiri : Linea Midklavikularis sinistra sela iga V
- Batas pinggang : Linea Parasternalis sinistra sela iga III
- Batas atas : Linea parasternalis sinistra sela iga II
4. Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
1. Inspeksi : pengembangan dada simetris, retraksi dinding dada (-)
2. Palpasi : fremitus dalam batas normal, pengembangan dada simetris
3. Perkusi : sonor di kedua lapang paru
4. Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
+/+ -/- -/-
+/+ -/- -/-
- Abdomen :
1. Inspeksi : flat (+), sikatrik (-), rash (-), kulit kering (-)
2. Auskultasi : bising usus (+) normal.
3. Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut.
4. Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar tidak teraba
dextra dan lien tidak teraba.
5. Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT<2 detik
+/+ -/-
Pemeriksaan Rumpel Leed positif (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Imuno-serologi 25-04-2021
-Antigen SARS-Cov2 : negative
Imuno-serologi 25-04-2021
SARS-Cov2 Antibody test :
-IgG : Negative
-IgM : Negative
Laboratorium 25-04-2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7* 12,0-16,0
Hitung Leukosit 8,14* 4.7-11,3
Trombosit 82* 142-424
Hematocrit 32,1* 38-42
Hitung Eritrosit 3,83* 4.0-5.0
MCV 81,8 80-93
MCH 27,4 27-31
MCHC 33,8 32-36
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2,7 0-3
Basofil 0,4 0-1
Neutrofil 80,4* 50-62
Limfosit 8,3* 25-40
Monosit 10,4* 3-7
KIMIA KLINIK
SGOT 27 8-31
SGPT 30 6-31
BUN 38.0* 10-20
Creatinin 3,42* 0.6-1.1
Gula Darah Sewaktu 110 <140
Natrium Darah 124* 136-145
Kalium Darah 2,67** 3.5-5.1
Chloride/ Cl Darah 90* 97-111
Trombositopenia
Penurunan Hematokrit
Kesimpulan
Azotemia
Hipokalemia
DIAGNOSIS
1. Febris Hari ke 10 + Trombositopenia
1.1 DHF grade 1
2. Azotemia
3. Hipokalemia
PLANNING
1. Planning terapi
a. Non-farmakologi
- Bedrest
- Konsul Sp.PD
- Diet TKTP, minum minimal 2L/hr
b. Farmakologi
-Infus KN2 1 fls, selanjutnya inf. Asering 20 tpm
-Inj. Pantoprazol 2x1 ampul
-Inj. Ondansentron 3 x 1 ampul
-Inj. Pamol 3x500mg
2. Planning Monitoring
a. Tanda – tanda Vital
b. DL serial
c. UL
Tabel 2. Follow Up Pasien 26 April – 28 April 2021.
26/04/21- 08.00
S : Demam hari ke-11, tidak ada keluhan lain PDx:
• UL, Darah Lengkap Serial, LED, HDT
O : GCS 456
TD : 110/80 • SE
HR : 87
• Widal
RR : 20
S: 37
SPO2 : 98%
Ptx :
K/L : a/i/c/d : -/-/-/- • Bedrest total
Tho : Cor S1S2 reg. tunggal
• Diet TKTP
Pulmo : SDV +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : Bu (+) normal, NT (+), hepar tidak teraba • Inf. KN2 16 tpm – cabang IVFD Asering 2fl/hr
Eks : +/+, edema -/-, CRT<2 detik
• Inj. Pantoprazole 2x1 amp IV
+/+ -/-
Pemeriksaan Hasil • Inj. Ondansetron
Nilai Rujukan
3x4 mg IV
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Rumpel Leed positif (+)
Hemoglobin 9,8* • Inj. Pamol 3x500mg
12,0-16,0k/p
Hitung Leukosit 5,23 • PO Nabic 3x1 4.7-11,3
A: Trombosit 126* 142-424
1. Febris Hari ke 10 + Trombositopenia 27,8* • PO Keto G 3x1
Hematocrit 38-42
Hitung
1.1 DHF Eritrosit
grade 1 3,34* 4.0-5.0
MCV 81,8 80-93
2. Azotemia
MCH 27,4 27-31
3. Hipokalemia
MCHC 33,8 32-36
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2,7 0-3
Basofil 1,1 0-1
Neutrofil 47.5 50-62
Limfosit 41.9 25-40
Monosit 7.1 3-7
Kimia klinik
HbAIC 6.1 4.0-6.0
Imuno Serologi
Widal Negative Negatif
HbsAg Rapid Negative Negative
28/04/21- 08.00
PDx:
S : Sudah tidak demam
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue
(SSD). Pada umumnya pasien mengalami demam selama 2-7 hari, yang diikuti fase kritis
selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko
untuk terjadi rejatan jika tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
F. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis infeksi dengue dibagi menjadi kriteria diagnosis klinis dan kriteria
diagnosis laboratoris. Kriteria diagnosis klinis penting dalam penapisan kasus, tatalaksana
kasus, memperkirakan prognosis kasus, dan surveilans. Kriteria diagnosis laboratoris yaitu
kriteria diagnosis dengan konfirmasi laboratorium yang penting dalam pelaporan, surveilans,
penelitian dan langkah-langkah tindakan preventif dan promotif.
a) Kriteria Diagnosis Klinis
Manifestasi klinis infeksi dengue sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari penyakit
infeksi lain terutama pada fase awal perjalanan penyakitnya. Dengan meningkatnya
kewaspadaan masyarakat terhadap infeksi dengue, tidak jarang pasien demam dibawa
berobat pada fase awal penyakit, bahkan pada hari pertama demam. Sisi baik dari
kewaspadaan ini adalah pasien demam berdarah dengue dapat diketahui dan memperoleh
pengobatan pada fase dini, namun di sisi lain pada fase ini sangat sulit bagi tenaga
kesehatan untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue. Oleh karena itu
diperlukan petunjuk kapan suatu infeksi dengue harus dicurigai, petunjuk ini dapat berupa
tanda dan gejala klinis serta pemeriksaan laboratorium rutin. Tanpa adanya petunjuk ini di
satu sisi akan menyebabkan keterlambatan bahkan kesalahan dalam menegakkan diagnosis
dengan segala akibatnya, dan di sisi lain menyebabkan pemeriksaan laboratorium berlebih
dan bahkan perawatan yang tidak diperlukan yang akan merugikan baik bagi pasien
maupun rumah sakit.
Berdasar petunjuk klinis tersebut dibuat kriteria diagnosis klinis, yang terdiri atas kriteria
diagnosis klinis Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), Demam
Berdarah Dengue dengan syok (Sindrom Syok Dengue/SSD), dan Expanded Dengue
Syndrome (unusual manifestation).
1. Demam Dengue (DD)
Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih gejala/tanda penyerta:
- Nyeri kepala
- Nyeri belakang bola mata
- Nyeri otot & tulang
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan
- Leukopenia (Lekosit ≤ 5000 /mm³)
- Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm³)
- Peningkatan hematokrit 5 – 10 %
2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
1) Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan manifestasi berikut:
a. Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus
b. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena maupun
berupa uji tourniquet positif.
c. Trombositopenia (Trombosit <100.000/mm3)
d. Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan
permeabilitas vaskular yang ditandai salah satu atau lebih tanda berikut:
Peningkatan hematokrit / hemokonsentrasi > 20% dari nilai baseline atau
penurunan sebesar itu pada fase konvalesens
Efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia / hipoalbuminemia
2) Karakteristik gejala dan tanda utama DBD sebagai berikut:
a. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari.
Akhir fase demam setelah hari ke-3 saat demam mulai menurun, hati-hati
karena pada fase tersebut dapat terjadi syok. Demam Hari ke-3 sampai ke-
6, adalah fase kritis terjadinya syok.
b. Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah vaskulopati,
trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi
intravaskular yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah
perdarahan kulit seperti uji Tourniquet positif (uji Rumple Leed/ uji
bendung), ptekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Ptekie
dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai
setelah hari ke-3 demam.
Cara melakukan uji Tourniquet sebagai berikut:
- Pasang manset pada lengan. Ukuran manset sesuai dengan usia
- Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik dan tekanan
diastolik
- Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik
dan diastolik (rata-rata tekanan sistolik dan diastolik) selama 5 menit.
(Bila telah terlihat adanya bintik-bintik merah > 10 buah,
pembendungan dapat dihentikan).
- Lihat pada bagian bawah lengan depan (daerah volar) dan atau daerah
lipatan siku (fossa cubiti), apakah timbul bintik-bintik merah, tanda
perdarahan (ptekie)
- Hasil uji Tourniquet dinyatakan positif (+) bila ditemukan > 10 bintik
perdarahan (ptekie), pada luas 1 inci persegi (2,5 cm2)
Gambar 7. Bintik-bintik perdarahan dibawah kulit
d. Syok
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
syok pada penderita Demam Berdarah Dengue dapat dilihat pada Boks A
Untuk puskesmas yang tidak ada alat untuk pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkan
estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb.
2) Radiologi
Pada foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus” dapat mendeteksi adanya efusi pleura
minimal pada paru kanan. Sedangkan asites penebalan dinding kandung empedu dan
efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan Ultra Sonografi (USG).
3) Serologi
Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita terinfeksi
virus Dengue.
a. Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test)
Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold standard).
Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum) dimana spesimen
harus diambil pada fase akut dan fase konvalensen (penyembuhan), sehingga tidak
dapat memberikan hasil yang cepat.
b. ELISA (IgM/IgG)
Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan
menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan cara uji
antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya dengan
menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut sehingga hasil cepat
didapat. Saat ini tersedia Dengue Rapid Test (misalnya Dengue Rapid Strip Test)
dengan pemeriksaan ELISA.
c. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Dengue Rapid Test
Dengue Rapid Test mendiagnosis infeksi virus primer dan sekunder melalui
penentuan cut-off kadar IgM dan IgG dimana cut-off IgM ditentukan untuk dapat
mendeteksi antibodi IgM yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue
primer dan sekunder, sedangkan cut off antibodi IgG ditentukan hanya mendeteksi
antibodi kadar tinggi yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue sekunder
(biasanya IgG ini mulai terdeteksi pada hari ke-2 demam) dan disetarakan dengan
titer HI > 1:2560 (tes HI sekunder) sesuai standar WHO. Hanya respons antibodi
IgG infeksi sekunder aktif saja yang dideteksi, sedangkan IgG infeksi primer atau
infeksi masa lalu tidak dideteksi. Pada infeksi primer IgG muncul pada setelah hari
ke-14, namun pada infeksi sekunder IgG timbul pada hari ke-2.
Interpretasi hasil adalah apabila garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa
garis IgG, maka Positif Infeksi Dengue Primer (DD). Sedangkan apabila muncul
tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan sebagai Positif Infeksi Sekunder
(DBD). Beberapa kasus dengue sekunder tidak muncul garis IgM, jadi hanya
muncul garis kontrol dan IgG saja. Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya
garis kontrol yang terlihat. Ulangi pemeriksaan dalam 2-3 hari lagi apabila gejala
klinis kearah DBD. Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila garis kontrol tidak
terlihat dan hanya terlihat garis pada IgM dan/atau IgG saja.
G. DERAJAT INFEKSI
Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu diketahui klasifikasi
derajat penyakit.
Gambar 14. Observasi dan pemberian cairan pasien suspek DBD di Instalasi Gawat
Darurat
3. Pemberian Cairan pada Tersangka (Probable) DBD Dewasa di Ruang Rawat
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan / masif dan tanpa syok maka di
ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut:
1500 + (20 x (BB dalam kg – 20))
Setelah pemberian cairan dilakukan pemerksaan Hb, Ht, tiap 24 jam:
Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombost < 100.000 jumlah pemberian cairan
tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht, dan trombosit dilakukan tiap
12 jam
Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka pemberian cairan
sesuai dengan protokol pentalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%
Gambar 15. Pemberian cairan pada suspek DBD di ruang rawat
4. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Ht > 20%
Meningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan sebanyak
5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberkan cairan
infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam
pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda hematokrit
turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah
cairan infus dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. Dua jam kemudan dilakukan pemantauan
kembali dan bila keadaan tetap menunujukkan perbaikan maka jumlah cairan infus
dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka
pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kgBB/jam tadi keadaan tidak
membaik, yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun <
20 mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus
menjadi 10 ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila
keadaan menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam
tetapi bila keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan
menjadi 15 ml/kgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk
dan didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan protokol
tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian
cairan dimulai lagi seperti terapi pemberian cairan awal.