PENGKAJIAN PASIEN
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM PATI
Nomor : 1496/PER/DIR/YMD/RSI/VII/2022
TENTANG
PEDOMAN PENGKAJIAN PASIEN
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
بسم هّللا الرّ حمن الرّ حيم
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM PATI,
Pasal 1
Pengkajian Awal Pasien
(1) Semua dokter maupun perawat yang melakukan asuhan medis maupun keperawatan
harus melakukan pengkajian awal pasien dengan metode IAR (Informasi, Analisi,
Rencana) baik pasien di IGD maupun di Rawat Jalan untuk melakukan asuhan
terhadap pasien berdasarkan kebutuhannya.
Isi minimal asesmen awal antara lain :
a. status fisik,
b. psiko-sosio-spiritual,
c. ekonomi
d. riwayat kesehatan pasien.
e. riwayat alergi,
f. asesmen nyeri,
g. risiko jatuh,
h. asesmen fungsional,
i. risiko nutrisional,
j. kebutuhan edukasi,
k. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
l. Riwayat penggunaan obat
(2) Semua dokter maupun perawat yang bekerja di IGD harus melakukan pengkajian awal
kebutuhan fungsional dan resiko jatuh serta melakukan pengkajian cepat (Rapid
Assesmen) untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan pasien secara cepat (nyeri)
dilanjutkan dengan pengkajian lanjutan.
(3) Rapid asesment (pengkajian nyeri cepat) yang telah dilaksanakan dilanjutkan dengan
pengkajian lanjutan dengan metode PQRST.
Pasal 2
Pengkajian Awal Rawat Inap
Semua dokter /DPJP, perawat, dietesen dan PPA lainnya ( harus melakukan Pengkajian
awal medis rawat inap dan asesmen awal keperawatan rawat inap. Pengkajian awal rawat
inap harus dilakukan sekurang kurangnya dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk
rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam
medis.
Pasal 3
Pengkajian Awal Rawat Jalan
Semua pasien rawat jalan penyakit akut/ non kronis dilakukan pengkajian pasien awal
rawat rawat jalan. Pengkajian awal rawat jalan penyakit akut/non kronis diperbarui
setelah 1 bulan (30 hari). Pada pasien kronis , pengkajian awal diperbarui setelah 3 bulan
(90 hari).
Pasal 4
Pengkajian Awal IGD
Semua pasien yang masuk IGD dilakukan pengkajian awal IGD oleh dokter maupun
perawat di IGD dengan metode IAR (Informasi, Analisi, Rencana) untuk melakukan
asuhan terhadap pasien berdasarkan kebutuhannya, yang sebelumnya petugas IGD
(Dokter, Perawat) melakukan triage untuk memberikan pertolongan yang sesuai dengan
keadaan pasien yang bersangkutan.
Pasal 5
Pengkajian Awal Resiko Nutrisional/Gizi
Semua pasien yang rawat inap baik masuk lewat IGD maupun rawat jalan harus
dilakukan pengkajian awal resiko nitrisional/Gizi oleh perawat. Pengkajian awal Resiko
Nutrisional/Gizi ini untuk mengumpulan data yang sederhana, mudah, cepat serta
cukup sensitif, untuk mendeteksi pasien baru yang berisiko malnutrisi.
Pasal 6
Pengkajian Awal Fungsional, Resiko Jatuh
Semua pasien yang rawat inap baik masuk lewat IGD maupun rawat jalan harus
dilakukan pengkajian awal resiko jatuh yang dilakukan dokter atau perawat secara cepat
untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan pasien yang mengalami keadaan resiko
jatuh.
Pasal 7
Pengkajian Nyeri
Semua pasien yang rawat inap baik masuk lewat IGD maupun rawat jalan harus
dilakukan pengkajian awal nyeri oleh dokter dan perawat secara cepat untuk melakukan
tindakan yang dibutuhkan pasien yang mengalami keadaan nyeri.
Pasal 8
Pengkajian Tambahan
Pasal 9
Pengkajian ulang SOAP semua PPA
Dokter/DPJP, perawat, dietisien, PPA lainnya harus melakukan pengkajian ulang dengan
metode SOAP untuk mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang
signifikan atas kondisi klinisnya.
Pasal 10
Urutan Lembar Rekam Medik
Urutan lembar rekam medis yang digunakan di Rumah sakit Islam Pati harus disahkan
oleh direktur untuk pendokumentasian catatan medis pasien.
Pasal 11
Kompetensi dan Kewenangan PPA
Semua Profesional Pemberi Asuhan (Dokter, Dokter gigi, Perawat, Dietisien, Profesional
lainnya) yang memberikan asuhan kepada pasien harus dikredensial dan mempunyai
SPK dan RKK sesuai dengan profesinya.
Pasal 12
Asuhan Pasien Terintegrasi
Semua PPA (Profesional Pemberi Asuhan) Dokter, Dokter gigi, Perawat, Dietisien,
Profesional lainnya) harus memberikan perencanaan asuhan terhadap pasien dengan
SOAP di lembar CPPT.
Pasal 13
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan bila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam peraturan ini akan dilakukan penyesuaian dan pembetulan
seperlunya.
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM
PATI NOMOR 1496/PER/DIR/YMD/RSI/VII/2022
TENTANG
PEDOMAN PENGKAJIAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT ISLAM PATI
BAB I
DEFINISI
1. Pengkajian Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisien
mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk membuat
keputusan terkait:
a. Status kesehatan pasien
b. Kebutuhan perawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
2. Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana dokter,
perawat, dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien
masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam
rekam medis.
3. Pengkajian spiritual pasien adalah Asesmen spiritual yang dilakukan melalui
pendekatan keagamaan pasien contohnya:
a. Aktifitas keagamaan sebelum sakit dan setelah sakit
b. Rutinitas ibadah sebelum dan setelah sakit
c. Kebutuhan spiritual pasien dalam rumah sakit
4. Pengkajian Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan &
kebidanan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang dimulai dari
asesmen sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara
derajat kesehatan yang optimal.
5. Pengkajian Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses dimana
dokter/DPJP mengevaluasi data pasien baru rawat jalan, dengan kerangka waktu
kurang dari 24 jam
6. Pengkajian Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter/DPJP,
perawat, dietisien mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang
signifikan atas kondisi klinisnya.
7. Pengkajian Individual adalah isi minimal dari asesmen yang ditentukan oleh KSM
terkait.
8. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
9. DPJP adalah seorang dokter (dokter spesoalis/dokter umum IGD/ dokter gigi) yang
bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP juga
bertanggung jawab terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketepatan
waktu pengembalian dari rekam medis pasien tersebut.
10. Case Manager/MPP adalah dokter/ perawat yang bertanggung jawab terhadap
asuhan keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan
keperawatan dari pasien tersebut.
11. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan & kebidanan
yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang dimulai dari asesmen
sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
12. Dietisien adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri dalam
dietetika, studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan
mengobati penyakit.
13. Pengkajian keperawatan spiritual adalan Asesmen pasien diperoleh dari pasien dan
sumber-sumber lain (misalnya: profil pribadi pasien dalam rutinitas
keagamaan,Aktifitas keagamaan sebelum sakit dan setelah sakit, Kebutuhan spiritual
pasien dalam rumah sakit, rekam medis, dan lain-lain).
14. Pengkajian psiko-kultural-spiritual pasien adalah Pengkajian yang dilakukan melalui
pendekatan keagamaan pasien contohnya:
a. Aktifitas keagamaan sebelum sakit dan setelah sakit
b. Rutinitas ibadah sebelum dan setelah sakit
c. Kebutuhan spiritual pasien dalam rumah sakit
15. Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana dokter
dan perawat mengevaluasi kondisi medis-spiritual pasien dalam sejak pasien
masuk rawat inap dan dicatat dalam rekam medis.
16. Pemulangan pasien adalah bagian pelayanan kesehatan berupa memulangkan
pasien dalam kondisi sembuh, transfer, atau mungkin meninggal sesuai prinsip
syariah.
BAB II
RUANG LINGKUP
Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan adalah
pengkajian pasien untuk memperoleh informasi terkait status medis pasien. Khusus
pasien rawat inap, pengkajian pasien terkait status kesehatan, pengkajian psiko-spiritual-
kultural, intervensi, kebutuhan keperawatan, dan gizi. Untuk dapat berhasil memberikan
terapi / asuhan yang berorientasi kepada pasien. Dokter/DPJP, perawat, bidan, dietisen
dan petugas kerohanian harus memiliki pengetahuan dan keahlian dalam melakukan
pengkajian pasien. Pengkajian pasien diperoleh dari pasien dan sumber-sumber lain
(misalnya: profil pribadi pasien dalam rutinitas keagamaan,Aktifitas keagamaan sebelum
sakit dan setelah sakit, Kebutuhan spiritual pasien dalam rumah sakit, rekam medis, dan
lain-lain).
Pengkajian pasien dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan terkait:
Proses asuhan kepada pasien saling berhubungan / terjadi kolaborasi antara dokter,
perawat bidan, tim rohis dan gizi. Sulit untuk dimengerti bahwa dokter dapat
menyembuhkan pasien tanpa bantuan asuhan keperawatan dan terapi gizi.
PENGKAJIAN PASIEN
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
Pendaftaran
Pasien
ALUR MASUK RAWAT Tandatangani
INAP persetujuan perawatan dalam RM/GeneralCons
Perlu
terapi DPJP Asesmen Kebutuhan Rohani
gizi? Menulis Resep/ alkes dalam resep Asesmen Risiko Jatuh
Meminta diagnosa penunjang Asesmen Nyeri (bila ada)
Y Keperawatan
A Asuhan Keperawatan:
A Data khusus/fokus
Dietisien Apoteker
a Masalah/dx keperawatan
Kolaborasi Menyiapkan obat/ alkes
Pemberian nutrisi Tgl / jam intervensi
Tgl/jam evaluasi (SOAP)
DPJP
Melakukan terapi sesuai PPK dan CP
DPJP/Keperawatan/Apoteker/Dietisienis
Memberikan edukasi kepada pasien / keluarga
Ya DPJP
Perlu HCU / ICU Meminta persetujuan
? masuk HCU / ICU
Tidak
DPJP
Melakukan penanganan lanjutan Prosedur
Mengisi Form Discharge Planning HCU / ICU
Pendaftaran
Pasien
Masuk Poliklinik
Keperawatan
Memeriksa kelengkapan administrasi
Mengentri data pasien ke poliklinik spesialis yang dituju
Prosedur
DPJP Penunjang
Asesmen medis :Anamnesis &
Prosedur Pemeriksaan fisik
Tindakan/
One Day DPJP
Care Ya Menulis surat permintaan
Perlu
pemeriksaan penunjang
Penunjang?
Tidak
Ya
Perlu
Tindakan?
1. Tidak
Tidak
Perlu MRS?
Ya
Tidak DPJP
Kasus Menulis surat
DPJP permintaan MRS
Bedah?
Menulis resep /
surat kontrol / Ya
rujuk balik Prosedur
DPJP Bedah Pendaftaran
Menulis permintaan MRS/rawat inap di Sentral
Admisi
Selesai
A PENGKAJIAN MEDIS
1. Rumah sakit menetapkan staf yang berkompeten sesuai perijinan UU dan
peraturan yang berlaku dan bersertifikasi yang dapat melakukan pengkajian
awal medis (DPJP) dalam kurun waktu 1x24 jam.
2. Apabila DPJP tidak bisa hadir untuk melakukan pengkajian dalam kurun
waktu 1x24 jam maka dokter bangsal diberi delegasi oleh DPJP untuk
melakukan pengkajian
3. Temuan pada pengkajian didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan
siap tersedia bagi para penanggung jawab asuhan pasien.
4. DPJP mengisi pengkajian awal medis rawat inap sesuai disiplin ilmu masing-
masing pada formulir pengkajian awal rawat inap
5. Dokter bangsal yang diberi delegasi untuk mengisi pengkajian awal medis
memberikan TTD dan akan diferivikasi oleh DPJP dan mencantumkan TTD
disampingnya dan ada bukti konfirmasi pengesahan berupa stempel
6. DPJP secara menyeluruh dan sistematis mengidentifikasi masalah kesehatan
pasien dengan melakukan:
a. Anamnesis
1) Keluhan utama secara auto-anamnesis dan allo-anamnesis
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu dan terapinya
4) Riwayat alergi
5) Riwayat penyakit dalam keluarga
6) Riwayat pekerjaan
7) Riwayat pendidikan
8) Riwayat tumbuh kembang
b. Pemeriksaan Fisik
1) Generalis
2) Kepala
3) Mata
4) THT Leher
5) Mulut
6) Jantung & pembuluh darah
7) Thoraks, paru, payudara
8) Abdomen
9) Kulit dan sistem limfatik
10) Tulang belakang dan anggota tubuh
11) Sistem saraf
12) Lokalis
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
- Lakukan deskripsi terhadap status lokalis
c. Skrining Nyeri
Semua pasien yang masuk ke rawat inap harus dilakukan skrining nyeri.
(lihat Pedoman Manajemen Nyeri)
B PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian awal keperawatan
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien masuk rawat inap untuk
dilakukan pemeriksaan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan pada pasien, antara lain:
a. Keluhan utama
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu: DM, HT, jantung, paru, dll
3) Riwayat alergi ya/ tidak, penyebab dan reaksi
b. Kenyamanan nyeri
1) Digunakan Skala 1-10
2) Kualitas terbakar, tajam, tumpul, tertekan, dll
3) Waktu hilang timbul, terus menerus, lamanya
4) Lokasi
SKOR
PARAMETER YA TIDAK
1. Apakah pasien mengalami 2 0
penurunan/peningkatan BB yang tidak di
inginkan dalam 6 bulan terakhir?
2. Apakah asupan makan berkurang 0
1
karena tidak nafsu makan?
3. Pasien dengan diagnosa khusus/
kondisi khusus (Penyakit : DM / kemoterapi / 2 0
hemodialisa /geriatri /imunitasmenurun/lain-
lain sebutkan ......................... )
Total skor
b) Penilaian
Bila total skor(parameter no 1 dan 2) >2 maka pasien
dinyatakan berisiko malnutrisi
Bila Parameter no 3 “ya” tanpa dilakukan penilaian skor
( parameter 1 & 2) maka pasien sudah dinyatakan berisiko
malnutrsi
Yang dimaksud dengan diagnosis khusus adalah pasien saat
masuk rumah sakit langsung di diagnosis atau mengalami
Diabetes Mellitus, Kemoterapi, Hemodialisa, Penurunan
imunitas dan penyakit degeneratif lainnya.
b. Adaptasi STRONG-Kids
Digunakan untuk pasien anak umur 1 bulan sampai dengan 18 tahun
1) Langkah-langkah
a) Mengisi nilai skor sesuai yang tertulis di parameter
SKOR
PARAMETER
YA TIDAK
1. Apakah pasien tampak kurus? 1 0
2. Apakah terdapat penurunan BB selama 1 bulan
terakhir? 2 0
- Berdasarkan penilaian obyektif data BB bila
ada atau penilaian subyektif orang tua pasien
- Untuk bayi < 1 th berat badan tidak naik
selama 3 bulan terakhir
3. Apakah terdapat SALAH SATU dari kondisi 1 0
tersebut?
- Diare ≥ 5 kali/hari dan/atau muntah > 3
kali/hari dalam seminggu terakhir
- Asupan makanan berkurang selama 1
minggu terakhir
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko mengalami 2 0
malnutrisi ?
(diare > 2 minggu,prematuritas,penyakti jantung
bawaan,kelainan bawaan 1 atau
lebih.hepatitis,TBC,gagal tumbuh,wajah aneh,
penyakit metabolic, retasrdasi mental,
keterbatasan, obesitas Lain – lain
sebutkan ...................................
..................................................................................
)
Total skor
b) Penilaian
Bila salah satu pertanyaan jawabannya “ya” Pasien
dinyatakan berisiko malnutrisi
Pertanyaan no 2 berdasarkan penilaian objektif data BB bila
ada ATAU penilaian subjektif orang tua pasien
Pertanyaan no4 : yang dimaksud penyakit atau keadaan yang
mengakibatkan malnutrisi adalah
diare kronik (Lebih dari 2 minggu)
(Tersangka) Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
(Tersangka) infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
(tersangka) Kanker
Penyakit Hati Kronik (PHK)
Penyakit Ginjal Kronik (PGK0
TB paru
Terpasang Stoma
Trauma
Combustio/Luka bakar luas
Kelainan anatomi mulut yang menyebabkan kesulitan makan
(misal : bibir sumbing)
Rencana ATAU paska operasi mayor (misalnya: laparotomi,
torakotomi)
Kelainan metabolik bawaan (inborn error metabolism)
Retardasi mental
Keterlambatan perkembangan
Lain-lain sebutkan (berdasarkan pertimbangan dokter)
SKOR
PARAMETER
YA TIDAK
1. Apakah asupan makan berkurang karena 1 0
tidak nafsu makan?
2. Ada pertambahan BB yang kurang atau 2 0
lebih selama kehamilan
3. Nilai HB < 10 g/dl atau HCT < 30% 1 0
4. Ada gangguan metabolisme/ kondisi khusus 0
(Penyakit :DM, gangguan fungsi tiroid, infeksi 2
kronis, HIV/AIDS, TB, LUPUS, lain - lain
sebutkan.................................................................
......)
Total skor
2). Penilaian
Bila salah satu pertanyaan jawabannya “ya” Pasien dinyatakan
berisiko malnutrisi
2. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)
D. PENGKAJIAN INDIVIDUAL
Kategori
Risiko Tinggi = ≥45
Risiko Rendah = 25-44
Tidak ada Risiko = 0-24
Kategori
Skor : 7-11 Risiko Rendah (RR)
≥ 12 Risiko Tinggi (RT)
2. Pengkajian Nyeri
a. Skala analog visual (visual analog scale/VAS)
Skala analog visual (visual analog scale/VAS) adalah cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual
gradasi tingkat nyeri yang myngkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri
diwakili sebagai garis sepanjang 10-cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap
centimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau
peryataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan
ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala
dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat utama VAS adalah
penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana. Namun, pada periode
pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena pada VAS diperlukan
koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi. VAS juga dapat
diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri.
b. Skala numerik verbal (Numeric Rating Scale)
Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan
tingkat nyeri. Dua ujung ekstrim juga digunakan pada skala ini, sama seperti
pada VAS atau skala reda nyeri. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat
pada periode pascabedah, karena secara alami verbal/kata-kata tidak terlalu
mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal menggunakan
kata-kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri.
Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah.
Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang,
sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali. Karena
skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan
berbagai tipe nyeri.
(A) Skala analog visual. (B) Skala numeric verbal. (C). Skala penilaian
verbal.
Pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling sesuai
dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
0 : tidak merasa nyeri
2 : sedikit rasa nyeri
4 : nyeri ringan
6 : nyeri sedang
8 : nyeri berat
10 : nyeri sangat berat
Ekspresi wajah
0- Otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral
Otot wajah tegang , alis berkerut (ekspresi
1- Meringis
wajah negatif )
Tangisan
Tidak
0-
menangis Tenang, tidak menangis
1- Merengek Mengerang lemah intermiten
Menangis Menangis kencang, melengking terus
2-
keras menerus
(catatan: menangis tanpa suara diberi skor
bila bayi diintubasi)
Pola napas
0- Relaks Bernapas biasa
Perubahan Tarikan ireguler, lebih cepat dibanding biasa,
1-
nafas menahan napas, tersedak
Tungkai
Tidak ada kekakuan otot, gerakan tungkai
0- Relaks
biasa
Fleksi/
1-
ekstensi Tegang kaku
Tingkat kesadaran
0- Tidur/ bangun Tenang tidur lelap atau bangun
1- Gelisah Sadar atau gelisah
Interpretasi:
Skor 0: tidak perlu intervensi
Skor 1-3 : intervensi non-farmakologis
Skor 4- 5 : terapi analgetik non-opioid
Skor 6-7 : terapi opioid
h. Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedang,
asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respons
berupa ekspresi tubuh atau verbal terhadap rasa nyeri.
i. Pengkajian ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari
beberapa jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
Asesmen ulang nyeri adalah prosedur menilai ulang derajat nyeri pada pasien
yang bertujuan untuk mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan terkait
penatalaksanaan nyeri yang telah diberikan, dengan interval waktu sesuai
kriteria sebagai berikut:
1) Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien
2) Dilakukan pada pasien yang mengeluh nyeri 1 jam setelah tatalaksana
nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang sadar/bangun), pasien yang
menjalani prosedur kedokteran yang menyakitkan, sebelum tranfer pasien
dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
3) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen
ulang setiap 8 menit setelah pemberian nitrat atau obat-obatan intravena.
4) Pada nyeri akut/kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit -1 jam
setelah pemberian obat nyeri
j. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai
menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis
medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi pasca-pembedahan, nyeri
neuropatik).
k. Tatalaksana nyeri:
1) Berikan analgesik sesuai dengan anjuran dokter
2) Perawat secara rutin (setiap 4 jam) mengevaluasi tatalaksana nyeri
kepada pasien yang sadar/ bangun
3) Tatalaksana nyeri diberikan pada intensitas nyeri ≥4. Asesmen dilakukan
1 jam setelah tatalaksana nyeri sampai intensitas nyeri ≤ 3
4) Sebisa mungkin, berikan analgesik melalui jalur yang paling tidak
menimbulkan nyeri
5) Nilai ulang efektifitas pengobatan
6) Tatalaksana non-farmakologi
a) Berikan heat/ cold pack
b) Lakukan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi oleh pasien
c) Latihan relaksasi, seperti tarik napas dalam, bernapas dengan irama/
pola teratur, dan atau meditasi pernapasan yang menenangkan
d) Distraksi/ pengalih perhatian
l. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai:
1) Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
2) Menenangkan ketakutan pasien
3) Tatalaksana nyeri
4) Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa nyeri
sebelum rasa nyeri tersebut bertambah parah
c. Lokasi
1) Keterangan (gambar)
2) Diagnosa banding
d. Status Lokalis
1) Lokasi
2) Effloresensi Pada Kulit
3) Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual
e. Diagnosa Kerja
1) Pemeriksaan penunjang
2) Diagnosa
f. Pengobatan
1) Topikal
2) Sistemik
g. Tindakan
1) Jenis tindakan
6. Pengkajian Neurologi
Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologi.
Pemeriksaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk memantau
kondisi pasien selanjutnya. Tahapan asesmen berupa:
a. Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman, kecepatan, keteraturan,
usaha napas)
b. Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
c. Pergerakan: penilaian gerak dan kesimetrisan keempat ekstremitas
d. Sensasi: nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera spinal)
e. Status kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS) yang secara akurat
menggambarkan fungsi serebri.
Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadarannya baik dapat
memfokuskan pandangan mata dan mengikuti gerakan tangan pemeriksa,
merespons stimulus yang diberikan, memiliki tonus otot normal dan tangisan
normal.
Glasgow Coma Scale Dewasa
Terbuka spontan 4
Terbuka saat dipanggil/ diperintah 3
Mata (Eye)
Terbuka terhadap rangsang nyeri 2
Tidak merespons 1
Orientasi baik 5
Disorientasi/ bingung 4
Jawaban tidak sesuai 3
Verbal
Suara yang tidak dapat dimengerti
2
(erangan,teriakan)
1
Tidak merespons
Mengikuti perintah
Melokalisasi nyeri 6
Menarik diri (withdraw) dari rangsang nyeri 5
Pergerakan Fleksi abnormal anggota gerak terhadap 4
(Motoric) rangsang nyeri 3
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap 2
rangsang nyeri 1
Tidak merespons
Prosedur dan pedoman pengkajian pasien Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Pati
adalah sebagai berikut:
1. Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat harus mendapatkan pelayanan
yang cepat dan tepat
Pengkajian berikut dilakukan secara berurutan:
a. Pengkajian tempat kejadian
Pengkajian ini dilakukan oleh petugas medis saat tiba di tempat kejadian,
yaitu pada saat evakuasi atau adanya permintaan penjemputan pasien dari
luar rumah sakit.
b. Pengkajian awal
Pengkajian ini dilakukan sesuai fungsi triage untuk memberikan respons
yang sesuai dengan keadaan pasien yang bersangkutan.
Pada pasien dengan kondisi mengalami nyeri petugas melakukan rapid
asesmen terkait tingkat nyeri yang di rasakan pasien dengan metode yang
berlaku di rs.
Hasil asesmen nyeri ditulis di lembar asesmen awal medis atau keperawatan.
c. Pengkajian segera dan terfokus, untuk pasien medis (nontrauma) maupun
trauma.
d. Pengkajian psiko-kultural-spiritual
yang dikaji oleh petugas medis meliputi riwayat psiko-kultural-spiritual
pasien seperti : takut kematian, takut operasi, kecemasan, putus asa,
gangguan jin, sihir, sakaratul maut, tahayul, asesmen riwayat psiko-sosio-
kultural-spiritual keluarga seperti tidak kooperatif dalam penangaanan
dokter.
d. Pengkajian menyeluruh
e. Pengkajian berkelanjutan
2. Intervensi medis dilakukan sesuai dengan hasil asesmen yang diperoleh.
Intervensi medis harus dilakukan secara cepat dan tepat.
3. Setelah keadaan gawat darurat teratasi, ditentukan apakah pasien bisa
menjalani pelayanan rawat jalan atau harus rawat inap.
Rawat inap merupakan kelanjutan dari pelayanan kesehatan rawat jalan atau
pelayanan gawat darurat. Pelayanan rawat inap bertujuan untuk melakukan
pemantauan lebih lanjut terhadap kondisi pasien terutama pasien yang memerlukan
perawatan intensif atau pasien yang kondisinya masih belum stabil sehingga masih
memerlukan tindakan yang paling baik dilakukan di rumah sakit.
Rawat inap bertujuan agar segala pelayanan medis yang diperlukan dapat diberikan
secara komprehensif dan optimal agar pasien memperoleh kesembuhan dalam
waktu yang lebih cepat. Untuk itu, diperlukan asesmen dan pengamatan yang lebih
menyeluruh dan terperinci serta berulang-ulang terhadap setiap perubahan kondisi
pasien yang mungkin saja terjadi selama perawatan.
Prosedur dan pedoman asesmen pasien rawat inap Rumah Sakit islam Pati adalah
sebagai berikut:
1. Identitas pasien rawat inap harus selalu dikonfirmasi pada awal pemberian
pelayanan kesehatan.
2. DPJP melakukan asesmen sesuai dengan kondisi pasien saat diperiksa. Bisa
berupa pengkajian awal kembali, pengkajian segera dan terfokus, pengkajian
menyeluruh maupun pengkajian berkelanjutan dan pengkajian psiko-spiritual-
kultural. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, DPJP memberikan
pengobatan dan merencanakan pelayanan selanjutnya atau tindakan yang
dibutuhkan oleh pasien. DPJP dapat melakukan pemeriksaan penunjang
lainnya bila diperlukan.
3. DPJP memberikan penjelasan mengenai semua hal yang berkaitan dengan
kondisi pasien meliputi keadaan penyakit, pengobatan yang diberikan,
pemeriksaan penunjang yang dilakukan, rencana pelayanan dan tindakan
selanjutnya, perkiraan lama perawatan dan rencana pemulangan (discharge
plan) kepada pasien dan keluarganya. DPJP juga memberikan penjelasan
terhadap pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan/atau keluarga.
4. DPJP dapat melakukan konsultasi ataupun perawatan bersama dengan
dokter bidang spesialisasi lainnya bila diperlukan.
5. DPJP melakukan pengkajian dan pengkajian ulang setiap hari dengan
melakukan visite dan menjelaskan perkembangan keadaan penyakit pasien dan
rencana pengobatan kepada pasien dan keluarga atau penanggung jawab
pasien.
6. Perawat menjalankan pelayanan sesuai dengan rencana pengobatan yang
diinstruksikan oleh DPJP.
7. Perawat melakukan pengkajian keperawatan sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan.
8. Perawat melakukan asesmen nyeri dan asesmen jatuh pada setiap pasien
rawat inap sesuai dengan pedoman yang ada.
9. Pengkajian ulang pasien dilakukan sesuai dengan perubahan kondisi pasien
yang bisa terjadi secara tiba-tiba. Setiap perubahan dan perkembangan dari
kondisi pasien harus diketahui dan dilaporkan kepada DPJP.
10. Setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien harus mendapat persetujuan
dari pasien atau keluarga/ penanggung jawab. Tindakan dilakukan setelah
adanya persetujuan (informed consent).
11. Seluruh informasi yang diperoleh dan tindakan pengobatan serta pelayanan
yang diberikan kepada pasien harus didokumentasikan secara terintegrasi
dalam rekam medis dan dapat diakses sewaktu-waktu apabila diperlukan.
12. DPJP membuat resume medis berupa ringkasan dari seluruh pelayanan
kesehatan yang telah diberikan selama perawatan saat pemulangan pasien.
13. Untuk pelayanan kesehatan gigi ditambahkan odontogram dalam rekam
medisnya.
Isi Minimal Pengkajian Pasien Rawat Inap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bahwa isi rekam medis untuk
pasien rawat inap dan perawatan satu hari pada masing-masing SMF sekurang-
kurangnya memuat :
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Hasil anamnesa, mencakup keluhan utama,riwayat penyakit sekarang,obat
yang sudah dikonsumsi, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
pemeriksaan fisik, vital sign, psiko-kultural-spiritual (gangguan emosional yang
tampak) dan kemampuan keadaan sosial dan ekonomi sesuai indikasi,
pengkajian nutrisi awal, pengkajian resiko jatuh, pengkajian nyeri dan informasi
data hasil laboratorium dan “imaging diagnostic” radiologi.
a. Pengkajian medis pada pasien rawat inap anak :
1) Keluhan utama berupa alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang berupa kronologi terjadinya keluhan
utama pasien yang berisi 7 butir mutiara anamnesis (lokasi, onset dan
kronologi, kuantitas, kualitas, faktor yang
memperingan/memperberat, gejala yang menyertai)
3) Riwayat Penyakit Dahulu berupa riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum sakit saat ini.
4) Riwayat Imunisasi berupa catatan imunisasi pasien
5) Riwayat tumbuh kembang berupa catatan pertumbuhan dan
perkembangan pasien
6) Riwayat Penyakit dalam keluarga berisi riwayat penyakit yang diderita
keluarga yang mungkin berpengaruh pada penyakit saat ini.
7) Kultural berisi tingkat Pendidikan dan kebudayaan pasien.
8) Riwayat Sosial-Ekonomi berisi pekerjaan dan jenis pembayaran.
9) Status Kejiwaan dan kebiasaan berisi status mental pasien dan
kebiasaan yang berhubungan dengan penyakit saat ini
10) Obat yang telah diminum atau rutin dikonsumsi, dokter mencatat
seluruh nama obat pada kolom
b. Pengkajian medis pada pasien rawat inap bedah :
1) Keluhan utama berupa alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang berupa kronologi terjadinya keluhan
utama pasien yang berisi 7 butir mutiara anamnesis (lokasi, onset dan
kronologi,kuantitas, kualitas, faktor yang memperingan/memperberat,
gejala yang menyertai)
3) Riwayat Penyakit Dahulu berupa riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum sakit saat ini.
4) Riwayat Penyakit dalam keluarga berisi riwayat penyakit yang diderita
keluarga yang mungkin berpengaruh pada penyakit saat ini.
5) Riwayat Pekerjaan berisi jenis pekerjaan dan profesi pasien yang
berpengaruh pada penyakit pasien saat ini
6) Riwayat Sosial-Ekonomi berisi pekerjaan dan jenis pembayaran.
7) Kultural berisi tingkat pendidikan dan kebudayaan pasien
8) Status Kejiwaan dan kebiasaan berisi status mental pasien dan
kebiasaan yang berhubungan dengan penyakit saat ini
9) Obat yang telah diminum atau rutin dikonsumsi, dokter mencatat
seluruh nama obat pada kolom
c. Pengkajian medis pada pasien rawat inap mata :
1) Keluhan utama berupa alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang berupa kronologi terjadinya keluhan
utama pasien yang berisi 7 anamnesis (lokasi, onset dan kronologi,
kuantitas, kualitas, faktor yang memperingan/ memperberat, gejala
yang menyertai)
3) Riwayat Penyakit Dahulu berupa riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum sakit saat ini.
4) Riwayat Penyakit dalam keluarga berisi riwayat penyakit yang diderita
keluarga yang mungkin berpengaruh pada penyakit saat ini.
5) Riwayat Pekerjaan berisi jenis pekerjaan dan profesi pasien yang
berpengaruh pada penyakit pasien saat ini
6) Riwayat Sosial-Ekonomi berisi pekerjaan dan jenis pembayaran
7) Kultural berisi tingkat pendidikan dan kebudayaan pasien
8) Status Kejiwaan dan kebiasaan berisi status mental pasien dan
kebiasaan yang berhubungan dengan penyakit saat ini
9) Obat yang telah diminum atau rutin dikonsumsi, dokter mencatat
seluruh nama obat pada kolom
d. Pengkajian medis pada pasien rawat inap obgyn :
1) Keluhan utama berupa alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang berupa kronologi terjadinya keluhan
utama pasien yang berisi 7 anamnesis (lokasi, onset dan kronologi,
kuantitas, kualitas, faktor yang memperingan/ memperberat, gejala
yang menyertai)
3) Riwayat Penyakit Dahulu berupa riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum sakit saat ini.
4) Riwayat Obstetri berupa catatan jumlah kehamilan yang di alami
pasien beserta gejala-gejala yang timbuk selama kehamilan
5) Riwayat Gynekologi berupa catatan riwayat kelainan genital yang di
alami pasien selama ini
6) Riwayat Penyakit dalam keluarga berisi riwayat penyakit yang diderita
keluarga yang mungkin berpengaruh pada penyakit saat ini.
7) Riwayat Pekerjaan berisi jenis pekerjaan dan profesi pasien yang
berpengaruh pada penyakit pasien saat ini
8) Riwayat Sosial-Ekonomi berisi pekerjaan dan jenis pembayaran.
9) Kultural berisi tingkat Pendidikan dan kebudayaan pasien.
10) Status Kejiwaan dan kebiasaan berisi status mental pasien dan
kebiasaan yang berhubungan dengan penyakit saat ini
11) Obat yang telah diminum atau rutin dikonsumsi, dokter mencatat
seluruh nama obat pada kolom
e. Pengkajian medis pada pasien rawat inap orthopedi :
1) Keluhan utama berupa alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang berupa kronologi terjadinya keluhan
utama pasien yang berisi 7 anamnesis (lokasi, onset dan
kronologi,kuantitas, kualitas, faktor yang memperingan/
memperberat, gejala yang menyertai)
3) Riwayat Penyakit Dahulu berupa riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum sakit saat ini.
4) Riwayat Penyakit dalam keluarga berisi riwayat penyakit yang diderita
keluarga yang mungkin berpengaruh pada penyakit saat ini.
5) Riwayat Pekerjaan berisi jenis pekerjaan dan profesi pasien yang
berpengaruh pada penyakit pasien saat ini
6) Riwayat Sosial-Ekonomi berisi pekerjaan dan jenis pembayaran.
7) Kultural berisi tingkat Pendidikan dan kebudayaan pasien
8) Status Kejiwaan dan kebiasaan berisi status mental pasien dan
kebiasaan yang berhubungan dengan penyakit saat ini
9) Obat yang telah diminum atau rutin dikonsumsi, dokter mencatat
seluruh nama obat pada kolom
f. Pengkajian medis pada pasien rawat inap syaraf :
1) Keluhan utama berupa alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang berupa kronologi terjadinya keluhan
utama pasien yang berisi 7 anamnesis (lokasi, onset dan kronologi,
kuantitas, kualitas, faktor yang memperingan/ memperberat, gejala
yang menyertai)
3) Riwayat Penyakit Dahulu berupa riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum sakit saat ini.
4) Riwayat Penyakit dalam keluarga berisi riwayat penyakit yang diderita
keluarga yang mungkin berpengaruh pada penyakit saat ini.
5) Riwayat Pekerjaan berisi jenis pekerjaan dan profesi pasien yang
berpengaruh pada penyakit pasien saat ini
6) Riwayat Sosial-Ekonomi berisi pekerjaan dan jenis pembayaran.
7) Kultural berisi tingkat Pendidikan dan kebudayaan pasien
8) Status Kejiwaan dan kebiasaan berisi status mental pasien dan
kebiasaan yang berhubungan dengan penyakit saat ini
9) Obat yang telah diminum atau rutin dikonsumsi, dokter mencatat
seluruh nama obat pada kolom
g. Pengkajian medis pada pasien rawat inap THT :
1) Keluhan utama berupa alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Riwayat Penyakit Sekarang berupa kronologi terjadinya keluhan
utama pasien yang berisi 7 anamnesis (lokasi, onset dan
kronologi,kuantitas, kualitas, faktor yang memperingan/
memperberat, gejala yang menyertai)
3) Riwayat Penyakit Dahulu berupa riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum sakit saat ini.
4) Riwayat Penyakit dalam keluarga berisi riwayat penyakit yang diderita
keluarga yang mungkin berpengaruh pada penyakit saat ini.
5) Riwayat Pekerjaan berisi jenis pekerjaan dan profesi pasien yang
berpengaruh pada penyakit pasien saat ini
6) Riwayat Sosial-Ekonomi berisi pekerjaan dan jenis pembayaran.
7) Kultural berisi tingkat Pendidikan dan kebudayaan pasien
8) Status Kejiwaan dan kebiasaan berisi status mental pasien dan
kebiasaan yang berhubungan dengan penyakit saat ini
9) Obat yang telah diminum atau rutin dikonsumsi, dokter mencatat
seluruh nama obat pada kolom
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
a. Pemeriksaan fisik pada anak dan dewasa:
1) Keadaan umum, dokter melingkari salah satu pilhan status kesadaran
pasien
2) Vital sign, dokter menuliskan hasil pemeriksaan tanda vital yang
dilakukan perawat pada baris yang tersedia, berupa tekanan darah,
denyut jantung, pernapasan, suhu dan kondisi umum.
3) Status lokalis, dokter mencatat dan bila perlu menggambarkan hasil
obyektif pemeriksaan pada kepala, leher, Thorak berupa pemeriksaan
cor dan pulmo, abdomen, serta ekstremitas.
4) Pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan (laboratorium, radiologi,
patologi anatomi)
H. PENGKAJIAN ULANG
Pengkajian ulang didokumentasikan pada lembar SOAP (Subjektif, Objektif,
Asesmen, Planning).
1. Bagian subyektif (S): berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi
yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting, atau yang
merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi :
a. Keluhan/ gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit,
menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan utama).
b. Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala (riwayat penyakit saat
ini).
c. Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
d. Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien,
bukan dari profil obat yang terkomputerisasi).
e. Alergi.
f. Riwayat sosial dan/atau keluarga.
g. Kultural berisi tentang pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan pasien.
h. Tinjauan/ulasan sistem organ.
2. Bagian objektif (O): berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes diagnostik dan
laboratorium dan terapi obat.
3. Bagian asesmen (A) menilai kondisi pasien untuk diterapi.
4. Bagian plan (P) berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan, rencana
terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan dilakukan
untuk menili perkembangan kondisi pasien.
Pengkajian ulang dilakukan dalam interval yang regular selama pelayanan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang ada. Dokter melakukan asesmen ulang dengan
visite rutin setiap hari, termasuk akhir minggu, selama fase akut dari perawatan dan
pengobatan. Untuk pasien kronik, pengkajian dokter bisa dilakukan dua hari sekali.
Perawat, dietisian, apoteker, fisioterapis dan pemberi pelayanan lainnya mencatat
perkembangan pasien secara periodik sesuai kebutuhan dan keadaan pasien.
Sedangkan pengkajian spiritual adalah pengkajian pada interval tertentu atas dasar
kebutuhan spiritual pasien yang wajib dikerjakan dalam perawatan di rumah sakit.
Pengkajian ulang dilakukan sebagai respons apabila terjadi perubahan kondisi
pasien yang signifikan, diagnosa pasien berubah dan kebutuhan asuhan
memerlukan perubahan rencana.
Pengkajian ulang juga dilakukan untuk menetapkan keberhasilan obat dan hasil
pengobatan sehingga pasien dapat dipindahkan atau keluar rumah sakit. Pengkajian
ulang harus didokumentasikan di dalam rekam medis.
Sedangkan pengkajian ulang spiritual dilakukan sebagai respon apabila terjadi
perubahan kondisi dan kebutuhan kerohanian pasien untuk menetapkan kebutuhan
asuhan kerohanian yang baik untuk pasien.
3. SMF bedah
a. Cedera kepala semua derajat
b. Hematothorak dan pneumothorak termasuk flail chest
c. Ileus obstruksi
d. Perdarahan internal
e. Luka bakar
f. Multiple trauma
g. Open fraktur
h. Peritonitis
i. Trauma pada thorak dan abdomen
3. SMF bedah
a. Closed fraktur
b. Post operatif tanpa gangguan tanda vital
c. Appendiksitis kronis
d. BPH tanpa retensi
4. Dietisien
a. Seorang S1/D4 Nutrisionis (S.Gz)
b. Memiliki STR dan SIK lulusan Gizi
5. Apoteker
Memiliki STR yang masih berlaku
6. Fisioterapis
Memiliki STR yang masih berlaku
Pengkajian peri operatif dilakukan oleh dokter operator utama atau dokter lain
dengan kompetensi sama yang telah mendapat pelimpahan tertulis dari dokter
operator utama. Pengkajian pre-operatif menghasilkan diagnosis pre-operatif, dan
dokumentasi dlama rekam medik yang minimal meliputi anamnesis dan pemeriksaan
fisik (serta penunjang jika standar profesi medik mengharuskan demikian) harus
menunjukkan justifikasi dari tindakan operatif yang akan dilakukan.
Pengkajian pasca operasi dilakukan sesuai dengan standar profesi masing-
masing, dan didokumentasikan dalam rekam medik. Diagnosis pasca operasi harus
dituliskan, serta rencana penanganan pasca operasi (lihat ketentuan assesmen
lanjutan). Pasien tidak dilakukan tindakan pembedahan bilamana asesmen pasien
belum dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik, termasuk proses untuk
mendapatkan persetujuan tindakan medik (informed-consent), dan skrining dilakukan
oleh instalasi kamar operasi.
Dokter umum/ perawat yang perlu mendapat sertifikasi pelaksana sedasi adalah :
Perawat anestesi unit lain yang bertugas memasukkan obat-obat sedatif
intravena.
K. PENGKAJAN HEMODIALISA
1. Pengkajian awal medis pasien hemodialisa
Informasi yang harus diperoleh saat asesmen pasien hemodialisa meliputi data
umum (nama, umur, alamat, asal rujukan, riwayat alergi) dan data khusus untuk
populasi tertentu yang tersebut didalam ruang lingkup serta data medis meliputi
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, obat yang masih dikonsumsi, riwayat
penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga, vital sign, asesmen sosial dan
ekonomi sesuai kebutuhaan, kemauan, dan kemauan pendidikan, dan informasi
data hasil laboratorium dan “imaging diagnostic” (radiologi) sebelumnya yang
kemudian hasil asesmen informasi didokumentasikan dalam rekam medis
hemodialisa.
2. Pengkajian ulang medis pasien hemodialisa
Pengkajian ulang medis pasien hemodialisa dilakukan apabila terjadi apabila ada
perubahan kondisi pasien yang darurat sehingga membutuhkan penanganan
lanjutan untuk menentukan asuhan medis serta rencana pemulangan untuk
pasien kritis yang didokumentasikan dalam catatan terintegrasi rekam medis
hemodialisa.
2. PENGKAJIAN PEDIATRI
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak sering tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara verbal. Amati adanya pergerakan spontan
pasien terhadap area tertentu yang di lindungi. Tahapan pengkajian berupa:
a. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran, kontak mata, perhatian terhadap lingkungan sekitar
2) Tonus otot: normal, meningkat, menurun/ flaksid
3) Respons kepada orang tua/pengasuh: gelisah, menyenangkan
b. Kepala
1) Tanda trauma
2) Ubun-ubun besar (jika masih terbuka): cekung atau menonjol
c. Wajah
1) Pupil: ukuran, kesimetrisan, refleks cahaya
2) Hidrasi: air mata, kelembaban mukosa mulut
d. Leher: kaku kuduk
e. Dada
1) Stridor, retraksi sela iga, peningkatan usaha napas
2) Auskultasi: suara napas meningkat/ menurun, simetris kiri dan kanan,
ronki, mengi (wheezing); bunyi jantung: regular, kecepatan, murmur
f. Abdomen: distensi, kaku, nyeri, hematoma
g. Anggota gerak
1) Nadi brachialis
2) Tanda trauma
3) Tonus otot, pergerakan simetris
4) Suhu dan warna kulit, capillary refill time
5) Nyeri, gerakan terbatas akibat nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
3. KEBIDANAN
4. GERIATRI / LANSIA
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena penyakit pada usia
lanjut cenderung bersifat multiple, merupakan gabungan antara penurunan
fisiologik dan berbagai proses patologik.
a. Pengkajian awal :
1) Data umum pasien
2) Identifikasi riwayat kesehatan :
a) Riwayat sakit saat ini dan pengobatannya.
b) Penyakit dahulu dan pengobatan sebelumnya
c) Riwayat alergi
3) Pengkajian Psikologi dan Spiritual
4) Pengkajian Sosial dan Ekonomi
5) Pemeriksaan Fisik : Head to tea
6) Skrining Nutrisi
7) Skrining Nyeri
8) Pengkajian Risiko jatuh, riwayat jatuh
9) Pengkajian status fungsional dengan Barthel Index
10) Pemeriksaan kulit dengan Skor Norton , Dicubitus
11) Rentang gerak, nyeri gerak dan kontraktur
12) Pemeriksaan skala Depresi dan memori.
JAWABAN
NO PERTANYAAN BETUL SALAH
1 Tanggal berapa hari ini ?
10 5 + 6 adalah ?
Total
Keterangan :
Jumlah kesalahan
1. 0 – 2 kesalahan : Baik
2. 2 – 4 kesalahan : Gangguan ringan
3. 5 – 7 kesalahan : Gangguan sedang
4. 7 – 10 kesalahan : Gangguan berat
NO PERTANYAAN JAWABAN
ANALISA HASIL :
Terganggu Nilai 1
Normal Nilai 0
Skor 1 – 4 : Normal
Skor 5 – 9 : Depresi Ringan sampai sedang
Skor > 9 : Depresi Berat
Tetapkan diagnosis medis awal tentukan jenis pelayanan yang terbaik untuk
pasien. Identifikasi masalah keperawatan pasien, rumuskan diagnosis
keperawatan dan tentukan prioritasnya, kembangkan rencana perawatannya.
b. Pengkajian Ulang
1) Menilai ulang temuan klinis sebelumnya dan adanya perubahan pada
kondisi yang mungkin membutuhkan intervensi tambahan dan
mengevaluasi efektifitas intervensi sebelumnya.
2) Pada kondisi pasien tidak stabil, ulangi asesmen dan catat hasil asesmen,
sesuai kondisi pasien
3) Periksa intervensi sebelumnya.
d. Pemulangan pasien
Pada pemulangan pasien, dibuatkan perencanaan pemulangan yang berisi
kegiatan yang dapat dilakukan dirumah setelah pulang dari rumah sakit,
seperti terlihat dalam formulir perencanaan pemulangan pasien (Discharge
Planning)
Perencanaan pulang dibuat sejak pasien masuk rumah sakit, dievaluasi
menggunakan checklist pemulangan pasien dan dilengkapi 48 jam sebelum
pasien pulang, bila sudah lengkap, pasien dapat dipulangkan.
5. KEPERAWATAN JIWA
Penting untuk melakukan pemeriksaan pada pasien dengan masalah kesehatan
jiwa karena kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi
mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak pasien dengan masalah kesehatan
jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal
yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam
menyelesaikan masalah juga bervariasi. Tahapan pengkajian keperawatan jiwa:
a. Keluhan utama: riwayat penyakit sekarang
b. Alasan dirawat: marah-marah, ngomel-ngomel, tidak mau bicara, menyendiri,
tidak mau makan minum, tidak mau mandi, susah tidur, gelisah, reaksi lepas
obat, dll.
c. Pernahkah mengalami gangguan jiwa
1) Ya/ tidak
2) Pengobatan sebelumnya : berhasil/ tidak
3) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ada/ tidak
4) Trauma sebelumnya : penolakan, tekanan, kegagalan, konflik, kehilangan,
dll
d. Psikososial
1) Faktor keluarga: acuh, sabar, keras, dll
2) Hubungan sosial: dominasi, tergantung, menarik diri, dalam batas normal
3) Konsep diri: kebingungan, harga diri rendah
4) Spiritual: menjalankan/ tidak,mampu / tidak.
e. Status Mental
1) Kesan umum: rapi/ tidak
2) Kesadaran: berubah, sopor, stupor, dll
3) Proses berpikir
a) Bentuk: nonrealistik/ realistik
b) Arus: inkohern, kohern, aslong, dll
4) Persepsi: waham, obsesi, dll
5) Afek/emosi: datar, tumpul, dangkal
6) Psikomotor: meningkat, menurun, dalam batas normal
7) Kemauan: meningkat/ menurun
6. KEPERAWATAN KRITIS
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap di ruang
kritis (ROI, ICU, High care) pemeriksaan akan dilakukan secara sistematis untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien, antara lain:
Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan
1) Irama napas
2) Suara napas tambahan
3) Sesak napas
4) Batuk, sputum
5) Alat bantu napas, mode, SaO2
b. Kardiovaskular
1) Irama jantung
2) Akral
3) Pulsasi
4) Perdarahan
5) CVC
6) Tekanan darah nadi, MAP, suhu
7) lain-lain
c. Persarafan
1) GCS
2) Kesadaran
3) Tanda peningkatan TIK
4) Konjungtiva
5) Lain-lain
d. Perkemihan
1) Kebersihan area genetalia
2) Jumlah cairan masuk
3) Buang air kecil
4) Produksi urin
e. Pencernaan
1) Nafsu makan
2) NGT
3) Porsi makan
4) Minum
5) Mulut
6) Mual, muntah
7) Buang air besar
8) Lain-lain
f. Muskuloskeletal/ intergumen
1) Kemampuan pergerakan sendi
2) Warna kulit
3) Oedema
4) Decubitus
5) Luka
6) Kontraktur
7) Fraktur
8) Jalur infus
9) Lain-lain
3) Pemeriksaan Penunjang :
a) Hasil BTA positif (+) sedikitnya 2 dari 3 pemeriksaan positi (+) : pada
dahak swaktu, pagi, swaktu.
b) Rontegen Thorax : positif (+)
c) TCM (Tes Cepat Monoculer) Positif (+)
b. HIV/AIDS :
1) Ananmnesis
Keluhan :
a) Batuk kronis
b) Diare kronis
c) Sariawan kronis
2) Riwayat pekerjaan :
a) Pekerja Seksual
b) Homosexsual
c) Pengguna NAPZA/suntik
d) Sopir
e) Pegawai salon
f) Dll
3) Pemeriksaan fisik:
a) Kondisi lemah/kurus
b) Anemis
c) Sariawan kandiasis rongga mulut
d) Keputihan kronis bagi wanita
e) Uretritis kronis
f) dll
4) Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium HIV
c. COVID 19
1) Anamnesis :
a) Demam atau ada riwayat demam
b) Batuk , pilek/ nyeri tenggorokan/ sesak nafas
c) Riwayat perjalanan dari tempat terjangkit Covid 19 pada 14 hari
sebelum timbul gejala.
d) Ada anggota keluarga yang terkonfirmasi Covid 19
2) Pemeriksaan fisik :
a) Suhu ≥ 38° C
b) Tanda tanda sesak nafas/ peningkatan Respirasi Rate (RR), saturasi
Oksigen turun (kurang dari normal)
c) Ditemukan suara ronchi dalam paru
3) Pemeriksaan penunjang :
a) CT-Scan atau Rotgen Thorak ditemukan tanda pnemounia
b) Ratio neutrofil limfosit (RNL) ≥ 5,8
c) Rapid tes reaktif
d) PCR (Polineration Chain Reaction) positif
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan refferal,
seluruh rencana pemulangan yang diberikan harus didokumentasikan
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge planning). Intruksi
tertulis diberikan kepada klien, demontrasi ulang menjadi harus
memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan
dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan dirumah.
e) Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja discharge planning, perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.
Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan
seminggu setelah klien berada dirumah.ini dapat dilakukan melalui
telepon, kuisioner atau kunjungan (home visite).
d. Penyerahan
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien
dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut seperti informasi tentang
jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di
rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting (misalnya
kurangnya pemberian perawatan,atau tidak ada pemberian perawatan) dan
kebutuhan yang diharapkan oleh klien.Transportasi harus tersedia pada saat
ini.
N. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa terkadang dibutuhkan konfirmasi pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dan radiodiagnostik. Semua catatan hasil
pemeriksaan penunjang tersebut harus disimpan dalam rekam medis pasien.
BAB IV
DOKUMENTASI
A. REKAM MEDIS
Pengkajian awal dan pengkajian ulang dilakukan oleh tenaga medis di dalam
lingkungan RS. Islam Pati yang telah mempunyai kemampuan sesuai dengan
keilmuannya dan mendapatkan surat penugasan. Pengkajian medis dilakukan oleh
dokter umum dan dokter spesialis. Pengkajian keperawatan dilakukan oleh perawat.
Pengkajian nyeri dilakukan oleh perawat dan/ atau fisioterapis. Pengkajian risiko
jatuh dilakukan oleh perawat. Pengkajian nutrisi dilakukan oleh petugas gizi medis.