DISUSUN OLEH :
Muhammad Deni Kurniawan I4061192054
Dellaneira Ananda I4061192026
PEMBIMBING:
dr. Eldi Jimmy Saragih, Sp.JP, FIHA
Pembimbing:
Pekerjaan : IRT
Pembiayaan :BPJS
Tanggal Masuk RS : 30 April 2021
1.3.2 Anamnesis
Keluhan : Nyeri dada
Onset : 30 April 2021 pukul 23.00 pada saat beristirahat
Location : Dada bagian kiri
Duration : Nyeri tidak membaik >20 menit
Characteristics : Nyeri seperti di tertekan benda berat
Aggravating Factors : Tidak ada faktor yang memperberat, nyeri derajat
berat.
Relieving Factors : Tidak ada faktor yang memperingan nyeri
Treatment : O2,ISDN, Aspilet, Clopidogrel, Divity, Pantoprazole,
Atorvastatin, Alprazolam, Spironolakton, Opiprol, Laxadin.
Keluhan penyerta : Keringat dingin, sesak, mual
Status Generalis :
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-),
peningkatan JVP (-)
- Thoraks :
- Pulmo :
a. Inspeksi : Simetris, retraksi dada (-), Spider nevi (-), Jejas (-)
b. Palpasi : Fremitus sama kanan dan kiri, NT (-), Krepitasi (-)
c. Perkusi : Sonor (+), kanan dan kiri
d. Auskultasi : SND Ves (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)
- Cor :
a. Inspeksi : Denyut Ictus Cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Denyut Ictus Cordis teraba di SIC VI linea
Midaxilaris sinistra: Kuat angkat, thrill (-)
c. Perkusi :
Batas Atas Jantung : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas Kiri Jantung : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas Bawah Jantung: ICS VI linea midaxilaris sinistra
d. Auskultasi : BJS1S2 reguler, G(-), M (-)
-
- Abdomen :
a. Inspeksi : Simetris, jejas (-), distensi (-)
b. Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
c. Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, CVA (-)
d. Palpasi : Soepel (+), NT (+) a/r Epigastrium, Massa (-), Hepar dan lien
tidak teraba
- Ekstremitas : Akral hangat, edem tungkai (-), CRT <2 detik
1.7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tabel 1. Hasil Laboratorium (30 April 2021)
Ak
Interprestasi EKG
- Gelombang P (+) : Irama Sinus
- Frekuensi : 96 x/m
- Ritme : Reguler
- Aksis : Lead I (+), Lead AVF (-), Deviasi Aksis Ke kiri
- Kelainan: ST Elevasi di Lead V2-V5 (STEMI ANTERIOR)
- Hipertrofi & enlargement : p mitral (-), p pulmonal (-), LVH (-), RVH (-)
1.8. Diagnosis
- STEMI Anterior
1.9. Tatalaksana
a. O2 2 lpm
b. Bedrest
c. IVFD NS 10 tpm
d. PO. Clopidogrel 75 mg 4x1 tab (loading); selanjutnya 1x1 tab
e. PO. Aspirin 80mg 4x1 tab (loading); selanjutnya 1x1 tab
f. DRIP ISDN 0,5-1 meq/jam
g. Inj. Divity 1x2,5 mg/ 24 jam (SC)
h. IV. Pantoprazole 1x40 mg
i. PO. Atorvastatin 1x40 mg
j. PO. Opiprol 1,25 mg-0-0
k. PO. Alprazolam 0-0- 0,5 mg
l. PO. Spironolacton 1 x 25 mg
m. PO. Laxadin syr. 3x1 cth
n. Pasang Monitor
o. Immobilisasi
p. Urin Tampung
1.10. Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanactionam: Bonam
FOLLOW UP PASIEN
Perawatan H1 (01-5-2021)
S (Subjek) :
Nyeri Dada (+) Berkurang, Sesak Napas (+) Berkurang
O (Objective):
TTV: TD 100/80 mmHg
HR 77 x/m
T 36,4 C
RR 18 x/m
SpO2 95% dengan O2 2 lpm
Ekstremitas: Akral dingin (++/++), Edema (-), CRT <2”
Pulmo : SND Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (+/-) Basal Hemithorax Dextra
Cor : BJ S1/S2 Reguler, G (-), M (-)
Input Cairan : 200 cc
Output Cairan : 300 cc
Balanced Cairan : -100 cc
A (Assesment):
STEMI Anterior
P (Planning):
- O2 2 lpm
- Bedrest
- IVFD NS 10 tpm
- Drip ISDN 0,5-1 meq/jam
- Inj. Divity 1 x 2,5 cc SC (1x Pemberian)
- Inj. Pantoprazole 1 x 40 mg
- PO. Aspilet 0-0-80 mg
- PO. CPG 75-0-0 mg
- Po. Atorvastatin 1 x 40 mg
- Po. Alprazolam 0-0-0,5 mg
- Po. Spironolacton 1 x 25 mg
- Po. Opiprol 1,25mg-0-0
- Po. Laxadin Syr 3 x 1 Cth
- Immobilisasi
- Urin Tampung
- Aff Monitor
Interprestasi EKG
- Gelombang P (+) : Irama Sinus
- Frekuensi : 77x/m
- Ritme : Reguler
- Hipertrofi & enlargement : p mitral (-), p pulmonal (-), LVH (-), RVH (-)
PEMERIKSAAN RONTGEN THORAX (01-5-2021)
Interprestasi
- Konsolidasi di kedua
basal paru kanan dan kiri
- CTR >50%
Kesan:
Bronkopneumonia
Cardiomegaly
Perawatan H2 (02-5-2021)
S (Subjek) :
Nyeri Dada (-), Sesak Napas (+) Berkurang
O (Objective):
TTV: TD 110/90 mmHg
HR 90 x/m
T 36,5 C
RR 19 x/m
SpO2 97% tanpa oksigen
Ekstremitas: Akral dingin (++/++), Edema (-), CRT <2”
Pulmo : SND Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor : BJ S1/S2 Reguler, G (-), M (-)
Input Cairan : 300 cc
Output Cairan : 400 cc
Balanced Cairan : -100 cc
A (Assesment):
STEMI Anterior
P (Planning):
- O2 2 lpm
- Bedrest
- IVFD NS 10 tpm
- Drip ISDN 0,5-1 meq/jam
- Inj. Divity 1 x 2,5 cc SC (2x Pemberian)
- Inj. Pantoprazole 1 x 40 mg
- PO. Aspilet 0-0-80 mg
- PO. CPG 75-0-0 mg
- Po. Atorvastatin 1 x 40 mg
- Po. Alprazolam 0-0-0,5 mg
- Po. Spironolacton 1 x 25 mg
- Po. Opiprol 1,25mg-0-0
- Po. Laxadin Syr 3 x 1 Cth
- Immobilisasi
- Urin Tampung
Interprestasi EKG
- Frekuensi : 90x/m
- Ritme : Reguler
- Hipertrofi & enlargement : p mitral (-), p pulmonal (-), LVH (-), RVH (-)
S (Subjek) :
O (Objective):
TTV: TD 100/70 mmHg
HR 88x/m
T 36.4 C
RR 18 x/m
SpO2 99% (tanpa oksigen)
Ekstremitas: Akral hangat, Edema (-/-), CRT <2”
Pulmo : SND Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor : BJ S1/S2 Reguler, G (-), M (-)
Input Cairan : 600 cc
Output Cairan : 500cc
Balanced Cairan : 100cc
A (Assesment):
STEMI Anterior
P (Planning):
- O2 2 lpm - Pasien dirujuk ke RS. Soedarso Pro
- Bedrest Pasang Ring Jantung
- IVFD NS 10 tpm
- Drip ISDN 0,5-1 meq/jam
- Inj. Divity 1 x 2,5 cc SC (3x Pemberian)
- Inj. Pantoprazole 1 x 40 mg
- PO. Aspilet 0-0-80 mg
- PO. CPG 75-0-0 mg
- Po. Atorvastatin 1 x 40 mg
- Po. Alprazolam 0-0-0,5 mg
- Po. Spironolacton 1 x 25 mg
- Po. Opiprol 1,25mg-0-0
- Po. Laxadin Syr 3 x 1 Cth
- Immobilisasi
- Urin Tampung
Interprestasi EKG
- Frekuensi : 88x/m
- Ritme : Reguler
- Hipertrofi & enlargement : p mitral (-), p pulmonal (-), LVH (-), RVH (-)
INTERPRESTASI:
2. Katup-Katup :
Mitral : Normal
Aorta : Normal
Trikuspid : Normal
Pulmonal : Normal
4. Lain-lain:
Trombus : (+) di LV, SEC (+), Hipertensi Pulmonal (-), Efusi Perikardium (-)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sindrom koroner akut merupakan kegawatdaruratan jantung dengan
manifesrasi klinis berupa nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada disertai gejala-
gejala lain akibat iskemia miokard. Presentasi sindrom coroner akut dibagi tiga,
yakni:1
a. Unstable angina (UA)
b. Non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI)
c. ST elevation myocardial infarction (STEMI)
1.2 Etiologi
Beberapa faktor resijo terpenting penyakit jantung coroner antara lain sebagai
berikut3
1. Kadar kolesterol total dan LDL tinggi
2. Kadar kolesterol HDL rendah
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Diabetes mellitus
6. Obesitas
7. Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
8. Kurang olahraga
9. Stress
1.4. Patofisiologi
Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak plak, namun karena obstruksi
dinamis akibat spasme lokal arteri koroner epikardial (angina printzmetal).
Demikian pula infark miokard tidak selalu disebabkan okluso total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal disertai vasokontriksi dinamis dapat menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung.6
1.5. Manifestasi klinis
Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada substernum yang
terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan terkadang dijalarkan ke leher,
rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa tidak enak di dada.IMA
sering didahului oleh serangan angina pektoris pada sekitar 50% pasien.Namun, nyeri
pada IMA biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari, jarang ada hubungannya
dengan aktivitas fisik dan biasanya tidak banyak berkurang dengan pemberian
nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien juga sering mengalami diaforesis.
Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%) IMA tidak menimbulkan nyeri dada.
Silent AMI ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus dan hipertensi
serta pada pasien berusia lanjut.7
Keluhan pasien dengan STEMI adalah nyeri dada yang tipikal (angina tipikal).
Keluhan angina tipikal berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke
lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat
berlangsung intermiten/beberapa menit atau persisten (>20 menit). Keluhan angina
tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis, mual/muntah, nyeri
abdominal, sesak napas, dan sinkop.2
1.6. Diagnosis
Bila menangani pasien dengan keluhan nyeri dada curiga karena SKA maka
tata laksana segera dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
EKG dalam 10menit, dilanjutkan pemeriksaan biomarka jantung
2.6.1 Anamnesis
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang
tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal
berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung
intermiten/beberapa menit atau persisten (>20menit). Keluhan angina tipikal
sering disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis (keringan dingin), mual,
muntah, nyeri abdominal, sesak napas, sinkop. Presentasi angina atipikal yang
sering dijumpai antaralain nyeri di daerah penjalaran angina tipikal, rasa
gangguan pencernaan, sesak napas yang tidak dapat diterangkan, atau rasa
lemah mendadak yang sulit diuraikan. Keluhan paling sering dijumpai adalah
awitan baru atau perburukan sesak napas saat aktivitas.keluhan atipikal ini
lebih sering dijumpai pada pasien usia muda (25-40 tahun) atau usia lanjut
(>75 tahun), wanita, penderita diabetes, gagal ginjal menahun atau demensia.1
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah SKA harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan dalam 10 menit
awal sesampainya diruang pemeriksaan. Hasil pemeriksaan EKG bervariasi
bisa normal, nondiagnostik, left bundle branch block (LBBB) baru/
persangkaan baru, elevasi segmen ST yang persisten (≥20 menit) maupun
tidak persisten, atau depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang
T. makin banyak sadapan dari 12 sadapan yang mengalami perubahan (Q
ataupun perubahan segmen ST-T) makin luas pula ukuran iskemia atau infark
dan makin buruk prognosisnya.
Kebanyakan infark miokard berlokasi di ventrikel kiri,namun lebih
dari 50% area ventrikel kanan akan mengalami infark apabila arteri koroner
kanan (RCA) mengalami oklusi total. Oleh karena itu, pasien dengan
perubahan EKG yang mengarah infark atau iskemia inferior, diperlukan
penyandapan dada sebelah kanan untuk mendeteksi adanya infark ventrikel
kanan (sadapan V3R dan V4R) dan tambahan sadapan dibelakang (V7-V9)
untuk mendeteksi adanya infark posterior. Demikian pula, sandapan V7-V9
harus direkam pada semua pasien angina yang mempunyai EKG awal
nondiagnostik. Depresi segmen ST yang resiprokal, sandapan yang
berhadapan dengan permukaan tubuh segmen ST elevasi, dapat dijumpai pada
pasien STEMI kecuali jika STEMI terjadi di mid-anterior (elevasi di V3-V6)
Arteri koroner kiri depan (left anterior descending artery/LAD) dan
cabang-cabangnya memasok aliran darah dinding anterior dan anterolateral
ventrikel kiri dan 2/3 anterior septum. Left Circumflex Artery (LCx) dan
cabang-cabangnya memasok dinding posterolateral ventrikel kiri. Right
coronary artery (RCA) memasok dinding ventrikel kanan,inferior, posterior
dan 1/3 posterior septum. Right coronary artery juga memasok nodus AV pada
85-90% populasi, sedang 10-15 % merupakan cabang dari LCX. Apabila
terjadi infark miokard ST elevasi, maka gambaran EKG dapat digunakan
untuk mengetahui kemungkinan dimana lokasi arteri koroner yang
mengalamin sumbatan.
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien infark miokard akut
dengan elevasi ST yaitu sebagai berikut.
Aktivitas. Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.
Diet. Karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien
harus puasa atau hanya minum air dalam 4-12 jam pertama. Diet mencangkup
lemak <300 mg/hari. Menu harus diperkaya dengan makanan yang kaya serat,
kalium, magnesium, dan rendah natrium.
Bowels. Istirahat ditempat tidur dan efek penggunaan narkotik untuk
menghilangkan nyeri mengakibatkan konstipasi. Dianjurkan penggunaan kursi
komod di samping tempat tidur, diet tinggi serat dan penggunaan pencahar
ringan secara rutin seperti dioctyl sodium sulfosuksinat.
Sedasi. Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan
periode inaktivasi dengan penenang. Dapat menggunakan diazepam 5 mg,
oksazepam 15 – 30 mg atau lorazepam 0,5- 2 mg diberikan 3 atau 4 kali sehari
biasanya efektif.
2. Terapi Farmakologis
Oksigen Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien hipoxemia dengan
saturasi oksigen arteri <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi
dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama. Oksigen harus diberikan
dengan hati-hati untuk pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik dan
retensi karbon dioksida.
Anti angina
1. Nitrat
CCB berfungi sebagai angina varian dan angina stabil kronik, karena
CCB meningkatkan dilatasi koroner dan mengurangi kebutuhan oksigen
karena efek penurunan tekanan darah, kontraksi dan penurunan denyut
jantung. CCB juga berfungsi untuk mengatasi angina tidak stabil, karena
adanya efek relaksasi terhadap vasospasme pembuluh darah pada angina
tidak stabil. Penggunaan lain seperi aritmia, hipertensi, kardiomiopati
hipertropik, penyakit raynaud, spasme serebral.
Anti Platelet
1. Aspirin
ACE Inhibitor
Terapi reperfusi
Statin
Statin harus diberikan pada semua pasien dengan infark miokard tanpa
intoleransi atau reaksi yang merugikan sebelum pulang dari rumah sakit.
Lebih baik, terapi statin dimulai secepat mungkin setelah kondisi pasien
stabil. Pada percobaan yang dilakukan pada evaluasi pravastatin atau
atorvastatin disarakan dimulai dengan dosis tinggi mulai awal. Dosis
atorvastain 80 mg/hari.
Adapun menurut guideline yang disampaikan PERKI tatalaksana pada STEMI adalah
sebagai berikut :
1. Tatalaksana fase akut
a. Bed rest total
b. Oksigen 2-4 liter/menit
c. Pemasangan IVFD
d. Obat-obatan :
Aspilet 160 mg kunyah
Clopidogrel (untuk usia<75 tahun dan tidak rutin mengkonsumsi clopidogrel)
berikan 300 mg jika pasien mendapatkan terapi fibrinolitik atau
Clopidogrel 600mg atau Ticagrelor 180mg jika pasien mendapatkan primary
PCI
Atorvastatin 40mg
Nitrat sublingual 5mg, dapat diulang sampai 3 kali jika masih ada
keluhan,dan dilanjutkan dengan nitrat iv bila keluhan persisten
Morfin 2- 4 mg iv, jika masih nyeri dada
e. Monitoring jantung
Jika onset < 12jam:
Fibrinolitik (di IGD) atau
Primary PCI (dI Cathlab) bila fasilitas dan SDM di cathlab siap melakukan
dalam 2 jam
Skor GRACE digunakan untuk memprediksi mortalitas perawatan di rumah sakit dan
dalam 6 bulan setelah keluar rumah sakit dengan memakai variable usia, kelas Killip,
tekanan darah sistolik, deviasi segmen ST, hent jantung saat tiba di ruang gawat darurat,
kreatinin serum, marka jantung yang positif dan frekuensi denyut jantung dengan skor
sesuai tabel.
Untuk memprediksi kematian di rumah sakit, dianggap memiliki risiko rendah (risiko
kematian < 1 %) bila skor risiko GRACE ≤108. Sementara itu, pasien dengan skor risiko
GRACE 109-140 dan > 140 berurutan memiliki risiko kematian menengah (1-3%) dan
tinggi (>3%). Untuk memprediksi kematian dalam 6 bulan setelah keluar rumah sakit,
pasien dengan skor risiko GRACE ≤ 88 dianggap memiliki risiko rendah (risiko
kematian < 3%). Sementara itu, pasien dengan skor risiko GRACE 89-118 dan > 118
berurutan memiliki risiko kematian menengah (3-8%) dan tinggi (>8%).13
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada dirasakan pasien sejak tanggal
29 april 2021 nyeri dada dirasakan seperti tertekan benda berat, nyeri derajat
berat dengan skor nyeri 10 dan tidak hilang dalam istirahat, mual, sesak dan
disertai keringat dingin. Pasien merasakan keluhan terus menerus sehingga
pasien harus datang ke rumah sakit B pada pukul 10.23 tanggal 29 April
2021. pasien dirujuk ke rumah sakit Kartika Husada pada pukul 11.53 tanggal
30 April 2021, pasien diberikan O2 2 lpm, ISDN 5 mg, Aspilet 4 tab dan
Clopidogrel 4 tab. Pasien kemudian dirawat inap di bangsal Melati rumah
sakit Kartika Husada selama 3 hari kemudian pasien dirujuk ke RS Soedarso
pada tanggal 3 Mei 2021 untuk dilakukan tindakan pemasangan ring pada
jantung.
Kasus ini menggambarkan presentasi klinis pada pasien dengan STEMI
anterior. Diagnosa ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang. Diagnosis STEMI ditegakkan berdasarkan jika terdapat keluhan
angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan
yang bersebelahan. manifestasi klinis dari STEMI yaitu nyeri dada yang
tipikal berupa rasa tertekan pada retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, area interskapular, bahu atau epigastrium. Berlangsung persisten >
20menit dan terdapat keluhan penyerta seperti mual, muntah,nyeri
abdomen,sesak nafas dan sinkop.7 Hal ini sesuai dengan keadaan pasien yang
mengeluhkan nyeri dada terus menerus terasa seperti tertekan benda berat dan
menjalar ke punggung dan lengan kiri disertai keluhan penyerta berupa
sesak, keringat dingi,mual dan nyeri tekan pada daerah epigastrium
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah sindrom coroner akut harus menjalani pemeriksaan EKG 12
sadapan dalam 10 menit awal sesampainya diruang pemeriksaan. Pasien
dengan STEMI akan menunjukkan hasil pemeriksaan EKG berupa elevasi
segmen ST yang persisten. Pada perubahan EKG berupa ST-elevasi di V1-V6
kemungkinan arteri koroner yang terlibat adalah LAD1. Hal ini sesuai dengan
keadaan pasien yang dilakukan pemeriksaan EKG sesampainya di rumah
sakit Kartika Husada dan menunjukkan terdapat elevasi segmen ST pada V2-
V5. Hasil pemeriksaan troponin positif dan gambaran kardiomegali pada
rontgen thorax.
Untuk mengurangi kerusakan miokard, fokus utama penanganan akut
adalah mencapai reperfusi miokard terancam dengan sangat cepat, baik
secara mekanis dengan revaskularisasi koroner perkutan atau secara
medikamentosa dengan obat fibrinolitik. Pendekatan ini mengurangi luas
nekrosis miokard dan memperbaiki angka harapan hidup secara nyata.
Revaskularisasi harus dilakukan secepat mungkin agar lebih efektif. Semakin
dini intervensi dilakukan, semakin besar miokard yang dapat diselamatkan.
Keputusan tentang terapi harus dibuat dalam hitungan menit saat menilai
keadaan pasien berdasarkan anamnesis dan temuan EKG sebelum marka
serum untuk nekrosis naik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan pada pasien, pasien di diagnosis dengan
STEMI Anterior onset <12 jam. Terapi yang telah diberikan saat ke IGD
adalah loading Clopidogrel 75 mg 4 tab dan Aspirin 4 tablet Atorvastatin
1x20 mg, inj. Pantoprazole 1x40mg,drip ISDN 0,5-2mg/jam, Kemudian
pasien diberi fibrinolitik Divity 1 x 2,5 mg sc, Selanjutnya, saat perawatan
intensif diberikan juga obat-obatan Alprazolam 0,5 mg, sprinolactan 1 x 25
mg, Laxadin 3x1 cth, dan Opiprol 1x 1,25 mg.
DAFTAR PUSTAKA
8. O’Connor RE, Al Ali AS, Brady WJ, Ghaemmaghami CA, Menon V, Welsford M,
er al. Part 9: Acute Coronary Syndromes. Circulation. 2015 Nov 3;132(18 suppl
2):S483-500
9. Antman EM, Hand M, Armstrong PW et al. Focused Update of the ACC/AHA
2004 Guidelines for the Management of Patients With ST-Elevation Myocardial
Infarction : A Report of the American College of Cardiology/American Heart
Association Task Force on Practice .
13. Subherwal S, Bach RG, Chen AY, Gage BF, Rao S V., Newby LK, et al. Baseline
risk of major bleeding in non-ST-segment-elevation myocardial infarction the
CRUSADE bleeding score. Circulation. 2009 Apr 14;119(14):1873-82