Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Anestesi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Diajukan Kepada:
Disusun Oleh:
20184010081
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Tn. Wt
Umur : 71 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Tonjong RT 3/RW 3
Tanggal masuk : 2 November 2018
B. ANAMNESIS
Riwayat penyakit
1. Keluhan utama : Benjolan di selangkangan kanan
2. Keluhan tambahan :-
3. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD tanggal 2 November 2018
dengan keluhan terdapat benjolan pada selangkangan kanan. Benjolan ini tidak balik lagi
dalam 6 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluhkan sesak (+), nyeri ulu hati, dan
batuk (+).
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit asma disangkal
Riwayat penyakit alergi obat disangkal
Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal
Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Riwayat operasi dan pembiusan disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis; GCS: E4 V5 M6
Vital sign : TD 128/85 mmhg
Nadi 105 x/menit reguler, isi dan tegangan cukup
RR 28 x/menit
Suhu 36, 8 C
Primary survey :
A : Clear, MP I
B : Spontan, SD vesikuler Rbk -/-, Rbh -/-, Wh -/-, RR 28 x/menit
C : N : 92 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, TD : 120/70 mmHg, S1>S2 murmur
(-) gallop (-)
D : GCS E4M6V5
a. Kulit
Tidak tampak ikterik, tidak tampak pucat, tidak hipo atau hiper pigmentasi, tidak
tampak tanda peradangan.
b. Kepala
PALPASI
Simetris (+/+), Simetris (+/+),
Nyeri tekan (-/-), Nyeri tekan (-/-),
PERKUSI
KANAN Sonor di semua Sonor di semua
lapangan thorax lapangan thorax
KIRI Sonor di semua Sonor di semua
lapangan thorax lapangan thorax
AUSKULTASI PARU DEPAN PARU BELAKANG
Vesikuler Vesikuler
Cor:
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi :
• Batas atas jantung : ICS II parasternalis
sinistra.
• Batas pinggang jantung : ICS III
parasternalis sinistra.
• Batas kanan bawah jantung : ICS V
sternalis dextra.
• Batas kiri bawah jantung : ICS IV 1-2
cm ke arah medial midclavicula kiri.
- Auskultasi :
• Suara jantung murni: SI, SII (normal)
reguler
• Suara jantung tambahan bising diastolik
(-)
d. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Bentuk normal anatomis, deformitas (-), edem (-).
Ekstremitas bawah : Palmar eritem (-), odem (-), akral dingin (-).
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hemoglobin : 12 g/dl (13,0 – 18,0)
Leukosit : 19,6 103 / µL (4 - 11)
Eosinofil :2% (1 – 6)
Basofil :0% (0 - 1)
Netrofil : 61 % (40 - 75)
Limfosit : 30 % (20 - 45)
Monosit :7% (2 - 10)
Hematokrit : 36,3 (40 – 54)
Eritrosit : 4 106/ µL (4,5 – 6,5)
Trombosit : 369 103 / µ (150 - 450)
MCV : 89,9 fL (76 - 96)
MCH : 29,7 pg (27.5 - 32)
MCHC : 33,1 g/dl (30 - 35)
Ureum : 102,3 mg/dL (16.6-48.5)
Creatinin : 1,46 mg/dL (0,67 – 1,17)
Natrium : 142 mEq/L (136-146)
Kalium : 4,60 mEq/L (3,50-5,10)
Klorida : 111 mmol/L (98,0-106,0)
SGOT : 42 U/L < 40
SGPT : 26 U/L >41
HbSAg : negatif negatif
A. HERNIA
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan / Locus Minoris Resistentiae
(LMR). Bagian-bagian hernia meliputi pintu hernia, kantong hernia, leher hernia dan isi
hernia.
Sedangkan dikatakan hernia inguinalis lateral apabila hernia tersebut melalui
annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord
di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai
scrotum. Hernia inguinalis disebut juga hernia scrotalis bila isi hernia sampai ke scrotum.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia didapat atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya seperti diafragma,
inguinal, umbilikal, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut
hernia ireponibel. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding
perut, pinggang atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia
melalui suatu lobang dalam rongga perut seperti Foramen Winslow, resesus rektosekalis
atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia
inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulate.
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateral/internus) dan
mengikuti jalannya spermatic cord di canalis inguinalis serta dapat melalui anulus
inguinalis subcutan (externus), sampai scrotum
Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah
hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di
mana isi hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence
(annulus inguinalis internus); dan hernia inguinalis direk (medialis), di mana isi hernia
masuk melalui titik yang lemah pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia
inguinalis lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, sementara hernia femoralis
lebih sering terjadi pada wanita.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan, sering
mengangkat benda berat, atau mengedan. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai scrotum maka disebut hernia skrotalis. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel
atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk
membedakannya.
B. PENYEBAB
Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi penyebab
timbulnya hernia inguinalis. Disepakati adanya 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya
hernia inguinalis yaitu meliputi:
1. Processus vaginalis persistent
Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tapi kebanyakan baru terdiagnosis
sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Sebuah analisis dari statistik menunjukkan
bahwa 20% laki-laki yang masih mempunyai processus vaginalis hingga saat
dewasanya merupakan predisposisi hernia inguinalis
2. Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang
Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa
terbahak-bahak, partus, prostat hipertrofi, vesiculolitiasis, carcinoma kolon, sirosis
dengan asites, splenomegali massif merupakan factor resiko terjadinya hernia
inguinalis.
Pada asites, keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang
menjalani peritoneal dialisa menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
sehingga membuka kembali processus vaginalis sehingga terjadi hernia indirect.
3. Lemahnya otot-otot dinding abdomen
C. PEMERIKSAAN HERNIA
Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau
sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia
ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan
mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan
mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls
pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan
periksalah kembali daerah itu.
Tehnik operasi terbaru pada hernia inguinalis adalah menggunakan mesh, suatu
materi prostese yang digunakan untuk memperkuat otot-otot di region inguinalis sehingga
mengurangi timbulnya residif.
Keuntungan pemakaian mesh antara lain:
Aman, terutama pada pasien dengan penyakit penyerta kronik
Efektif dan kuat
Penyembuhan berlangsung lebih cepat
Nyeri pasca operasi minimal
Jarang menimbulkan komplikasi
B. Anestesi Spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid.
Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal.6
Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kulis
subkutis Lig. Supraspinosum Lig. Interspinosum Lig. Flavum ruang epidural
durameter ruang subarachnoid.
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,
dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa
berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3. Oleh karena itu, anestesi/analgesi
spinal dilakukan ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau
L4-L5.6
Indikasi:
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan v
dengan anesthesia umum ringan
Pada pasien dengan diagnosis Hil Dx Inkarserata dilakukan anestesi spinal. Sebelum
dilakukan pembedahan pasien diberikan premedikasi sotatic 10 mg.
Setelah diberikan premedikasi, pasien dilakukan induksi anestesi spinal dengan regivel 3 cc.
Diberikan rumatan selama operasi dengan oksigen 3 cc/L serta tanda- tanda vital dipantau mulai
dari tekanan darah, saturasi O2, dan nadi. Pembedahan berlangsung kurang lebih 40 menit, tanda
vital dan saturasi baik selama operasi. Sebelum dan selama pembedahan pasien dilakukan
pemantauan kebutuhan cairan. Cairan yang digunakan adalah Asering.
Pada saat pasien sudah berada di recovery room (RR) oksigenasi dengan O2 tetap diberikan,
kemudian dilakukan pemantauan fungsi vital. Tekanan darah 110/76 mmHg, nadi 80 x/menit, O2
3 L/menit dengan saturasi 100 %.
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien Hil Dx Inkarserata usia 71 tahun datang ke RSUD Tidar Kota Magelang.
Dilakukan tindakan hernioraphy pada tanggal 3 November 2018 di kamar operasi RSUD Tidar
Kota Magelang. Teknik anestesi menggunakan anestesi spinal yang merupakan teknik anestesi
yang dipilih karena pertimbangan anatomi dari letak organ yang akan di operasi.
Diberikan sotatic 10 mg sebagai antiemesis dalam premedikasi. Anestesi dengan
menggunakan regivell 3 cc, untuk maintenance dengan oksigen 3 liter/ menit serta diberikan
analgesik berupa Dexketoprofen 100 mg dan Tramadol 50 mg. Perawatan post operatif dilakukan
di bangsal dan dengan diawasi vital sign dan tanda- tanda perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA